Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus Kepada Yth :

PENATALAKSANAAN KATARAK PADA ANAK

Residen : Franky Frans Sihombing


Stase : Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus
Pembimbing : dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), SpM(K)
dr. Aryani A Amra, M.Ked(Oph), SpM(K)
dr. Zaldi, SpM

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN
2019
2

DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................................................ 3
Objektif : ..................................................................................................................... 3
Abstract ....................................................................................................................... 4
Bab 1 ........................................................................................................................... 5
Pendahuluan ................................................................................................................ 5
Katarak Juvenil........................................................................................................ 5
Defenisi ............................................................................................................... 5
EpidemIOLogi..................................................................................................... 5
EtIOLogi ............................................................................................................. 5
Tanda Klinis ........................................................................................................ 6
Gejala Klinis........................................................................................................ 6
Diagnosis ............................................................................................................. 6
Diagnosis Banding .............................................................................................. 7
Penatalaksanaan .................................................................................................. 7
Pembedahan ........................................................................................................ 8
Perawatan Paska Operasi .................................................................................... 8
Bab 2 ........................................................................................................................... 9
Laporan Kasus ............................................................................................................. 9
Bab 3 ......................................................................................................................... 20
Pembahasan ............................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 23
3

PENATALAKSANAAN KATARAK PADA ANAK


Franky Frans Sihombing, Zaldi, Aryani Atiyatul Amra, Fithria Aldi
Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUD Pirngadi, 2018

Abstrak
Objektif :
Dilaporkan suatu tindakan ECCE dengan implementasi IOL pada katarak pediatrik.
Metode :
Seorang anak laki-laki, berusia 7 tahun dibawa orang tuanya ke RSUD dr. Pirngadi
Kota Medan dengan keluhan putih pada anak mata kiri. Hal ini telah dialami os
sejak 4 tahun yang lalu. Putih pada anak mata disertai pandangan kabur yang
perlahan dan memberat dalam 6 bulan ini. Penurunan visus tidak disertai mata
merah dan riwayat trauma. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan Visus OD :
6/18 dengan PH (+) 6/6 dan OS : 1/300 PH (-). Posisi Primer OD : Ortoforia, OS :
Eksotrofia OS, Palpebra Sinistra : Ptosis, Pada konjungtiva tarsal dan bulbi ODS :
dalam batas normal, kornea ODS: clear, COA ODS : Sedang, Iris ODS: Coklat,
Pupil ODS : Bulat, RC (+), diameter 1-2 mm, Lensa OD: Agak keruh, Lensa OS :
Keruh. Pasien didiagnosis dengan Katarak Juvenil ODS + Ptosis OS + Eksodeviasi
OS. Pasien direncanakan untuk Extra Capsular Cataract Extraction dan implantasi
IOL OS dengan anestesi umum.
Hasil :
Setelah Tindakan ECCE dan Implantasi IOL OS maka ketajaman visus mata kiri
meningkat.
Kesimpulan :
Extra Capsular Cataract Extraction dengan implantasi IOL pada anak dilakukan
untuk memperbaiki tajam penglihatan.
Kata Kunci :
ECCE, Implantasi IOL, Katarak Juvenil.
4

MANAGEMENT OF PEDIATRIC CATARACT


Franky Frans Sihombing, Zaldi, Aryani Atiyatul Amra, Fithria Aldi
Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara
RSUD dr. Pirngadi, Medan, Indonesia, 2018

Abstract
Objective:
An ECCE with IOL implantation was reported in pediatric cataract.
Method :
A boy 7 years old boy is brought by his parent to dr. Pirngadi Hospital with white
pupil in his left eyes. This has been presented since 4 years ago. He experienced blur
vision and fotofobia and worst for this six month. Decreased vision is not presented
with red eyes and trauma history. From ophthalmology examination VOD : 6/18
with PH (+) 6/6 and VOS: 1/300 with PH (-). Primary Position OD: Orthophoria,
OS: Exotrophia OS. Palpebra Sinistra with in normal limits, Conjunctiva Tarsal and
Bulbi ODS: within normal limits, Cornea ODS: clear, COA ODS: Medium, Iris
ODS: Brown, Pupils ODS: Round, RC ( +), diameter 1-2 mm, Lens OD: Little
Cloudy, Lens OS : Cloudy. Patients were diagnosed with Juvenile Cataract ODS +
Ptosis OS + Exodeviation OS. The patient was planned for Extra Capsular Cataract
Extraction and IOL implantation OS with general anesthesia.
Results:
After ECCE with implantation IOL OS, visual aquity os was improved.
Conclusion:
Extra Capsular Cataract Extraction with IOL implantation in children may improve
their vision.
Keywords :
ECCE, IOL Implantation, Juvenile Cataract.
5

Bab 1
Pendahuluan

Katarak Juvenil
Defenisi
Katarak merupakan penyakit yang sering menyebabkan kebutaan, umumnya
terjadi pada usia lanjut akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau
penyulit penyakit mata lokal menahun. Katarak berasal dari bahasa Yunani yang
berarti Katarrahakies, bahasa Inggris Cataract, dan bahasa latin Cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi,
denaturasi protein atau keduanya.1
Katarak pediatrik merupakan katarak yang terjadi pada neonatus dan anak-
anak, dimana katarak ini dapat menjadi kongenital ataupun didapat. Katarak juvenil
adalah katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil merupakan
kelanjutan dari katarak kongenital. Katarak Pediatrik biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti katarak metabolik,
otot, katarak traumatik, katarak komplikata, kelainan kongenital lain, dan katarak
radiasi.1

EpidemIOLogi
Katarak kongenital dan infantil secara umum merupakan penyebab kebutaan
5% - 20% pada anak-anak di dunia. Insidensi pada tiap negara memang bervariasi.
Salah satu penelitian retrospektif di U.S. mendapatkan prevalensi katarak infantil
sebesar 3-4 tiap 10.000 kelahiran hidup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
U.K. yang menunjukkan 3,18 dalam 10.000 kelahiran hidup. Adapun frekuensi
kejadiannya sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Katarak dapat
unilateral ataupun bilateral dan dapat berbagai variasi dalam ukuran, bentuk, dan
derajat kekeruhan.2

EtIOLogi
Katarak pediatrik biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya. Katarak pediatrik dapat juga disebabkan oleh
6

beberapa jenis obat seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot,


antikolinesterase topikal, kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan
katarak pediatrik seperti diabetes mellitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.
Sebagian besar katarak timbul akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh
lingkungan seperti merokok, radiasi UV serta nutrisi yang buruk. Katarak biasanya
berkembang tanpa penyebab yang nyata, bagaimana pun katarak bisa juga timbul
akibat trauma pada mata, paparan yang lama terhadap obat seperti kortikosteroid
yang menyebabkan katarak subkapsul posterior. Phenotiazin dan amiodaron
menyebabkan deposit pigmen di epitel lensa anterior. Katarak pediatrik juga dapat
disebabkan karena kelainan herediter.3,4 .

Tanda Klinis
Katarak muncul sebagai lensa yang keruh dan akan terlihat walaupun pupil
tidak terdilatasi dan oftalmolgis akan mendilatasikan pupil pada pemeriksaan slit
lamp untuk evaluasi. Tanda red reflex pada pemeriksaan sangat berguna untuk
memperkirakan ukuran dan lokasi dari aksis visual meskipun pada anak yang tidak
koperatif.2,4,5
Katarak pediatrik dapat menjadi bagian dari penyakit atau suatu sindrom dan
kadang-kadang dapat menjadi salah satu petunjuk untuk menegakkan diagnosis.
Katarak pediatrik dapat disertai dengan kelainan okular lain seperti megalokornea,
koloboma, mikrokornea, koloboma iris, aniridia, dan kelemahan zonular.5,6

Gejala Klinis
Pada bayi dengan katarak yang ringan biasanya asimtomatik dan sering
terdiagnosis lambat. Pada masa perkembangan anak dengan dijumpainya
kekurangan respon terhadap cahaya, deviasi pada mata, gagalnya anak dalam
memperhatikan mainan ataupun adanya pertumbuhan anak yang terlambat dapat
menjadi perhatian bagi orangtua. Katarak yang ringan pada anak biasanya dijumpai
fotofobia hanya pada cahaya terang. Katarak yang padat juga dapat ditemukan jika si
anak mengalami nistagmus.5,6

Diagnosis
Diagnosis katarak pediatrik ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
oftalmologi dan penunjang. Pada anamnesa oftalmologis mendapatkan informasi
7

riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, riwayat kelahiran dan riwayat masa
kehamilan. Pada pemeriksaan oftalmologi dijumpainya gangguan visus dan adanya
kekeruhan lensa pada pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan tonometri dan posterior
pole sangat diperlukan. Jika media dijumpai kekeruhan yang padat maka
pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan. Pemeriksaan laboratorium seperti
pemriksaan urin, TORCH titers, VDRL, serum kalsium dan fosfor, juga diperlukan
jika tidak dijumpai adanya riwayat keluarga menderita penyakit yang sama pada
katarak pediatrik yang bilateral. Jika dijumpai adanya kelainan sistemik lain yang
disertai katarak pediatrik maka konsultasi ke bagian pediatik sangat diperlukan.7,8

Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk leukokoria atau pupil putih yang menyerupai
katarak pediatrik adalah retinoblastoma, PVF, ROP, Coat Disease, Toxocariasis,
perdarahan vitreus, korioretinal koloboma, ataupun penyakit keganasan pada retina
lainnya. Semua penyakit ini dapat dibedakan dengan pemerikasaan segmen anterior
dan posterior termasuk pemeriksaan ultrasonografi.2,7,8,9

Penatalaksanaan
Tidak semua katarak pediatrik memerlukan pembedahan. Katarak yang kecil,
parsial atau parasentral dapat ditatalaksana dengan observasi. Pemberian
fenilepinefrin dan tropikamid masih dapat membantu penglihatan.2,8,9,10,11
Adapun indikasi operasi :
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan dari
tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-
hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.12,13,14
2. Indikasi Medis
Katarak pediatrik sangat rentan dapat menyebabkan kebutaan pada anak-
anak. Ambliopia deprivasi merupakan komplikasi katarak pediatrik yang
dapat menjadi penyebab low vision tersering pada anak dan dapat
mempengaruhi perkembangan dan kualitas hidup anak. Indikasi operasi
katarak pada kasus katarak pediatrik sangat direkomendasikan sebagai
manajemen terbaik dalam mengatasi masalah perkembangan visus pada
anak.14,15,16
8

Pembedahan
Operasi pada katarak pediatrik masih menjadi kontroversial. Operasi dapat
berupa lensektomi dengan IOL atau pun tanpa IOL. Untuk menentukan tepatnya
kalkulasi IOL pada anak tidaklah mudah, hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang sulit diprediksi seperti: pengukuran keratometri dan panjang aksial bola
mata pada anak yang dapat berubah, pertumbuhan dan perkembangan okular pada
anak yang belum maksimal, dan penggunaan formula IOL yang belum ada
standarisasi untuk anak.2,16,17
Secara umum, semakin muda anak, semakin besar urgensi untuk
menghilangkan katarak, karena adanya risiko ambliopia. Untuk pengembangan
visual yang optimal, katarak unilateral yang signifikan secara visual harus
ditatalaksana sebelum usia 6 minggu; katarak bilateral yang signifikan secara visual,
sebelum usia 10 minggu.2,16,17
Untuk anak-anak yang lebih tua dengan katarak bilateral, operasi
diindikasikan ketika fungsi visual mengganggu aktivitas anak. Meskipun anak-anak
dengan ketajaman visual terkoreksi terbaik 20/70 dapat berfungsi relatif baik di
sekolah dasar, partisipasi mereka dalam kegiatan seperti mengemudi (driver
licence). Pembedahan harus dipertimbangkan ketika ketajaman visual berkurang
hingga 20/40 atau lebih buruk.2,16,17
Untuk anak-anak yang lebih tua dengan katarak unilateral, operasi katarak
diindikasikan ketika ketajaman visual tidak dapat ditingkatkan melampaui
20/40.2,16,17

Perawatan Paska Operasi


Perawatan post operasi katarak pada anak adalah dengan medikal terapi dan
manajemen ambliopia yang mungkin terjadi. Medikal terapi paska operasi dapat
diberikan antibiotik topikal, steroid, dan sikloplegik dalam beberapa minggu. Steroid
harus diberikan lebih agresif jika dilakukan implantasi IOL. Beberapa ahli bedah
mata juga memberikan steroid oral khususnya pada pasien anak yang memililki
pigmen iris yang lebih.2,16,17
Tatalaksana ambliopia pada anak juga harus dilakukan setelah 1 minggu
paska operasi. Pemberian koreksi maksimal pada anak lebih baik menggunakan
lensa kontak pada pasien anak yang baik afakia bilateral maupun unilateral.2,17
9

Bab 2
Laporan Kasus

Seorang anak laki-laki berumur 7 tahun dibawa oleh kedua orang tuanya ke
rumah sakit dr. Pirngadi dengan keluhan pupil mata kiri putih. Hal ini telah dialami
pasien sejak 4 tahun yang lalu. Pupil putih disertai dengan mata kabur berlahan-
lahan. Pandangan kabur juga tidak disertai riwayat mata merah dan trauma.
Pandangan berawan dijumpai. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara
dengan riwayat persalinan normal, lahir aterm, BBL 3000 gram, riwayat imunisasi
lengkap, riwayat keluarga dengan penyakit yang sama dijumpai, riwayat infeksi
maternal pada ibu tidak jelas, penggunaan obat-obatan selama kehamilan tidak jelas,
riwayat trauma tidak dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai.

Pasien masuk ke poli mata : Tanggal 17 Desember 2018 pukul 09.50 WIB
Pada pemeriksaan di poli mata didapatkan :
Status Generalisata :
Status Present : Kompos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali / menit
Pernafasan : 12 kali / menit

S : Pupil putih pada mata kiri


O: Status Oftalmikus ODS
Segmen anterior OD OS

Visus 6/18, PH (+) 6/6 1/300, PH (-)


10

Tonometri Non Kontak 15 mmHg 14 mmHg


Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf Dalam batas normal Ptosis
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Inj Conj (-), Hiperemis (-), Inj Conj (-),
Inj Siliar (-) Inj Siliar (-)
Kornea Clear Clear
Kamera okuli anterior Sedang Sedang
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm
Lensa Agak Keruh Keruh
Funduskopi : Od Os
Media Agak Keruh Tidak dapat dinilai
Papil Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,2-0,3 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+)
A : diagnosis Katarak Juvenil ODS + Ptosis OS + Eksodeviasi OS
P : terapi  Pasien direncanakan operasi ECCE dengan
Implantasi IOL OS

Pemeriksaan laboratorium, penunjang dan konsul departemen ilmu terkait yang telah
dilakukan sebelum operasi :
 Pemeriksaan laboratorium : Darah Lengkap, LED, Faal Hati (SGPT, SGOT),
KGD ad random, Elektrolit darah (Natrium, Kalium, Klorida), Fungsi Ginjal
(Ureum, Creatinin), Fungsi Pembekuan (PT, TT, INR, APTT).
 Pemeriksaan Penunjang : Foto Toraks PA, USG orbita
 Tanggal 12 Desember 2018, pasien dikonsulkan ke bagian anak untuk
toleransi operasi.
 Tanggal 17 Desember 2018 Konsul Sp Anestesi untuk toleransi operasi.
11

Hasil Pemeriksaan dan Jawaban Konsul :


 Hasil Pemeriksaan laboratorium Tanggal 12 Desember 2018: Darah
Lengkap, LED, Faal Hati (SGPT, SGOT), KGD ad random, Elektrolit darah
(Natrium, Kalium, Klorida), Fungsi Ginjal (Ureum, Creatinin), Fungsi
Pembekuan (PT, TT, INR, APTT) dalam batas normal.
 Hasil Foto Toraks Tanggal 05 Desember 2018 : dalam batas normal
 Hasil USG Tanggal 12 Desember 2018: Tidak dijumpai kelainan intraocular
 Pemeriksaan Biometri : Hasil Formula SRK II adalah IOL Posterior +13,5 D
 Tanggal 12 Desember 2018, Jawaban konsul anak toleransi operasi adalah
low risk.
 Tanggal 17 Desember 2018, jawaban konsul Anestesi adalah ACC tindakan
anestesi umum.
 Tanggal 17 Desember 2018, pasien dihospitalisasi untuk persiapan operasi.

Follow Up 1 hari Sebelum Tindakan Operasi :


Senin, Tanggal 17 Desember 2018
Keluhan Pasien : -
Status Oftalmikus ODS
Segmen anterior OD OS

Visus 5/60 (Bedside) 1/300


Tonometri Non Kontak 15 mmHg 14 mmHg
Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf dalam batas normal Ptosis
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Inj Conj (-), Hiperemis (-), Inj Conj (-),
Inj Siliar (-) Inj Siliar (-)
Kornea Clear Clear
Kamera okuli anterior Sedang Sedang
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm
Lensa Agak Keruh Keruh
Funduskopi : Od Os
12

Media Agak Keruh Tidak dapat dinilai


Papil Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,2-0,3 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+)
A : diagnosis Katarak Juvenil ODS + Ptosis OS + Eksodeviasi OS
P : terapi -

Persiapan Operasi
1. Persiapkan SIO dan Assesment
2. Gunting Bulu Mata Kiri Pasien
3. Beri Marker pada Mata Kiri
4. Pasien dipuasakan 8 jam sebelum operasi
5. Beri Dulkolak Supp dan Klisma Pasien 2 jam sebelum jadwal operasi
6. Infus Pasien dengan IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i mikro
7. Pemberian obat tetes mata pre operasi dengan Ofloksasin 3mg/ml tetes mata,
Homatropin 2% tetes mata dan anti Natrium Diklofenak 1mg/ml tetes mata 3
jam sebelum operasi setiap 15 menit.

Laporan Operasi
Pasien dioperasi pada hari selasa tanggal 18 Desember 2018 pukul 09.30, dengan
laporan operasi sebagai berikut :

1. Pasien dibaringkan di meja operasi, dengan anestesi umum dibersihkan


lapangan operasi dengan povidon iodine 2,5%, pasang duk steril.
13

2. Tembus Kornea dengan Slit Knife 2,75, Injeksi Triphan Blue dengan Spuit 1
CC. Biarkan Sampai 20 detik.
3. Irigasi dengan RL sisa triphan blue, Injeksi Viscoelastic sampai COA cukup
dalam.
4. Lakukan Kapsulotomi.
5. Dijumpai lensa yang keruh sangat lunak, maka dilakukan lensektomi dengan
symcoe dan irigasi COA dengan symcoe sampai bersih dari sisa kortek.
6. Buat Grooving dengan Cresent Knife pada daerah limbus dari jam 11 sampai
jam 1.
7. Gunting kornea sejauh jam 11 sampai jam 1 atau sekitar 6-7 mm.
8. Injeksi viscoelastic kembali untuk memperdalam COA.
9. Implantasi IOL +15 D melalui pupil dan luksir IOL dengan Chopper sampai
IOL tepat pada posisi sentral.
10. Beri Myostat untuk memperkecil pupil.
11. Bersihkan Sisa Viscoelastic dengan Symcoe.
12. Jahit kornea sebanyak 3 jahitan pada daerah insisi kornea.
13. Buat Bubble pada COA dan stromal edema untuk mengantisipasi kebocoran
jahitan.
14. Injeksi deksametason dan gentamisin pada subkonjungtiva dengan
perbandingan 1 : 1 pada volume masing-masing 0,5 ml.
15. Beri salep mata kloramfenikol 1 %
16. Patching
17. Operasi Selesai
18. Pasien dipindah ke ruangan recovery untuk stabilisasi.
19. Diberikan terapi post operasi dengan :
 Amoksisilin sirup 3 x cth II
 Parasetamol sirup 3 x cth II
 Ofloxacin tetes 3 mg/ml mata 4 x gtt 1 OS.
 Deksametason 0,1 % + Neomisin Sulfat 3,5 mg/ml + Polimiksin B
Sulfat 6000 iu/ml 6 x gtt 1 OS
14

Hasil Follow Up Post Op Hari 1


 Rabu, Tanggal 19 Desember 2018

S : Keluhan (-), Kontrol Post Op hari 1


O : Status Oftalmikus :
Segmen anterior OD OS

Visus 5/60 (Bedside) 1/60


Tonometri Non Kontak - -
Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf dalam batas normal Edema (+)
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (+)
sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Kornea Clear Edema (+), Jahitan rapat
Kamera okuli anterior Sedang Terbentuk, Bubble (+)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Oval, RC (+)
Lensa Agak Keruh IOL (+), Sisa Korteks (+)
Funduskopi : Od Os
Media Agak Keruh Belum dapat dinilai
Papil Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+)
A : diagnosis Pseudofakia OS + Katarak Juvenil OD + Ptosis OS +
Eksodeviasi OS
P : terapi  Amoksisilin sirup 3 x cth II
 Parasetamol sirup 3 x cth II
15

 Ofloxacin tetes mata 4 x gtt 1 OS.


 Deksametason 0,1 % + Neomisin Sulfat 3,5 mg/ml +
Polimiksin B Sulfat 6000 iu/ml 6 x gtt 1 OS

 Pasien diperbolehkan pulang berobat jalan dan kontrol kembali hari sabtu
tanggal 22 Desember 2018.

Hasil Follow Up Post Op Hari ke-4


Sabtu, 22 Desember 2018
S : Nyeri Mata (-), Demam (-)
O: Status Oftalmikus ODS

Segmen anterior OD OS

Visus 6/18 PH (+) 6/6 3/60 PH (+) 5/60


Tonometri Non Kontak - -
Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf dalam batas normal Edema (-), Ptosis (+)
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (+)
sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Hiperemis (+)
Kornea Clear Clear, Jahitan rapat
Kamera okuli anterior Sedang Terbentuk, Bubble (-)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Oval, RC (+)
Lensa Agak Keruh IOL (+), Sisa Korteks (+)
Funduskopi : Od Os
16

Media Agak Keruh Jernih


Papil Bulat, batas tegas, pink, Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3 CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-), Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+) RF (+)
A : diagnosis Pseudofakia OS + Katarak Juvenil OD + Ptosis OS +
Eksodeviasi OS
P : terapi  Amoksisilin sirup 3 x cth II
 Parasetamol sirup 3 x cth II
 Ofloxacin 3 mg/ml tetes mata 4 x gtt 1 OS.
 Deksametason 0,1 % + Neomisin Sulfat 3,5 mg/ml +
Polimiksin B Sulfat 6000 iu/ml 6 x gtt 1 OS

 Pasien dianjurkan kontrol kembali hari Kamis, tanggal 27 Desember 2019

Hasil Follow Up Post Op Hari ke-9


Kamis, 27 Desember 2019
Keluhan : -
Status Oftalmikus ODS :

Segmen anterior OD OS

Visus 6/18 PH (+) 6/6 5/60, PH (+) 6/18


Tonometri Non Kontak - -
Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf dalam batas normal Ptosis
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
17

sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Hiperemis (+) minimal
Kornea Clear Clear, Jahitan rapat
Kamera okuli anterior Sedang Terbentuk,
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Oval, RC (+)
Lensa Agak Keruh IOL (+), Sisa Korteks (+)
Funduskopi : Od Os
Media Agak Keruh Jernih
Papil Bulat, batas tegas, pink, Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3 CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-), Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+) RF (+)
A : diagnosis Pseudofakia OS + Katarak Juvenil OD + Ptosis OS +
Eksodeviasi OS
P : terapi  Amoksisilin sirup 3 x cth II
 Parasetamol sirup 3 x cth II
 Ofloxacin 3 mg/ml tetes mata 4 x gtt 1 OS.
 Deksametason 0,1 % + Neomisin Sulfat 3,5 mg/ml
+ Polimiksin B Sulfat 6000iu/ml ED 6 x gtt 1 OS.

Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali hari Kamis, 03 Januari 2019


18

Hasil Follow Up Post Op Hari ke-16

Kamis, 03 Januari 2019


Keluhan : -
Status Oftalmikus ODS :

Segmen anterior Od Os

Visus 6/18 PH (+) 6/6 6/60, PH (+) 6/12


Tonometri Non Kontak - -
Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf dalam batas normal Ptosis
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Hiperemis (+) minimal
Kornea Clear Clear, Jahitan rapat
Kamera okuli anterior Sedang Terbentuk,
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Oval, RC (+)
Lensa Agak Keruh IOL (+), Sisa Korteks (+)
Funduskopi : Od Os
Media Agak Keruh Jernih
Papil Bulat, batas tegas, pink, Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3 CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-), Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+) RF (+)
19

A : diagnosis Pseudofakia OS + Katarak Juvenil OD + Ptosis OS +


Eksodeviasi OS
P : terapi  Ofloxacin 3 mg/ml tetes mata 4 x gtt 1 OS.
 K-iodida 5mg, K-klorida 5mg, Na-tiosulfat 0.5mg,
timerosal 0.002mg 4 x gtt 1 OD
 Articial Tears 4 x gtt 1 ODS

Pasien dianjurkan untuk kontrol ulang minggu depan untuk koreksi kacamata hari
Kamis, 10 Januari 2019.

Hasil Follow Up Post Op Hari ke-29


Rabu, 16 Januari 2019
Keluhan : Pemberian Kacamata
Status Oftalmikus ODS :
20

Segmen anterior OD OS

Visus 6/18 PH (+) 6/6 5/60, PH (+) 6/18


Tonometri Non Kontak - -
Posisi bola mata Ortoforia Eksotrofia
Palpebra sup/inf dalam batas normal Ptosis
Konjungtiva tarsal Hiperemis (-) Hiperemis (-)
sup/inf
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Hiperemis (-)
Kornea Clear Clear, Jahitan rapat
Kamera okuli anterior Sedang Terbentuk,
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, RC (+), ǿ 1-2 mm Oval, RC (+)
Lensa Agak Keruh IOL (+), Sisa Korteks (+)
Funduskopi : Od Os
Media Agak Keruh Jernih
Papil Bulat, batas tegas, pink, Bulat, batas tegas, pink,
CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3 CDR = 0,3-0,4 AVR= 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-), Perdarahan (-), eksudat (-),
Makula RF (+) RF (+)
A : diagnosis Pseudofakia OS + Katarak Juvenil OD + Ptosis OS +
Eksodeviasi OS
P : terapi - K-iodida 5mg, K-klorida 5mg, Na-tiosulfat 0.5mg, timerosal
0.002mg 4 x gtt 1 OD
- Ofloxacin ED 3 mg/ml 3 x gtt 1 OS
- Articial Tears 4 x gtt 1 ODS

Pasien dikoreksi dengan kacamata dengan hasil :

BCVA OD : 6/18 S-1,256/6

BCVA OS : 6/60S-1,506/6

Namun pasien pusing. Kacamata belum dapat diberikan dan dianjurkan kontrol
ulang minggu depan, tanggal 23 Januari 2019.
21

Bab 3
Pembahasan

Dari anamnesis yang dilakukan pada orang tua, anak laki-laki 7 tahun dengan
keluhan utama pupil putih mata kiri yang sudah dialami os kurang lebih 4 tahun.
Pupil putih disertai penurunan visus yang perlahan pada mata kiri yang dirasakan
semakin lama terasa semakin memberat 4 bulan ini. Riwayat penglihatan berawan,
silau melihat cahaya atau sinar matahari dijumpai. Hal yang dialami pasien ini pada
umumnya didapati pada katarak, dimana penurunan visus ini terjadi akibat
kekeruhan dari lensa pasien, fotofobia yang dialami pasien terjadi karena seluruh
spektrum dari lensa yang mulai mengeruh membuat sinar yang masuk terpecah.
Pasien ini ditegakkan dengan diagnosa katarak Juvenile ODS berdasarkan
anamnesa pada umur 4 tahun mendapatkan gejala visus yang mulai turun perlahan,
adanya riwayat fotofobia, riwayat pandangan melihat asap tanpa disertai riwayat
trauma dan mata merah dan pada pemerikasaan oftalmologi didapat lensa yang
keruh pada segmen anterior. Pemeriksaan penunjang lain dilakukan pada pasien ini
yaitu pemeriksaan USG dengan hasil tampak spike yang meninggi pada lensa
dengan panjang AL kurang lebih 25 mm. Pemeriksaan USG ini bertujuan untuk
menyingkirkan diferensial diagnosa leukokoria pada katarak pediatrik dari suatu
retinoblastoma, ablatio retina, Coat’s disease, Retinopathy Of Prematurity,
perdarahan vitreus, PHPV dan lain sebagainya.
Untuk memperbaiki fungsi penglihatan dan mencegah komplikasi katarak
yang dapat terjadi pada pasien ini maka dilakukan Extra Capsular Cataract
Extraction dengan implantasi IOL OS sebesar +15 Dioptri. Menurut beberapa
literatur, implantasi IOL yang tepat pada anak masih menjadi pembahasan lebih
lanjut, hal ini disebabkan adanya perkembangan okular pada anak yang
mempengaruhi besarnya daya refraksi mata dalam memfokuskan bayangan ke
makula. Pada pasien ini memiliki panjang aksial yang lebih panjang dari normal
sekitar 25,8 mm dan kemungkinan pertambahan panjang aksial akan bertambah ke
depannya melihat perkembangan okular yang belum maksimal. Pemasangan IOL
pada pasien ini dipertimbangkan sebagai kebutuhan anak dalam beraktifitas di
sekolah. Implantasi IOL pada pasien ini sedikit lebih besar dari perhitungan
biometri. Hal ini dikarenakan kurang tersedianya IOL yang dibutuhkan pada fasilitas
kesehatan. Power IOL yang terlalu besar dari kalkulasi biometri dan adanya
22

pertambahan perpanjangan aksial sumbu bola mata akan membuat pasien lebih
miopia. Namun hal ini dapat diantisipasi dengan koreksi refraksi sedini mungkin
dengan melihat batasan koreksi agar tidak terjadi anisometropia pada kedua mata.
Pasien ini telah dicoba dilakukan perbaikan visus dengan koreksi kacamata setelah 1
bulan paska operasi namun kacamata belum dapat diberikan karena pasien tidak
nyaman/pusing saat adaptasi.
Komplikasi paska operasi katarak pada anak berbeda dari orang dewasa.
Berdasarkan literatur, ablasio retina, edema makula, dan kelainan kornea jarang
terjadi pada anak-anak, namun infeksi dan perdarahan paska operasi memiliki
insidensi yang sama. Pada pasien ini komplikasi setelah beberapa minggu paska
operasi katarak belum dijumpai secara signifikan. Perawatan dan perhatian orang tua
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan operasi katarak pada anak. Pada anak-
anak, strabismus sangat umum dikaitkan dengan katarak. Risiko glaukoma
meningkat pada anak-anak yang menjalani operasi pada masa bayi, dan glaukoma
sering berkembang bertahun-tahun setelah ekstraksi lensa.
Perkembangan visus pada anak yang telah menjalani operasi katarak sangat
rentan sekali untuk terkena ambliopia. Menurut literatur, perbaikan visus dengan
mengkoreksi penglihatan sebaiknya dilakukan satu minggu setelah paska operasi.
Pemberian koreksi refraksi pada anak dan terapi ambliopia akan menjadi tata
laksana lanjut pada pasien dengan katarak pediatrik. Pada pasien ini belum dapat
dilakukan koreksi kacamata dikarenakan 1 minggu paska operasi pasien masih
memiliki kondisi segmen anterior yang belum recover dan dapat menimbulkan
kesalahan dalam pengoreksian.

Kesimpulan
Katarak pediatrik merupakan katarak yang terjadi pada neonatus dan anak-
anak, dimana katarak ini dapat menjadi kongenital ataupun didapat. Katarak Juvenil
adalah katarak yang terjadi pada masa anak berumur 3 bulan dan dibawah 9 tahun.
Katarak pediatrik harus diterapi sedini mungkin untuk mencegah low vision dan
amliopia deprivasi pada anak. Extra Capsular Cataract Extraction merupakan
manajemen yang harus dilakukan dalam mencegah kebutaan pada anak. Koreksi
refraksi maksimal dan terapi ambliopia harus dilakukan paska operasi untuk
mengatasi masalah yang akan dihadapi dalam perkembangan visus pada anak.
23

Daftar Pustaka

1. Basic Clinical Science Course of the American Academy of Ophthalmology.


Section 11. 2011 - 2012.
2. American Academy of Ophthalmology. Pediatric
Ophthalmology/Strabismus: Congenital and acquired cataracts in children
Practicing Ophthalmologists Learning System, 2017 - 2019 San Francisco:
American Academy of Ophthalmology, 2017.
3. Cataract in the Adult Eye: Surgery and Diagnostic Procedures. Preferred
Practice Patterns.American Academy of Ophthalmology. September 2006.
4. Plager D, Carter C. Pediatric Cataract. Focal Points. American Academy of
Ophthalmology. February 2011.
5. Wrigth KW, Spiegel PH, Thomson LS. Handbook of pediatric strabismus
and ambliopia. United states of America: Springer; 2006: page 108-133.
6. American Academy of Ophtalmology. Pediatric ophtalmology and
strabismus 2014 - 2015. Section 6. Italy: American Academy of
opthalmology; 2014; page 33-40.
7. Holmes JM, Leske DA, Burke JP and Hodge DO. Birth prevalence of
visually significant infantile cataract in a defined U.S. population.
Ophthalmic EpidemIOL 2003 Apr:10:67-74.
8. Rahi JS, Dezateux C: British Congenital Cataract Interest Group. Measuring
and interpreting the incidence of congenital ocular anomalies: lessons from a
national study of congenital cataract in the UK. Invest Ophthalmol Vis Sci
2001 June:42:1444-8.
9. Ashwin Reddy M, et al. Molecular Genetic Basis of Inherited Cataract and
Associated Phenotypes. Survey of Ophthalmology 2004 May-June
10. Pandey SK, Wilson ME, Trivedi RH, et al. Pediatric cataract surgery and
intraocular lens implantation: current techniques, complications and
management. Int Ophthalmol Clin. 2001 Summer;41(3):175-96.
11. Vishwanath M, Cheong-Leen R, Taylor D, et al. Is early surgery for
congenital cataract a risk factor for glaucoma? Br J Ophthalmol
2004;88;905-910.
24

12. Yen KG. Ambliopia. Medscape [Internet]. April 2016 [citasi 18 november
2018]. Diakses dari : https://emedicine.medscape.com/article/1214603-
overview#a1
13. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. Fourth edition. New Delhi:
New age International; 2007; page 319-320.
14. Bowling B. kanski’s clinical ophthalmology: A systematic approach. Eight
edition. China: Elsevier; 2016; page 737-738..
15. Rouse MW, Cooper JS, Cotter SA, Press LJ, Tannen BM. Optometric
clinical practice guideline: care of the patient with ambliopia. American
Optometric Association. 2004.
16. Rashad MA, Elaziz KMA, Fawzy SM, et al. screening of primary school
children for ambliopia and amblyogenic factors in central Cairo, Egypt.
Journal of Ophthalmology. 2018.
17. American Academy of Ophthalmology. Ambliopia Preferred Practice
Pattern. Elsevier. 2017.

Anda mungkin juga menyukai