Pembimbing:
dr. FX. Andi Haris Respati, Sp. An
BP 130/80 mmHg BB 70 kg
HR 88 x/menit TB 165 cm
T 36 C
Evaluasi Pre-Anestesi
B1 (Breath)
B2 (Blood)
● Airway paten, napas spontan, RR
20x/menit, teratur ● TD : 130/80 mmHg
● Inspeksi : gerak dada simetris, ● Nadi : 88 x/menit
● Auskultasi : S1 & S2 reguler, murmur
hematoma (-), retraksi sela iga (-)
(-), gallop (-)
● Auskultasi: vesikuler (+/+), wheezing
● Akral : Hangat, CRT < 2 detik,
(-/-), ronkhi (-/-), stridor (-/-)
edema (-/-/-/-)
● Skor Mallampati: I
Evaluasi Pre-Anestesi
B3 (Brain) B4 (Bowel)
● Kesadaran : Composmentis Perut datar, distensi (+), sikatriks (-),
B5 (Bladder) B6 (Bone)
● Urin berwarna kuning jernih ● Tidak terdapat gigi palsu
● Nyeri ketok CVA (-/-) ● Alignment vertebrae baik, range of
● Terpasang kateter urin, jumlah urin 50 cc
movement baik, fraktur tidak ada.
Tanggal 19/02/2022
Hematologi
Kimia Klinik
Hb 14.9 12 - 14 g/dL
Ureum 51 10 - 51 mg/dl
Ht 45 40 - 48 %
Creatinin 1.3 0.5 - 1.5 -
Leukosit 12.250 5.000 - 10.000 /μL
GFR 63 >=90 mL/min/1.73m
Trombosit 402.000 150.000 - 400.000 /μL
Monosit 8 2-8 -
Serologi
LED 0 < 15 -
Antigen Negatif Negatif -
SARS-CoV-2 Eritrosit 0 4-5 -
Pemeriksaan Penunjang Tanggal 20/02/2022
Base Excess 12.5 -2.5 - +2.5 mmol/L HBsAg Non Reaktif Non Reaktif -
Hematologi
Hb 13.3 12 - 14 g/dL
Tanggal 21/02/2022 Ht 40 40 - 48 %
Serologi
Tanggal 22/02/2022
PCR SARS-CoV-2 Negatif Negatif -
Tindakan anestesi
1. Persiapan alat STATIC
2. Pasien dalam keadaan supine, dilakukan monitoring vital sign
3. Melakukan preoksigenasi dengan face mask O2 100%
4. Pemberian agen induksi, koinduksi Fentanyl 100 mcg dan Propofol 170 mg secara
intravena.
5. Pemberian muscle relaxant yaitu Rocuronium 30 mg secara intravena.
6. Pemasangan ETT (Uk. 7), fiksasi dan menyambungkan ETT dengan connector dan
ventilator.
7. Melakukan pemeriksaan suara nafas didapatkan suara nafas kanan dan kiri sama.
8. Melakukan intubasi diawali dengan metode head tilt-chin lift dan membuka mulut
dengan teknik cross finger lalu memasukan laryngoscope dan selang intubasi
selanjutnya , oksigenasi dengan O2 dan N2O (50:50) dan memberikan gas volatile
sevoflurane 2% MAC.
9. Tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen di observasi setiap 15 menit.
Medikasi Intraoperatif
● Dexamethasone 5 mg IV
● Ondancentrone 4 mg IV
● Asam Tranexamat 500 mg IV
● Ketorolac 30 mg IV
● Atropine Sulfat 0,5 mg IV
● Carbazochrome sodium sulfonate 50 mg IV
● Neostigmine 1 mg IV
● Dexketoprofen Trometamol 50 mg IV
Evaluasi Post-Operasi
B1 (Breath)
B2 (Blood)
● Airway paten, napas spontan, RR
● TD : 130/80 mmHg
20x/menit
● Nadi : 88 x/menit
● Inspeksi : gerak dada simetris,
hematoma (-), retraksi sela iga (-) ● Auskultasi : S1 & S2 reguler,
ASA 1 : Pasien sehat normal. Contoh: Sehat, tidak obesitas (BMI di bawah 30), pasien
yang tidak merokok dengan toleransi olahraga yang baik.
ASA 2 : Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan. Contoh: Pasien tanpa
keterbatasan fungsional dan penyakit terkontrol dengan baik (misalnya, hipertensi
yang diobati, obesitas dengan BMI di bawah 35, sering peminum sosial, atau
perokok).
ASA 3 : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa. Contoh:
Pasien dengan beberapa keterbatasan fungsional karena penyakit (misalnya,
hipertensi atau diabetes yang tidak diobati dengan baik, obesitas morbid, gagal
ginjal kronis, penyakit bronkospastik dengan eksaserbasi intermiten, angina stabil).
Status Fisik American Society of Anesthesiologists Physical Status Classification (ASA)
ASA 4 : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nyawa. Contoh: Pasien
dengan keterbatasan fungsional dari penyakit parah yang mengancam jiwa (misalnya,
angina tidak stabil, PPOK yang tidak terkontrol dengan baik, CHF simtomatik, infark miokard
atau stroke baru-baru ini (kurang dari tiga bulan yang lalu).
ASA 5 : Seorang pasien sekarat yang diperkirakan tidak akan bertahan hidup tanpa operasi.
Pasien diperkirakan tidak akan bertahan hidup lebih dari 24 jam berikutnya tanpa
pembedahan—contoh: ruptur aneurisma aorta abdominal, trauma masif, dan perdarahan
intrakranial ekstensif dengan efek massa.
ASA 6 : Pasien mati otak yang organnya diambil dengan maksud untuk ditransplantasikan
ke pasien lain.
Premedikasi Anestesi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anastesia dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesia diantaranya:
1. Memberikan rasa nyaman bagi pasien
2. Menghilangkan rasa khawatir
3. Membuat amnesia
4. Memberikan analgesia
5. Mencegah muntah
6. Memperlancar induksi
7. Mengurangi jumlah obat-obatan anestesia
8. Menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan
9. Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas
Obat-obatan premedikasi:
a.Midazolam : Golongan Benzodiazepin (Dosis 0.07 - 0.15 mg/kgBB IV)
b.Sulfat atropin : Golongan Antikolinergik (Dosis: 0.01 - 0.02 mg/kgBB. Dosis maksimal dewasa 0,4 - 0,6 mg)
c.Ondansentron : Golongan Antagonis reseptor serotonin 5-HT 3 selektif (Dosis 4 - 8 mg IV (dewasa))
d.Fentanyl : Golongan Opioid (Dosis fentanyl 2 - 50 mcg/kgBB)
e.Ranitidin : Golongan antagonis reseptor H2 (Dosis 50 mg IV)
Pre-Oksigenasi
Preoksigenasi yang adekuat penting pada pasien dengan sulit ventilasi, sulit intubasi, dan pada pasien dengan
FRC rendah seperti pasien obesitas dan hamil. Preoksigenasi dilakukan dengan sungkup muka menggunakan
100% oksigen dengan aliran 10-12 L/menit (untuk mencegah rebreathing) dan konsentrasi oksigen pada
end-tidal lebih dari 90%.
Intraoperatif
PERSIAPAN. Pastikan peralatan elektronik berfungsi dengan baik seperti lampu ruangan, mesin anestesia,
berbagai alat pantau, mesin penghangat tempat tidur blanket roll, infusion pumps, syringe pumps, defibrilator
Japanesa A, Zahari A, Rusjdi SR. Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016 Jan 1;5(1).
Peritonitis – Klasifikasi Etiologi
SEKUNDER
Polimikrobia gram - : E. coli, Klebsiella
Gram + : Enterococcus, Streptococcus
● Pemeriksaan Hematologi:
Leukositosis (>11.000 sel/uL) dengan
shift to the left, PT dan APTT, Tes
fungsi liver
● Urinalisis
● Peritoneal Fluid Analysis: Pada SBP
hitung jenis netrofil cairan asites >500
sel/uL, pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 86% dan spesisifitas 98%
● Pemeriksaan Tinja
● Radiologi → Abdomen 3 posisi & USG
Tatalaksana
Prinsip umum terapi → penggantian cairan dan Terapi bedah pada peritonitis
elektrolit secara IV, antibiotik, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, ● Kontrol sumber infeksi.
pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau Tipe dan luas dari pembedahan tergantung dari
penyebab radang lainnya. proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
● Pasien tergolong ASA 2 karena usia pasien ● Penilaian status fisik ASA grade 2 didefinisikan
tergolong geriatri yang sudah masuk fase sebagai kondisi dimana pasien memiliki kelainan
degeneratif. sistemik ringan sampai sedang selain penyakit
yang akan dioperasi.
● Pemeriksaan jalan nafas telah dilakukan, mulai ● Skor Mallampati grade 1 adalah pilar laring, uvula
dari inspeksi, auskultasi, dan mallampati score. dan palatum mole terlihat jelas, seluruh tonsil
Didapatkan airway paten, tidak didapatkan terlihat jelas.
kelainan pada auskultasi, dan Mallampati skor 1.
Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah; 221- 239, EGC, Jakarta. 1997
Runyon BA, Hoefs JC. Ascitic fluid analysis in the differentiation of spontaneous bacterial peritonitis from gastrointestinal tract perforation into
ascitic fluid. Hepatology. 1984 May;4(3):447-50.
J Daley B. Peritonitis and Abdominal Sepsis Treatment & Management: Approach Considerations, Antibiotic Therapy, Nonoperative Drainage
[Internet]. emedicine.medscape.com. 2019]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/180234-treatment#d13
Runyon BA, Hoefs JC. Ascitic fluid analysis in the differentiation of spontaneous bacterial peritonitis from gastrointestinal tract perforation into
ascitic fluid. Hepatology. 1984 May;4(3):447-50.