Cincin Waldeyer
DAN
Disusun oleh :
Dokter Pembimbing :
2020
REFERAT
Cincin Waldeyer
AMA
Disusun oleh :
Dokter Pembimbing :
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Cincin Waldeyer
Disusun oleh :
Referat “Cincin Waldeyer” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di Bagian
ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Kepala Leher RSI Surabaya,
Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. (1,2)
Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan
anatominya oleh Heinrich von Waldeyer, seorang ahli anatomi Jerman.
Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-
kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah
mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius
(tonsil Gerlach’s) (1,2).
Cincin waldeyer berperan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi
dan memegang peranan penting pada pertumbuhan dari sistem imun, terdiri
dari organ pertama pada sistem limfatik yang menganalisa dan bereaksi
terhadap udara dan stimulasi dari antigen pada pencernaan. Tonsil dan adenoid
terdiri dari 4 limfoid yaitu reticular crypt epithelium, the extrafollicular area,
mantle zones of lymphoid follicles, dan follicular germinal centers. Dimana
semuanya berpartisipasi di dalam respon imun (15).
1
BAB II
CINCIN WALDEYER
A. EMBRIOLOGI
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brakial
ke II ke dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Selanjutnya
terbentuk fosa tonsil pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian
ditutupi epitel. Bagian yang mengalami invaginasi akan membagi lagi
dalam beberapa bagian, sehingga terjadi kripta. Kripta tumbuh pada bulan
ke 3 - 6 kehidupan janin, berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3
tumbuh limfosit di dekat epitel tersebut dan terjadi nodul pada bulan ke 6,
yang akhirnya terbentuk jaringan ikat limfoid. Kapsul dan jaringan ikat
lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian
terbentuklah massa jaringan tonsil (5).
B. ANATOMI
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.
Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid).
Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan
kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah
mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di
dalam faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya(4).
2
Gambar 1 Cincin Waldeyer4
3
Gambar 2 Tonsil dan adenoid6
Gambar 3 Adenoid6
4
kavum mastoid pada bagain lateral. Adenoid merupakan masa limfoid yang
berlobus. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen
terpisah dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai
bursa faringeus (6).
Pada permukaan dari adenoid, terdapat sel epitel silia yang di bungkus
oleh mukosa. Silia, yang digambarkan secara mikroskopik yaitu seperti
rambut halus dari permukaan sel, bergerak secara konstan seperti
gelombang, dan mendorong mukosa ke arah bawah menuju faring. Dari
sana, mukosa ditangkap oleh aksi menelan dari otot faring dan di kirim ke
bawah ke bagian lambung (7).
5
melapisi permukaan. Fungsi dari adenoid adalah sebagai proteksi. Mukosa
yang melapisi adenoid, berfungsi untuk membawa agen infeksius dan
partikel debu yang terhirup melalui hidung menuju ke faring, dimana epitel
lebih resisten. Antibodi terbentuk pada jaringan limfoid, dimana bergabung
dengan aksi fagosit befungi untuk menyerap agen infeksius (6).
6
2. Tonsil Lingualis
3. Palatina Tonsil
7
Dapat juga dikatakan sebagai faucial tonsil, ini adalah tonsil pada
bagian kanan kiri dari tenggorokan bagian belakang (8).
8
peritonsilar (quinsy). Beberapa serat dari palatoglossal dan palatofaringeal,
menempel pada kapsul dari tonsil (8).
Gambar 9 Coronal section through palatina tonsils showing their lateral relations
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-
kadang membesar. Plika ini penting karena sikatrik yang terbantuk setelah
proses tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa tonsilaris,
sehingga dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil. Pada dasar dari tonsil,
terdapat 2 otot yaitu m. Konstriktor superior dan m. Styloglossus (8).
Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit,
disebut sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak,
9
letaknya dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris
mukosa dari Weber, yang penting peranannya dalam pembentukan abses
peritonsil. Pada saat tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil
dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan (8).
Persarafan Tonsil
Vaskularisasi Tonsil
10
Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah
postero-superior
Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina
Minor, memperdarahi daerah antero-superior
C. FISIOLOGI
Tonsil merupakan organ limfotik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil
mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik (9).
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan
bahwa perenkim tonsil mempunyai kemampuan untuk memproduksi
antibodi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa tonsil memegang peranan
dalam memproduksi Imunoglobulin A, yang menyebabkan jaringan lokal
resisten terhadap organisme patogen dan dapat menghasilkan
Imunoglobulin E yang dipakai mengikat sel basofil dan sel mastosit (9).
11
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva,
keringat, air mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya.
Yang aktif adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak
aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel
yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama
IgA masuk kedalam lumen (14).
12
komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat
berguna untuk melawan parasit (14).
Gambar 16 Mastosit9
13
mediator hormonal, dan kemokina, atau kemotaktik sitokina ke lingkungan.
Histamin memperbesar pembuluh darah, menyebabkan munculnya gejala
peradangan, dan mengambil neutrofil dan makfrofag (14).
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar
0,01 - 0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak
granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat
tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat
teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin,
elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina.
Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma) (9).
Gambar 17 Basofil9
14
Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit
tetapi peranannya sendiri dalam mekanisme pertahanan tubuh masih
diragukan. Penelitian menunjukkan bahwa tonsil memegang peranan
penting dalam fase-fase permulaan kehidupan terhadap infeksi mukosa
nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas
bagian bawah(9).
Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel
membran), makrofag, sel dendrit, dan APCs yang berperan dalam
transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobin
spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa IgG. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel
limfosit, 0,1-0,2% dari keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa.
Proporsi limfosit B dan T pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah
55-75%:15-30%.
Terdapat 2 bentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu : (9)
1. Mekanisme pertahanan non spesifik
Berupa kemampuan sel limfoid untuk menghancurkan
mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa tonsil sangat
tipis sehingga menjadi tempat yang lemah terhadap masuknya kuman
ke dalam jaringan tonsil. Dengan masuknya kuman ke dalam lapisan
mukosa, maka kuman ini akan ditangkap oleh sel fagosit, dalam hal ini
adalah elemen tonsil. Selanjutnya sel fagosit akan membunuh kuman
dengan proses oksidasi dan digesti.
15
Gambar 18 Pertahanan non spesifik
16
Dengan teknik immunoperoksida, dapat diketahui bahwa IgE
dihasilkan dari plasma sel terutama dari epitel yang menutupi
permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil. Sedangkan mekanisme
kerja IgA, bukanlah menghancurkan antigen akan tetapi mencegah
substansi tersebut masuk ke dalam proses imunologi, sehingga dalam
proses netralisasi dari infeksi virus, IgA mencegah terjadinya penyakit
autoimun. Oleh karena itu, IgA merupakan barier untuk mencegah
reaksi imunologi serta untuk menghambat proses bakteriolisis.
17
BAB III
KESIMPULAN
Tonsil adalah bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring yang
disebut dengan cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri dari jaringan limfoid
pada dasar dari lidah (tonsil lingual), dua tonsil palatina, adenoid (tonsil
nasofaring), dan jaringan limfoid yang mengelilingi bagian atas dari faring
pada tuba eustachius (tonsil tubal atau Geralch’s). Dalam hal ini cincin
waldeyer sangat berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
13. Journal of International Medical Research. Northampton: Cambridge
Medical., n.d. Adenoid Hypertrophy in Adults. Web. 21 Sept. 2014.
14. Bista Amatya, Basnet. Tonsillar microba flora : A comparison of
infecte and non infected tonsil. Kathmandu University Medical Journal
(2006), Vol. 4, No. 1, Issue 13, 18-21
15. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit
EGC
20