Anda di halaman 1dari 46

Laporan Kasus

General Anestesi pada Laparotomy


Disusun oleh:
Rizki Sahrul Barokah 1102017201
Iis Mariyani 1102016088
Adelia Ayu 1102016006

Pembimbing:
dr. FX. Andi Haris Respati, Sp. An

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesiologi


Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
RS Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto
Periode 14 Februari - 5 Maret 2022
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 60 thn
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Kramat Jati
Status : Menikah
No RM : 01-xx-xx-93
Tanggal Masuk RS : 19 Februari 2022
Tanggal Operasi : 21 Februari 2022
Anamnesis
Keluhan Utama : Keluhan nyeri seluruh lapang perut terus
menerus sejak 2 hari SMRS.
Keluhan Tambahan : Terdapat mual dan muntah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke IGD RS Polri dengan keluhan nyeri
pada seluruh perut terus menerus sejak 2 hari SMRS. Pasien mengaku
merasakan sakit jika perutnya ditekan. Keluhan lainnya terdapat mual,
muntah, demam dan tidak nafsu makan. Keluhan sulit BAK, BAB dan buang
angin disangkal. Pasien sebelumnya tidak mempunyai riwayat yang serupa.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
● Riwayat keluhan serupa : Disangkal ● Riwayat keluhan serupa : Disangkal
● Riwayat hipertensi : Disangkal ● Riwayat hipertensi : Disangkal
● Riwayat DM : Disangkal ● Riwayat DM : Disangkal
● Riwayat asma : Disangkal
● Riwayat asma : Disangkal
● Riwayat penyakit jantung : Disangkal
● Riwayat penyakit jantung : Disangkal
● Riwayat penyakit stroke : Disangkal
● Riwayat penyakit stroke : Disangkal
● Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
● Riwayat penyakit paru : Disangkal
● Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
● Riwayat penyakit paru : Disangkal

Riwayat Pengobatan & Operasi


Saat ini pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
dan pasien sebelumnya belum pernah operasi.
Diagnosis: Plan:
Peritonitis Difus Laparatomi
Pre-Anestesi
● Pasien digolongkan dalam ASA II
● Diagnosis Pra Bedah: Peritonitis
● Jenis Pembedahan : Laparatomi
● Jenis Anestesi : General Anastesi (GA)
● Posisi Pasien : Supine
● Premedikasi : Puasa 6 jam sebelum operasi, pemasangan IV RL
● Anestesi : 20 Februari 2022
● Terapi pre operasi :
- Pemasangan kateter urin
- IVFD NaCl 0,9% 500 cc dalam 8 jam
- Ceftriaxone 2x1 gram IV
Evaluasi Pre-Anestesi
Pemeriksaan Fisik di OK

● Keadaan Umum : Sedang


● Kesadaran : Composmentis (GCS 15; E4M6V5)

Tanda-tanda vital Status Gizi

BP 130/80 mmHg BB 70 kg

HR 88 x/menit TB 165 cm

RR 20 x/menit IMT 25 kg/m2 (Normal)

T 36 C
Evaluasi Pre-Anestesi
B1 (Breath)
B2 (Blood)
● Airway paten, napas spontan, RR
20x/menit, teratur ● TD : 130/80 mmHg
● Inspeksi : gerak dada simetris, ● Nadi : 88 x/menit
● Auskultasi : S1 & S2 reguler, murmur
hematoma (-), retraksi sela iga (-)
(-), gallop (-)
● Auskultasi: vesikuler (+/+), wheezing
● Akral : Hangat, CRT < 2 detik,
(-/-), ronkhi (-/-), stridor (-/-)
edema (-/-/-/-)
● Skor Mallampati: I
Evaluasi Pre-Anestesi
B3 (Brain) B4 (Bowel)
● Kesadaran : Composmentis Perut datar, distensi (+), sikatriks (-),

● GCS : E4 M6 V5 hematoma (-), bising usus (+) menurun,

● Mata : Pupil isokor, ⌀ 3 mm Defans Muskular (+).

ODS, RCL (+/+), RCTL (+/+)

B5 (Bladder) B6 (Bone)
● Urin berwarna kuning jernih ● Tidak terdapat gigi palsu
● Nyeri ketok CVA (-/-) ● Alignment vertebrae baik, range of
● Terpasang kateter urin, jumlah urin 50 cc
movement baik, fraktur tidak ada.
Tanggal 19/02/2022

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi
Kimia Klinik
Hb 14.9 12 - 14 g/dL
Ureum 51 10 - 51 mg/dl
Ht 45 40 - 48 %
Creatinin 1.3 0.5 - 1.5 -
Leukosit 12.250 5.000 - 10.000 /μL
GFR 63 >=90 mL/min/1.73m
Trombosit 402.000 150.000 - 400.000 /μL

GDS 89 <200 mg/dl


Basofil 0 0-1 -

Elektrolit Eosinofil 0 1-3 -

Natrium 138 135 - 145 mmol/L Batang 0 2-6 -

Kalium 3.9 3.5 - 5.0 mmol/L Segmen 81 50 - 70 -

Clorida 111 98 - 108 mmol/L Limfosit 11 20 - 40 -

Monosit 8 2-8 -
Serologi
LED 0 < 15 -
Antigen Negatif Negatif -
SARS-CoV-2 Eritrosit 0 4-5 -
Pemeriksaan Penunjang Tanggal 20/02/2022

Analisa Gas Darah


Kimia Klinik
pH 7.58 7.35 - 7.45
SGOT 14.4 < 31 U/L
pCO2 38 35 - 45 mmHg

SGPT 16.9 < 31 U/L


pO2 60 85 - 95 mmHg

O2 Saturasi 94.2 85 - 95 % Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HCO3 36 21 - 25 mmol/L Serologi

Base Excess 12.5 -2.5 - +2.5 mmol/L HBsAg Non Reaktif Non Reaktif -

HCO3 36 21 - 27 mmol/L Anti-HCV Non Reaktif Non Reaktif -


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Hb 13.3 12 - 14 g/dL

Tanggal 21/02/2022 Ht 40 40 - 48 %

Leukosit 27.870 5.000 - 10.000 /μL

Trombosit 353.000 150.000 - 400.000 /μL

Serologi
Tanggal 22/02/2022
PCR SARS-CoV-2 Negatif Negatif -
Tindakan anestesi
1. Persiapan alat STATIC
2. Pasien dalam keadaan supine, dilakukan monitoring vital sign
3. Melakukan preoksigenasi dengan face mask O2 100%
4. Pemberian agen induksi, koinduksi Fentanyl 100 mcg dan Propofol 170 mg secara
intravena.
5. Pemberian muscle relaxant yaitu Rocuronium 30 mg secara intravena.
6. Pemasangan ETT (Uk. 7), fiksasi dan menyambungkan ETT dengan connector dan
ventilator.
7. Melakukan pemeriksaan suara nafas didapatkan suara nafas kanan dan kiri sama.
8. Melakukan intubasi diawali dengan metode head tilt-chin lift dan membuka mulut
dengan teknik cross finger lalu memasukan laryngoscope dan selang intubasi
selanjutnya , oksigenasi dengan O2 dan N2O (50:50) dan memberikan gas volatile
sevoflurane 2% MAC.
9. Tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen di observasi setiap 15 menit.
Medikasi Intraoperatif
● Dexamethasone 5 mg IV
● Ondancentrone 4 mg IV
● Asam Tranexamat 500 mg IV
● Ketorolac 30 mg IV
● Atropine Sulfat 0,5 mg IV
● Carbazochrome sodium sulfonate 50 mg IV
● Neostigmine 1 mg IV
● Dexketoprofen Trometamol 50 mg IV
Evaluasi Post-Operasi
B1 (Breath)
B2 (Blood)
● Airway paten, napas spontan, RR
● TD : 130/80 mmHg
20x/menit
● Nadi : 88 x/menit
● Inspeksi : gerak dada simetris,
hematoma (-), retraksi sela iga (-) ● Auskultasi : S1 & S2 reguler,

● Auskultasi : vesikuler (+/+), murmur (-), gallop (-)


wheezing (-/-), ronchi (-/-), stridor ● Akral : Hangat, CRT < 2 detik,
(-/-) edema (-/-/-/-)
Evaluasi Post-Operasi
B3 (Brain) B4 (Bowel)
● Kesadaran : Compos mentis BU (+) normal, luka post operasi
● GCS : E4 M6 V5 tertutup kassa dan terpasang
drain
● Mata : Pupil isokor, ⌀ 3 mm
ODS, RCL (+/+), RCTL (+/+)
● Kekuatan Motorik : 5/5/5/5
Evaluasi Post-Operasi
B5 (Bladder) B6 (Bone)

●Urin berwarna kuning jernih ● Tidak terdapat gigi palsu


●Terpasang kateter urin, jumlah ● Alignment vertebrae baik,
range of movement baik,
urin 100 cc fraktur tidak ada.
Intruksi Post-Operasi
● Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan pukul 14.00 WIB dengan posisi supine
● Score Aldrete
1. Aktivitas : 2
2. Pernafasan : 2
3. Sirkulasi : 2
4. Kesadaran : 2
5. Saturasi : 2
TOTAL SCORE 10
● Pengelolaan mual muntah injeksi Ondansentron 4 mg IV
● Pengelolaan nyeri dengan menggunakan Ketorolac 30 mg IV
Tinjauan Pustaka
Anestesi Umum
Anestesi Umum
Definisi

Anestesi umum (General anesthesia) disebut juga tindakan meniadakan


nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible
berdasarkan trias anesthesia yang ingin diperoleh yaitu hipnotik, analgesia,
dan relaksasi otot.
Klasifikasi
Ada beberapa macam teknik anestesi umum, yaitu anestesi inhalasi, anestesi
intravena dan anestesi imbang (balanced).
● Anestesi inhalasi : Obat anestesi diberikan dalam bentuk gas yang masuk
ke paru-paru dibantu dengan alat selang endotrakeal, LMA, atau ditutup
dengan sungkup/masker.
● Anestesi intravena : Obat anestesi dimasukan melalui injeksi intravena.
● Anestesi imbang : Kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena
maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik anestesia umum
dengan anestesia regional untuk mencapai trias anestesia secara optimal
dan berimbang.
Stadium Anestesi
Stadium anestesi menurut Guedel
Stadium 1: Analgesia dan amnesia.
Dari masuknya obat induksi hingga hilangnya kesadaran yang ditandai dengan
hilangnya refleks bulu mata.
Stadium 2: Eksitasi atau delirium
Setelah kesadaran hilang, timbul eksitasi dan delirium. Pernapasan menjadi ireguler,
dapat terjadi pasien menahan napas. Timbul gerakan-gerakan involunter. Pasien
juga dapat muntah dan membahayakan jalan napas. Pada stadium ini aritmia
jantung pun dapat terjadi. Pupil dilatasi sebagai tanda peningkatan tonus simpatis.
Stadium 2 adalah stadium yang beresiko tinggi.
Stadium Anestesi
Stadium 3: Pembedahan
Dimulai dari napas spontan sampai henti napas. Stadium 3 terbagi atas:
● Plana 1 : mulai napas spontan sampai gerak bola mata berhenti.
● Plana 2 : mulai gerak bola mata berhenti sampai napas torakal lemah.
● Plana 3 : mulai napas torakal lemah sampai napas torakal berhenti.
● Plana 4 : mulai napas torakal berhenti sampai napas diafragma berhenti.
Stadium 4: Intoksikasi/overdosis obat anestesia
Dimulai dari paralisis diafragma sampai henti jantung atau meninggal.
Anestesi
Persiapan Pra Anestesi
a. Informed consent
b. Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal
c. Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obatan anestesi yang sesuai dengan fisik dan
kehendak pasien
d. Puasa praoperasi
e. Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology).
Untuk operasi cito ASA ditambah huruf E (emergensi terdiri dari kegawatan otak, jantung, paru,
ibu dan anak).
Manajemen Operatif

Preoperatif: Pemeriksaan Fisik:


LEMON terdiri dari look externally, evaluate
Anamnesis 3-3-2 rule, mallampati, obstruction, and
● Identitas neck mobility
● Riwayat Penyakit
● Riway Pengobatan Pemeriksaan Tambahan
● Riwayat Alergi ● Pemeriksaan Laboratorium
● EKG
● Foto rontgen thorax
Mallampati skor
Status Fisik American Society of Anesthesiologists Physical Status Classification (ASA)

ASA 1 : Pasien sehat normal. Contoh: Sehat, tidak obesitas (BMI di bawah 30), pasien
yang tidak merokok dengan toleransi olahraga yang baik.
ASA 2 : Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan. Contoh: Pasien tanpa
keterbatasan fungsional dan penyakit terkontrol dengan baik (misalnya, hipertensi
yang diobati, obesitas dengan BMI di bawah 35, sering peminum sosial, atau
perokok).
ASA 3 : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa. Contoh:
Pasien dengan beberapa keterbatasan fungsional karena penyakit (misalnya,
hipertensi atau diabetes yang tidak diobati dengan baik, obesitas morbid, gagal
ginjal kronis, penyakit bronkospastik dengan eksaserbasi intermiten, angina stabil).
Status Fisik American Society of Anesthesiologists Physical Status Classification (ASA)

ASA 4 : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nyawa. Contoh: Pasien
dengan keterbatasan fungsional dari penyakit parah yang mengancam jiwa (misalnya,
angina tidak stabil, PPOK yang tidak terkontrol dengan baik, CHF simtomatik, infark miokard
atau stroke baru-baru ini (kurang dari tiga bulan yang lalu).

ASA 5 : Seorang pasien sekarat yang diperkirakan tidak akan bertahan hidup tanpa operasi.
Pasien diperkirakan tidak akan bertahan hidup lebih dari 24 jam berikutnya tanpa
pembedahan—contoh: ruptur aneurisma aorta abdominal, trauma masif, dan perdarahan
intrakranial ekstensif dengan efek massa.

ASA 6 : Pasien mati otak yang organnya diambil dengan maksud untuk ditransplantasikan
ke pasien lain.
Premedikasi Anestesi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesia dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesia diantaranya:
1. Memberikan rasa nyaman bagi pasien
2. Menghilangkan rasa khawatir
3. Membuat amnesia
4. Memberikan analgesia
5. Mencegah muntah
6. Memperlancar induksi
7. Mengurangi jumlah obat-obatan anestesia
8. Menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan
9. Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas
Obat-obatan premedikasi:
a.Midazolam : Golongan Benzodiazepin (Dosis 0.07 - 0.15 mg/kgBB IV)
b.Sulfat atropin : Golongan Antikolinergik (Dosis: 0.01 - 0.02 mg/kgBB. Dosis maksimal dewasa 0,4 - 0,6 mg)
c.Ondansentron : Golongan Antagonis reseptor serotonin 5-HT 3 selektif (Dosis 4 - 8 mg IV (dewasa))
d.Fentanyl : Golongan Opioid (Dosis fentanyl 2 - 50 mcg/kgBB)
e.Ranitidin : Golongan antagonis reseptor H2 (Dosis 50 mg IV)

Pre-Oksigenasi
Preoksigenasi yang adekuat penting pada pasien dengan sulit ventilasi, sulit intubasi, dan pada pasien dengan
FRC rendah seperti pasien obesitas dan hamil. Preoksigenasi dilakukan dengan sungkup muka menggunakan
100% oksigen dengan aliran 10-12 L/menit (untuk mencegah rebreathing) dan konsentrasi oksigen pada
end-tidal lebih dari 90%.
Intraoperatif
PERSIAPAN. Pastikan peralatan elektronik berfungsi dengan baik seperti lampu ruangan, mesin anestesia,
berbagai alat pantau, mesin penghangat tempat tidur blanket roll, infusion pumps, syringe pumps, defibrilator

S (Scope) : Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope


T (Tubes) : Endotrakheal Tube (ETT) sesuai ukuran
A (Airway) : Pipa mulut faring (otofaring) dan pipa hidung faring (nasofaring)
T (Tape) : Plaster untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut
I (Introdutor) : Stilet atau mandarin untuk pemandu agar pipa trake mudah dimasukkan
C (Connector) : Penyambung pipa dan peralatan anestesia
S (Suction) : Penyedot lendir dan ludah
Induksi Anestesia

Anestesi Intravena Anestesi Inhalasi


● Methohexital ● N20
● Thiopental (Pentothal) ● Halothane
● Benzodiazepin ● Enfluarane
● Etomidate ● Isoflurane
● Ketamin ● Desflurane
● Propofol ● Sevoflurane
● Opioid
Post-Operatif
Pemantauan post operatif bertujuan untuk mengurangi risiko seperti :
● obstruksi saluran napas bagian atas,
● hypoxemia arterial,
● hipoventilasi,
● hipotensi atau hipertensi,
● disritmia jantung,
● oliguria,
● penurunan suhu tubuh,
● agitasi atau delirium,
● delayed awakening,
● mual dan muntah
Pemantauan jalan napas, serta koreksi oksigen, cairan, serta elektrolit dan perbaikan suhu tubuh umumnya
dapat mengatasi kondisi di atas secara umum.
Tinjauan Pustaka
Peritonitis
Peritonitis -Definisi

Peritonitis adalah peradangan pada


peritoneum dan ruang peritoneal,
disebabkan oleh infeksi atau kondisi
aseptik. Peritonitis merupakan salah
satu penyebab tersering dari akut
abdomen, suatu kegawatan abdomen.

Japanesa A, Zahari A, Rusjdi SR. Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016 Jan 1;5(1).
Peritonitis – Klasifikasi Etiologi

Spontaneous Bacterial Peritonitis – infeksi bakteri pada


asites tanpa adanya sumber infeksi intra-abdominal
PRIMER
Bakteri Aerob – Eschericia coli, Klebsiella pneumonia
Staphylococcus aureus

Sumber infeksi berasal dari terganggunya barrier mukosa

SEKUNDER
Polimikrobia gram - : E. coli, Klebsiella
Gram + : Enterococcus, Streptococcus

Peritonitis sekunder persisten yang tetap ada setelah


TERSIER
pengobatan yang adekuat
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik

1. Nyeri perut → nyeri viseral & somatik 1. BU menurun → pada difus


2. Lokasi nyeri 2. Rebound tenderness (nyeri tekan lepas)
3. Sifat nyeri 3. Keadaan umum pasien peritonitis tampak
4. Karakteristik nyeri sakit berat.
5. Muntah 4. Demam
5. Nyeri tekan
6. Konstipasi
6. Kekakuan pada dinding abdomen
7. Diare
7. Pasien cenderung menghindari perubahan
8. Demam
posisi dan menekuk lututnya
Diagnosis
Penunjang

● Pemeriksaan Hematologi:
Leukositosis (>11.000 sel/uL) dengan
shift to the left, PT dan APTT, Tes
fungsi liver
● Urinalisis
● Peritoneal Fluid Analysis: Pada SBP
hitung jenis netrofil cairan asites >500
sel/uL, pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 86% dan spesisifitas 98%
● Pemeriksaan Tinja
● Radiologi → Abdomen 3 posisi & USG
Tatalaksana
Prinsip umum terapi → penggantian cairan dan Terapi bedah pada peritonitis
elektrolit secara IV, antibiotik, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, ● Kontrol sumber infeksi.
pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau Tipe dan luas dari pembedahan tergantung dari
penyebab radang lainnya. proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.

● Terapi antibiotika → Broad Spectrum ● Pencucian rongga peritoneum


● Lavase peritoneum → dilakukan pada
peritonitis difus, yaitu dengan larutan Dilakukan dengan debridement, suctioning,kain
kristaloid. Bila peritonitisnya terlokalisasi, kassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian
sebaiknya tidak dilakukan lavase peritoneum, dilakukan untuk menghilangkan pus, darah, dan
jaringan yang nekrosis.
karena tindakan ini dapat menyebabkan
bakteria menyebar ke tempat lain. ● Debridement

Mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.


Komplikasi
● Peritonitis tersier, infeksi atau dehiscence dari situs
bedah
● Syok septik
● Fistula enterokutaneus
● Sindrom kompartemen perut
● Insufisiensi enterik
Pembahasan
Pre-Operatif
Kasus Teori

● Pasien tergolong ASA 2 karena usia pasien ● Penilaian status fisik ASA grade 2 didefinisikan
tergolong geriatri yang sudah masuk fase sebagai kondisi dimana pasien memiliki kelainan
degeneratif. sistemik ringan sampai sedang selain penyakit
yang akan dioperasi.

● Pada pasien, sebelum melakukan operasi, telah


dilakukan persiapan pra-anestesi, yaitu diberikan
NaCl 0,9% 500 cc dan Ceftriaxone 2 gr IV

● Pemeriksaan jalan nafas telah dilakukan, mulai ● Skor Mallampati grade 1 adalah pilar laring, uvula
dari inspeksi, auskultasi, dan mallampati score. dan palatum mole terlihat jelas, seluruh tonsil
Didapatkan airway paten, tidak didapatkan terlihat jelas.
kelainan pada auskultasi, dan Mallampati skor 1.

● Pemeriksaan darah telah dilakukan, didapatkan ● Pemeriksaan penunjang pre-operasi meliputi


hasil Hb (13.3), Ht (40), Leukosit (27.870), pemeriksaan rutin (lab darah, urinalisis, rontgen
Trombosit (353.000). thorax, EKG) dan khusus bila ada indikasi seperti
(GDS, cardiac marker, dll.).
Intraoperatif Kasus Teori
● Monitoring pasien: NIBP, SaO2 Preoksigenasi dilakukan dengan sungkup muka menggunakan 100% oksigen
● IVFD Ringer Laktat 20 tpm dengan aliran 10-12 L/menit untuk mencegah re-breathing dan konsentrasi
● Preoksigenasi dengan face mask O2 100% oksigen pada end tidal lebih dari 90%. preoksigenasi yang adekuat penting
● Agen induksi : Propofol 170 mg IV untuk meningkatkan Functional Residual Capacity (FRC) pada pasien terutama
● Analgetik : Fentanyl 100 mcg IV dalam operasi supine.
● Pemeriksaan refleks bulu mata
● Muscle relaxant: Rocuronium 40 mg IV Teknik anestesi yang digunakan pada operasi peritonitis adalah general
● Pemasangan ETT No.7 via oral anestesi dengan pemasangan pipa endotrakea. Jenis obat-obatan anestesia
● Menyambungkan ETT dengan connector dan ventilator, inhalasi adalah sevoflurane. pemberian obat tersebut adalah dalam bentuk
memberikan gas volatile Sevoflurane uap yang kemudian disalurkan melalui saluran napas. keuntungannya adalah
● Medikasi intraoperatif: resorpsi dan ekskresi yang cepat melalui alveoli. Pemantauan anestesi jenis ini
- Dexamethasone 5 mg IV juga tergolong mudah dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Jenis obat
- Ondancentrone 4 mg IV ini umumnya digunakan untuk pemeliharaan anestesi
- Asam Tranexamat 500 mg IV
- Ketorolac 30 mg IV Pemberian propofol menginduksi anestesi secara cepat. Anestesi dapa
- Atropine Sulfat 0,5 mg IV dipertahankan dengan infus propofol yang berkesinambungan dengan opiat
- Carbazochrome sodium sulfonate 50 mg IV N2O dan/ atau anastetik inhalasi lain.
- Neostigmine 1 mg IV
- Dexketoprofen Trometamol 50 mg IV
Post-Operatif
Kasus Teori
Monitoring dan tindakan post-operasi pada pasien: ● Pemantauan post operatif di antaranya bertujuan
untuk mengurangi risiko yang dapat timbul dari
● Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan pasca
penggunaan anestesia selama operasi. NSAID
operasi pukul 14.00
merupakan obat-obatan antiinflamasi yang
● Posisi supine
memiliki efek yang mirip dengan obat golongan
● Pantau keadaan umum dan TTV setiap 15 menit
opioid. Ketorolac 30 mg IV, diikuti 15 mg setiap 6
● Pemberian analgetik ketorolac 30 mg IV
sampai 8 jam.
● Pengelolaan mual muntah injeksi
ondansentron 4 mg.
Daftar Pustaka
Rehatta NM, Hanindito E, Tantri AR. Anestesiologi Dan Terapi Insentif Buku Teks KATI-PERDATIN. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2019. p. 2–26

Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.

Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah; 221- 239, EGC, Jakarta. 1997

Runyon BA, Hoefs JC. Ascitic fluid analysis in the differentiation of spontaneous bacterial peritonitis from gastrointestinal tract perforation into
ascitic fluid. Hepatology. 1984 May;4(3):447-50.

J Daley B. Peritonitis and Abdominal Sepsis Treatment & Management: Approach Considerations, Antibiotic Therapy, Nonoperative Drainage
[Internet]. emedicine.medscape.com. 2019]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/180234-treatment#d13

Runyon BA, Hoefs JC. Ascitic fluid analysis in the differentiation of spontaneous bacterial peritonitis from gastrointestinal tract perforation into
ascitic fluid. Hepatology. 1984 May;4(3):447-50.

Anda mungkin juga menyukai