Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN

KASUS

Wanita 61 Tahun dengan CKD dd Akut on CKD,


Sistitis, Dispepsia, HHD, dan Hipokalemia

Disusun Oleh:
Devina Novita (G992003039)
Mardatilla Nur J (G992003093)

Pembimbing:
dr. Berty Denny Hermawati, Sp.PD

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER STASE TERINTEGRASI SUBSTASE IGD


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT DR MOEWARDI 2022
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. UM
Tanggal lahir : 14-10-1960
Usia : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Windan, Kartasura
No. RM : 0009xxxx
Tanggal MRS : 18 Maret 2022
Tanggal Periksa : 18 Maret 2022
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA: BAK menetes sedikit-sedikit
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

RPS:
• Pasien datang ke IGD RS UNS dengan keluhan BAK menetes sedikit-sedikit sejak 5 hari SMRS, keluhan dirasakan tiba-tiba,
nyeri saat BAK (-). Pasien mengakui urin berwarna kuning dan darah (-). Pasien sudah mengonsumsi air +/- sebanyak 2L/hari
dan sempat berobat ke klinik 4 hari SMRS namun pasien lupa nama obatnya, tetapi keluhan tidak membaik.
• Selain itu, pasien mengeluhkan badannya lemas dan napas terasa sedikit berat yang muncul hilang timbul. Pasien mengakui
ada riwayat hipertensi namun jarang kontrol rutin dan mengonsumsi obat anti hipertensi.
• Pasien mengakui nafsu makan menurun akhir-akhir ini dan perut terasa sebah. Keluhan muncul hilang-timbul, dan pasien
belum mengonsumsi obat untuk mengatasi keluhannya tersebut.
• BAB normal, demam (-), batuk (-), pilek (-), mual (-), dan muntah (-), pruritus (-)
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat HT : diakui, tidak terkontrol
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat mondok : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi : diakui
ANAMNESIS

RIWAYAT ● Merokok : disangkal


KEBIASAAN ● Minum alkohol : disangkal
● Olahraga : jarang berolahraga

RIWAYAT NUTRISI ● Pasien makan-makanan rumahan dengan teratur 2-3x sehari dengan komposisi
nasi, lauk, dan sayur
● Namun, pasien mengakui akhir-akhir ini tidak nafsu makan. Pasien makan 3x
sehari dengan porsi kecil (3-5 sendok)

RIWAYAT SOSIAL ● Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan menggunakan BPJS
EKONOMI ● Kondisi lingkungan rumah dan sanitasi baik
PEMERIKSAAN FISIK IGD 18/03/2022

Keadaan umum:
Pasien tampak sakit sedang
GCS: E4V5M6, compos mentis

Tanda Vital:
▪ Tekanan darah : 120/67 mmHg
▪ HR : 99x/menit
▪ RR : 20x/menit
▪ Suhu : 36,1°C
▪ SpO2 : 98%
▪ TB : 150 cm
▪ BB : 50 kg
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk mesocephal, jejas (-),

Mata : konjungtiva anemia (+\+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)

Telinga : Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

Mulut : bibir kering (-), mukosa pucat (-), sianosis (-) gusi berdarah (-), papil lidah atrofi
(-), lidah kotor (-)

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),


Pemeriksaan Fisik
Thorax
Inspeksi : Pengembangan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : fremitus teraba kanan dan kiri sama,
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler normal, RBK (-/-), RBH (+/+)

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan melebar caudolateral
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II reguler, intensitas normal, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) 15x per menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), VU buldging minimal, hepar dan lien tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas :

Akral Dingin Edema : pitting edem minimal

- - - -
- - + +

Integumen : Pucat (-), Ikterik (-), Hematom (-), Pruritus (-), Turgor kulit normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hematologi
Hemoglobin 11.3 L g/dl 12.0-15.6
Hematokrit 30 L % 35 - 45
Leukosit 12.60 H 103/ L 4.5 - 11.0
Trombosit 156 103/ L 150 - 450
Eritrosit 3.91 L 106/ L 4.10- 5.10
MCV, MCH, MCHC
 
MCV 76.5 L /UM 80.0 – 96.0
MCH 28.9 pg 28.0 – 33.0
MCHC 37.8 H g/dl  33.0 - 36.0 
RDW-CV 11.9 % 11.6 - 14.6
MPV 10.4 fl 7.2 - 11.1
PDW 11 % 9-3
NLR 13.01 -
HFLC 0.3 % 0.0 - 1.4
ALC 850 ABNORMAL /ul
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hitung Jenis
Limfosit 7.1 L % 22.0 - 44.0
Monosit 3.3 % 0.0 - 7.0
Netrofil 88.2 H % 50.0 - 70.0
Eosinofil 1.0 % 0.0 - 4.0
Basofil 0.4 % 0.0 - 2.0
IMUNO-SEROLOGI
 
Antigen Sars Negatif Negatif
Cov-2
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Kimia
Karbohidrat
GDS 175 H mg/dl 60 - 140
Fungsi hati
SGOT 30 U/ L 8 - 37
SGPT 33 U/ L 8 - 40
Fungsi Ginjal 
Ureum 104 H mg/dl 10 – 45
Kreatinin 4.78 H mg/dl 0.50 – 1.10
Elektrolit
Kalium 2.98 L mmol/l 3.50 - 5.50
Natrium 132.52 L mmol/l 135.00 - 145.00
Chlorida 96.81 mmol/l 96.00 - 106.00
Calsium ion 1.02 L mmol/l 1.10 - 1.35
HASIL Rontgen Thorax AP 18/03/2022

● Hasil foto thorax AP (inspirasi kurang)


● Cor : Apeks jantung bergeser ke caudolateral
● Pulmo :
● Corakan vaskuler merapat dan meningkat, disertai
cephalisasi
● Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
● Tak tampak penebalan hilus kanan kiri
● Hemidiafragma kanan setinggi costa 8 posterior
● Sinus kostrofrenikus kanan kiri lancip
● Kesan :
● Cardiomegali (LV)
● Gambaran cephalisasi (CHF stage 1)
HASIL EKG 18/03/2022
HASIL EKG 18/03/2022

Irama : sinus
Rate : 75x/menit
Axis : normoaxis
Gelombang P : durasi 80 ms
PR interval : durasi 280 ms
QRS complex : durasi 80 ms, Q patologis di lead III
ST segmen : tidak ada ST elevasi dan ST depresi
Gelombang T : upright di semua lead kecuali aVR
Hipertrofi : tidak ada
Kesimpulan EKG: AV block derajat 1 dengan rate 75 x/menit, normoaxis
DAFTAR MASALAH
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

• 5 hari SMRS, BAK tidak • Kongjungtiva anemis (+/+) Pemeriksaan lab :


tuntas, menetes, nyeri BAK • Thorax : RBH (+/+) dan • Leukositosis dengan netrofilia
(-) Kesan batas jantung melebar absolut
• Badan lemas ke caudolateral • Anemia ringan dengan
• Napas sedikit berat • Abdomen : VU bulging mikrositik
• Perut sebah • Ekstremitas : pitting edem • Hiperglikemi
• Riwayat HT minimal pada ekstremits • Peningkatan Ur, Cr
inferior • Hipokalemi
• GFR → 9,75 (10) ml/m/1.73
m2 (CKD stage 5)

Pemeriksaan Thorax AP:


• Cardiomegali LVH
• Cephalisasi (CHF grade 1)

Pemeriksaan EKG:
AV block derajat 1 dengan rate 75
x/menit, normoaxis
DIAGNOSIS

● CKD stage 5 dd akut on CKD


● Suspek ISK ec sistitis
● Dispepsia ec fungsional dd organik
● HHD
● Hipokalemia
Tatalaksana IGD
• Bed rest
• inj furosemid 1 amp
• inj OMZ 1 amp
• pasang DC

Tatalaksana advis
• Diet HT rendah garam < 2 gram/24 jam 1500 kkal
• Inf NS 16 tpm
• Inj ceftriaxone 2 gr/ 24 jam
• Inj OMZ 40 mg/12 jam
• Inf kidmin 1fl/24 jam
• NAC 3x200 mg
• asam folat 1x800 mg
• Sucralfat syr 3x1 CI
• Inf KCL 40 meq dalam 500 cc NS habis 8 jam
• USG Abdomen, BC/shift, urin rutin
USG Abdomen AP 18/03/2022
● Hepar : ukuran tak membesar, parenkim homogen, ekogenitas
normal, tak tampak nodul, v.porta dan v.hepatika tak melebar
● Duktus billiaris : Intra hepatal dan ekstra hepatal tak melebar
● Vesika fellea : ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak
tampak sludge
● Pankreas : parenkim homogen, tak tampak massa maupun kalsifikasi
● Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak
tampak penipisan korteks, ekogenitas korteks meningkat lebih dari line dan
sama dengan hepar, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar
● Ginjal kiri : bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler
jelas, tak tampaj penipisan korteks, ekogenitas korteks meningkat lebih dari
lien dan sama dengan hepar, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar
● Lien : ukuran tak membesar, tak tampak nodul, v.lienalis tak
melebar
● Aorta : tak tampak nodul paraaorta
● Vesika urinaria : terpasang kateter, dinding tampak menebal, permukaan
irreguler, tak tampak batu, tak tampak massa
● Uterus : ukuran tak membesar, endometrial line tak menebal, tak
tampak massa. Pada adnexa kanan kiri, tak tampak massa maupun cairan bebas
● Tak tampak cairan bebas intraabdomen
● Tak tampak cairan bebas supradiafragma kanan kiri

Kesan
● Peningkatan ekogenitas korteks kedua ginjal (Brenbridge 2) -> curiga
proses kronis
● Gambaran cystitis
PEMERIKSAAN URINALISIS (18/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Makroskopis urin Mikroskopis urine


Warna Kuning - Kuning Eritrosit >50 /LPB 0-1
Kejernihan Agak keruh Jernih Lekosit 10-15 /LPB 0-3
pH 6.0 4.8 - 7.8 Squmous 2-3 /LPB Negatif
Berat jenis 1015 1.005 - Transisional 1-2 /LPB Negatif
1.030 Bulat Negatif /LPB Negatif
Urobilinogen Normal - Normal Silinder
Protein urin ++ - Negatif Hyalin Negatif /LPK 0-3
Nitrit Negatif - Negatif Granuler Negatif /LPK Negatif
Lekosit Negatif /LPK Negatif
Keton urin Negatif - Negatif
Eritrosit Negatif /LPK Negatif
Glukosa urin + - Negatif
Darah +++ - Negatif Kristal Negatif - Negatif
Bilirubin urin Negatif - Negatif Bakteri + Negatif
Lekosit ++ - Negatif Lain-lain Negatif Negatif
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Kimia
Karbohidrat
GDS 179 H mg/dl 60 - 140

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (19/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Kimia
Elektrolit
Kalium 3.24 L mmol/l 3.50 - 5.50
Natrium 130.22 L mmol/l 135.00 - 145.00
Chlorida 96.81 mmol/l 96.00 - 106.00
Calsium ion 0.89 L mmol/l 1.10 - 1.35
Follow UP DPH - 1 (19/03/2022)
S O Balance cairan A P

● Lemas ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● CKD 5 dd akut ● Diet HT rendah garam <
● Pusing ● TD : 114/70 Intake: 786 cc on CKD (gfr 10) 2 gram
Output : 700 cc ● Diet ginjal protein
● Sebah ● HR : 88x/ menit ● Sistitis
IWL: 218, 75 0,8/kgbb/har
● RR : 20x/ menit Total : - 132, 75 ● Dispepsia ● Inf NS 16 tpm
● Suhu : 37,5 C ● HHD ● Inj ceftriaxone 2 gr/ 24
● SpO2 : 99% 14.00-20.00 ● Hipokalsemia jam
Kepala : Mesocephal Intake: 736 cc ● Hipokalemi ● Inj OMZ 40 mg/12 jam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik Output: 500 cc ● Inf kidmin 1fl/24 jam
(-/-), mata cekung (-/-) IWL: 218, 75 cc ● NAC 3x200 mg
Total: + 17,25 cc ● asam folat 1x800 mg
Hidung : NCH (-)
● Sucralfat syr 3x1 CI
Mulut : Mukosa basah (+) 21.00-06.00 ● Inf KCL 40 meq dalam
Leher : Pembesaran KGB (-) Intake: 480 cc 500 cc NS habis 8 jam
Thorax : retraksi (-), BJ I-II reguler, bising (-), Output: 900 cc
SDV (+/+), rhonki (-/-) IWL: 312,5 cc Plan:
Abdomen : BU (+), nyeri tekan (-), turgor kulit Total: - 232,5 ● KSR 3x1 ( 3 hari)
normal ●Injeksi Ca Glukonas 1
Ekstremitas : Akral hangat (+), ADP kuat amp/24 jam (3 hari)
Urine output:
angkat, edema (-) 1,75 cc/kgBB/jam ●IV NB 1 Amp/ 24 jam drip
USG: Proses kronis ginjal, sistitis ●IV metamizol 1amp/8
Lab: GDS 179, kalium 3,24 (L), natirium 130,22 jam
(L), kalsium 0,89 (L), GFR 10
Urinalisa: protein ++, darah +++, lekosit ++ Monitoring
Urine output 18/3: 0,8cc/kgBB/jam ● BC/shift, diuresis
●Obs KUVS
Follow UP DPH - 2 (20/03/2022)
S O Balance Cairan A P

● Lemas ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● CKD 5 dd akut ● Diet HT rendah garam < 2
● Pusing ● TD : 114/67 Intake: 936 cc on CKD (gfr 10) gram
Output : 800 cc ● Diet ginjal 0,8/kgbb/hari
berkurang ● HR : 70x/ menit ● Sistitis
IWL: 218, 75 ● Inf NS 16 tpm
● RR : 20x/ menit Total : - 92, 75 ● Dispepsia ● Inj ceftriaxone 2 gr/ 24 jam
● Suhu : 36 C ● HHD ● Inj OMZ 40 mg/12 jam
● SpO2 : 99% 14.00-20.00 ● Hipokalsemia ● Inf kidmin 1fl/24 jam
Intake: 886 cc ● Hipokalemi ● NAC 3x200 mg
Kepala : Mesocephal Output: 1000 cc ● asam folat 1x800 mg
Mata : konjungtiva anemis (-/-), IWL: 218, 75 cc ● Sucralfat syr 3x1 CI
Total: - 332,75 cc ● Inf KCL 40 meq dalam 500
sklera ikterik (-/-), mata cekung
cc NS habis 8 jam
(-/-) 21.00-06.00 ● KSR 3x1 ( 3 hari)
Hidung : NCH (-) Intake: 980 cc ● Injeksi Ca Glukonas 1
Mulut : Mukosa basah (+) Output: 1200 cc amp/24 jam (3 hari)
Leher : Pembesaran KGB (-) IWL: 312,5 cc ● IV NB 1 Amp/ 24 jam drip
Thorax : retraksi (-), BJ I-II Total: - 532,5 ● IV metamizol 1amp/8 jam
reguler, bising (-), SDV (+/+),
Urine output: 2,5 Monitoring
rhonki (-/-)
cc/kgBB/jam
Abdomen : BU (+), nyeri tekan ● BC/shift, diuresis
(-), turgor kulit normal ●Obs KUVS
Ekstremitas : Akral hangat (+),
ADP kuat angkat, edema (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (21/03/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Kimia
Fungsi Ginjal
Ureum 137 H mg/dl 10 - 45
Kreatinin 3.05 H mg/dl 0.50 - 1.10
Follow UP DPH - 3 (21/03/2022)
S O Balance Cairan A P

● Keluhan ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● CKD 5 dd akut on ● Diet HT rendah garam < 2 gram
pusing ● TD : 117/66 Intake: 936 cc CKD (gfr 15) ● Diet ginjal 0,8/kgbb/hari
Output : 184,7 cc ● Inf NS 16 tpm
sudah ● HR : 62x/ menit ● Sistitis
IWL: 218, 75 ● Inj ceftriaxone 2 gr/ 24 jam
membaik ● RR : 20x/ menit Total : - 532,55 ● Dispepsia ● Inj OMZ 40 mg/12 jam
● Suhu : 36,5 C ● HHD ● Inf kidmin 1fl/24 jam
● SpO2 : 99% ● NAC 3x200 mg
● asam folat 1x800 mg
Kepala : Mesocephal ● Sucralfat syr 3x1 CI
Mata : konjungtiva anemis (-/-), ● Inf KCL 40 meq dalam 500 cc
NS habis 8 jam
sklera ikterik (-/-), mata cekung
● KSR 3x1 (3 hari)
(-/-) ● Injeksi Ca Glukonas 1 amp/24
Hidung : NCH (-) jam (3 hari)
Mulut : Mukosa basah (+) ● IV NB 1 Amp/ 24 jam drip
Leher : Pembesaran KGB (-) ● IV metamizol 1amp/8 jam
Thorax : retraksi (-), BJ I-II
reguler, bising (-), SDV (+/+),
rhonki (-/-)
Abdomen : BU (+), nyeri tekan
(-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+),
ADP kuat angkat, edema (-)
Ringkasan Pulang - 21/03/2022 (17.15)
S O A P

● Keluhan pusing ● KU: sedang, CM ● CKD 5 dd akut on Resep pulang:


sudah membaik ● TD : 1167/66 CKD (gfr 15) ● cefixim 2x 200mg no xiv
● HR : 86/ menit ● Sistitis ● asam folat 1x800 mg no x
● RR : 20x/ menit ● Dispepsia ●flunarizine 1x10 mg no x
● Suhu : 36,5 C ● HHD ●nac 3x1
● SpO2 : 99% ●sucralfat 3xc1 fl no. 1

Kepala : Mesocephal Plan:


Mata : konjungtiva anemis ● BLPL
(-/-), sklera ikterik (-/-), mata ●Kontrol 25/3//2021
cekung (-/-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : Mukosa basah (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : retraksi (-), BJ I-II
reguler, bising (-), SDV (+/+),
rhonki (-/-)
Abdomen : BU (+), nyeri tekan
(-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+),
ADP kuat angkat, edema (-)
PROGNOSIS

Ad Vitam
Dubia ad Bonam

Ad Sanationam
Dubia ad Bonam

Ad Functionam
Dubia ad Bonam
Analisis Kasus
dan
Tinjauan Pustaka
CKD dd AKD

● Chronic kidney disease (CKD) merupakan


penurunan progresif fungsi ginjal yang bersifat
ireversibel.
● CKD didefinisikan sebagai kerusakan ginjal
persisten dengan adanya kerusakan struktural
atau fungsional dan/atau menurunnya GFR
menjadi < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3
bulan

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Kidney Disease : Improving Global Outcomes (KDIGO). KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney Int Suppl. 2012;2:1–141.
CKD

Faktor Risiko: Pada Pasien:


● Usia ● Riwayat HT tidak terkontrol
● Riwayat penyakit ginjal pada keluarga
● Konsumsi minuman berkarbonasi,
● Riwayat HT, DM, ISK, batu saluran kemih,
lupus
● Gender: pria > wanita
● Obesitas
● Merokok
● Riwayat konsumsi obat AINS, penisilamin,
antibiotik, kemoterapi, PPI, paparan zat
kontras

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD

Patofisiologi

● Ginjal normal mengandung sekitar 1 juta nefron, yang berkontribusi terhadap laju filtrasi
glomerulus total (GFR). Dalam menghadapi cedera ginjal, ginjal memiliki kemampuan untuk
mempertahankan GFR, meskipun penghancuran progresif nefron berjalan, karena nefron sehat
yang tersisa akan hiperfiltrasi dan hipertrofi sebagai kompensasi. Adaptasi nefron ini
memungkinkan pembersihan normal zat terlarut plasma secara berkelanjutan. Kadar zat plasma
seperti urea dan kreatinin mulai menunjukkan peningkatan setelah GFR total menurun 50%.

● Peningkatan tekanan kapiler glomerulus dapat merusak kapiler → glomerulosklerosis fokal →


glomerulosklerosis global.
CKD

Anamnesis Pada Pasien:


● Terdapat perubahan jumlah BAK → BAK
● Tekanan darah tinggi tidak tuntas, menetes sedikit-sedikit
● Perubahan frekuensi dan jumlah BAK dalam ● Badan lemas, napas sedikit memberat
sehari ● Edem kedua tungkai
● Terdapat darah dalam urin ● Nafsu makan menurun
● Sakit kepala
● Tidak dapat berkonsentrasi
● Sesak
● Evaluasi sindrom uremia: lemah, nafsu makan
menurun, BB menurun, mual, muntah, nokturia,
edema perifer, neuropati perifer, pruritus, kram
otot, kejang

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD

Pemeriksaan Fisik

• Peningkatan tekanan darah dan kerusakan target organ


• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : edema, polineuropati
• Gangguan endokrin-metabolik : amenorrhea, malnutrisi, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, infertilitas dan disfungsi seksual
• Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual muntah, nafas bau urin
(uremic factor), konstipasi
• Gangguan neuromuskular : letargi, sendawa, asteriksis, restless leg
syndrome, miopati
• Gangguan dermatologis : palor, hiperpigmentasi, pruritus, ekimosis

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD

Pada Pasien:
● Konjungtiva anemis
● Anemia ringan mikrositik

Hamza E, Metzinger L, Metzinger-Le Meuth V. Uremic Toxins Affect Erythropoiesis during the Course of Chronic Kidney Disease: A Review. Cells.
2020; 9(9):2039. https://doi.org/10.3390/cells9092039
CKD

Pemeriksaan Penunjang → GFR

Laju filtrasi glomerulus digunakan sebagai ukuran


untuk mengetahui besarnya kerusakan ginjal
karena filtrasi glomerulus merupakan tahap awal
dari fungsi nefron. Pada Pasien:
GFR
= [(140-61) x 50] / (72 x 4,78) ml/menit/1,73m2
= 11,47 x 0,85 (wanita)
= 10 ml / menit / 1,73m2

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis
Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD

Pemeriksaan Penunjang → Kreatinin Ureum

● Kreatinin merupakan zat nonprotein nitrogen • Merupakan senyawa yang mengandung nitrogen
sebagai hasil metabolisme kreatin otot, zat yang terbentuk di hati sebagai produk akhir dari
endogen yang difiltrasi bebas, tidak metabolisme protein. Sekitar 85% urea
mengalami reabsorbsi ditubulus ginjal, diekskresikan melalui ginjal. Kadar urea serum
tetapi sejumlah kecil kreatinin disekresi oleh meningkat pada kondisi klirens ginjal menurun,
sel tubulus ginjal. dan dapat meningkat juga pada kondisi lain seperti
● Kadarnya di plasma relatif konstan dan perdarahan SCBA, dehidrasi, dan diet tinggi
klirensnya dapat diukur sebagai indikator protein.
laju filtrasi glomerulus.
● Nilai kreatinin serum normal: 0,6 – 1,3
mg/dL. Kreatinin serum > 1,5 mg/dL
menunjukkan telah adanya gangguan fungsi Pada Pasien:
ginjal. Ureum: 104 mg/dl (H)
Kreatinin: 4,78 mg/dl (H)

Gounden V, Bhatt H, Jialal I. Renal Function Tests. [Updated 2021 Jul 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507821/
CKD
Pemeriksaan Penunjang → Elektrolit

Kalium Kalsium (Ca)


● Hiperkalemia: ginjal mengalami penurunan Pada CKD terjadi penurunan sintesis calcitriol →
kemampuan untuk mengekskresikan kalium penurunan absorbsi kalsium di GIT → hipokalsemia →
● Hipokalemia: jarang terjadi, dapat ditemukan merangsang sekresi PTH → hiperparatiroid sekunder
pada pasien dengan asupan kalium
kurang,diare, atau konsumsi diuretik.
Natrium
Aliran darah ginjal menurun → filtrasi glomerulus
menurun → dilusi urin menurun, retensi air →
Fosfat hiponatremia, edema perifer, edema paru dan hipertensi
Pada CKD terjadi kegagalan filtrasi dan ekskres
fosfat → retensi → hiperfosfatemia → menekan
calcitriol Pada Pasien:
Kalium: 2,98 mmol/l (L)
Kalsium ion: 1,02 mmol/l (L)
Natrium: 132,52 mmol/l (L)
Arora, P., 2021. Chronic Kidney Disease (CKD). [online] Medscape. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/238798-overview#a3> [Accessed 28 March 2022].
Zhang, R., Wang, S., Zhang, M., & Cui, L. (2016). Hyponatremia in patients with chronic kidney disease. Hemodialysis International, 21(1), 3–10. doi:10.1111/hdi.12447
CKD
Pemeriksaan Penunjang → Urinalisis

Proteinuria Hematuria

• Terjadi karena adanya peningkatan ● Kerusakan sawar filtrasi glomerulus → eritrosit masuk ke
permeabilitas membran glomerulus, dalam ruang urinaria → stres oksidatif, peradangan, dan
gangguan reabsorbsi tubulus, dan kerusakan struktural pada ginjal
peningkatan protein yang abnormal ● Hb dilepaskan dari RBC ke ruang urin → diubah menjadi
dalam plasma heme dan globin → heme bebas sangat beracun → terjadi
oksidasi lipid, denaturasi protein, menginduksi pelepasan
kemokin → penurunan GFR
Pada Pasien:
● Proteinuria (++)
● Hematuria: makroskopis darah (+++),
mikroskopis eritrosit >50 → gross
hematuria

Orlandi, P.F., Fujii, N., Roy, J. et al. Hematuria as a risk factor for progression of chronic kidney disease and death: findings from the Chronic Renal Insufficiency Cohort (CRIC) Study. BMC
Nephrol 19, 150 (2018). https://doi.org/10.1186/s12882-018-0951-0
Yuste C, Rubio-Navarro A, Barraca D, Aragoncillo I, Vega A, et al. (2015) Haematuria Increases Progression of Advanced Proteinuric Kidney Disease. PLOS ONE 10(5): e0128575.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0128575
CKD

Pemeriksaan Penunjang → Radiologi

• Foto polos abdomen: tampak batu radio-opak.


• USG: ukuran ginjal mengecil, korteks menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi.
• CT Scan: melihat secara jelas anatomi ginjal dengan kontras atau tanpa kontras.
• BNO-IVP: bersifat toksik, kontras sering tidak bisa melewati glomerulus sehingga jarang dikerjakan,
biasanya digunakan untuk mengevaluasi keadaan ginjal akibat trauma, pembedahan, abses ginjal, dll.

Pada Pasien:
USG Abdomen → adanya peningkatan ekogenitas korteks kedua ginjal, curiga proses kronis

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Terapi Non Farmakologis
Nutrisi Pada Pasien:
GFR 10 ml / menit / 1,73m2 →
Pasien non dialisis dengan LFG <20ml/menit → evaluasi ● Diet ginjal dengan asupan protein
status nutrisi dari serum albumin dan/atau BB aktual tanpa 0,8 g/kgBB/hari
edema
Asupan kalori: 30 kkal/kgBB/hari
= 1500 kkal

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Non Farmakologis

Pada Pasien:
Diet HT rendah garam < 2
gram/24 jam, 1500 kkal

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis

Pada Pasien:
● Hipokalemia → Inf. KCL 40 meq
dalam 500 cc NS habis dalam 8
jam
● Hipokalsemia → Injeksi Ca
glukonas 1 amp/ 24 jam drip

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis
Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien:
● ACEI / ARB → evaluasi Cr dan K serum, bila ● Inj. Furosemid 1 amp (IGD)
Cr meningkat >35% atau timbul hiperkalemi
harus dihentikan
● CCB
● Diuretik

Kontrol Gula Darah


● Hindari Metmorfin dan obat Sulfonilurea masa
kerja panjang.
● Target HbA1C : DM tipe 1 → 0,2 di atas nilai
normal tertinggi, DM tipe 2 → 6%

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis
Pemberian Asam Folat Pada Pasien:
● Untuk meningkatkan fungsi endotel dengan ● Asam folat 1x800 mg
mengurangi stress oksidatif pada intravaskuler

Cianciolo, G., et al 2017. Folic Acid and Homocysteine in Chronic Kidney Disease and Cardiovascular Disease Progression: Which Comes First. Cardiorenal Medicine,
Farmakologis

Pemberian NAC Pada Pasien:


● N-acetylcysteine ​(NAC) adalah senyawa tiol ● NAC 3x200 mg
dengan efek anti-oksidan, yang dapat
mengurangi produksi radikal bebas oksigen
dan mengurangi kadar sitokin pro-
inflamasi.

● NAC dapat menurunkan serum kreatinin (Scr),


meningkatkan klirens kreatinin endogen, dan
memperbaiki ultrastruktur podosit, yang dapat
menunda progresi perburukan fungsi ginjal.

Ye, M., Lin, W., Zheng, J., & Lin, S. (2021). N-acetylcysteine for chronic kidney disease: a systematic review and meta-analysis. American journal of translational research,
13(4), 2472–2485.
Farmakologis

Pemberian Kidmin Pada Pasien:



● Inf kidmin 1L/24 jam
Merupakan larutan infus asam amino 7.2%, yang
mengandung sejumlah besar BCAA (Asam amino rantai
cabang) yaitu leucine, isoleucine dan valine.
● Asam amino mengatur hemodinamik dan proteolisis dan
menjaga integritas ginjal. Profil plasma dan asam amino
otot yang abnormal pada gagal ginjal kronis (yaitu
essensial rendah dan tirosin dengan nonesensial tinggi)
pertama-tama menunjukkan malnutrisi, yang sebagian
dapat dikoreksi dengan suplementasi.

Young GA. Amino acids and the kidney. Amino Acids. 1991 Jun;1(2):183-92. doi: 10.1007/BF00806915. PMID: 24194102.
Farmakologis
● Koreksi Anemia : target Hb 10-12 g/dl
● Kontrol anemia : Efrek, ROEPO (SC), Transfusi PRC
● Kontrol Hiperfosfatemi : Kalsium karbonat/kalsium asetat
● Kontrol Osteodistrofi Renal : Kalsitriol
● Koreksi asidosis metabolik : taget HCO3 20-22 mEq/l
● Kontrol dislipidemia : target LDL<100 mg/dl, dianjurkan golongan statin
● Koreksi Hiperkalemi
● Terapi ginjal pengganti

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK

● ISK: meliputi infeksi di parenkim ginjal 1. ISK sederhana/non komplikata: tidak terdapat
sampai di kandung kemih dengan jumlah disfungsi struktural ataupun fungsional ginjal
bakteriuria yang bermakna (>100.000 2. ISK komplikata: berlokasi selain di VU, ISK pada
per ml urin segar). anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil
● Batasan hasil positif kultur urin pada
wanita → 1000-10.000 organisme/ml urin
midstream.
● Faktor risiko: kerusakan atau kelainan
Pada Pasien:
anatomi saluran kemih berupa obstruksi
Wanita lansia dengan sistitis → ISK pada VU → ISK non
jaringan parut, pemasangan kateter urin
komplikata
yang lama, HT, kehamilan

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK

Anamnesis Pada Pasien:


● Terdapat perubahan jumlah BAK → BAK
● ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, dengan jumlah sedikit, menetes, darah (-),
polakisuria, nyeri suprapubik nyeri ketok CVA (-) → ISK bawah
● ISK atas: nyeri pinggang, demam, menggigil,
mual, muntah, hematuria

Pemeriksaan Fisik

● Demam
● Nyeri tekan suprapubik
● Nyeri ketok sudut costovertebrae

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK
Pemeriksaan Penunjang
Pada Pasien:
● DPL, pemeriksaan resistensi kuman, fungsi ● DPL: leukositosis dengan netrofilia
ginjal, gula darah absolut
● Kultur urin (+): bakteriuria > 100.000/ml urin ● Urinalisis: Bakteri (+), lekosit (makros:
● Foto BNO-IVP jika perlu ++, mikros: 10-15)
● USG ginjal bila perlu ● USG abdomen: gambaran cystitis

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Tatalaksana Non Farmakologis

● Banyak minum jika fungsi ginjal masih baik


● Menjaga higiene genitalia eksterna

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Tatalaksana Farmakologis

Pada Pasien:
● Inj. ceftriaxone 2gr/24 jam
● Obat pulang: cefixim 2 x 200 mg
( 4 hari )

Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Dispepsia

Dispepsia adalah istilah medis yang digunakan untuk


Pada Pasien:
mendeskripsikan pengertian ”difficult digestion". Istilah ini
didefinisikan sebagai rasa tidak nyaman di abdomen
● Perut terasa sebah/penuh
bagian atas, berupa nyeri epigastrium, rasa terbakar di
epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,
rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah,
dan sendawa

1. Dispepsia Organik : pemeriksaan klinis dan laboratorium dapat mengidentifikasi penyakit organik yang mendasari
yang mungkin menjadi penyebab gejala
2. Dispepsia Fungsional : tidak ada kelainan organik yang diidentifikasi oleh pemeriksaan diagnostik, termasuk
gastroskopi dan bila tidak ada penyebab spesifik yang jelas dari gejala yang ditemukan (Oustamanolakis & Tack,
2012).

Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Dispepsia Patofisiologi
Diagnosis Dispepsia

ROMA III ROMA IV


• Nyeri epigastrium • Dispepsia persisten atau berulang selama > 3
• Rasa terbakar di epigastrium bulan dalam 6 bulan terakhir
• Rasa penuh atau tidak nyaman • Tidak ada bukti penyebab organik yang mungkin
setelah makan dari gejala pada endoskopi
• Rasa cepat kenyang • Tidak ada tanda bahwa dispepsia hilang hanya
dengan buang air besar atau berhubungan dengan
kelainan pada tinja.
Gejala yang dirasakan harus
berlangsung minimal 3 bulan terakhir
dengan awitan gejala 6 bulan
sebelum diagnosis ditegakkan. Menurut ROMA IV dibagi menjadi 2 subgroup:
1. Sindrom nyeri epigastrium: nyeri epigastric
predominan atau rasa terbakar
2. Sindrom distress setelah makan: perasaan kenyang dan
cepat kenyang

Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Dispepsia Fungsional
Etiologi

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional


Ulkus gaster
Sindroma distress setelah
Ulkus duodenum makan
Gastritis erosi
Gastritis
Duodenitis Sindroma nyeri epigastrium
Proses keganasan

Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
ALUR DIAGNOSIS DISPEPSIA BELUM
DIINVESTIGASI

Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Terapi

DISPEPSIA BELUM DIINVESTIGASI

• Memberikan terapi selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi awal (pemeriksaan adanya Hp)
• Obat yang digunakan:
1. Antasida
2. Antisekresi asam lambung: PPI (omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole), H2-Receptor Antagonist
3. Prokinetik
4. Sitoprotektor: rebamipide

Pada Pasien:
● PPI → Inj Omeprazole 40 mg/12 jam
● Mukoprotektor → Sucralfat syr 3x1 CI

Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
SUMBER :
1. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
2. Arora, P., 2021. Chronic Kidney Disease (CKD). [online] Medscape. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/238798-overview#a3> [Accessed 28 March 2022].
3. Cianciolo, G., et al 2017. Folic Acid and Homocysteine in Chronic Kidney Disease and Cardiovascular Disease
Progression: Which Comes First. Cardiorenal Medicine, 7(4), pp.255-266.
4. Gounden V, Bhatt H, Jialal I. Renal Function Tests. [Updated 2021 Jul 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507821/
5. Hamza E, Metzinger L, Metzinger-Le Meuth V. Uremic Toxins Affect Erythropoiesis during the Course of Chronic Kidney
Disease: A Review. Cells. 2020; 9(9):2039. https://doi.org/10.3390/cells9092039
6. Kidney Disease : Improving Global Outcomes (KDIGO). KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury.
Kidney Int Suppl. 2012;2:1–141.
7. Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus
Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
(PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
8. Ye, M., Lin, W., Zheng, J., & Lin, S. (2021). N-acetylcysteine for chronic kidney disease: a systematic review and meta-
analysis. American journal of translational research, 13(4), 2472–2485.
9. Young GA. Amino acids and the kidney. Amino Acids. 1991 Jun;1(2):183-92. doi: 10.1007/BF00806915. PMID:
24194102.
10. Zhang, R., Wang, S., Zhang, M., & Cui, L. (2016). Hyponatremia in patients with chronic kidney disease. Hemodialysis
International, 21(1), 3–10. doi:10.1111/hdi.12447

Anda mungkin juga menyukai