Abstract
Ophthalmia neonatorum refers to conjunctivitis occuring in the first month of life. The most
serious form of ophthalmia neonatorumis caused by neisseria gonorrhoeae. Severe cases
have marked chemosis, copious discharge and potentially rapid corneal ulceration and
perforation of the eye. Gram stain of the conjunctival exudate showing gram negative
intracellular diplococci allows a presumptive diagnosis of N gonorrhoeae infection and
treatment should be started immediately.
Pendahuluan
Infeksi konjungtivitis yang terjadi pada bayi berumur sampai satu bulan dikenal
dengan istilah oftalmia neonatorum. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bakteri,
virus dan agen toksis kimia. Insiden oftalmia neonatorum tinggi di daerah yang
tinggi angka kejadian penyakit menular seksual. Insiden bervariasi antara 0,1%
pada negara berkembang sampai 10% pada daerah di Afrika Timur.
Penyebab dari oftalmia neonatorum yang paling berbahaya adalah bakteri
Neisseria gonorrhoeae yang merupakan bakteri diplokokus intraselular gram
negatif. Onsetnya bersifat hiperakut dan dapat menimbulkan gejala klinis berupa
kemosis berat, sekret mata yang purulen, keterlibatan kornea berupa ulkus dan
perforasi bola mata.
Konjungtivitis gonore mengenai bayi yang ditularkan oleh ibunya dimana
infeksi terjadi pada saat bayi melewati jalan lahir. Infeksi juga dapat terjadi secara
tidak langsung, yaitu dapat melalui tangan, sapu tangan, handuk atau sebagai auto
infeksi pada orang-orang yang menderita uretritis atau servisitis gonoroika.
Patofisiologi
Patofisiologi konjungtivitis neonatus dipengaruhi oleh anatomi jaringan
konjungtiva pada bayi baru lahir. Inflamasi pada konjungtiva dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah, kemosis, dan sekresi berlebihan. Infeksi yang terjadi
cenderung lebih berat pada neonatus karena kurangnya imunitas, tidak adanya
jaringan limfoid pada konjungtiva dan tidak adanya air mata saat lahir.
Bakteri gonokokus merusak membran yang melapisi selaput lendir terutama
kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rektum
dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Penularan terjadi melalui kontak
langsung antara mukosa ke mukosa. Risiko penularan laki-laki kepada perempuan
lebih tinggi daripada penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih
luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan
bakteremia Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan
berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid karena
terjadinya peningkatan pH diatas 4,5 saat menstruasi. Penularan perinatal kepada
bayi saat lahir, melalui ostium serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan
konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak didiagnosis dan
diobati.
Manifestasi Klinis
Oftalmia neonatorum biasanya menyerang kedua mata secara serentak, sedang
pada bentuk yang lainnya, biasanya menyerang satu mata kemudian menjalar ke
mata yang lainnya. Pada umumnya akan terlihat akumulasi pus, kelopak mata bayi
bengkak dan lengket akibat akumulasi pus di bawahnya, dan konjungtiva hiperemi
dan kemosis.
Gambar 2. Sekret purulen dan edema palpebra pada bayi baru lahir dengan
konjungtivitis gonococcal
Durasi konjungtivitis dapat mengarahkan dugaan bakteri penyebab. Neisseria
gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut yang terjadi kurang dari 12
jam. Bakteri lain yang menyebabkan konjungtivitis hiperakut antara lain Neisseria
kochii dan Neisseria meningitidis.
Onset konjungtivitis neonatorum muncul saat bayi berumur 3-4 hari kehidupan
namun dapat juga saat berumur 3 minggu.
Dibedakan menjadi 3 stadium:
a. Stadium Infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Ditandai dengan palpebra bengkak, hiperemi, tegang,
blefarospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrative, mungkin
terdapat pseudomembran di atasnya. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtival yang hebat, kemotik. Terdapat sekret, serous, terkadang berdarah.
b. Stadium Supuratif atau Purulen
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat. Palpebra masih bengkak,
hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme masih ada. Sekret
bercampur darah, keluar terus menerus. Kalau palpebra dibuka, yang khas
adalah sekret akan keluar dengan mendadak, oleh karenanya harus hati-hati
bila membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa.
c. Stadium Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit
bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrative. Konjungtiva bulbi:
injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik. Sekret jauh berkurang.
Gejala khas konjungtivitis gonore adalah reaksi inflamasi berat disertai nyeri hebat,
sekret sangat banyak dan berwarna kehijauan, edema palpebra, hiperemi, kemosis
konjungtiva serta pembesaran kelenjar limfe preaurikular. Pada kasus berat, kornea
menjadi keruh dan edema. Jika proses berlanjut dapat terjadi nekrosis sentral, ulkus
bahkan perforasi kornea yang mengakibatkan kebutaan. Neiserria gonorrhoeae
mengeluarkan enzim protease yang dapat melisiskan kornea utuh tanpa didahului
defek epitel.
Diagnosis Banding
Konjungtivitis purulen pada bayi sebaiknya dibedakan dengan oftalmia
neonatorum lainnya seperti klamidia konjungtivitis (inclusion blenore), infeksi
bakteri lain, virus dan jamur.
Gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium akan memberikan gambaran
yang khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi
virus, jamur dan bakteri pada pemeriksaan sitologik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan sekret
mata dengan pewarnaan metilen biru, di mana akan didapatkan adanya diplokok di
dalam leukosit. Kemudian dengan pemeriksaan Gram, akan terdapat sel intraselular
atau ekstraselular dengan sifat Gram negatif.
Pemeriksaan gram yang dilakukan tidak dapat membedakan antara neisseria
gonorrhoeae dengan neisseria meningitidis. Diagnosis definitif yang dapat
dikerjakan adalah kultur sekret mata. Bayi yang terinfeksi konjungtivitis gonore
sebaiknya diperiksakan infeksi concomitan lainnya seperti HIV, klamidia dan sifilis
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta; Yulianti, Sri Rahayu. (2014). Ilmu Penyakit Mata edisi kelima. Badan
Penerbit FK UI: Jakarta.
Lang, Gerhard. (2000). A Short Textbook of Ophtalmology. Thieme Stuttgart: New York.
McCourt, Emiliy; Dahl, Andrew. (2017). Neonatal Conjunctivitis (Ophthalmia
Neonatorum). Diakses di: http://emedicine.medscape.com/article/.
Price SA, Wilson LMC. (2002). Pathophysiology Clinical Concept of Disease Processes.
Edisi 6.
Sitompul, Ratna. (2016). Panduan Pemberian Antibiotik Untuk Terapi Infeksi Mata. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
American Academy Of Ophthalmology: external disease and cornea in Basic and Clinical
Science Course, Section 8, 2009-2010, page 169-174.
Hoyt Creig S and Taylor David: Pediatric Ophthalmology and Strabismus, fourth edition,
section 3 chapter 12 , 2013, page 85-88