Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Robby Kaleuw, Sp. A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Atresia bilier adalah penyakit hati yang berat yang ditandai dengan
ini penyebab atresia bilier belum diketahui.1,2 Kejadian atresia bilier dilaporkan
hati pada anak. Gejala awal atresia bilier seringkali sulit dibedakan dengan
terlambat.4
harus segera mendapat terapi bedah bahkan transplantasi hati pada kebanyakan
bayi baru lahir, jika tidak segera dibedah, maka sirosis bilier sekunder dapat
terjadi.5,6
Hernia adalah penonjolan suatu organ melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia scrotalis, isi perut (usus)
menonjol melalui defek pada lapisan dinding perut melewati canalis inguinalis
dan turun hingga ke rongga scrotum. Dengan kata lain, hernia scrotalis adalah
inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada bayi prematur daripada bayi aterm
1
di mana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang lahir pada usia
kandungan di bawah 32 minggu. Hernia inguinal dapat disebabkan oleh dua hal,
berbagai faktor dan yang paling utama adalah kelemahan otot abdomen, karena
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : By. AL
Umur : 7 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 7,5 Kg
Alamat : Kebun Cengkeh
No.RM : 13-96-17
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Masuk RS : 21 November 2019
B. ANAMESIS
Keluhan Utama : badan kuning
Anamesis Terpimpin : Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya ke IGD
RSUD dr. M. Haulussy dengan keluhan kuning seluruh tubuh yang muncul
sejak bayi berumur 40 hari, menurut orang tua pasien awalnya kuning terlihat
dari mata hingga seluruh tubuh yang muncul hilang timbul dan menetap hingga
sekarang. Keluhan disertai perut membesar sejak bayi berusia 40 hari dan
semakin lama semakin membesar. Keluhan lain demam yang muncul hilang
timbul sejak 1 bulan yang lalu, buang air kecil lancar, berwarna kuning gelap,
buang air besar lancar dengan frekuensi 1-2 x/hari, konsistensi lunak dan
3
berwarna pucat, selain itu ada pembesaran pada alat kelamin yang muncul pada
usia 1 bulan setelah lahir, semakin membesar ketika pasien menangis dan
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan dan
riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat tumbuh kembang: Lahir cukup bulan (37-38 minggu) dirumah, normal
ditolong bidan, langsung menangis, BB lahir 3200 gr PB tidak diketahui, apgar
score 7/9, warna ketuban tidak tau. Selama kehamilan, ibu pasien rajin kontrol
ke puskesmas, tidak pernah mengalami sakit ataupun mengkonsumsi obat-
obatan tertentu.
Riwayat Imunisasi :
Vaksin Jumlah Belum Tidak Vaksin Jumlah Belum Tidak Vaksin Jumlah Belum Tidak
Pernah Tahu Pernah Tahu Pernah Tahu
Keadaan orang tua : Ibu nyonya A usia 31 tahun keadaan sehat. Ayah usia SL
32 Tahun keadaan sehat.
4
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : Tampak lemas dan rewel
Kesadaran : Composmentis
2. Vital Sign
Nadi : 113 x/menit
Pernapasan : 38 x/menit
Suhu : 39,2o C
Saturasi O2 : 98% tanpa O2
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Bentuk : Normochephal
Rambut : Pertumbuhan rambut baik, rambut tidak mudah
dicabut.
Ubun-ubun : Menutup
Wajah
Mata : Ikterus (+), Anemis (+/+), refleks cahaya (+),
refreks pupil (+)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Candidiasi (-), stomatitis (-)
Bibir : Sianosis (-)
Gigi : kesan belum lengkap, Caries: (-) (-)
Telinga : Otorea (-)
Leher : pembesaran KGB (-), skofuloderma (-)
Thoraks
A. Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris
Palpasi : krepitasi (-), massa (-), nyeri tekan (-)
5
Perkusi : Sonor (+)
Auskultasi : vesikuler +/+, Ronki (-/-), wheezing (-/-)
B. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis teraba pada ICS IV midclavicula
sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ S1 dan S2 Murni reguler
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi
- Hepar : teraba 8 cm dibawah arcus costa,
konsistensi keras, permukaan rata, tepi tumpul, NT (-)
- Lien : teraba pada Schuffner II-III
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BU (+) Normal 3x/menit
Extremitas :
Tonus otot : baik
Kekuatan otot : 5/5
CRT : < 2 detik
Genitalia : Pembesaran Scrotum (+), NT (-)
Pemeriksaan Neurologis :
Refleks Fisiologis : (+)
Refleks Patologis : (-)
KPR : (+) Normal
APR : (+) Normal
Nervus Cranialis : TDP
Tanda rangsang meningen :
6
Kaku kuduk : TDP
Kernig sign : TDP
Brudsinski : I : TDP, II : TDP, II : TDP, IV: TDP
Keterangan: TDP= Tidak dilakukan pemeriksaan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium : Tanggal 21 November 2019
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Hasil
Jumlah eritrosit 3.10 x 106/mm3 3,5-5,5 Normal
14,0-18,0 (L), 12,0-
Hemoglobin 9,0 g/dL
15,0 (P) Menurun
40-52 (L),
Hematokrit 23.9 % Menurun
37-43 (P)
MCV 77.1 um3 80-100 Menurun
MCH 27.4 pg 27-32 Normal
MCHC 35.6 g/Dl 32-36 Normal
RDW 15.2 % 11-16 Normal
327 x
Jumlah trombosit 150-400
103/mm3 Normal
MPV 9.4 um 6-11 Normal
PCT 0.40 % 0,150-0,500 Normal
PDW 9.6 % 11-18 Menurun
49.68 x
Jumlah leukosit 5,0-10,0
103/mm3 Meningkat
Hitung jenis leukosit
Neutrofil 43.0 % 50-70 Menurun
Limfosit 45.5 % 20-40 Meningkat
Monosit 8 .5% 2-8 Meningkat
Eosinofil 2.7 % 1-3 Normal
Basofil 0.3 % 0-1 Meningkat
7
2. Pemeriksaan Laboratorium : Tanggal 23 November 2019
Pemeriksaan Darah Kimia, Apusan darah tepi
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Hasil
SGOT 353 u/L < 33 Meningkat
SGPT 207 u/L <50 Meningkat
Bilirubin Total 207 u/L <1.5 Meningkat
Bilirubin Direk 12.0 mg/dL <0.5 Meningkat
Bilirubin Indirek 2.1 mg/dL < 1,1 Meningkat
Protein Total 8.0 mg/dL 5.5-8.0 Normal
Albumin 2.8 mg/dL 3.5-5.0 Menurun
Globulin 5.6 mg/dL 2.5-5.0 Meningkat
HbsAg Non reaktif Non reaktif
Malaria Negatif
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium darah Kimia
Eritrosit : Mikrositik hipokrom, sel target (+), stomatosit (+), ovalosit (+), normoblast (-)
8
E. RESUME
Pasien by. AL usia 7 bulan, pasien datang diantar oleh kedua orang
tuanya ke IGD RSUD dr. M. Haulussy dengan keluhan kuning seluruh tubuh
yang muncul sejak bayi berumur 40 hari, menurut orang tua pasien awalnya
kuning terlihat dari mata hingga seluruh tubuh yang muncul hilang timbul dan
menetap hingga sekarang. Keluhan disertai perut membesar sejak bayi berusia
40 hari dan semakin lama semakin membesar. Keluhan lain demam yang
muncul hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, buang air kecil lancar, berwarna
kuning gelap, buang air besar lancar dengan frekuensi 1-2 x/hari, konsistensi
lunak dan berwarna pucat, selain itu ada pembesaran pada alat kelamin yang
muncul pada usia 1 bulan setelah lahir, semakin membesar ketika pasien
menangis dan mengecil ketika berbaring atau dapat masuk kembali ketika
keluhan yang sama dan tidak ada perubahan, menurut orang tua pasien selama
38x/menit, suhu 39,2o C, Saturasi Oksigen 98% tanpa O2. Ikterik pada sclera
tepi tumpul. Teraba pembesaran lien di Schuffner II-III, perkusi pekak. Pada
9
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia didapatkan
Hemoglobin 9,0 g/dL, Leukosit 49.680 mm3, SGOT 353 u/L, SGPT 207 u/L,
Bilirubin total 207 u/L, , Bilirubin direk 12.0 mg/dL, Bilirubin indirek 2.1
mg/dL, albumin 2.8 mg/dL, HbsAg Non reaktif, Malaria Negatif. Kesan : Anemia
F. DIAGNOSIS
G. TERAPI
Tabel 3. Terapi di IGD
10
H. Hasil Follow Up pasien
Tabel 4. Follow up pasien di bangsal
Hari/tgl S O A P
22/11/2019 05.30 : BAB BB: 7,5 kg Susp. Atresia bilier IVFD D5% ¼ NS/ 24
1X (warna GCS 15 Hernia scrotalis tpm
H+2
pucat, N: 113, S: reponible Inj.Ceftriaxone
lunak) 39,2’c R:40x, 2X300mg (H2)
SpO2: 99% DD : Susp. Sepsis
BAK : Pupil isokor,
Drip PCT 75mg / 8 jam
lancar,warna 3 mm/3mm, Urdahex 2x60 mg
kuning tua RCL +/+ Periksan DK, DDR
Nafas Kultur darah
LP : 44cm vesikuler, Rh
-/-, Wh -/-. BJ
Periksa HbsAg
I/II regular, USG Abdomen
murmur -
Bising usus +
normal
(4x/m)
Genitalia :
pembesaran
scrotum
23/11/2019 06.00 : BAB BB: 7,5 kg Susp. Atresia bilier IVFD D5% ¼ NS/ 24
1X (warna GCS 15 Hernia scrotalis tpm
H+3
abu-abu, N: 115x/m, S: reponible Inj.Ceftriaxone
lunak) 37,9’c R:38x, 2X300mg (H3)
SpO2: 98% DD : Susp. sepsis
BAK : Pupil isokor,
Drip PCT 75mg / 8 jam
lancar,warna 3 mm/3mm, Urdahex 2x60 mg
kuning tua RCL +/+ Kultur darah (tunggu
Pembesaran hasil)
20.00 : BAB KGB (-) USG Abdomen (masih
1X (lunak, Nafas tunggu jadwal)
warna pucat vesikuler, Rh
-/-, Wh -/-. BJ
LP : 47
I/II regular,
murmur -
Bising usus +
normal
(3x/m)
Extremitas:
KPR +/+ ,
APR +/+ ,
Genitalia :
pembesaran
scrotum
11
24/11/2019 08.00 : BAB BB: 7,5 kg Susp. Atresia bilier IVFD D5% ¼ NS/ 24
1X (warna GCS 15 Hernia scrotalis tpm
H+4
pucat, N: 136x/m, S: reponible Inj.Ceftriaxone
lunak) 37,8’c R:40x, 2X300mg (H4)
SpO2: 96% DD : Susp. sepsis
BAK : Pupil isokor,
Drip PCT 75mg / 8 jam
lancar,warna 3 mm/3mm, Urdahex 2x60 mg
kuning tua RCL +/+ Kultur darah (tunggu
Pembesaran hasil)
LP : 47cm KGB (-) USG Abdomen
Nafas KIE keluarga
vesikuler, Rh
-/-, Wh -/-. BJ untuk persiapan
I/II regular, rujuk
murmur -
Bising usus +
normal
(4x/m)
Extremitas: PULPAK
KPR +/+ ,
APR +/+ ,
Genitalia :
pembesaran
scrotum
12
BAB III
DISKUSI
Pasien by. AL usia 7 bulan, pasien datang diantar oleh kedua orang
tuanya ke IGD RSUD dr. M. Haulussy dengan keluhan kuning seluruh tubuh
yang muncul sejak bayi berumur 40 hari, menurut orang tua pasien awalnya
kuning terlihat dari mata hingga seluruh tubuh yang muncul hilang timbul dan
menetap hingga sekarang. Keluhan disertai perut membesar sejak bayi berusia
40 hari dan semakin lama semakin membesar. Keluhan lain demam yang
muncul hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, buang air kecil lancar, berwarna
kuning gelap, buang air besar lancar dengan frekuensi 1-2 x/hari, konsistensi
lunak dan berwarna pucat, selain itu ada pembesaran pada alat kelamin yang
muncul pada usia 1 bulan setelah lahir, semakin membesar ketika pasien
menangis dan mengecil ketika berbaring atau dapat masuk kembali ketika
didorong.
dengan teori mengenai gejala dari Atresia Bilier : ikterus yang bisa muncul
segera atau beberapa minggu setelah lahir, urin yang menyerupai teh pekat dan
feses warna dempul. Pada kebanyakan kasus, Atresia Bilier ditemukan pada
bayi yang aterm, meskipun insidens yang lebih tinggi lagi ditemukan pada yang
BBLR (bayi berat lahir rendah). Pada kebanyakan kasus, feses akolik tidak
13
Nafsu makan, pertumbuhan dan pertambahan berat badan biasanya normal
ikterus, tinja akolik, dan urin yang berwarna gelap. Dan pada Hernia Scrotalis
turun sampai ke scrotum yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
apabila sudah ada splenomegali, maka kita dapat mencurigai telah terjadi sirosis
dengan hipertensi portal. Ikterus yang memanjang pada neonatus, lebih dari 2
minggu, feses akolik sudah timbul pada 3 minggu pertama kehidupan. Selain
itu juga ditemukan adanya pembesaran scrotum, hal ini mendukung diagnosis
Hernia Scrotalis Reponible karena pada saat dilakukan palpasi ada benjolan
banyak terjadi pada usia muda dan pada anak sering akibat belum menutupnya
14
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia didapatkan
Hemoglobin 9,0 g/dL, Leukosit 49.680 mm3, SGOT 353 u/L, SGPT 207 u/L,
Bilirubin total 207 u/L, , Bilirubin direk 12.0 mg/dL, Bilirubin indirek 2.1
mg/dL, albumin 2.8 mg/dL, HbsAg Non reaktif, Malaria Negatif. Kesan : Anemia
peningkatan kadar bilirubin lebih dari 2 mg/dL atau lebih dari 20% dari total
bilirubin, yang menunjukkan aliran empedu tersumbat atau ada cacat dalam
peningkatan pada semua kondisi yang berkaitan dengan obstruksi bilier. Nilai
dewasa, Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa. Kadar albumin atau protein
dibawah normal yang berhubungan dengan adanya gangguan hati kronis. Selain
itu dilakukan kultur darah untuk memeriksa infeksi bakteri dalam aliran darah
Atresia Bilier.2,3
15
bilier terutama untuk melihat bentuk dan kontraksi kandung empedu. Yang
dapat terlihat pada USG abdomen yaitu hati dapat membesar atau normal
dengan struktur parenhim yang inhomogen dan ekogenitas yang tinggi terutama
daerah periportal akibat fibrosis, nodul-nodul sirosis hepatis, tidak terlihat vena
porta perifer karena fibrosi, ada gambaran Triangular cord didaerah porta
hepatis (tanda segitiga ekogen dari jaringan fibrous), Kandung empedu tidak
ada atau mengecil dengan panjang <1.5 cm (normal panjang >1,5 cm dan lebar
hepar, sistem bilier dan usus sehingga dapat digunakan untuk membedakan
atresia bilier dari kolestasis oleh karena non obstruksi. Selain itu dapat juga
bisa ditegakkan dan dapat dilakukan penanganan pada pasien ini yaitu tindakan
dengan diagnosis Atresia Bilier pada pasien, sesuai dengan teori yang ada
bahwa gejala utamanya antara lain ikterus yang bisa muncul segera atau
beberapa minggu setelah lahir, urin yang menyerupai teh pekat dan feses warna
16
dempul/akolik. Dan juga sesuai dengan teori yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan fisik antara lain, hepatomegali yang dapat ditemukan pada palpasi
menjadi Sirosis hepatis dan hipertensi portal. Selain itu diperlukan juga
dan juga biopsi hati untuk membantu dalam mendiagnosis secara pasti atresia
bilier.
ikat kompetitif terhadap asam litokolat yang hepatotoksik). Dan bila feses tetap
akolik dengan bilirubin direk > 4 mg/dl atau terus meningkat, meskipun telah
17
diberikan fenobarbital, Gamma-GT meningkat > 5 kali maka dianjurkan untuk
sebagai profilaksis.7
waktu dioperasi, lebih awal lebih baik (60-80 hari) setelah lahir, gambaran
anatomi duktus biliaris, ukuran duktus biliaris, ada tidaknya Sirosis hepatis.6
berdasarkan keluhan deman yang hilang timbul sejak 1 bulan dengan suhu >
37,5’C, ada anemia dan ikterik. Namun diagnosis banding ini dapat
dan berkeringat, pemeriksaan darah rutin juga tidak memenuhi kriteria dari
Malaria yaitu anemia berat dengan Hct < 15 % atau Hb < 5 gr/dl, pemeriksaan
apusan darah tepi tidak ditemukan adanya parasit dalam darah. Serta tidak
ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
al. A multicenter study of the outcome of biliary atresia in the United States,
3. Schreiber R, Barker CC, Roberts EA, Martin SR, Alvarez F, Smith L, et al.
Nutr. 2016;42:190-5.
Murphy P, Ostlie DJ. Ashcraft’s Pediatric Surgery. 6th ed. Toronto. 2014.
Elsevier, p580-92
6. Cowles RA. The Jaundiced infant: Biliary Atresia In: Coran AG. Peditric
7. Sjamsuhidayat, R.; Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC,
pp. 519-37
19