KASUS
Disusun Oleh:
Devina Novita (G992003039)
Mardatilla Nur J (G992003093)
Pembimbing:
dr. Berty Denny Hermawati, Sp.PD
Nama : Ny. UM
Tanggal lahir : 14-10-1960
Usia : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Windan, Kartasura
No. RM : 0009xxxx
Tanggal MRS : 18 Maret 2022
Tanggal Periksa : 18 Maret 2022
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA: BAK menetes sedikit-sedikit
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
RPS:
• Pasien datang ke IGD RS UNS dengan keluhan BAK menetes sedikit-sedikit sejak 5 hari SMRS, keluhan dirasakan tiba-tiba,
nyeri saat BAK (-). Pasien mengakui urin berwarna kuning dan darah (-). Pasien sudah mengonsumsi air +/- sebanyak 2L/hari
dan sempat berobat ke klinik 4 hari SMRS namun pasien lupa nama obatnya, tetapi keluhan tidak membaik.
• Selain itu, pasien mengeluhkan badannya lemas dan napas terasa sedikit berat yang muncul hilang timbul. Pasien mengakui
ada riwayat hipertensi namun jarang kontrol rutin dan mengonsumsi obat anti hipertensi.
• Pasien mengakui nafsu makan menurun akhir-akhir ini dan perut terasa sebah. Keluhan muncul hilang-timbul, dan pasien
belum mengonsumsi obat untuk mengatasi keluhannya tersebut.
• BAB normal, demam (-), batuk (-), pilek (-), mual (-), dan muntah (-), pruritus (-)
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat HT : diakui, tidak terkontrol
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
RIWAYAT NUTRISI ● Pasien makan-makanan rumahan dengan teratur 2-3x sehari dengan komposisi
nasi, lauk, dan sayur
● Namun, pasien mengakui akhir-akhir ini tidak nafsu makan. Pasien makan 3x
sehari dengan porsi kecil (3-5 sendok)
RIWAYAT SOSIAL ● Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan menggunakan BPJS
EKONOMI ● Kondisi lingkungan rumah dan sanitasi baik
PEMERIKSAAN FISIK IGD 18/03/2022
Keadaan umum:
Pasien tampak sakit sedang
GCS: E4V5M6, compos mentis
Tanda Vital:
▪ Tekanan darah : 120/67 mmHg
▪ HR : 99x/menit
▪ RR : 20x/menit
▪ Suhu : 36,1°C
▪ SpO2 : 98%
▪ TB : 150 cm
▪ BB : 50 kg
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk mesocephal, jejas (-),
Mata : konjungtiva anemia (+\+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), mukosa pucat (-), sianosis (-) gusi berdarah (-), papil lidah atrofi
(-), lidah kotor (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan melebar caudolateral
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II reguler, intensitas normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) 15x per menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), VU buldging minimal, hepar dan lien tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas :
- - - -
- - + +
Integumen : Pucat (-), Ikterik (-), Hematom (-), Pruritus (-), Turgor kulit normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)
Hematologi
Hemoglobin 11.3 L g/dl 12.0-15.6
Hematokrit 30 L % 35 - 45
Leukosit 12.60 H 103/ L 4.5 - 11.0
Trombosit 156 103/ L 150 - 450
Eritrosit 3.91 L 106/ L 4.10- 5.10
MCV, MCH, MCHC
MCV 76.5 L /UM 80.0 – 96.0
MCH 28.9 pg 28.0 – 33.0
MCHC 37.8 H g/dl 33.0 - 36.0
RDW-CV 11.9 % 11.6 - 14.6
MPV 10.4 fl 7.2 - 11.1
PDW 11 % 9-3
NLR 13.01 -
HFLC 0.3 % 0.0 - 1.4
ALC 850 ABNORMAL /ul
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)
Hitung Jenis
Limfosit 7.1 L % 22.0 - 44.0
Monosit 3.3 % 0.0 - 7.0
Netrofil 88.2 H % 50.0 - 70.0
Eosinofil 1.0 % 0.0 - 4.0
Basofil 0.4 % 0.0 - 2.0
IMUNO-SEROLOGI
Antigen Sars Negatif Negatif
Cov-2
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (18/03/2022)
Kimia
Karbohidrat
GDS 175 H mg/dl 60 - 140
Fungsi hati
SGOT 30 U/ L 8 - 37
SGPT 33 U/ L 8 - 40
Fungsi Ginjal
Ureum 104 H mg/dl 10 – 45
Kreatinin 4.78 H mg/dl 0.50 – 1.10
Elektrolit
Kalium 2.98 L mmol/l 3.50 - 5.50
Natrium 132.52 L mmol/l 135.00 - 145.00
Chlorida 96.81 mmol/l 96.00 - 106.00
Calsium ion 1.02 L mmol/l 1.10 - 1.35
HASIL Rontgen Thorax AP 18/03/2022
Irama : sinus
Rate : 75x/menit
Axis : normoaxis
Gelombang P : durasi 80 ms
PR interval : durasi 280 ms
QRS complex : durasi 80 ms, Q patologis di lead III
ST segmen : tidak ada ST elevasi dan ST depresi
Gelombang T : upright di semua lead kecuali aVR
Hipertrofi : tidak ada
Kesimpulan EKG: AV block derajat 1 dengan rate 75 x/menit, normoaxis
DAFTAR MASALAH
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG:
AV block derajat 1 dengan rate 75
x/menit, normoaxis
DIAGNOSIS
Tatalaksana advis
• Diet HT rendah garam < 2 gram/24 jam 1500 kkal
• Inf NS 16 tpm
• Inj ceftriaxone 2 gr/ 24 jam
• Inj OMZ 40 mg/12 jam
• Inf kidmin 1fl/24 jam
• NAC 3x200 mg
• asam folat 1x800 mg
• Sucralfat syr 3x1 CI
• Inf KCL 40 meq dalam 500 cc NS habis 8 jam
• USG Abdomen, BC/shift, urin rutin
USG Abdomen AP 18/03/2022
● Hepar : ukuran tak membesar, parenkim homogen, ekogenitas
normal, tak tampak nodul, v.porta dan v.hepatika tak melebar
● Duktus billiaris : Intra hepatal dan ekstra hepatal tak melebar
● Vesika fellea : ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak
tampak sludge
● Pankreas : parenkim homogen, tak tampak massa maupun kalsifikasi
● Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortikomedular jelas, tak
tampak penipisan korteks, ekogenitas korteks meningkat lebih dari line dan
sama dengan hepar, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar
● Ginjal kiri : bentuk dan ukuran normal, batas kortikomeduler
jelas, tak tampaj penipisan korteks, ekogenitas korteks meningkat lebih dari
lien dan sama dengan hepar, tak tampak batu, pielokaliks tak melebar
● Lien : ukuran tak membesar, tak tampak nodul, v.lienalis tak
melebar
● Aorta : tak tampak nodul paraaorta
● Vesika urinaria : terpasang kateter, dinding tampak menebal, permukaan
irreguler, tak tampak batu, tak tampak massa
● Uterus : ukuran tak membesar, endometrial line tak menebal, tak
tampak massa. Pada adnexa kanan kiri, tak tampak massa maupun cairan bebas
● Tak tampak cairan bebas intraabdomen
● Tak tampak cairan bebas supradiafragma kanan kiri
Kesan
● Peningkatan ekogenitas korteks kedua ginjal (Brenbridge 2) -> curiga
proses kronis
● Gambaran cystitis
PEMERIKSAAN URINALISIS (18/03/2022)
Kimia
Karbohidrat
GDS 179 H mg/dl 60 - 140
Kimia
Elektrolit
Kalium 3.24 L mmol/l 3.50 - 5.50
Natrium 130.22 L mmol/l 135.00 - 145.00
Chlorida 96.81 mmol/l 96.00 - 106.00
Calsium ion 0.89 L mmol/l 1.10 - 1.35
Follow UP DPH - 1 (19/03/2022)
S O Balance cairan A P
● Lemas ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● CKD 5 dd akut ● Diet HT rendah garam <
● Pusing ● TD : 114/70 Intake: 786 cc on CKD (gfr 10) 2 gram
Output : 700 cc ● Diet ginjal protein
● Sebah ● HR : 88x/ menit ● Sistitis
IWL: 218, 75 0,8/kgbb/har
● RR : 20x/ menit Total : - 132, 75 ● Dispepsia ● Inf NS 16 tpm
● Suhu : 37,5 C ● HHD ● Inj ceftriaxone 2 gr/ 24
● SpO2 : 99% 14.00-20.00 ● Hipokalsemia jam
Kepala : Mesocephal Intake: 736 cc ● Hipokalemi ● Inj OMZ 40 mg/12 jam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik Output: 500 cc ● Inf kidmin 1fl/24 jam
(-/-), mata cekung (-/-) IWL: 218, 75 cc ● NAC 3x200 mg
Total: + 17,25 cc ● asam folat 1x800 mg
Hidung : NCH (-)
● Sucralfat syr 3x1 CI
Mulut : Mukosa basah (+) 21.00-06.00 ● Inf KCL 40 meq dalam
Leher : Pembesaran KGB (-) Intake: 480 cc 500 cc NS habis 8 jam
Thorax : retraksi (-), BJ I-II reguler, bising (-), Output: 900 cc
SDV (+/+), rhonki (-/-) IWL: 312,5 cc Plan:
Abdomen : BU (+), nyeri tekan (-), turgor kulit Total: - 232,5 ● KSR 3x1 ( 3 hari)
normal ●Injeksi Ca Glukonas 1
Ekstremitas : Akral hangat (+), ADP kuat amp/24 jam (3 hari)
Urine output:
angkat, edema (-) 1,75 cc/kgBB/jam ●IV NB 1 Amp/ 24 jam drip
USG: Proses kronis ginjal, sistitis ●IV metamizol 1amp/8
Lab: GDS 179, kalium 3,24 (L), natirium 130,22 jam
(L), kalsium 0,89 (L), GFR 10
Urinalisa: protein ++, darah +++, lekosit ++ Monitoring
Urine output 18/3: 0,8cc/kgBB/jam ● BC/shift, diuresis
●Obs KUVS
Follow UP DPH - 2 (20/03/2022)
S O Balance Cairan A P
● Lemas ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● CKD 5 dd akut ● Diet HT rendah garam < 2
● Pusing ● TD : 114/67 Intake: 936 cc on CKD (gfr 10) gram
Output : 800 cc ● Diet ginjal 0,8/kgbb/hari
berkurang ● HR : 70x/ menit ● Sistitis
IWL: 218, 75 ● Inf NS 16 tpm
● RR : 20x/ menit Total : - 92, 75 ● Dispepsia ● Inj ceftriaxone 2 gr/ 24 jam
● Suhu : 36 C ● HHD ● Inj OMZ 40 mg/12 jam
● SpO2 : 99% 14.00-20.00 ● Hipokalsemia ● Inf kidmin 1fl/24 jam
Intake: 886 cc ● Hipokalemi ● NAC 3x200 mg
Kepala : Mesocephal Output: 1000 cc ● asam folat 1x800 mg
Mata : konjungtiva anemis (-/-), IWL: 218, 75 cc ● Sucralfat syr 3x1 CI
Total: - 332,75 cc ● Inf KCL 40 meq dalam 500
sklera ikterik (-/-), mata cekung
cc NS habis 8 jam
(-/-) 21.00-06.00 ● KSR 3x1 ( 3 hari)
Hidung : NCH (-) Intake: 980 cc ● Injeksi Ca Glukonas 1
Mulut : Mukosa basah (+) Output: 1200 cc amp/24 jam (3 hari)
Leher : Pembesaran KGB (-) IWL: 312,5 cc ● IV NB 1 Amp/ 24 jam drip
Thorax : retraksi (-), BJ I-II Total: - 532,5 ● IV metamizol 1amp/8 jam
reguler, bising (-), SDV (+/+),
Urine output: 2,5 Monitoring
rhonki (-/-)
cc/kgBB/jam
Abdomen : BU (+), nyeri tekan ● BC/shift, diuresis
(-), turgor kulit normal ●Obs KUVS
Ekstremitas : Akral hangat (+),
ADP kuat angkat, edema (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH (21/03/2022)
Kimia
Fungsi Ginjal
Ureum 137 H mg/dl 10 - 45
Kreatinin 3.05 H mg/dl 0.50 - 1.10
Follow UP DPH - 3 (21/03/2022)
S O Balance Cairan A P
● Keluhan ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● CKD 5 dd akut on ● Diet HT rendah garam < 2 gram
pusing ● TD : 117/66 Intake: 936 cc CKD (gfr 15) ● Diet ginjal 0,8/kgbb/hari
Output : 184,7 cc ● Inf NS 16 tpm
sudah ● HR : 62x/ menit ● Sistitis
IWL: 218, 75 ● Inj ceftriaxone 2 gr/ 24 jam
membaik ● RR : 20x/ menit Total : - 532,55 ● Dispepsia ● Inj OMZ 40 mg/12 jam
● Suhu : 36,5 C ● HHD ● Inf kidmin 1fl/24 jam
● SpO2 : 99% ● NAC 3x200 mg
● asam folat 1x800 mg
Kepala : Mesocephal ● Sucralfat syr 3x1 CI
Mata : konjungtiva anemis (-/-), ● Inf KCL 40 meq dalam 500 cc
NS habis 8 jam
sklera ikterik (-/-), mata cekung
● KSR 3x1 (3 hari)
(-/-) ● Injeksi Ca Glukonas 1 amp/24
Hidung : NCH (-) jam (3 hari)
Mulut : Mukosa basah (+) ● IV NB 1 Amp/ 24 jam drip
Leher : Pembesaran KGB (-) ● IV metamizol 1amp/8 jam
Thorax : retraksi (-), BJ I-II
reguler, bising (-), SDV (+/+),
rhonki (-/-)
Abdomen : BU (+), nyeri tekan
(-), turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+),
ADP kuat angkat, edema (-)
Ringkasan Pulang - 21/03/2022 (17.15)
S O A P
Ad Vitam
Dubia ad Bonam
Ad Sanationam
Dubia ad Bonam
Ad Functionam
Dubia ad Bonam
Analisis Kasus
dan
Tinjauan Pustaka
CKD dd AKD
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Kidney Disease : Improving Global Outcomes (KDIGO). KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney Int Suppl. 2012;2:1–141.
CKD
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD
Patofisiologi
● Ginjal normal mengandung sekitar 1 juta nefron, yang berkontribusi terhadap laju filtrasi
glomerulus total (GFR). Dalam menghadapi cedera ginjal, ginjal memiliki kemampuan untuk
mempertahankan GFR, meskipun penghancuran progresif nefron berjalan, karena nefron sehat
yang tersisa akan hiperfiltrasi dan hipertrofi sebagai kompensasi. Adaptasi nefron ini
memungkinkan pembersihan normal zat terlarut plasma secara berkelanjutan. Kadar zat plasma
seperti urea dan kreatinin mulai menunjukkan peningkatan setelah GFR total menurun 50%.
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD
Pemeriksaan Fisik
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD
Pada Pasien:
● Konjungtiva anemis
● Anemia ringan mikrositik
Hamza E, Metzinger L, Metzinger-Le Meuth V. Uremic Toxins Affect Erythropoiesis during the Course of Chronic Kidney Disease: A Review. Cells.
2020; 9(9):2039. https://doi.org/10.3390/cells9092039
CKD
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis
Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
CKD
● Kreatinin merupakan zat nonprotein nitrogen • Merupakan senyawa yang mengandung nitrogen
sebagai hasil metabolisme kreatin otot, zat yang terbentuk di hati sebagai produk akhir dari
endogen yang difiltrasi bebas, tidak metabolisme protein. Sekitar 85% urea
mengalami reabsorbsi ditubulus ginjal, diekskresikan melalui ginjal. Kadar urea serum
tetapi sejumlah kecil kreatinin disekresi oleh meningkat pada kondisi klirens ginjal menurun,
sel tubulus ginjal. dan dapat meningkat juga pada kondisi lain seperti
● Kadarnya di plasma relatif konstan dan perdarahan SCBA, dehidrasi, dan diet tinggi
klirensnya dapat diukur sebagai indikator protein.
laju filtrasi glomerulus.
● Nilai kreatinin serum normal: 0,6 – 1,3
mg/dL. Kreatinin serum > 1,5 mg/dL
menunjukkan telah adanya gangguan fungsi Pada Pasien:
ginjal. Ureum: 104 mg/dl (H)
Kreatinin: 4,78 mg/dl (H)
Gounden V, Bhatt H, Jialal I. Renal Function Tests. [Updated 2021 Jul 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507821/
CKD
Pemeriksaan Penunjang → Elektrolit
Proteinuria Hematuria
• Terjadi karena adanya peningkatan ● Kerusakan sawar filtrasi glomerulus → eritrosit masuk ke
permeabilitas membran glomerulus, dalam ruang urinaria → stres oksidatif, peradangan, dan
gangguan reabsorbsi tubulus, dan kerusakan struktural pada ginjal
peningkatan protein yang abnormal ● Hb dilepaskan dari RBC ke ruang urin → diubah menjadi
dalam plasma heme dan globin → heme bebas sangat beracun → terjadi
oksidasi lipid, denaturasi protein, menginduksi pelepasan
kemokin → penurunan GFR
Pada Pasien:
● Proteinuria (++)
● Hematuria: makroskopis darah (+++),
mikroskopis eritrosit >50 → gross
hematuria
Orlandi, P.F., Fujii, N., Roy, J. et al. Hematuria as a risk factor for progression of chronic kidney disease and death: findings from the Chronic Renal Insufficiency Cohort (CRIC) Study. BMC
Nephrol 19, 150 (2018). https://doi.org/10.1186/s12882-018-0951-0
Yuste C, Rubio-Navarro A, Barraca D, Aragoncillo I, Vega A, et al. (2015) Haematuria Increases Progression of Advanced Proteinuric Kidney Disease. PLOS ONE 10(5): e0128575.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0128575
CKD
Pada Pasien:
USG Abdomen → adanya peningkatan ekogenitas korteks kedua ginjal, curiga proses kronis
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Terapi Non Farmakologis
Nutrisi Pada Pasien:
GFR 10 ml / menit / 1,73m2 →
Pasien non dialisis dengan LFG <20ml/menit → evaluasi ● Diet ginjal dengan asupan protein
status nutrisi dari serum albumin dan/atau BB aktual tanpa 0,8 g/kgBB/hari
edema
Asupan kalori: 30 kkal/kgBB/hari
= 1500 kkal
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Non Farmakologis
Pada Pasien:
Diet HT rendah garam < 2
gram/24 jam, 1500 kkal
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis
Pada Pasien:
● Hipokalemia → Inf. KCL 40 meq
dalam 500 cc NS habis dalam 8
jam
● Hipokalsemia → Injeksi Ca
glukonas 1 amp/ 24 jam drip
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis
Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien:
● ACEI / ARB → evaluasi Cr dan K serum, bila ● Inj. Furosemid 1 amp (IGD)
Cr meningkat >35% atau timbul hiperkalemi
harus dihentikan
● CCB
● Diuretik
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis
Pemberian Asam Folat Pada Pasien:
● Untuk meningkatkan fungsi endotel dengan ● Asam folat 1x800 mg
mengurangi stress oksidatif pada intravaskuler
Cianciolo, G., et al 2017. Folic Acid and Homocysteine in Chronic Kidney Disease and Cardiovascular Disease Progression: Which Comes First. Cardiorenal Medicine,
Farmakologis
Ye, M., Lin, W., Zheng, J., & Lin, S. (2021). N-acetylcysteine for chronic kidney disease: a systematic review and meta-analysis. American journal of translational research,
13(4), 2472–2485.
Farmakologis
Young GA. Amino acids and the kidney. Amino Acids. 1991 Jun;1(2):183-92. doi: 10.1007/BF00806915. PMID: 24194102.
Farmakologis
● Koreksi Anemia : target Hb 10-12 g/dl
● Kontrol anemia : Efrek, ROEPO (SC), Transfusi PRC
● Kontrol Hiperfosfatemi : Kalsium karbonat/kalsium asetat
● Kontrol Osteodistrofi Renal : Kalsitriol
● Koreksi asidosis metabolik : taget HCO3 20-22 mEq/l
● Kontrol dislipidemia : target LDL<100 mg/dl, dianjurkan golongan statin
● Koreksi Hiperkalemi
● Terapi ginjal pengganti
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Farmakologis
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK
● ISK: meliputi infeksi di parenkim ginjal 1. ISK sederhana/non komplikata: tidak terdapat
sampai di kandung kemih dengan jumlah disfungsi struktural ataupun fungsional ginjal
bakteriuria yang bermakna (>100.000 2. ISK komplikata: berlokasi selain di VU, ISK pada
per ml urin segar). anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil
● Batasan hasil positif kultur urin pada
wanita → 1000-10.000 organisme/ml urin
midstream.
● Faktor risiko: kerusakan atau kelainan
Pada Pasien:
anatomi saluran kemih berupa obstruksi
Wanita lansia dengan sistitis → ISK pada VU → ISK non
jaringan parut, pemasangan kateter urin
komplikata
yang lama, HT, kehamilan
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK
Pemeriksaan Fisik
● Demam
● Nyeri tekan suprapubik
● Nyeri ketok sudut costovertebrae
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
ISK
Pemeriksaan Penunjang
Pada Pasien:
● DPL, pemeriksaan resistensi kuman, fungsi ● DPL: leukositosis dengan netrofilia
ginjal, gula darah absolut
● Kultur urin (+): bakteriuria > 100.000/ml urin ● Urinalisis: Bakteri (+), lekosit (makros:
● Foto BNO-IVP jika perlu ++, mikros: 10-15)
● USG ginjal bila perlu ● USG abdomen: gambaran cystitis
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Tatalaksana Non Farmakologis
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Tatalaksana Farmakologis
Pada Pasien:
● Inj. ceftriaxone 2gr/24 jam
● Obat pulang: cefixim 2 x 200 mg
( 4 hari )
Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Dispepsia
1. Dispepsia Organik : pemeriksaan klinis dan laboratorium dapat mengidentifikasi penyakit organik yang mendasari
yang mungkin menjadi penyebab gejala
2. Dispepsia Fungsional : tidak ada kelainan organik yang diidentifikasi oleh pemeriksaan diagnostik, termasuk
gastroskopi dan bila tidak ada penyebab spesifik yang jelas dari gejala yang ditemukan (Oustamanolakis & Tack,
2012).
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Dispepsia Patofisiologi
Diagnosis Dispepsia
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Dispepsia Fungsional
Etiologi
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
ALUR DIAGNOSIS DISPEPSIA BELUM
DIINVESTIGASI
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Terapi
• Memberikan terapi selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi awal (pemeriksaan adanya Hp)
• Obat yang digunakan:
1. Antasida
2. Antisekresi asam lambung: PPI (omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole), H2-Receptor Antagonist
3. Prokinetik
4. Sitoprotektor: rebamipide
Pada Pasien:
● PPI → Inj Omeprazole 40 mg/12 jam
● Mukoprotektor → Sucralfat syr 3x1 CI
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
SUMBER :
1. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, 2019. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
2. Arora, P., 2021. Chronic Kidney Disease (CKD). [online] Medscape. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/238798-overview#a3> [Accessed 28 March 2022].
3. Cianciolo, G., et al 2017. Folic Acid and Homocysteine in Chronic Kidney Disease and Cardiovascular Disease
Progression: Which Comes First. Cardiorenal Medicine, 7(4), pp.255-266.
4. Gounden V, Bhatt H, Jialal I. Renal Function Tests. [Updated 2021 Jul 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507821/
5. Hamza E, Metzinger L, Metzinger-Le Meuth V. Uremic Toxins Affect Erythropoiesis during the Course of Chronic Kidney
Disease: A Review. Cells. 2020; 9(9):2039. https://doi.org/10.3390/cells9092039
6. Kidney Disease : Improving Global Outcomes (KDIGO). KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury.
Kidney Int Suppl. 2012;2:1–141.
7. Simadibrata, M. et al. (2014) Konsensus nasional penatalaksanaan dispepsia dan infeksi Helicobacter pylori, Konsensus
Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
(PGI) Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).
8. Ye, M., Lin, W., Zheng, J., & Lin, S. (2021). N-acetylcysteine for chronic kidney disease: a systematic review and meta-
analysis. American journal of translational research, 13(4), 2472–2485.
9. Young GA. Amino acids and the kidney. Amino Acids. 1991 Jun;1(2):183-92. doi: 10.1007/BF00806915. PMID:
24194102.
10. Zhang, R., Wang, S., Zhang, M., & Cui, L. (2016). Hyponatremia in patients with chronic kidney disease. Hemodialysis
International, 21(1), 3–10. doi:10.1111/hdi.12447