PENDAHULUAN
Kata herpes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “merangkap atau
merangkak”.1 pengertian yang lain dari herpes zoster atau shingles adalah penyakit
virus varisela zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf
kranialis atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit
musim. Review sistemik yang di publikasikan tahun 2004, angka insiden herpes
zoster diantara pasien dengan sistem imun yang baik berkisar antara 1.2-4.8 per 100
orang, penelitian di USA dan Perancis juga dilaporkan insiden penyakit kurang lebih
sama dengan yang sebelumnya.1 dan pada penelitian lain insidensnya 2-3 kasus per
bertambahnya usia. Jarang dijumpai pada usia dini (anak dan dewasa muda),bila
terjadi dihubungkan dengan varisela maternal saat kehamilan. Penyakit ini menular
1
namun daya tularnya kecil dibandingkan dengan varisela. 2 90% kasus muncul pada
anak-anak yang <10 tahun, <5% pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun. 3 Resiko
tulang/ginjal atau infeksi HIV. Tidak terdapat predileksi gender. Penyakit ini bersifat
Virus Varicella zoster merupakan virus herpes yang tercacat menginfeksi 98%
populasi orang dewasa. Pada infeksi primer dari virus ini hampir selalu mempunyai
gejala yang ditandai dengan vesikel pruritus diseminasi. 3 gejala lain dari infeksi virus
ini dimulai dengan timbulnya gejala prodormal berupa sensasi abnormal atau nyeri
otot lokal, nyeri tulang, pegal, parastesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar
dari ringan sampai berat. Gejala awal juga sering di jumpai nyeri kepala, malaise dan
demam . Selama infeksi primer, varicella zoster menyerang pada ganglion sensoris
berkembang menjadi papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-5 hari selanjutnya
isi vesikel akan pecah menjadi krusta (berlangsung selama 7-10 hari) sebagian besar
kasus herpes zoster, erupsi kulit menyembuh secara spontan tanpa ada gejala sisa.2
Virus Varicella zoster secara struktural memiliki kemiripan pada herpes virus
lainnya: kapsul lipid mengelilingi nudecapsid dengan ikosahedral yang simetris, total
diameternya 150 sampai 200 nm, pada bagian sentral terletak DNA double stranded
2
Replikasi nasofaringeal dari virus ini muncul setelah infeksi primer. Hal
tersebut diikuti oleh penyebabran infeksi ke jaringan limfoid terdekat dimana virus
menginfeksi sel T CD4+ memori yang kaya akan jaringan limfoid tonsilar.4
saluran pernapasan bagian atas dan orofaring, diikuti oleh replikasi lokal dan viremia
primer; virus ini kemudian bereplikasi dalam sel sistem retikuloendotelial dengan
viremia sekunder berikutnya dan diseminasi ke kulit dan selaput lendir. 3 Lokasi virus
ini berada di lapisan sel basal diikuti oleh replikasi virus, pembentukan vakuola,
degenerasi bola sel epitel, dan akumulasi cairan edema. Episode kedua varicella telah
di dokumentasikan tetapi jarang. Selama varicella, virus zoster lewat dari lesi kulit ke
saraf sensoris, kemudian berjalan ke ganglia sensoris, dan mengalami fase laten. 3
Gejala yang ditunjukkan oleh herpes zoster adalah ruam yang bersifat
dermatomal dan tidak melewati garis tengah tubuh, gambarannya konsisten dengan
reaktivasi dari satu akar dorsal atau ganglion saraf kranial. Dermatom thorasika,
meskipun area lainnya bisa terkena. Pada pasien dengan imunokompromais beberapa
3
lesi yang tersebar di luar dermatom yang terkena tidak terduga. Ruam sering
didahului oleh kesemutan, gatal, atau nyeri (atau kombinasi dari ini) selama 2 sampai
3 hari, dan gejala-gejala ini dapat terus menerus atau episodik. Tergantung pada
lokasi dan tingkat keparahan, nyeri prodromal ini dapat menyebabkan kesalahan
diagnosis dan pengujian yang cukup mahal. Ruam seperti makula dan papula, yang
berevolusi menjadi vesikel dan kemudian pustula. Lesi baru muncul selama tiga
sampai lima hari, seringkali dengan jalannya dermatom meskipun ada pengobatan
antiviral. Ruam biasanya mengering dengan pengerasan kulit dalam tujuh hingga 10
hari.5
Untuk menegakkan diagnosis herpes zoster bisa secara klinis, pada anamnesis
pasien mungkin akan mengeluh bahwa terasa nyeri pada bagian yang terkena, nyeri
kepala, malaise, demam dan nyeri tekan pada daerah satu atau lebih akar dorsal.
Nyerinya bisa terasa tajam pada tempat yang sama tetapi juga mungkin menyebar. 6
Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan papul kemerahan, yang kemudian dengan
cepat menjadi vesikel lalu pustul.6 Ruam atipikal mungkin memerlukan tes
imunofloresensi langsung untuk antigen virus varicellazoster atau uji reaksi rantai
polimerase untuk DNA virus ini dalam sel dari dasar lesi setelah mereka tidak diurai.5
4
KASUS
KARPAN. Masuk di instalasi gawat darurat RSUD Haulussy dengan no. RM 020666,
tanggal 12 November 2018 dengan keluhan kemerahan pada kulit dan terdapat
Autoanamnesis
Pasien mengeluh terdapat kemerahan pada kulit dan terdapat gelembung berisi
cairan dan nanah pada mata kanan. keluhan ini dirasakan sejak 4 hari yang lalu,
pasien mengaku munculnya kemerahan dan gelembung berisi cairan dan nanah
awalnya muncul pada belakang leher kemudian muncul juga pada pipi kanan, telinga
kanan, leher kanan, dan bahu sebelah kanan. Pasien mengaku terasa nyeri seperti
tertusuk-tusuk, disertai rasa gatal dan panas padi daerah kemerhan pada kulit. Pasien
juga mengatakan adanya demam 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluh lemas, nyeri
seluruh badan, dan merasa pusing. pasien baru pertama kali mengalami keluhan ini,
dan sudah pernah berobat dengan Ampicilin dan Asam mefenamat namun tidak ada
perubahan. Menurut pasien ibu pasien juga pernah menderita hal yang sama 2 tahun
yang lalu.
5
Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis kontak
2. Impetigo bullosa
3. Erisipelas
PENATALAKSANAAN
1. Terapi:
6
Terapi sistemik:
– IVFD RL 20 tpm
PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
13/2/2020 14/2/2020
S Nyeri pada mata kanan, makan dan Nyeri pada mata kanan, makan dan
minum baik, tidur baik, BAB dan BAK minum baik, tidur baik, BAB dan
lancar. BAK lancar..
O TD: 130/90mmHg TD: 140/80mmHg
N:83 x/menit N: 92x/menit
RR: 22x/menit RR: 20x/menit
S: 37.50C S: 36.80C
Status dermatologi : Status dermatologi :
Lokasi : frontalis dextra, Lokasi : frontalis dextra, oculi
palpebral dextra. dextra.
Ukuran : miliar-lentikular Ukuran : miliar-lentikular
7
Eff : eritema, erosi, krusta Eff : eritema, erosi, krusta.
Non-medikamentosa o Gentamicin
15/2/2020 17/2/2020
S Nyeri pada mata kanan, makan dan Nyeri pada mata kanan, makan dan
minum baik, tidur baik, BAB dan BAK minum baik, tidur baik, BAB dan
lancar. BAK lancar.
O TD: 140/80mmHg TD: 140/90mmHg
N:90 x/menit N: 86x/menit
RR: 22x/menit RR: 20x/menit
S: 36.50C S: 36.80C
Status dermatologi : Status dermatologi :
Lokasi : frontalis dextra, Lokasi : frontalis dextra,
palpebral dextra.. palpebral dextra..
Ukuran : miliar-lentikular Ukuran : miliar-lentikular
Eff : eritema, erosi, krusta Eff : eritema, erosi, krusta
8
A Herpes Zoster Oftalmicus Dextra Herpes Zoster Oftalmicus Dextra
P Medikamentosa Medikamentosa
o Asiklovir 5x800mg/hr o Asiklovir 5x400mg/hr
o Gentamicin o Gentamicin
o Ceftriaxone 10 mg 2x1 o Ceftriaxone 10 mg
Non-medikamentosa 2x1
o Rawat inap dan tirah Non-medikamentosa
baring o Rawat inap dan tirah
baring
18/2/2020 19/2/2020
S Nyeri pada mata kanan berkurang, Nyeri pada mata kanan berkurang,
makan dan minum baik, tidur baik, BAB makan dan minum baik, tidur baik,
dan BAK lancar. BAB dan BAK lancar.
O TD: 130/90mmHg TD: 140/80mmHg
N:98 x/menit N: 92x/menit
RR: 22x/menit RR: 20x/menit
S: 37.50C S: 36.80C
Status dermatologi : Status dermatologi :
: frontalis dextra, palpebral Lokasi : : frontalis dextra,
dextra..Ukuran : miliar-lentikular palpebral dextra..
Eff : eritema, erosi, krusta Ukuran : miliar-lentikular
Eff : eritema, erosi, krusta
A Herpes Zoster Oftalmicus Dextra Herpes Zoster Oftalmicus Dextra
P Medikamentosa Medikamentosa
o IVFD RL 20 tpm o IVFD RL 20 tpm
o Asiklovir 5x400 mg o Asiklovir 5x400 mg
9
o Ceftriaxone 1x1 tab o Ceftriaxone 1x1 tab
o Gentamicin o Gentamicin
Non-medikamentosa Non-medikamentosa
o Rawat inap dan tirah o Kompres Nacl 0,9%
baring (pagi dan sore)
20/2/2020
Nyeri pada mata kanan berkurang,
makan dan minum baik, tidur baik,
BAB dan BAK lancar.
TD: 140/80mmHg
N: 92x/menit
RR: 20x/menit
S: 36.80C
Status dermatologi :
frontalis dextra, palpebral
dextra..
Ukuran : miliar-lentikular
Eff : eritema, erosi, krusta .
Herpes Zoster
Medikamentosa
o Asiklovir 5x800 mg
o Nerva 5000 2x1 tab
o Fuson cream
2xoles/hri
o Asam mefenamat
3x500
Non-medikamentosa
10
o Kompres Nacl 0,9%
(pagi dan sore)
Boleh pulang
Gambar follow up
1. Tanggal 13-2-2020
11
2. Tanggal 14-2-2020
12
3. Tanggal 15-2-2020
13
4. Tanggal 16-2-2020
14
5. Tanggal 17-2-2020
6. Tanggal 18-2-2020
15
7. Tanggal 19-2-2020
8. Tanggal 20-2-2020
PEMBAHASAN
teori, 98% populasi orang dewasa terinfeksi virus Varicella zoster. 2 Rata-rata dua per
tiga dari kasus ditemukan pada orang usia lebih dari 50 tahun dan satu dari empat
menjelaskan 2-3 kasus per 000 orang antara 20 dan 50 tahun, lima kasus per 000
orang selama dekade ke enam dan 6-7 kasus per 000 orang pada dekade 7-8 dalam
kehidupan.7 Beberapa faktor lain juga dilaporkan dapat meningkatkan risiko dari
herpes zoster termasuk jenis kelamin perempuan, trauma fisik pada daerah dermatom,
polimorfisme IL-10, dan ras kulit putih. Pasien mengeluh adanya gelembung berisi
cairan dan nanah yang terasa panas pada daerah leher hingga ke telinga disertai rasa
nyeri, dan gatal. Keluhan ini sudah dirasakan sejak empat hari yang lalu. Awalnya
ada kemerhan pada kulit leher dankemudian muncul pada pipi kanan, telinga kanan
Berdasarkan teori yang ada, herpes zoster akan memberikan gejala kemerahan
vesikular dan nyeri dengan ditribusi pada daerah dermatom. Dan gejala prodromal
16
akan muncul dalam 1-5 hari sebelum onset kemerahan muncul pada 70-80% dari
kasus, yang dikarakteristikan dengan respon imun dan inflamasi sel neuronal. Gejala
prodromal biasanya berupa nyeri ototlokal, nyeri tulang, pegal, gatal , nyeri
kepala,malaise dan juga demam.2 Virus varisela zoster menginfeksi sel-sel dermis dan
dermatom. Kemerahan dermatom unilateral bisa dibagi secara klinis menjadi empat
Etiopatogenesis dari herpes zoster sendiri adalah virus varisela zoster ini
merupakan famili virus herpes. Anggota yang termasuk dalam kelompok virus ini
antara lain, virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, citomegalovirus (CMV), virus
Eipstein-Barr (EBV), human herpes virus-6 dan 7 (HHV-6 dan HHV-7), yang
menyebabkan roseola; sarkoma Kaposi yang di induksi virus herpes juga disebut
sebagai virus herpes tipe 8. Herpes zoster merupakan reaktivasi dari Virus varisel
azoster pada saat infeksi Virus varisel azoster primer. 7 Dalam perjalanan penyakit
varisela, Virus varisel azoster melewati lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung
saraf sensorik yang berdekatan dan transpor sentripetalnya naik ke serabut sensoris ke
ganglia sensoris. Sel T yang terrinfeksi kemungkinan juga turut membawa virus ke
ganglia sensoris secara hematogen. Di ganglia, virus akan mengalami fase laten yang
akan berlangsung seumur hidup penderita. Reaktivasi virus yang sporadis dan sering,
infeksi tampaknya tidak muncul selama latensi. Mekanisme yang terlibat dalam
reaktivaasi virus varisel azoster laten tidak jelas, tetapi dikaitkan dengan adanya
17
umbilikus, ganglion akar dorsal, atau struktur yang berdekatan; trauma lokal;
manipulasi bedah vertebra; dan sinusitis frontalis (sebagai hasil dari herpes zoster
oftalmikus). 3
Faktor risiko mayor dari herpes zoster yaitu disfungsi imunitas seluler. Pasien
dengan imunokompromais 20-100 kali lebih beresiko untuk terkena herpes zoster
dibandingkan dengan individu dengan imunokompeten pada usia yang sama. Kondisi
imunokompromais yang berhubungan dengan risiko tinggi terkena herpes zoster yaitu
kortikosteroid. Herpes zoster merupakan tanda awal dan menonjol dari “infeksi
oportunistik” pada pasien HIV. Oleh karena itu HIV harus dipertimbangkan pada
individu dengan herpes zoster. Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko herpes
zoster yaitu jenis kelamin wanita, stres, trauma fisik pada dermatom yang
Bila virus varisela zoster menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius
terjadi syndrom Ramsay-Hunt yaitu erupsi kulit yang timbul diliang telinga luar atau
dasar eritema pada regio Coli dextra dan Auricula dextra dermatom C2-C3, dengan
ukuran milier hingga lentikuler. Sesuai dengan kepustakaan, gambaran klinis yang
18
diberikan herpes zoster berupa vesikel berkelompok berwarna merah yang biasanya
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik bisa ditegakkan diagnosis yang mengarah pada
virus, Tzanck smear dan serologi jika untuk mengetahui virus penyebab secara pasti.8
Diagnosa banding dari herpes zoster jika dilihat dari erupsi dermatom adalah
dermatitis kontak, impetigo bullosa, dan erisipelas. Dermatitis kontak ialah dermatitis
yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua
macam dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan
kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak
alergi terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen.
Ditandai dengan pola reaksi inflamasi polimorfik yang melibatkan epidermis maupun
dermis seperti pruritus, eritema dan vesikulasi, sedangkan bentuk kronisnya yaitu
Staphylococcus aureus, pada penyakit ini keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat
predileksi di ketiak, dada, dan punggung. Dengan kelainan kulit berupa eritema, bula,
dan bula hipopion. Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus, gejala utamanya adalah eritema berwarna merah cerah dan berbatas
19
tegas serta disertai gejala konstitusi (demam, malaise). Penyakit ini didahului trauma,
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi sistemik berupa injeksi
ketorolac 2x30 mg/iv, injeksi ranitidin 2x50mg/iv, asiklovir 5x800 mg (7 hari), dan
nerva 5000 2x 1 tab, dan untuk terapi topikal diberikan fuson cream 2xoles/hari. Pada
valasiklovir (prodrug dari asiklovir) dan famsiklovir (prodrug dari penciclovir) telah
disetujui diseluruh dunia untuk mengobati herpes zoster, termasuk pada pasien
dengan gangguan imun. Obat antiviral tambahan, brivudin, tersedia secara luas di
beberapa negara tetapi terbatas pada indikasi untuk pasien imunokompeten karena
interaksi fatal dengan 5-fluoracil (5-FU). Semua obat antiviral secara signifikan
resolusi nyeri akut. Selain itu, terapi antiviral mempersingkat durasi pelepasan virus,
Selain antivirus, pada teori disebutkan obat-obatan yang dapat digunakan pada
kasus herpes zoster yaitu kortikosteroid oral sering dilakukan namun berbagai
dapat mengurangi nyeri akut. Hal ini disebabkan penurunan derajat neuritis akibat
infeksi virus dan kemungkinan juga menurunkan derajat keruskan pada saraf yang
terlibat. Selain itu, analgetik juga dapat diberikan untuk mengatasi nyeri akut ringan
20
diklofenak), atau analgetiknon opioid (paracetamol, tramadol, asam mefenamat)
Pemberian obat topikal juga sering digunakan yaitu dengan kompres terbuka
menggunakan solusio borowi dan solosio calamin yang efektif pada lesi akut untuk
mengurangi nyeri dan pruitus. Selain itu, AINS topikal juga dapat digunakan seperti
bubuk aspirin dalam kloroform, krim indometasin yang juga efektif menghilangkan
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan herpes zoster yang bisa
terjadi antara lain hemoragik, gangren pada daerah yang terkena, sedangkan apabila
21
secara umum bisa menyebabkan meningoensephalitis, sindrom vaskular serebral,
gangguan pengecapan 2/3 bagiandepanlidah, tinitus, vertigo dan tuli). 2 selain itu,
enterokulitis, sistitis, sinovitis) diseminasi kulit, dan superinfeksi akibat lesi kulit. 8
RINGKASAN
Dalam laporan ini telah dilaporkan sebuah kasus herpes zoster pada seorang
wanita 60 tahun dengan keluhan utamanya adalah kemerahan pada kulit dan timbul
bentol-bentol berisi cairan serta nanah pada leher kanan, telinga kanan, belakang
leher kanan dan bahu kanan yang muncul sejak 4 hari lalu dan terasa gatal, panas dan
nyeri.
bila ingin mengetahui jenis adanya DNA virus varisela zoster. Dalam pemeriksaan
fisik ditemukan vesikel berkelompok, dengan dasar eritem pada leher kanan, telinga
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah antivirus sistemik berupa injeksi
ketorolac 2x30 mg/iv, injeksi ranitidin 2x50mg/iv, asiklovir 5x800 mg (7 hari), dan
nerva 5000 2x 1 tab, dan untuk terapi topikal diberikan fuson cream 2xoles/hari.
22
REFERENSI
1. Puja B., Deepak B., Sheeba A. Internationaal Joural of medical Research &
2. Menaldi SLS., Bramono K., Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
3. Schmander KE., Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster (eds) Goldsmith
LA., Katz SI., Gilcherst BA., Paller AS., Leffell DJ., Wolff K. Fitzppatrick’s
4. Gupta R., Gupta P., Gupta S. Pathogenesis of Herpes Zoster. The Pharma
2013;369:255-63
7. Armando S., Nicoletta V., Sara P., Matilde G., Silvia L., Giovanni G. Herpes
Research. 2015;3(1):1-4
23
8. Wolff K., Johnson RA., Suurmond D. Color atlas & synopsis clinical
9. Whitley RJ., Volpi A., McKendrick M., Wijck AV., Oaklander AL.
24