Anda di halaman 1dari 24

KASUS PANJANG

KATARAK

OLEH

I Made Dharma Wijaya, S. Ked (21710199)

Putu Angga Tantra Dinata, S. Ked (21710148)

PEMBIMBING

Dr. TUTUK WIBOWO CHAMIDY, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUD BANGIL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022 PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL


Jl. Raya Raci – Bangil, Telp. (0343) 744900
Fax. (0343) 744940
PASURUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KEPANITERAAN KLINIK FK-UWKS


RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Telah dipresentasikan di :

Bangil, ..............................................................2017

Stase Ilmu Kesehatan Mata

Mengetahui,

Kepala Bagian/SMF Mata

dr.Tutuk Wibowo Chamidy,Sp,M

NIP : 140364125
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan (katarak senilis), tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat
juga berhubungan dengan trauma mata tajammaupun tumpul, penggunaan kortikosteroid
jangka panjang, penyakitsistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama,
atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior). Katarak adalah suatu keadaan dimana
lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani
cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya. Jadi dapat disimpulkan, katarak
adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju retina, yang
dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan paling banyak
di dunia adalah katarak 51% , glaukoma 8% dan disusul oleh degenerasi makular terkait usia
(AMD) 5% . WHO memperkirakan bahwa hampir 18 juta orang dari populasi seluruh dunia
menderita kebutaan yang diakibatkan oleh katarak . Data ini menjadikan katarak merupakan
penyebab utama kebutaan dan penyebab penting dari tunanetra di seluruh dunia. Sebanyak
81% kasus keebutaan di Indonesia terjadi akibat katarak menurut hasil survey kebutaan yang
dilakukan oleh persatuan dokter spesialis mata Indonesia dan badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian kesehatan Indonesia. Prevalensi katarak di Jawa Timur
masih cukup tinggi yaitu mencapai 1,6% atau 5 juta dari jumlah penduduk. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Lamongan pada tahun 2017 penderita katarak di kabupaten Lamongan

sebesar 2,4% per 1000 jiwa. Katarak bisa dialami pada semua umur bergantung pada Factor
pencetusnya. Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi kejadian penyakit katarak
senilis seperti penuaan, radang mata, trauma mata, diabetes melitus, riwayat keluarga dengan
katarak, pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya, pembedahan mata, merokok,
terpajan banyak sinar ultra violet (matahari). Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia yang terkait dengansekresi insulin, defek aksi insulin
ataukeduanya.

Kondisi hiperglikemia kronik ini berhubungan dengan sekuele jangka panjang yang
signifikan, yaituke rusakan, disfungsi dan kegagalan pada beberapa organ, khususnya ginjal,
mata, araf, jantung dan pembuluh darah. Pada mata dapat menyebabkan edema lensa akibat
sorbitol (alkohol gula). Riwayat keluarga dengan katarak dapat berpengaruh terhadap
penerusan gen kepada keturunan. Beberapa gen kristalin diekspresikan pada awal
embriogenesis, dan mutasi pada gen ini dapat menyebabkan perubahan pada protein yang
berperan terhadap agregasi protein hingga mengakibatkan terjadinya katarak. Seiring
bertambahnya usia, ada gangguan dalam struktur lensa dan akumulasi pigmen. Katarak
ditandai dengan adanya gangguan penglihatan (kabur atau mendung), penurunan tajam
penglihatan secara progresif, membutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat hal-hal yang
jelas, silau, perubahan persepsi warna dapat terjadi dengan intensitas berkurang, kurangnya
kontras atau distorsi kekuningan. Katarak terus berkembang seiring waktu, menyebabkan
kerusakan penglihatan secara progresif. Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah
katarak senilis.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan penatalaksaan katarak ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui secara garis besar

tentang katarak matur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gejala klinis dari katarak.

b. Mengetahui pemeriksaan fisik pada katarak.

c. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada katarak.


d. Mengetahui penegakkan diagnosis dari katarak.

e. Mengetahui penatalaksanaan pada katarak.

f. Mengetahui prognosis pada katarak.

D. Manfaat

1. Manfaat Akademik

Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu penyakit mata, serta mengetahui

gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, cara menegakkan diagnosis dan

penatalaksanaan katarak.

2. Manfaat Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman bagi penulis untuk membuat karya tulis ilmiah, menambah

pengetahuan penulis dalam bidang ilmu penyakit mata khususnya tentang kasus katarak.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pentingnya edukasi

tentang pencegahan agar jangan sampai terjadi konjungtivitis, serta pengobatan dan

prognosis pada penyakit katarak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang
iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di
sebelah anterior lensa terdapat humor aquoeus, di sebelah posteriornya, vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. Di sebelah
depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik.
Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Masing-masing
serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini
jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel
subkapsul. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula
(zonula zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan
menyisip ke dalam ekuator lensa. Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35
% protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serta nyeri, pembuluh
darah atau syaraf di lensa (Vaughan, 2000).
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih
cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem
saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot
untuk penglihatan dekat. Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-
serat transparan. Kadang-kadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga
berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai
katarak. Lensa defektif ini biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan
dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi (Sherwood,
2001).

2.2 Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani ‘katarraktes‘ yang berarti air terjun karena
pada awalnya latarak dipikir sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan lensa.
Menurut WHO, katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata sehingga menyebabkan penurunan atau
gangguan penglihatan.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya ( Ilyas, 2009 ).
2.2.2 Etiologi dan Klasifikasi
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma,
ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses
penyakit intraokuler lainnya. Selain itu, katarak juga boleh disebabkan oleh bahan
toksik khusus. Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak, seperti:
eserin ( 0.25-0.5 % ), kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topikal. Kelainan
sistemik atau metabolik juga dapat menyebabkan terjadinya katarak, seperti diabetes
mellitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan
tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senil, juvenil, herediter ) atau
kelainan kongenital mata. (Ilyas,2009)
Katarak terdiri daripada beberapa klasifikasi :
a) Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapat sejak lahir dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Untuk mengetahui penyebab
katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi pada ibu seperti
rubella pada kehamilan trimester pertama dan riwayat pemakaian obat selama
kehamilan.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
i. Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak
kapsular dan katarak polaris.
ii. Lentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak yang
mengenai korteks atau nukleus lensa sahaja.

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital :


i. Katarak piramidalis atau polaris anterior
Katarak piramidalis atau polaris anterior terjadi akibat gangguan perkembangan lensa
pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ini apabila ibu dengan
kehamilan kurang dari 3 bulan terdapat infeksi virus, maka amnion akan
mengandungi virus. Pada pemeriksaan objektif akan terlihat kekeruhan kornea dan
terdapatnya jaringan fibrosis di dalam bilik mata depan yang menghubungkan
kekeruhan kornea dengan lensa terletak di polus. Kekeruhan lensa pada katarak polar
anterior ini tidak progresif.
ii. Katarak piramidalis atau polaris posterior
Katarak ini terjadi akibat arteri hialoid yang menetap pada saat tidak diperlukan lagi
oleh lensa untuk metabolism. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat kekeruhan
di dataran belakang lensa. Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapat dilihat
dengan pemeriksaan ultrasonografi.
iii. Katarak zonularis atau lamelaris
Katarak lamelaris bersifat herediter, diturunkan secara dominan dan biasanya
bilateral. Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian terjadi
gangguan perkembangan serat, maka akan terlihat kekeruhan serat lensa pada suatu
zona di dalam lensa.
iv. Katarak pungtata dan lain-lain.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih
atau suatu leukokoria. Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa
nistagmus dan strasbismus. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia,
homosisteinuri, diabetes mellitus toksoplasmosis, dan histoplasmosis. (Ilyas,2009)
b) Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
 Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
 Katarak hipokalsemik (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
 Penyakit Wilson
 Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Oto
t
 Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
 Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
 Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti
Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
 Katarak anoksik
 Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,
dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,
klorpromazin, busulfan, dan besi).
 Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis
imperfekta, kondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan
kromosom.
 Katarak radiasi(Ilyas,2009)
c) Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat degenerasi serat
lensa karena proses penuaan. Penyebabnya sampai sekarag tidak diketahui secara
pasti.
Katarak senil secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan
hipermatur.(Ilyas,2009)
Tabel 2.1. Perbedaan stadium katarak senil

Insipien Imatur Matur Hipermatur


 Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
 Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
 Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
 Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
 Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
 Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
 Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
(Sumber : Ilyas, 2009)

I. Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi akuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior. Vakuol mula terlihat di dalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan ini mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah berbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif
pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa.
II. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada
katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
III. Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini
bias terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan,maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang
normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan negatif. (Ilyas,2009)

IV. Katarak hipermatur


Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai dengan kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni.

d) Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor
intraokular, iskemia okular, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak
komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin ( hipoparatiroid,
galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (steroid lokal lama, steroid
sistemik, oral kontra septik dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di
daerah bawah kapsul atau pada lapisan korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata
ataupun linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol.
Dikenal 2 bentuk yaitu :
 Kelainan pada polus posterior mata
Terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, miopia tinggi
dan kontusio retina. Biasanya kelainan ini berjalan aksial sehingga sering terlihat
nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan
gambaran agak berlainan.
 Kelainan pada polus anterior mata
Biasanya akibat kelainan kornea berat, iridosiklitis, kelainan neoplasma dan
glaukoma. Pada katarak iridosiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis
anterior sedangkan pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disiminata
pungtata subkapsular anterior. (Ilyas,2009)
e) Katarak Diabetes
katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes
mellitus.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk :
 Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemi nyata, pada
lensa akan terlihat kekruhan berupa garis akibat kapsul lensa
berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan
akan hilang jika terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
 Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi
katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat
snowflakes atau bentuk piring subkapsular.
 Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara
histologi dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

f) Katarak Sekunder
Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang
tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari ekstraksi katarak ekstra
kapsular ( EKEK ). Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio
katarak sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh
membran keruh. (Ilyas,2009)

2.2.3 Patogenesis
 Konsep Penuaan
Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa,
korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan kekurangan
air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan
bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan
berkembang dengan bertambah beratnya katarak.
 Teori Radikal Bebas
Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan, tetapi
telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor
penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri
bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman
penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam
lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat
bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar
dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah (Youngson,
2005). Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat
mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang
banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak
(Kumalaningsih, 2006). Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia
mungkin disebabkan oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi
sangat kuat dan terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di
dalam tubuh penderita katarak dibandingkan dengan mereka yang memiliki lensa
bening.
 Sinar Ultraviolet
Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal bebas
penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di dalam
sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet menghasilkan
radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang transparan sangat
peka terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai riwayat terpajan sinar
matahari untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya katarak.
 Merokok
Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein lensa.
Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid. Kita tahu
bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari semua ini,
tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak dibanding
dengan yang bukan perokok.
2.2.4 Manifestasi Klinis
1) Gejala subjektif dari pasien dengan katarak :
 Penurunan tajam penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
akibat kehilangan penglihatan.
 Silau pada malam hari.
2) Gejala objektif biasanya meliputi :
 Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan
bertambah putih.

3) Gejala umum gangguan katarak meliputi :


 Penglihatan kabur dan berkabut.
 Merasa silau terhadap sinar matahari.
 Kadang merasa seperti ada film didepan mata.
 Seperti ada titik gelap didepan mata.
 Penglihatan ganda.
 Sukar melihat benda yang menyilaukan.
 Halo, warna disekitar sumber sinar.
 Warna manik mata berubah atau putih.
 Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
 Penglihatan dimalam hari lebih berkurang.
 Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.
 Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.
 Sering berganti kacamata.
 Penglihatan menguning.
 Untuk sementara jelas melihat dekat (Ilyas, 2009).

2.2.5 Diagnosis
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata.Katarak pada
stadium perkembangan yang paling dini dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi
maksimum dengan opthalmoskop, kaca pembesar atau slitlamp. Pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah ( slitlamp ),
funduskopi, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah. Pada pasien diabetes,
diperiksa juga kadar gula darah. Pemeriksaan kartu mata Snellen juga dilakukan
untuk melihat kemungkinan terganggu dengan kerusakan kornea, lensa ,
atau vitreous humor atau penyakit sistem saraf dan jalan optik.

2.2.6 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Operasi
katarak dilakukan dengan cara ekstraksi lensa dengan prosedur
intrakapsular atau ekstrakapsular. (Ilyas,2009)
 Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi Katarak
Intrakapsular ( EKIK )
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan
mudah diputus. Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi
katarak sekunder. Pembedahan ini dilakukan dengan mempergunakan
mikroskop dan pemakaian alat khusus.
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
 Operasi katarak ekstrakapsular atau Ekstraksi Katarak
Ekstrakapsular ( EKEK )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar, melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, keratoplasti, implantasi lensa intra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, pasca bedah ablasi dan perencanaan implantasi
sekunder lensa intra okular. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder. (Ilyas,2009)

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Wati

Umur : 52 Tahun 6 Bulan

Tanggal lahir : 20 Juni 1966

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : watulunyu, Desa/ Kelurahan : O. Ombo Kulon, Kecamatan :

Rembang, Kabupaten : Pasuruan.

Pekerjaan : Wiraswasta/ Tukang Jahit

Status : Sudah Menikah

Agama : Islam

No RM : 00382494

Tanggal periksa : 18 Januari 2022

Keluhan Utama : Mata Kabur

B. RPS (Riwayat Penyakit sekarang)


Pasien datang dengan keluhan mata kanan dan mata kiri keduanya dirasakan
kabur dan ada yang menutupi di saat melihat sejak 3 bulan yang lalu. Terkadang
disertai rasa nyeri dan gatal saat melihat. Pada lensa mata pasien tampak keruh dan
seperti ada selubung yang menutupi berwarna keputihan. Pada kedua mata tidak di
temukan luka pada daerah kornea, lensa mata, ataupun konjungtivanya. Kedua

18
mata pasien tidak mengeluarkan sekret/kotoran yang berlebih saat bangun tidur
dipagi hari. Pasien juga sesekali mengucek kedua mata karena gatal.
C. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini.
D. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)
Keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini.
E. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang wiraswasta, sehari-hari kegiatannya hanya sebagai tukang
jahit, di lingkungan sekitar pasien tidak ada yang menderita gejala seperti pasien.
F. Pemerksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda vital : Nadi :80x/mnt, RR : 24x/mnt
Pemeriksaan Umum : A/I/C/D = -/-/-/-
G. Status Lokalis
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Visus 1/∞ 1/∞

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada

3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema Tidak Ada Tidak ada
Hiperemis Tidak Ada Tidak ada

19
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis Tidak Ada Tidak ada
Krepitasi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Lithiasis Tidak ada Tidak ada
Korpus alienum Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Tidak Ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Pendarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak Ada Tidak ada

8. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Rata Rata
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada

20
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada

9. BILIK MATA DEPAN


Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Intraocular lense Tidak ada Tidak ada

10. IRIS
Warna Coklat Coklat

11. PUPIL
Letak Ditengah Ditengah
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tak Langsung + +

12. LENSA
Kejernihan Keruh Keruh
Letak Di tengah Di tengah
Shadow test Positif Negatif

13. FUNDUS OCULI


Batas Tegas Tidak dapat dinilai
Warna Orange Tidak dapat dinilai
Ekskavasio Tidak ada Tidak dapat dinilai
Rasio Arteri : Vena 2:3 Tidak dapat dinilai
C/D Ratio 0,4 Tidak dapat dinilai
Macula Lutea Refleks + Tidak dapat dinilai
Retina Tidak tampak kelainan Tidak dapat dinilai
Eksudat Tidak ada Tidak dapat dinilai
Perdarahan Tidak ada Tidak dapat dinilai
Sikatriks Tidak ada Tidak dapat dinilai
Ablasio Tidak ada Tidak dapat dinilai

21
14. PALPASI
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Oculi N/palpasi N/palpasi

Gambar III. I Katarak Matur Mata Kanan dan Kiri

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Slit Lamp mata kanan dan kiri
b. Pemeriksaan Funduskopi mata kanan dan kiri
c. Pemeriksaan Laboratorium Darah mata kanan dan kiri
I. Diagnosis
ODS Katarak Matur

22
J. Diagnosis Banding
Katarak Imatur, Katarak Hipermatur
K. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Penatalaksanaan definitif
untuk katarak adalah ekstraksi lensa. Tiga prosedur operasi pada ekstraksi
katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Holland, E.J., Fingeret, M. and Mah, F.S., 2019. Use of topical steroids
in conjunctivitis: a review of the evidence. Cornea, 38(8), pp.1062-
1067.
2. Sitompul R. 2017. Konjungtivitis Viral : Diagnosis dan Terapi di
Pelayanan Kesehatan Primer. eJournal Kedokteran Indonesia, 5(1).
3. 1. Shumway CL, Mothlagh M, Wade M. Anatomy, Head and Neck, Eye
Conjunctiva. StatPearls. 2018. Available from: http:
//www.ncbi.nlm.nih.gov.pubmed/30137 787
4. Herdianti Entianopa; Anastasia, Amanda Puspita H E. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keluhan Konjungtivitis Pada Pekerja Bengkel
Las Wilayah Simpang Kawat Kota Jambi Tahun 2017. J Ilm
Ilmu Kesehat Wawasan Kesehat (Internet). 2018; (Vol 5, No 1
(2018): Juli 2018). Available from: http://journal.stikes-
kapuasraya.ac.id/index.php/JIIK-WK/article/view/9515.
5. Hammerschlag M R, Smith-Norowitz T, Kohlhoff S A. Keeping an eye on
Chlamydia and gonorrhea conjunctivitis in infants in the United States,
2010-2015. Sex Transm Dis 2017;44:577.

24

Anda mungkin juga menyukai