Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

Cincin Waldeyer

DAN

Disusun oleh :

Claudia Narinda Rahma P. 6120018007


Elsa Kusumawati 6120018011
Rizky Amalia 6120018037

Dokter Pembimbing :

Dr. Andi Roesbiantoro, Sp.THT-KL

Departemen / SMF THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

RSI Jemursari Surabaya

2020
REFERAT

Cincin Waldeyer

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi


salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Kepala Leher RS Islam Surabaya

AMA

Disusun oleh :

Claudia Narinda Rahma P. 6120018007


Elsa Kusumawati 6120018011
Rizky Amalia 6120018037

Dokter Pembimbing :

Dr. Andi Roesbiantoro, Sp.THT-KL

Departemen / SMF THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

RSI Jemursari Surabaya

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Cincin Waldeyer

Disusun oleh :

Claudia Narinda Rahma P. 6120018007


Elsa Kusumawati 6120018011
Rizky Amalia 6120018037

Referat “Cincin Waldeyer” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di Bagian
ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Kepala Leher RSI Surabaya,
Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, Maret 2020


Mengesahkan,
Dokter Pembimbing

Dr. Andi Roesbiantoro, Sp.THT-KL

ii
DAFTAR ISI

COVER (1) ...........................................................................................................


COVER (2) .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II TINJUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. EMBRIOLOGI .........................................................................................5
B. ANATOMI ............................................................................................... 5
C. FISIOLOGI .............................................................................................11
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. (1,2)
Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan
anatominya oleh Heinrich von Waldeyer, seorang ahli anatomi Jerman.
Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-
kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah
mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius
(tonsil Gerlach’s) (1,2).
Cincin waldeyer berperan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi
dan memegang peranan penting pada pertumbuhan dari sistem imun, terdiri
dari organ pertama pada sistem limfatik yang menganalisa dan bereaksi
terhadap udara dan stimulasi dari antigen pada pencernaan. Tonsil dan adenoid
terdiri dari 4 limfoid yaitu reticular crypt epithelium, the extrafollicular area,
mantle zones of lymphoid follicles, dan follicular germinal centers. Dimana
semuanya berpartisipasi di dalam respon imun (15).

1
BAB II
CINCIN WALDEYER

A. EMBRIOLOGI
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brakial
ke II ke dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Selanjutnya
terbentuk fosa tonsil pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian
ditutupi epitel. Bagian yang mengalami invaginasi akan membagi lagi
dalam beberapa bagian, sehingga terjadi kripta. Kripta tumbuh pada bulan
ke 3 - 6 kehidupan janin, berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3
tumbuh limfosit di dekat epitel tersebut dan terjadi nodul pada bulan ke 6,
yang akhirnya terbentuk jaringan ikat limfoid. Kapsul dan jaringan ikat
lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian
terbentuklah massa jaringan tonsil (5).

B. ANATOMI
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.
Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid).
Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan
kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah
mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di
dalam faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya(4).

2
Gambar 1 Cincin Waldeyer4

Untuk kepentingan klinis, faring dibagi menjadi 3 bagian utama:


nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Satu pertiga bagian atas atau
nasofaring adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak
kecuali palatum molle bagian bawah. Bagian tengah faring disebut
orofaring, meluas dari batas bawah palatum molle sampai permukaan
lingual epiglotis. Bagian bawah faring dikenal dengan nama hipofaring atau
laringofaring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas yang terpisah
dari saluran pencernaan bagian atas. (5).
Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan
limfoid yang melingkar dikenal dengan cincin waldeyer, terdiri dari
faringeal tonsil (adenoid), tonsila palatina, dan tonsila lingualis (6).

3
Gambar 2 Tonsil dan adenoid6

1. Tonsil faringeal (Adenoid)

Gambar 3 Adenoid6

Adenoid / tonsil faringeal adalah jaringan limfoepitelial berbentuk


triangular yang terletak pada aspek posterior nasofaring. Adenoid terletak
pada dinding posterior nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan sinus
paranasalis pada bagian anterior, kompleks tuba eustachius-telinga tengah-

4
kavum mastoid pada bagain lateral. Adenoid merupakan masa limfoid yang
berlobus. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen
terpisah dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai
bursa faringeus (6).

Gambar 4 Bursa Faringeus8

Pada permukaan dari adenoid, terdapat sel epitel silia yang di bungkus
oleh mukosa. Silia, yang digambarkan secara mikroskopik yaitu seperti
rambut halus dari permukaan sel, bergerak secara konstan seperti
gelombang, dan mendorong mukosa ke arah bawah menuju faring. Dari
sana, mukosa ditangkap oleh aksi menelan dari otot faring dan di kirim ke
bawah ke bagian lambung (7).

Gambar 5 Silia adenoid5

Adenoid juga terdiri dari kelenjar yang mengsekresi mukus untuk

5
melapisi permukaan. Fungsi dari adenoid adalah sebagai proteksi. Mukosa
yang melapisi adenoid, berfungsi untuk membawa agen infeksius dan
partikel debu yang terhirup melalui hidung menuju ke faring, dimana epitel
lebih resisten. Antibodi terbentuk pada jaringan limfoid, dimana bergabung
dengan aksi fagosit befungi untuk menyerap agen infeksius (6).

Pada masa pubertas adenoid ini akan menghilang atau mengecil


sehingga jarang sekali dijumpai pada orang dewasa. Ukuran adenoid
bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan
mencapai ukuran maksimal pada usia 7 tahun, kemudian pertumbuhan akan
berhenti pada usia 12 tahun dan hilang pada usia 20 tahun (5).
Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai sebuah massa
yang terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi
sebagian besar atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid
mengandung sedikit sekali kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Apabila
terjadi infeksi p3ada adenoid pada waktu anak-anak, ini akan menyebabkan
pembengkakan dan inflamasi dari adenoid dan dapat secara permanen
membuat adenoid menjadi lebih besar. Adenoid yang besar dapat
menghalangi pernafasan yang melewati hidung, dan mengganggu drainase
dari sinus. Sehingga ini menjadi faktor predisposisi seseorang terkena
infeksi dari sinus atau yang disebut dengan sinusitis. Obstruksi pernafasan
kronis dan pernafasan melalui mulut adalah karakteristik yang khas pada
orang-orang dengan adenoid yang membesar. Infeksi dari adenoid dan
pembesarannya juga merupakan faktor predisposisi dari tersumbatnya tuba
eustachius dan infeksi dari telinga tengah (7).
Adenoid mendapat darah dari cabang-cabang faringeal A. Karotis
interna dan sebagian kecil dari cabang-cabang palatina A. Maksilaris.
Darah vena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke dalam V. Jugularis
interna. Sedangkan persarafan sensoris melelui saraf pada nasofaringeal
yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N. Vagus (7).

6
2. Tonsil Lingualis

Gambar 6 Tonsil lingualis7

Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan


terdapat pada basis lidah diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah
anteroposterior dari papilla sirkumvalata ke epiglotis. Jaringan limfoid ini
menyebar ke arah lateral dan ukurannya mengecil. Dipisahkan dari otot-
otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Jumlahnya bervariasi, antara
30-100 buah. Pada permukaannya terdapat kripta yang dangkal dengan
jumlah yang sedikit. Sel-sel limfoid ini sering mengalami degenerasi
disertai deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang akhirnya membentuk
detritus (8).

Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang


merupakan cabang dari A. Karotis eksterna. Darah vena dialirkan
sepanjang V. Lingualis ke V. Jugularis interna. Aliran limfe menuju ke
kelenjar servikalis profunda. Persarafannya melalui cabang lingual N. IX(8).

3. Palatina Tonsil

Gambar 7 Tonsil Palatina(8)

7
Dapat juga dikatakan sebagai faucial tonsil, ini adalah tonsil pada
bagian kanan kiri dari tenggorokan bagian belakang (8).

Tonsil palatina terletak di isthmus faucium, bagian anteriornya adalah


arkus palatoglossal, posteriornya adalah arkus palatofaringeal. Apabila
digabungkan, mereka disebut sebagai fauces. Diantara arkus tersebut
terdapat dasar dari tonsillar (tonsillar bed), dimana tonsil palatina dan
syaraf serta arteri yang menginervasinya terletak disana (8).

Gambar 8 Arkus palatoglossal dan arkus palatofaringeal 7

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm. Permukaan tonsil


merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang merupakan
muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta tonsil berkisar antara 20-30 buah,
berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa
kripta ada yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir
dibawah permukaan kapsul. Kripta dengan ukuran terbesar terletak pada
pole atas tonsil dan disebut kripta superior, Kripta superior sering menjadi
tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk
pertumbuhan kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah
tersebut. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang
kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar (5,6).
Pada permukaan lateral, tonsil di lapisi oleh kapsul fibrosa dari tonsil.
Dasar dari tonsil dipisahkan dari kapsul oleh jaringan areolar longgar. Ini
yang menyebabkan apabila dilakukan diseksi pada tonsil dari dasar tonsil
tersebut pada saat tonsilektomi mudah. Ini adalah tempat pus dari abses

8
peritonsilar (quinsy). Beberapa serat dari palatoglossal dan palatofaringeal,
menempel pada kapsul dari tonsil (8).

Gambar 9 Coronal section through palatina tonsils showing their lateral relations

Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-
kadang membesar. Plika ini penting karena sikatrik yang terbantuk setelah
proses tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa tonsilaris,
sehingga dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil. Pada dasar dari tonsil,
terdapat 2 otot yaitu m. Konstriktor superior dan m. Styloglossus (8).

Gambar 10 Otot pada dasar tonsil

Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit,
disebut sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak,

9
letaknya dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris
mukosa dari Weber, yang penting peranannya dalam pembentukan abses
peritonsil. Pada saat tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil
dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan (8).

Persarafan Tonsil

Persarafan tonsil berasal dari saraf trigeminus dan saraf


glossopharingeus. Nervus trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui
cabangnya yang melewati ganglion sfenopaltina yaitu n. palatina. Bagian
bawah tonsil dipersarafi n. Glossopharingeus (5).

Gambar 11 Persarafan tonsil

Vaskularisasi Tonsil

 Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero


inferior
 Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior
 Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi daerah
antero-media

10
 Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah
postero-superior
 Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina
Minor, memperdarahi daerah antero-superior

Gambar 12 Vaskularisasi tonsil

Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V.


Lingualis dan pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V.
Jugularis Interna. Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang
bagian lateral kapsula dan selanjutnya menembus dinding faring(7).

C. FISIOLOGI
Tonsil merupakan organ limfotik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil
mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik (9).
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan
bahwa perenkim tonsil mempunyai kemampuan untuk memproduksi
antibodi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa tonsil memegang peranan
dalam memproduksi Imunoglobulin A, yang menyebabkan jaringan lokal
resisten terhadap organisme patogen dan dapat menghasilkan
Imunoglobulin E yang dipakai mengikat sel basofil dan sel mastosit (9).

11
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva,
keringat, air mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya.
Yang aktif adalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak
aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel
yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama
IgA masuk kedalam lumen (14).

Gambar 14 struktur IgA14


Fungsi dari IgA ini ialah: (jurnal nomer berapa)
- Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa
- Tidak efektif dalam mengikat komplemen
- Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam
cairan sekretori yang mengandung IgA
- Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif
Kuman-kuman patogen yang terdapat dalam flora normal
(Corinebacteria, stafilococcus (S. epidermidids, S. aureus) dan
(14)
streptococcus) tonsil dan faring tidak menimbulkan peradangan, karena
pada daerah ini terdapat mekanisme pertahanan dan hubungan timbal balik
antara berbagai jenis kuman (APA).
Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau
berikatan dengan mast sel dan basofil secara efektif, tetapi kurang efektif
dengan eosinophil. IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut.
Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi
bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan

12
komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat
berguna untuk melawan parasit (14).

Gambar 15 Struktur IgE14


Mastosit adalah sel yang mengandung granula yang kaya akan histamin
dan heparin. Mastosit sering berdiam di antara jaringan dan membran
mukosa, tempat sel ini berperan dalam sistem kekebalan turunan dengan
bertahan melawan patogen, menyembuhkan luka, dan juga berkaitan
dengan alergi dan anafilaksis (14).

Gambar 16 Mastosit9

Ketika teraktivasi, mastosit secara cepat melepaskan granula


terkarakterisasi, kaya histamin dan heparin, bersama dengan berbagai

13
mediator hormonal, dan kemokina, atau kemotaktik sitokina ke lingkungan.
Histamin memperbesar pembuluh darah, menyebabkan munculnya gejala
peradangan, dan mengambil neutrofil dan makfrofag (14).
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar
0,01 - 0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak
granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat
tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat
teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin,
elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina.
Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma) (9).

Gambar 17 Basofil9

Lokasi tonsil (terutama tonsil palatina) sangat memungkinkan terpapar


benda asing dan patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid.
Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 – 10 tahun.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil
mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik . Tonsil bertindak seperti filter untuk
memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan
sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi
untuk membantu melawan infeksi . Tonsil tidak selalu mengisi seluruh
fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa
supratonsilar (9).

14
Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit
tetapi peranannya sendiri dalam mekanisme pertahanan tubuh masih
diragukan. Penelitian menunjukkan bahwa tonsil memegang peranan
penting dalam fase-fase permulaan kehidupan terhadap infeksi mukosa
nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas
bagian bawah(9).
Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel
membran), makrofag, sel dendrit, dan APCs yang berperan dalam
transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobin
spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa IgG. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel
limfosit, 0,1-0,2% dari keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa.
Proporsi limfosit B dan T pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah
55-75%:15-30%.
Terdapat 2 bentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu : (9)
1. Mekanisme pertahanan non spesifik
Berupa kemampuan sel limfoid untuk menghancurkan
mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa tonsil sangat
tipis sehingga menjadi tempat yang lemah terhadap masuknya kuman
ke dalam jaringan tonsil. Dengan masuknya kuman ke dalam lapisan
mukosa, maka kuman ini akan ditangkap oleh sel fagosit, dalam hal ini
adalah elemen tonsil. Selanjutnya sel fagosit akan membunuh kuman
dengan proses oksidasi dan digesti.

15
Gambar 18 Pertahanan non spesifik

2. Mekanisme pertahanan spesifik


Merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap udara pernafasan sebelum masuk ke dalam
saluran nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi IgA yang akan
menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen.
Disamping itu, tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan IgE yang
berfungsi untuk mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel
tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu
histamin. Sel basofil yang terutama adalah sel basofil dalam sirkulasi
(sel basofil mononuklear) dan sel basofil dalam jaringan (sel mastosit).
Bila ada alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan IgE
sehingga permukaan sel membrannya terangsang dan terjadilah proses
degranulasi. Proses ini akan menyebabkan keluarnya histamin sehingga
timbul reaksi hipersensitivitas tipe 1, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria,
dan angioedema.

16
Dengan teknik immunoperoksida, dapat diketahui bahwa IgE
dihasilkan dari plasma sel terutama dari epitel yang menutupi
permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil. Sedangkan mekanisme
kerja IgA, bukanlah menghancurkan antigen akan tetapi mencegah
substansi tersebut masuk ke dalam proses imunologi, sehingga dalam
proses netralisasi dari infeksi virus, IgA mencegah terjadinya penyakit
autoimun. Oleh karena itu, IgA merupakan barier untuk mencegah
reaksi imunologi serta untuk menghambat proses bakteriolisis.

17
BAB III

KESIMPULAN

Tonsil adalah bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring yang
disebut dengan cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri dari jaringan limfoid
pada dasar dari lidah (tonsil lingual), dua tonsil palatina, adenoid (tonsil
nasofaring), dan jaringan limfoid yang mengelilingi bagian atas dari faring
pada tuba eustachius (tonsil tubal atau Geralch’s). Dalam hal ini cincin
waldeyer sangat berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. “Tonsillitis: Symptoms, Causes, Treatments, Surgery, and More."


WebMD. WebMD, n.d. Web. 14 Sept. 2014.
2. MBBS, LHC Tan. "Lymphoma's Involving Waldeyer's Ring:
Placement, Paradigms, Peculiarities, Pitfalls, Patterns, and Postualtes."
(2004): n. pag. Web. 14 Sept. 2014.
3. "Histology Guide | Lymphoid." Histology Guide | Lymphoid.
University of Leeds, n.d. Web. 14 Sept. 2014.
4. "Human Tonsil Epithelial Cells (HTEpiC)." Human Tonsil Epithelial
Cells : Cat No. [2560]. N.p., n.d. Web. 14 Sept. 2014.
5. S Joshi, Arjun, MD. "Pharynx Anatomy ." Pharynx Anatomy.
Medscape, n.d. Web. 14 Sept. 2014.
6. G Richard, Lyman, MD. "TREATMENT OF DISEASES OF THE
THROAT." JAMA Network. N.p., n.d. Web. 14 Sept. 2014.
7. "Normal Anatomy and Histology; Adenoids; Infections; Developmental
Lesions - Springer." Normal Anatomy and Histology; Adenoids;
Infections; Developmental Lesions - Springer. N.p., n.d. Web. 14 Sept.
2014.
8. "AnatomyEXPERT - Lingual Tonsil." AnatomyEXPERT - Lingual
Tonsil. N.p., n.d. Web. 14 Sept. 2014.
9. Brandtzaeg P: Immune functions and immunopathology of palatina and
nasopharyngeal tonsils; in Bernstein JM, Ogra PL (eds): Immunology
of the Ear. New York, Raven Press, 1987, pp 63– 106.
10. Brandtzaeg P: Function of mucosaassociated lymphoid tissue in
antibody formation. Immunol Invest 2010;39:303– 355.
11. N Patel, Nilesh, MD. "Acute Exudative Tonsillitis." Acute Exudative
Tonsillitis (2012): n. pag. The America Journal of Medicine. Web. 21
Sept. 2014.
12. Saito, Tadahito. "Respiratory Syncytial Virus Induces Selective
Production of the Chemokine RANTES by Upper Airway Epithelial
Cells." The Journal of Infectious Diseases 175.3 (1997): 497-504. Web.
21 Sept. 2014.

19
13. Journal of International Medical Research. Northampton: Cambridge
Medical., n.d. Adenoid Hypertrophy in Adults. Web. 21 Sept. 2014.
14. Bista Amatya, Basnet. Tonsillar microba flora : A comparison of
infecte and non infected tonsil. Kathmandu University Medical Journal
(2006), Vol. 4, No. 1, Issue 13, 18-21
15. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit
EGC

20

Anda mungkin juga menyukai