Nama : An. A
Tanggal lahir : 15 April 2017
Usia : 5 Tahun 1 Bulan
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Kel. Setu RT 1 RW 1, Setu
Tanggal masuk RS : 26 Mei 2022 pukul 06.05 WIB
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn. D Nama Ibu : Ny. A
Umur : 40 tahun Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S1 Pendidikan :
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Kel. Setu RT 1 RW 1, Setu Alamat : Kel. Setu RT1 RW 1, Setu
ANAMNESIS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada hari senin
tanggal 30 Mei 2022 jam 06:15 WIB
Keluhan utama
Demam tinggi 1 SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 7 hari SMRS.
Demam dirasakan naik turun. Demam meningkat terutama pada malam hari.
Sebelumnya 4 hari SMRS pasien sudah melakukan tes darah di salah satu klinik, dan
hasilnya didapatkan positif thypoid. Pasien hanya berobat jalan dan minum obat
penurun demam. Kemudian 1 hari SMRS suhu demam tinggi kembali mencapai 39 C
disertai dengan menggigil. Lalu pasien dibawa ke IGD RS TK.II Moh. Ridwan
Meuraksa. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati. Mual dan muntah tidak ada. Batuk,
flu, sesak napas tidak ada. Mimisan dan gusi berdarah tidak ada. BAB dan BAK
normal. Nafsu makan menurun.
STATUS GENERALIS
30 MEI 2022
Kesadaran umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS: E4 V5 M6)
Frekuensi nadi : 98 x/menit ( regular, isi cukup )
Frekuensi nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,7 C
SpO2 : 98 %
BB : 20 kg
TB : 113 cm
IMT : 15,7
PEMERIKSAAN FISIK
30 MEI 2022 MATA
· KULIT - Exophthalmos : tidak ada
- Warna : sawo matang - Enophthalmos : tidak ada
- Pucat : tidak ada - Edema kelopak : tidak ada
- Jaringan parut : tidak ada - Konjungtiva anemis : (-/-)
- Turgor : tidak ada - Sklera ikterik : (-/-)
- Sianosis : tidak ada - Pupil : Isokor
- Lesi primer : tidak ada - Refleks cahaya : Langsung (+/+)
- Lesi sekunder : tidak ada tidak langsung (+/+)
- Bercak kemerahan : tidak ada - Palpebra : superior -
inferior cekung (-/-) edema palpebra (-/-)
· KEPALA
- Kepala Bentuk : normocephal
· HIDUNG
· LEHER
- Napas cuping hidung : tidak ada
- Trakea : Tidak deviasi
- Bentuk : Normal
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
- Septum deviasi : Tidak ditemukan
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
- Sekret : (+)
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran ,
- Perdarahan : tidak ada
nyeri tekan (-)
· PARU PARU
- Inspeksi : simetris, tidak tampak retraksi interkosta.
- Palpasi : taktil fremitus simetris.
- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi : suara nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/, stridor -/-
· JANTUNG
- Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak di sela iga 4 Linea mid
clavicula sinistra.
- Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga 4 linea mid clavicula sinistra.
- Auskultasi : BJ I dan BJ 2 reguler, murmur (-) gallop (-)
· ABDOMEN
- Inspeksi : sikatrik (-) dinding perut sejajar dengan dinding dada
- Auskultasi : bising usus (+)
- Perkusi : timpani pada seluruh pandang abdomen, shifting dullnes (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (+) , hepar dan lien tidak membesar, turgor baik
· EKSTREMITAS
- Tonus : normal superior-inferior
- Sianosis : (-/-)
- Akral : hangat
- Edema : (-/-)
- CRT : < 2 detik
- Peteki : (-)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Keluhan Serupa : Disangkal
Riwayat TB : Disangkal
Riwayat Trauma : Disangkal
Riwayat Syok : Disangkal
Riwayat Kejang : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes : Disangkal
Riwayat Jantung : Disangkal
Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluhan Serupa : Disangkal
Riwayat TB : Disangkal
Riwayat Trauma : Disangkal
Riwayat Syok : Disangkal
Riwayat Kejang : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes : Disangkal
Riwayat Jantung : Disangkal
Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat kehamilan
Ibu G2P1A0. Hamil anak kedua saat usia 31 tahun. Selama hamil, ibu pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan
dan dokter kandungan. Selama kehamilan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin dalam keadaan baik.
Riwayat persalinan
Ibu pasien melahirkan anak ketiga secara SC dengan usia kandungan 37 minggu untuk berat badan lahir 3300 gram dan
panjang badan 49 cm.
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat pasca lahir :
Bayi langsung menangis kuat ketika lahir, gerak aktif, warna kulit merah, langsung menyusui sejak hari pertama. Buang air
kecil dan besar pertama kurang dari 24 jam setelah lahir. Tidak didapatkan adanya ikterik dan asfiksia.
Riwayat makan :
Hematokrit 36 % 40 - 52
Hematokrit 35 % 40 - 52
Hematokrit 37 % 40 - 52
WIDAL
Rencana Pemeriksaan :
PCR
Kultur darah
Kultur feses
Penatalaksanaan
IVFD RL 16 tpm
Inj cefotaxime 2 x 500 mg
Paracetamol 3 x 1 cth
Antasida 3 x 1 cth
Lystamin 2 x 1 cth
Non medikamentosa
Istirahat yang cukup
Tirah baring
Minum air putih yang cukup serta makan yang bergizi
FOLLOW UP
30 MEI 2022
S : Demam masih naik turun, nyeri tekan pada ulu hati. BAB lembek 1x. Mual jika sehabis minum obat antasida. Flu ada.
Batuk dan sesak napas tidak ada. BAK normal. Makan dan minum baik.
O : KU : tampak sakit sedang. KS : CM. N : 110x/menit. RR : 22x/menit. TD : 110/70 mmHg. Suhu : 37.4 C. SpO2 : 98
%.
Status Generalis :
Kepala : Normocephal, Mata : SI (-), CA (-) dan edema palpebra (-/-), Telinga : secret (-), Pendarahan (-) Hidung : secret
(+), Pendarahan (-), Mulut : mukosa bibir kering (-) lidah kotor (-), Leher : pembesaran KGB (-), Thorax : normochest,
simetris, pergerakan nafas tidak tertinggal. Pulmo : ves (+/+) wh (-/-) rh (-). Cor : BJ I BJ II Reguler, murmur (-) dan gallop
(-) , Abdomen : supel, BU (+), Nyeri tekan dan tekan epigastrik (+) pemb. Lien dan hepar (-) Ekstremitas : Akral hangat,
CRT < 2 dtk
A : Demam Tifoid
P : IVD RL 16 tpm
Inj cefotaxime 2 x 500 mg
Paracetamol 3 x 1 cth
Antasida 3 x 1 cth
Lystamin 2 x 1 cth
FOLLOW UP
31 MEI 2022
S : Demam masih naik turun, nyeri tekan pada ulu hati sudah tidak ada. Mual dan muntah tidak ada. Flu ada. Batuk dan
sesak napas tidak ada. BAK dan BAB normal. Makan dan minum baik.
O : KU : tampak sakit sedang. KS : CM. N : 86x/menit. RR : 20x/menit. TD : 110/70 mmHg. Suhu : 36.7 C.
SpO2 : 98 %.
Status Generalis :
Kepala : Normocephal, Mata : SI (-), CA (-) dan edema palpebra (-/-), Telinga : secret (-), Pendarahan (-) Hidung : secret
(+), Pendarahan (-), Mulut : mukosa bibir kering (-) lidah kotor (-), Leher : pembesaran KGB (-), Thorax : normochest,
simetris, pergerakan nafas tidak tertinggal. Pulmo : ves (+/+) wh (-/-) rh (-). Cor : BJ I BJ II Reguler, murmur (-) dan gallop
(-) , Abdomen : supel, BU (+), Nyeri tekan dan tekan epigastrik (-) pemb. Lien dan hepar (-) Ekstremitas : Akral hangat,
CRT < 2 dtk
LAB
Hematokrit 37 % 40 - 52
P : Cefotaxime 2 x 1 cth
Paracetamol 3 x 1 cth
Lystamin 2 x 1 cth
TIFOID
DEFINISI
ETIOLOGI
A. Kultur
Pemeriksaan kultur merupakan baku emas diagnosis demam tifoid. Sebagai penunjang diagnosis pada
demam minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah, karena masih terjadi bakteremia. Hasil
kultur darah positif sekitar 40%-60%. Sedangkan pada minggu kedua dan ketiga spesimen sebaiknya
diambil dari kultur tinja (sensitivitas <50%) dan urin (sensitivitas 20-30%). Sampel biakan sumsum
tulang lebih sensitif, sensitivitas pada minggu pertama (90%) namun invasif dan sulit dilakukan dalam
praktek.
B. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. Typhi hanya membutuhkan waktu kurang dari 8 jam,
dan memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga lebih unggul dibanding pemeriksaan biakan darah biasa
yang membutuhkan waktu 5–7 hari. Saat ini, pemeriksaan PCR di Indonesia masih terbatas dilakukan
dalam penelitian.
C. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan serologis demam tifoid secara garis besar terbagi atas pemeriksaan antibodi dan pemeriksaan antigen.
Pemeriksaan antibodi paling sering dilakukan saat ini, termasuk didalamnya adalah tes Widal, test Hemagglutinin (HA),
Countercurrent immunoelectrophoresis (CIE), dan test cepat/ rapid test (Typhidot, TUBEX). Sedangkan pemeriksaan
antigen S. Typhi dapat dilakukan melalui pemeriksaan protein antigen dan protein baik menggunakan ELISA/ koaglutinasi
namun sampai saat ini masih dalam penelitian jumlah kecil.
Pemeriksaan serologi dengan nilai ≥ 6 dianggap sebagai positif kuat. Namun, interpretasi hasil serologi yang positif harus
berhati-hati, pada kasus tersangka demam tifoid yang tinggal di daerah endemis. IgM anti Salmonella dapat bertahan
sampai 3 bulan dalam darah. Positif palsu pada pemeriksaan TUBEX bisa terjadi pada pasien dengan infeksi Salmonella
Enteridis, sedangkan hasil negatif palsu didapatkan bila pemeriksaan dilakukan terlalu cepat.
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O dan H dari S. Typhi. Pemeriksaan Widal
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah, sehingga penggunaannya sebagai satu-satunya
pemeriksaan penunjang di daerah endemis, dapat mengakibatkan overdiagnosis. Pada umumnya antibodi
O meningkat di hari ke-6-8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak awal penyakit.
Sensitivitas dan spesifisitas Widal rendah, tergantung kualitas antigen yang digunakan, bahkan dapat
memberikan hasil negatif hingga 30% dari sampel biakan positif demam tifoid. Hasil pemeriksaan Widal
positif palsu dapat terjadi oleh karena reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, infeksi bakteri
enterobacteriaceae lain, infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid atau standardisasi reagen
yang kurang baik. Hasil negatif palsu dapat terjadi karena teknik pemeriksaan tidak benar, penggunaan
antibiotik sebelumnya, atau produksi antibodi tidak adekuat.
D. Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak spesifik. Leukopenia sering dijumpai, namun bisa
terjadi leukositosis pada keadaan adanya penyulit misalnya perforasi. Pada hitung jenis dapat ditemukan
eosinofilia dan limfositosis relatif. Pada demam tifoid dapat terjadi hepatitis tifosa, ditandai peningkatan
fungsi hati tanpa adanya penyebab hepatitis yang lain
DIAGNOSIS BANDING
Pada stadium dini, demam tifoid beberapa penyakit kadang secara klinis dapat merupakan diagnosis banding
yaitu influenza, gastroenteritis, bronkitis dan bronkopneumonia, demam dengue. Pada demam tifoid yang
berat, sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit Hodgkin dapat sebagai diagnosis banding.
TATALAKSANA
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan
kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi di samping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan
saksama.
- Lini pertama pengobatan demam tifoid terdiri dari kloramfenikol, amoxicillin dan kotrimoksazol. Kloramfenikol
masih merupakan pilihan lini pertama pada pengobatan pasien demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 100
mg/kgBB/ hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari, sedang pada kasus dengan malnutrisi atau
penyakit, pengobatan dapat diperpanjang sampai 21 hari. Amoksilin dengan dosis 150-200 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 kali pemberian memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam lebih
lama. Trimetoprim sulfametoksazol diberikan dengan dosis 4 mg/kgBB/kali selama 10 hari.
- Lini kedua seftriakson dan sefiksim, diindikasikan untuk S. typhi multidrug-resistant dan tifoid berat. Seftriakson
diberikan dengan dosis 80 mg/kgBB/hari diberi 1 kali per hari secara intravena selama 5 hari, dapat memberikan
angka kesembuhan 90% dan relaps 0-4%. Akhir-akhir ini cefixime oral 10-15 mg/kgBB/kali diberi 2 kali peroral
terutama apabila jumlah leukosit <2000/pl atau dijumpai resistensi terhadap S.typhi.
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium, koma dan atau syok, deksametason dosis ungei 1-3 mg/kg BB/hari di
samping antibiotik yang memadai dapat menurunkan angka kematian. Demam tifoid dengan penyulit perdarahan usu
kadang-kadang memerlukan transfusi darah. Sedangkan apabila diduga terjadi perforasi, adanya cairan pada peritoneum
dan udara bebas pada foto abdomen dapat membantu menegakkan diagnosis. Tindakan bedah perlu dilakukan segera bila
terdapat perforasi usus. kasus demam tifoid yang mengalami relaps diberi pengobatan sebagai kasus demam tifoid
serangan pertama.
VAKSIN TIFOID
Vaksin dari bakteri Salmonella yang Vaksin yang berisi kuman Salmonella Vaksin yang berisi komponen Vi dari
dimatikan (TAB vaccine) digunakan typhi hidup yang dilemahkan (Ty-21a) Salmonella typhi diberikan secara
dengan pemberian suntikan subkutan. diberikan secara oral tiga kali dengan suntikan intramuskular memberikan
Akan tetapi, vaksin ini hanya interval pemberian selang sehari, perlindungan 60%-70% selama 3 tahun.
memberikan daya kekebalan yang memberi daya perlindungan 6 tahun.
terbatas, di samping efek samping Vaksin Ty-21a diberikan pada anak
lokal pada tempat suntikan yang berusia di atas 2 tahun.
cukup sering terjadi.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik