LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : Tn. M T
Alamat : Ploso
Agama : Islam
2. ANAMNESA
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke poli RSUD Bangil Kota Pasuruan
dengan keluhan perut membesar sejak 1 bulan SMRS,makin lama makin besar ,
sebelumnya pasien pernah diambil cairan di perut, pasien mengatakan perut terasa
tidak nyaman dan kadang terasa sakit, badan terasa linu-linu. Pasien juga
mengatakan, nafsu makan menurun, pasien juga mengatakan muntah dan mual
saat makan, muntah sudah 1 minggu ini, muntah berwarna kuning dan tidak ada
darahnya. Selain itu pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengatakan tidak pernah BAB hitam seperti petis. Pasien mengaku
1
sering mengkonsusmsi alcohol dan merokok. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
jamu pegelinu.
Pasien pernah dirawat di RSUD Bangil dengan penyakit hati. Pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit TB Paru, Sakit Ginjal, Sakit Jantung, Darah Tinggi,
2
3. STATUS GENERALIS
GCS : 456
Vital Sign
d. Suhu : 36,2 °C
Kepala
c. Mata: Konjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (+), pupil isokor, edema
d. Telinga: Simetris, Nyeri tekan (-), Sekret (-), deformitas (-), membrane
e. Hidung: Simetris, deviasi septum nasi (-), Sekret (-), deformitas (-)
f. Mulut: Bibir kering (-), pucat (-), Cyanosis (-), gigi lengkap, karies (-)
Leher
3
c. Tidak ada deviasi trakea
d. Struma (-)
Thorax
Pulmo
Cor
Palpasi: Ictus cordis teraba kuat angkat, thrill (-), Pulsasi epigastrial (-)
kiri 1 cm lateral ICS IV Midclavicular line (S), Batas jantung kanan ICS
Auskultasi:
- HR 74x/ menit
- S1 S2 tungal reguler
Abdomen
Inspeksi: Perut cembung, tidak ada jejas, Caput medusa (-) Umbilikus
tidak menonjol.
4
Perkusi: Troube Space hipertimpati, Live spam 8 cm
Extremitas:
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), eritema Palmaris (+/+), terry nails
4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
MCH 31,59 26 – 34 pg
MCHC 33,09 32 – 36 %
Neutrophil % 74,6 35 – 66 %
Limfosit % 13,9 24 – 44 %
5
Eosinophil 0,007 0 – 0,33
Faal hati :
5. DAFTAR ABNORMALITAS
Lemas
Perut membesar
Mual
Pusing
Tidak BAB
6
6. DIAGNOSIS
7. DIAGNOSA BANDING
- CKD stage V
- CHF NYHA IV
BUN, kreatinin
Serum elektrolit
USG Abdomen
Endoskopi
9. PLANNING TERAPI
Non Medikamentosa
Tirah baring
Pungsi asites
Medikamentosa
Inj. Furosemid 20 mg
7
PO
- . Propanolol 2x 20 mg
Spinorolakton 1x 100 mg
Hepamax 1x1
10. KESIMPULAN
Pada pasien ini didiagnosis sebagai sirosis hepatis dengan asites karena pada pasien ini
terdapat manifestasi klinis yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang termasuk dalam kriteria gejala diagnosis di atas, yaitu perut
yang membesar disertai mual muntah saat makan, pada pemeriksaan fisik pasien tampak
ikterus pada kedua mata dan terdapat asites pada pemeriksaan penunjang didapatkan
albumin pasien rendah, selain itu riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan adanya
riwayat mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dan pernah masuk rumah sakit karena
serosis hepatis.
8
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke poli RSUD Bangil Kota Pasuruan dengan
keluhan badan perut membesar sejak 1 bulan yang lalu,pasien mengatakan perut terasa tidak
nyaman dan kadang terasa sakit. Pasien juga mengatakan sempat muntah dan mual saat makan,
muntah sudah 1 minggu ini. Selain itu pasien juga mengeluhkan tidak BAB sejak 2 hari yang
Gejala di atas merupakan gejala dari serosis hepatis. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan
tekanan darah 87/60 mmHg pasien tampak sakit sedang, compos mentis, pada pemeriksaan mata
didapatkan sclera ikterus. Jantung dan paru terlihat normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan
perut yang cembung, shifty dullness (+). Tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium, hepar dan
limpa tidak teraba, palmar eritema (+). Dari pemeriksaan faal hati didapatkan albumin pasien
menurun.
Jadi dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan bahwa pasien sedang
mengalami serosis hepatis dengan komplikasi hipertensi vena porta (asites). Penyebab sirosis
hepatis yang sering dijumpai adalah konsumsi alkohol yang berlebihan, viral hepatitis kronik,
non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), penyakit autoimun, autoimun hepatitis, primary
9
BAB III
DISKUSI
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis tahap akhir dengan karakteristik adanya
fibrosis dan pembentukan nodul di hepar sebagai akibat dari kerusakan kronis. Fibrosis
terjadi sebagai akibat dari adanya reaksi inflamasi yang pada akhirnya akan menurunkan
Penyebab sirosis hepatis yang sering dijumpai adalah konsumsi alkohol yang
berlebihan, viral hepatitis kronik, non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), penyakit
autoimun, autoimun hepatitis, primary sclerosing cholangitis (PSC), primary biliary
cholangitis, dan cryptogenic cirrhosis.3
Secara epidemiologi, sirosis hepatis tidak membedakan jenis kelamin dan ras.
Sirosis hepatis menyebabkan 1,3 juta kematian di dunia. 13 Pada negara maju, penyebab
utama terjadinya sirosis hepatis adalah infeksi hepatitis C dan penyalahgunaan alkohol.
Namun pada negara berkembang, sering ditemukan infeksi hepatitis B yang menjadi
penyebab penyakit ini. Prevalensi sirosis hepatis sulit untuk diperkirakan karena
asymptomatic pada tahap awal.4
Patofisiologi serosis hepatis dimana sel-sel yang berperan dalam proses sirosis
hepar seperti stelate cells (HSC), sinusoidal endothelial cells (SEC), dan sel Kupffer
(KCs). HSC yang awalnya berfungsi sebagai storage vitamin A akan teraktivasi dan
menjadi myofibroblast ketika terekspos dengan sitokin. Myofibroblast ini akan
menyimpan kolagen sehingga membuat terjadinya fibrosis. SEC membuat pertukaran
cairan dan nutrisi antara sinusoid dan hepatosit menjadi mungkin karena terbentuknya
lapisan endotel yang ditandai dengan adanya fenestrasi dinding endotel. Pada sirosis,
10
terjadi SEC mengalami defenestrasi sehingga menimbulkan perisinusoidal fibrosis. SEC
juga menghasilkan NO (Nitrite Oxide) dan ET-1 (Endothelin-1) yang mempengaruhi HSC
dengan cara mengendalikan aliran darah sinusoidal. Pada sirosis, kontraktilitas HSC
dipengaruhi dengan cara menurunkan produksi NO dan peningkatan produksi ET-1. Hal
ini membuat terjadi peningkatan vasokonstriksi dan resistensi vaskular intrahepatik yang
berujung pada hipertensi portal. KC yang merupakan makrofag yang melapisi dinding
sinusoid berperan dengan cara melepas mediator dan bertindak sebagai APC (Antigen
Presenting Cell). Peran hepatosit yang rusak akan melepaskan stres oksidatif dan mediator
inflamasi sehingga lebih mendukung terjadinya fibrosis hepar.4,5
Pada pasien sirosis hepatis terjadi hipertensi portal dan sirkulasi hiperdinamik.
Secara sekunder, hipertensi portal terjadi akibat adanya fibrosis dan vasokonstriksi
intrahepatik sehingga memicu adanya sirkulasi kolateral dan hiperdinamik. Pembuluh
darah kolateral dibentuk untuk menurunkan tekanan intrahepatik. Efek yang berlawanan
terjadi pada sirkulasi sistemik, di mana terjadi peningkatan produksi NO sehingga terjadi
vasodilatasi sistemik. Hal ini memicu teraktivasi RAAS (renin-angiotensin-aldosterone
system) yang meretensi natrium dan air. Teraktivasi RAAS membuat terjadinya sirkulasi
hiperdinamik. Sirkulasi hiperdinamik ini diperparah dengan adanya pembuluh darah
kolateral yang akan meningkatkan aliran darah vena ke jantung.5,6
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiegand J, Berg T. 2018. The Etiology, Diagnosis and Prevention of Liver Cirrhosis.
Dtsch Aerzteblatt Online. 110(5).
2. Sharma B, John S. 2020. Hepatic cirrhosis. NCBI. 13(6):297–307.
3. Geong GY, Kang SH, Lee CM. 2019.An updated review on the epidemiology,
4. Wiegand J, Berg T. 2018. The Etiology, Diagnosis and Prevention of Liver Cirrhosis.
Dtsch Aerzteblatt Online. 110(5).
5. Rahimi RS, Rockey DC. 2016. Complications of cirrhosis. Curr Opin Gastroenterol.
28(3):223–9.
12