PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
1
Presentasi Kasus Demam Tifoid
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk RS SM : 03 Desember 2020
RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama : Kedua mata bengkak, Kaki bengkak, dan perut
buncit
2
Presentasi Kasus Demam Tifoid
Menurut ibu pasien pertambahan berat badan dan tinggi badan pasien
terus meningkat sampai sekarang. Penimbangan berat dan panjang badan
dilakukan rutin setiap bulan di posyandu. KMS pasien sudah hilang.
Riwayat Perkembangan
Mengangkat kepala : 4 bulan
Tengkurap dan berbalik : 6 bulan
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri sendiri : 10 bulan
Berjalan : 11 bulan
Berbicara : 12 bulan
Kesan: Riwayat tumbuh kembang baik
D. Riwayat Makanan
0 - 6 bulan : ASI eksklusif
6 - 12 bulan : ASI ditambah MPASI
13 - sekarang : Makan biasa nasi padat dengan lauk ikan/daging dan
sayuran, 3 kali sehari, teratur, buah-buahan sekali
sehari. Susu kaleng atau kemasan.
3
Presentasi Kasus Demam Tifoid
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 04 Desember 2020
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Frekuensi nadi : 110x / menit
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Frekuensi napas : 23x / menit
Suhu tubuh : 36,6 C
DATA ANTROPOMETRI
Berat badan : 29 kg
Tinggi badan : 135 cm
BB/U : 92%
TB/U : 104%
BB/TB : 85%
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA
Bentuk dan ukuran : normocephal
Rambut dan kulit kepala : hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata : palpebra superior edema, mata tidak
cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak anemis, pupil bulat isokor, diameter
3mm, refleks cahaya +/+
4
Presentasi Kasus Demam Tifoid
THORAX
Paru
- Inspeksi : pergerakan dada simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, tidak terdapat retraksi intercostae dan
suprasternal
- Palpasi : stem fremitus kanan-kiri dan depan-belakang sama
kuat
- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru batas paru-hepar di ICS
VI MCL dektra
- Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, menjauh, ronkhi +/+
minimal , wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula kiri
- Perkusi : redup, batas jantung kiri : sela iga V linea
midclavicula sinistra
kanan : parasternal
atas : sela iga II linea parasternal
sinistra
- Auskultasi : BJ I dan II murni, murmur (-), Gallop (-)
ABDOMEN
- Inspeksi : tampak cembung
5
Presentasi Kasus Demam Tifoid
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis
Tendon achilles : +/+, normal
Lutut : +/+, normal
Biceps : +/+, normal
Triceps : +/+, normal
Refleks Patologis
Babinski : -/-, normal
Chaddock : -/-, normal
Oppenheim : -/-, normal
Gordon : -/-, normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 03 Desember 2020
Hematologi
Hemoglobin 14,1 gr% 11,7-15,5
Hematokrit 40,1 vol% 35-47
Trombosit 346.000/μl 150.000-440.000
6
Presentasi Kasus Demam Tifoid
RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berumur 9 tahun datang ke
RSUD Jaraga Sasameh dengan keluhan kedua kelopak mata dan kaki
bengkak sejak 7 hari SMRS. Pasien juga menderita mual dan sempat muntah
1x cair berisi sisa makanan kira-kira sebanyak 1/2 gelas aqua. Pasien juga
mengeluh jarang BAK sejak 3 hari SMRS. Tidak ada yang menderita
kelainan serupa di keluarga dan lingkungan tetangga. Pasien sering jajan
makanan dan minuman instant di luar rumah.
Pada pemerisaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, tampak sakit
sedang, dengan kesadaran compos mentis.
Tanda vital :
Frekuensi nadi : 110 x/menit, regular, isi cukup, teraba kuat
Tekanan darah : 120/80 mm Hg
Frekuensi napas : 23 x/menit
Suhu tubuh : 36,6 ºC
Pada pemeriksaan sistematis didapatkan kedua palpebral edema. Cor
dalam batas normal, pulmo ditemukan ronki minimal di kedua lapang paru
dan suara napas mengecil. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri
tekan abdomen(+), meteorismus (+), Bising usus (+) suara mengecil, dan
asites
DIAGNOSA
Sindrom Nefrotik
DIAGNOSA BANDING
- Sindrom Nefrotik relaps
- Sindrom Nefrotik resisten kortikosteroid
- Sindrom Nefrotik idiopatik
PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa
Tirah baring selama ±2 minggu
Diet makanan lunak cukup kalori, cukup protein, rendah serat, rendah
garam
Medika Mentosa
7
Presentasi Kasus Demam Tifoid
D5 ½ ns : 20 tpm mikro/IV
Cefotaxime : 500mg/12jam/IV
Furosemide : 15mg/12jam/IV
Ranitidine : 25mg/12jam/IV
Sucralfat : 3 x 3cc/po
Prednisone : 3x5mg p.o
Captopril : 2x6,25mg p.o
Kalk : 1x1 tab
ANJURAN PEMERIKSAAN
Kadar kolesterol
Albumin
Urin lengkap
Pemeriksaan foto thorax
PROGNOSA
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP PASIEN
8
Presentasi Kasus Demam Tifoid
P : Terapi lanjut
A: Sindroma nefrotik
P: Terapi lanjut
9
Presentasi Kasus Demam Tifoid
A: Sindrom Nefrotik
A: Sindroma nefrotik
P: Terapi lanjut
10
Presentasi Kasus Demam Tifoid
A: Sindroma nefrotik
P: Terapi lanjut
A: Sindroma nefrotik
P: Pasien boleh pulang control 2 minggu lagi
ANALISA KASUS
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik
penyakit glomerular yang ditandai dengan proteinuria masif >3,5
gram/24jam/1.73 m3 disertai hipoalbuminemia, edema anasarka,
hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas. Pada pasien ini di tegakkan
diagnosa Sindroma nefrotik. Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis:
11
Presentasi Kasus Demam Tifoid
12
Presentasi Kasus Demam Tifoid
13
Presentasi Kasus Demam Tifoid
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
14
Presentasi Kasus Demam Tifoid
dengan respon terapi yang bervariasi dan sering terjadi kekambuhan setelah
terapi dihentikan. Berikut akan dibahas patogenesis/patofisiologi dan
penatalaksanaan SN.[3]
DEFINISI
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit
glomerular yang ditandai dengan proteinuria masif >3,5 gram/24jam/1.73 m3
disertai hipoalbuminemia, edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan
hiperkoagulabilitas. [1,2,3]
EPIDEMIOLOGI
Pada anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi
minimal (75%-85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat
diagnosis dibuat dan laki-laki dua kali lebih banyak daripada wanita. Pada
orang dewasa paling banyak nefropati membranosa (30%-50%), umur rata-
rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Kejadian SN
idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa
3/1000.000/tahun. Sindrom nefrotik sekunder pada orang dewasa terbanyak
disebabkan oleh diabetes mellitus. [3]
ETIOLOGI
15
Presentasi Kasus Demam Tifoid
- GN membranosa (GNMN)
- GN membranoproliferatif (GNMP)
- GN proliferatif lain
B. GN sekunder akibat:
i. infeksi: - HIV, hepatitis virus B dan C
- sifilis, malaria, skistosoma
- tbc, lepra
ii. keganasan: - adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma
hodgki, mieloma multiple, dan karsinoma ginjal
iii. penyakit jaringan penghubung: - SLE, artritis reumatoid
iv. efek obat dan toksin: obat NSAID, preparat emas, penisilinamin,
probenesid, captopril
v. lain-lain: diabetes mellitus, amiloidosis, pre-eklamsi, sengatan
lebah
16
Presentasi Kasus Demam Tifoid
akibat obat mislnya obat NSAID atau preperat emas, dan akibat penyakit
sistemik misalnya pada SLE dan diabetes melitus.
Patofisiologi [3,4,8,10,11]
Gambar 1.3
Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama
terjadinya sindrom nefrotik, namun penyebab terjadinya proteinuria belum
diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya
muatan negatif yang biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler
glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan negatif tersebut
menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus
sawar kapiler glomerulus. Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari
proteinuria yang hebat. Sembab muncul akibat rendahnya kadar albumin
serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik plasma dengan
konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.
17
Presentasi Kasus Demam Tifoid
18
Presentasi Kasus Demam Tifoid
Teori overfill ini dapat menerangkan volume plasma yang meningkat dengan
kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat hipervolemia.
19
Presentasi Kasus Demam Tifoid
GEJALA KLINIK
Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom seperti influenza,
bengkak periorbital, dan oliguria. Dalam beberapa hari, edema semakin jelas
dan menjadi edema anasarka. Keluhan jarang selain malaise ringan dan nyeri
perut.Anoreksia dan hilangnya protein di dalam urin mengakibatkan
malnutrisi berat. Pada keadaan asites berat dapat terjadi hernia umbilikalis
dan prolaps ani. Bila edema berat dapat timbul dispnoe akibat efusi pleura.
Hepatomegali dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, mungkin disebabkan
sintesis albumin yang meningkat.
20
Presentasi Kasus Demam Tifoid
21
Presentasi Kasus Demam Tifoid
22
Presentasi Kasus Demam Tifoid
23
Presentasi Kasus Demam Tifoid
24
Presentasi Kasus Demam Tifoid
Medikamentosa: [3,8,11]
Pemberian albumin i.v. secara bertahap yang disesuaikan dengan kondisi
pasien hingga kadar albumin darah normal kembali dan edema berkurang
seiring meningkatnya kembali tekanan osmotik plasma.
Diuretik: diberikan pada pasien yang tidak ada perbaikan edema pada
pembatasan garam, sebaiknya diberikan tiazid dengan dikombinasi obat
penahan kalsium seperti spirinolakton, atau triamteren tapi jika tidak ada
respon dapat diberikan: furosemid, asam etakrin, atau butematid. Selama
pengobatan pasien harus dipantau untuk deteksi kemungkinan komplikasi
seperti hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan cairan
intravaskuler berat. Perlu diperhatikan bahwa pemberian diuretikum harus
memperhatikan kadar albumin dalam darah, apabila kadar albumin kurang
dari 2 gram/l darah, maka penggunaan diuretikum tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan syok hipovolemik. Volume dan warna urin serta
muntahan bila ada harus dipantau secara berkala.[3,4]
25
Presentasi Kasus Demam Tifoid
26
Presentasi Kasus Demam Tifoid
27
Presentasi Kasus Demam Tifoid
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
28
Presentasi Kasus Demam Tifoid
Manual Of Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill. 2008. Page: 803-806
11. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
29
Presentasi Kasus Demam Tifoid
Disease. 5th ed. USA: Lange-Mc Graw Hill. 2003. Page: 476-477
30