Anda di halaman 1dari 63

PERIHAL OBAT

Oleh :

Haryanto Husein,dr.,MS., AFK., AKK


Roostantia Indrawati,dr.,M.Kes
Bambang Hermanto,dr.,MS
ASAL DARI OBAT
TANAMAN
 Kulit batang, buah, daun, akar, biji.
 Daun : Digitalis, seluruh daun.
 Minyak : Castor oil, Almond oil,
 Valatile oil : Cinnamon, anise, Peppermint
oil.
 Alkaloid : Atropin, Morphin.
 Getah, tepung : karbohidrat
BINATANG

• Hormon : insulin, thyroid, corticotropin.


• Pancreatin, heparin
• Lanolin
• Antitoksin : Tetanus
• Darah : darah utuh, albumin serum,
globulin immun.
MIKROORGANISME

• Memproduksi antibiotika :
 Penicillin, Tetracycline, Neomycin
• Jamur : Vit. B12
 Streptomycin
• Vaksin : Mikroorganisme lemah
• Toksoid : toksin yang dilemahkan
MINERAL

• Zinc Oxyd
• Bentonite
• Potasium iodine
• Magnesium suflate
• Sulfur
Banyak obat adalah :
 produk dari bahan kimia sintetik
beberapa diantaranya adalah berasal dari
tanaman dan binatang
 sekarang → di sintesis lebih ekonomis,
lebih murni daripada yang diperoleh
dengan ekstrasi dari sumber alam.
Obat :
Suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk
memperindah badan atau bagian badan
manusia.

( S.K. Men-Kes R.I No. 193/Kab/13.VII/71)


Obat Baku :

Bahan obat berupa substansi yang


memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh Farmakope
Indonesia atau buku resmi lainnya
yang ditetapkan oleh pemerintah.

- obat baku dalam substansi = “bahan obat”.


Obat jadi :

Obat tunggal atau campuran dalam bentuk


sediaan tertentu dan mempunyai nama teknis
sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku
lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah.

Obat jadi berupa komposisi yang sudah


standar, disebut “Preparat Standar”.
Obat paten :

Obat jadi dengan nama dagang yang


terdaftar atas nama pembuat (pabrik) atau
yang dikuasakannya dan dijual dalam
bungkus asli dari pabrik
Obat Asli :

Obat yang didapat langsung dari bahan


alamiah, terolah secara sederhana atas dasar
pengalaman, untuk pengobatan tradisional
Obat baru :

Obat yang terdiri dari satu atau campuran


beberapa bahan obat sebagai bagian yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat atau
komponen lain yang belum dikenal sehingga
belum diketahui khasiat serta keamanannya.
Kegunaan Obat

Untuk menunjang keberhasilan dalam hal :

 Menetapkan diagnosis : cairan kontras


 Mencegah penyakit : vaksin
 Mengurangi dan menghilangkan penyakit atau gejala
penyakit.
 Menyembuhkan penyakit (antibiotik ).
 Memperelok dan memperindah badan atau bagian
badan : kosmetika.
Obat dalam resep.
 Prescriptio : jenis obat, bahan obat serta
jumlah obat
→ merupakan bagian terpenting dalam resep.

 Jenis obat dan bahan obat ditulis dibelakang R/:


1. obat baku
2. obat paten
3. obat jadi atau preparat standar
4. campuran komposisi sendiri
Obat baku, paten, jadi → dapat mengandung:

 satu zat tunggal/lebih berkhasiatsebagai


:
“Obat pokok” = Remedium cardinale
atau
 kombinasi dengan/tanpa
“obat penunjang” = Remedium Adjuvans
Korigens dan vehikulum.
OBAT PATEN

KEUNTUNGAN :

 Penulisan resep cepat


 Penerimaan obat dari apotek singkat
KERUGIAN

• Relatif mahal
• Obat paten berupa produk kombinasi sering
tidak sesuai dengan kebutuhan penderita
• Dokter : sulit mengingat isinya
• Pemberian/penulisan lebih dari satu R/
(bentuk sediaan), dapat terjadi duplikasi
dari sebagian bahan obatnya.
OBAT STANDAR / PREPARAT STANDAR

• Keuntungan dan kerugian sama dengan obat


paten
• Harga relatif lebih murah
OBAT KOMPOSISI SENDIRI

KEUNTUNGAN

 Bahan obat mudah disesuaikan


 Jumlah/dosis mudah disesuaikan
 Bentuk sediaan mudah disesuaikan

Menurut kebutuhan individual.


OBAT BERACUN

 Pada hakekatnya semua obat / bahan obat


adalah racun.
 Tergantung cara memberikan dan dosisnya.

Bahaya bahan yang digunakan sebagai obat :


 Bahan obat yang relatif tidak beracun
 Bahan obat yang sudah pasti berupa racun
Bila :

• Dosis yang aman relatif besar : tidak beracun.


• Dosis yang aman relatif kecil : beracun.

 Sifat racun berbanding terbalik


dengan dosis.
 Makin kecil dosis obat, makin besar
toksisitas obat.
Daftar Obat Beracun :

• Narkotika atau obat bius : Daftar O


• Obat keras
• Obat bebas terbatas
• Bahan psikotropik.
( mempunyai peraturan : “Larangan Khusus“)
Narkotika = Obat bius = Obat daftar O
• Beredar resmi hanya untuk :
 Kepentingan pengobatan
 Tujuan ilmu pengetahuan
• “Peredaran gelap” untuk disalahgunakan.
• Diperoleh untuk pengobatan :
 Hanya berdasar resep
 Apotik dilarang mengulang penyerahan
narkotika atas dasar resep yang sama atau
salinan resep
Obat keras atau obat daftar G
 Obat keras :
Obat beracun yang mempunyai khasiat
mengobati, menguatkan mendesinfeksikan
dan lain-lain.
Obat berada baik dalam bungkusan
maupun tidak.
 Hanya boleh diserahkan dengan resep, kecuali
untuk keperluan teknik.
 Resep yang mengandung obat daftar G tidak
boleh diulang.
Ketentuan lain mengenai obat daftar G :

 Semua obat sediaan / obat paten yang


mengandung bahan obat daftar G, pada
bungkus luar harus disebutkan bahwa obat
hanya dengan resep dokter.

 Semua obat baru dimasukkan ke dalam daftar


G, kecuali telah dinyatakan (Dep Kes) tertulis
tidak membahayakan kesehatan.
 Obat baru ialah semua obat yang tidak
tercantum dalam Farmakope Indonesia dan
daftar obat keras atau obat yang secara resmi
belum pernah diimpor atau digunakan di
Indonesia, sehingga tidak diketahui khasiat dan
keamanannya.

 Kecuali bila ditentukan lain, maka semua


bahan yang tergolong obat daftar G, berlaku
bagi obat itu sebagai substansi dan juga bagi
semua sediaan yang mengandung obat
tersebut
Obat Bebas Terbatas atau Obat Daftar W.

Obat yang termasuk dalam daftar W adalah juga


obat relatif beracun.

 Merupakan kelengkapan dari daftar obat


keras
 Dep.Kes secara berkala melengkapi atau
memperbaharui daftar Obat Bebas Terbatas.
 Dapat diperoleh tanpa resep dokter.
ketentuan

 Hanya boleh dijual dalam bungkus asli


 Waktu penyerahan obat tersebut pada
wadahnya harus tercantum tanda peringatan
berupa etiket khusus yang tercatat sesuai
Ketentuan Kementerian Kesehatan ( tanda P ).
 Etiket khusus tanda peringatan (P) berwarna
hitam dengan tulisan putih berukuran 5 x 2 cm.
Memuat pemberitahuan :

 P1 : Awas ! Obat keras, baca aturan pakainya.


 P2 : Awas ! Obat keras. Hanya untuk kumur.
 P3 : Awas ! Obat keras. Hanya untuk bagia luar
badan.
 P4 : Awas ! Obat keras. Hanya untuk dibakar
 P5 : Awas ! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
 P6 : Awas ! Obat keras. Obat wasir, jangan
ditelan.
Obat Golongan Psikotropika
Undang2 Psikotropika 11 Maret 1997
Psikotropika adalah :

 Zat atau obat, alamiah maupun sintetis


bukan-Narkotika
 Bersifat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada SSP
 Menyebabkan perubahan khas pada
mental dan perilaku
 Memberikan depresi pada SSP:

 Benzodiazepine (diazepam & derivatnya)


 Barbiturat dan derivatnya (Phenobarbital,
Amobarbital,Pentobarbital, Secobarbital)
 Hipnotika : Methylprylon, Metaqualone,
Ethinamate

 Memberikan stimulasi/rangsangan pada SSP

 Amphetamine dan derivatnya (ecstasy dll)


 Amphetamine, Dexamphetamine,
Methamphetamine
 Methylphenidate, Pipradol

→ Penggunaan untuk pengobatan sangat terbatas


 Halusinogen

 Menyebabkan halusinasi pada pemakainya :


• Persepsi internal, lepas dari persepsi
eksternal
• Khayalan melihat warna2, mendengar suara2
yang indah, yang pada kenyataannya tdk ada

 Penggunaan untuk pengobatan sgt terbatas sekali

 LSD atau LSD-25; DMT; DET; DMNP; Mescaline,


Psilocine; Psilocybin; isomer dari 3-methyl-2-
phenylmorphine
 Sebelum ada UU Psikotropika obat tersebut
masuk Daftar Obat Keras
 Ketentuan setelah ada UU Psikotropika:
Pengawasan mengenai
- produksi
- pengedaran
- import & eksport
- pemberian label khusus
- ketentuan pidana
→ sangat ketat
 Tujuannya :
untuk menghindarkan segala kegiatan yang
berhubungan dengan psikotropika yg mempunyai
potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
Ketentuan peresepan Psikotropika

1. Psikotropika gol. I :
- Hanya untuk tujuan IlmuPengetahuan
- Tidak diberikan dengan R/ kec. Khusus
penelitian
- LSD-25,MDMA/ecstasy; Psilocybin, Psilosin

2. Psikotropika gol. II
- Boleh diresepkan
- jangka panjang → ketergantungan
- Amphetamine, Methaqualone, Secobarbital
3. Psikotropika gol. 3
- Boleh di resepkan
- Jangka panjang → Ketergantungan
- Amobarbital; Pentobarbital; Cyclobarbiital;
Glutetimide

4. Psikotropika gol. IV
- Sering diberikan dalam resep
- Sebagian besar adalah depresan SSP
- Kurang memberikan ketergantungan tapi tetap
waspada pada penggunaan jangka panjang
- Allobarbital; Bromazepam; Diazepam;
Chlordiazepoxide; meprobamate
- Peresepan jangka pendek
OBAT GOL. NARKOTIKA

1. Narkotika gol. I
 Hanya untuk pengembangan ilmu, tdk untuk terapi,
potensi tinggi untuk sebabkan keterganung
Contoh : Cocain, Marihuana, Tetrahydrocannabitol

2. Narkotika gol II
 Dapat untuk terapi +ilmu pengetahuan
 Potensi tinggi ketergantungan
 Dihydromorphine, Hydrocodone, Benzylmorphine,
Morphin, Thebaine

3. Narkotika gol III


 Banyak untuk terapi
 Potensi ringan untuk keterganungan
Ketentuan peresepan obat Narkotika

1. Diperoleh hanya dengan resep


2. Resep tidak boleh diulang
3. Resep obat suntik narkotika jumlah obat selain angka
dilengkapi tulisan
4. Ada narkotika yang sekarang tdk lagi diberikan untuk
terapi, tdk pernah lagi diresepkan
→ Contoh : coccaine, heroin, Cannabis
Oleh karena bahayanya cukup besar,
 tetapi Morphine msh digunakan untuk terapi paliatif
terapi pada Ca terminal
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat :

• Sifat fisiko-kimia bahan obat


Sifat stereokimia dan kelarutan
• Besar partikel
• Sediaan obat
• Dosis
• Rute pemberian dan tempat pemberian
• Waktu kontak dengan permukaan
Lanjutan..........

• Besarnya luas permukaan


• Sifat PH dalam darah
• Integritas membran
• Aliran darah organ.
ABSORPSI

Pengambilan obat dari permukaan tubuh


atau dari tempat tertentu dalam organ
ke dalam aliran darah atau ke
dalam sistem pembuluh limfe.

• Obat mengalami distribusi dalam organisme secara


keseluruhan.
• Suatu absorpsi yang cukup merupakan syarat untuk
suatu efek terapeutik
Mekanisme absorpsi

Penetrasi senyawa melalui membran

- Difusi pasif
- Difusi terfasilitasi (melalui pembawa)
- Transpor aktif
- Pinositosis, fagositosis
Difusi Pasif
Transpor senyawa →

berbanding langsung dengan :


- Landaian konsentrasi
- Luas permukaan membran
- Koefisien distribusi senyawa
- Koefisien difusi

Berbanding terbalik dengan :


- tebal membran
Distribusi

• Suatu obat yang diabsorbsi ke dalam aliran darah harus


melewati membran sel supaya mencapai tempat kerja.

Distribusi Dalam CNS


• Obat yang larut dalam lemak, masuk ke otak secara
mudah dan cepat.
• Obat yang larut air
Sangat sedikit masuk ke otak, kecuali kalau molekul
obat sangat kecil.
Distribusi melalui membran placenta

Obat tak mengalami ionisasi yang sangat larut lemak,


dapat lewat ke dalam darah janin.
- Barbiturate
- Anestetika
- Alkohol
Biotransformasi

• Sering disebut metabolisme obat.


• Terutama terjadi dalam hati.
Dapat :
- Plasma : Succinylcholin
- Ginjal
- Mukosa usus : Acetosal
- Jaringan : Catecholamine
Reaksi Biotransformasi

• Oksidasi, Reduksi
• Hydrolysis
• Konyugasi : Reaksi komplek = penggabungan

→ Obat dikombinasi dengan bahan endogen :


glucoronic acid, sulfate, acetate, glycine.
 Membentuk senyawa yang larut air, mudah di
ekskresi dalam urine.
Metabolite yang terbentuk

• Mempunyai aktifitas farmakologik


• Tidak mempunyai aktifitas farmakologik = detoksifikasi /
bio-inaktivasi

Lebih kuat ( bio-aktivasi )


Kortison  kortisol . Prednison 
Prednisolon
 Fenasetin parasetamol . Primidon  fenobarbital
Aktivitas sama :
 Klorpromazin, efedrin, benzodiazepin
EKSKRESI

Obat diekskresi :
 tidak berubah
 sebagai metabolite

Ekskresi melalui :
 Ginjal
 empedu dan usus
 paru-paru
 organ lain: - kulit
-saliva
-air susu
Ginjal

Kecepatan dan besar ekskresi ditentukan :


 Filtrasi glomerulus
 Reabsorpsi tubulus
 Sekresi tubulus

USUS
• Obat oral yang tidak diserap
• Obat diekskresi dalam empedu tak di -serap kembali
dari usus.
Absorpsi pemakaian pada kulit

• Secara fisiologis tidak memiliki fungsi absorpsi


• Absorpsi terjadi secara
- transdermal
- transfolikular
• Kemampuan absorpsi kulit utuh lebih rendah
dibanding melalui mukosa
Faktor yang mempengaruhi absorpsi kulit
• Kenaikan suhu kulit
• Rangsang penyebab hiperemi
• Zat pelarut tertentu
• Peradangan pada kulit
• Pada bayi dan anak kecil :
Stratum korneum masih sedikit, absorpsi meningkat.
• Pada usia tua, Stratum korneum tipis absorpsi
kemungkinan meningkat.
• Sebagai tempat pemberian untuk bentuk sediaan yang
cocok.
• Hanya cocok untuk senyawa dengan dosis rendah
Absorpsi melalui Rute bukal atau sublingual.
• Memiliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang
tak terionisasi, lipofil.

Keuntungan :

• Munculnya kerja obat yang cepat


• Tidak ada kerja cairan pencernaan
• Bahan obat tidak harus melewati hati segera setelah
absorpsi.
Kerugian :

• Hanya mungkin untuk senyawa yang dapat diabsorpsi


dengan mudah.
• Tidak boleh untuk obat yang rasanya tidak enak.

Indikasi :

• Untuk pengobatan serangan angina pektoris dengan


nitrogliserol
- tablet kunyah
- aerosol
Absorpsi pada pemakaian parenteral

• Pemberian : I.C , S.C , I.M.


• Kecepatan absorpsi sangat bergantung kepada pasokan
darah.
• Pada keadaan syok, absorpsi sangat menurun.
Absorpsi pemakaian melalui Rektum

• Alur melalui hati primer dihindari


• Absorpsi dalam ⅔ bagian bawah Rektum langsung
mencapai v. cava interior dan tidak melalui v.porta.
• Koefisien absorpsi lebih rendah dari pada pemakaian
oral.
• Perbedaan dalam individu dan antar individu, ada.
Absorpsi pemakaian melalui hidung

• Sifat absorpsi mukosa hidung cukup baik seperti


mukosa mulut.
• Cocok untuk terapi topikal untuk mengurangi
pembengkakan mukosa.
• Kemungkinan dapat terjadi akibat absorpsi → efek
sistemik.
• Tetes hidung : alfa – simpatomimetika
• Bubuk hisap ADH untuk terapi diabetes insipidus.
Absorpsi melalui Rute Oral

• Absorpsi dalam saluran cerna mempunyai arti besar.


• Dlm lambung : harga PH sangat asam terutama :
asam lemah dan zat netral yang lipofil.
• Waktu beradanya bahan obat dalam lambung
bergantung kepada :
- kondisi pengosongan lambung
- keberadaan bahan lain dlm lambung.
Tanggal daluwarsa obat /expiration date

• Dicantumkan pada wadah obat


• Setelah tanggal / waktu tertentu,
keamanan pemakaiannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan lagi.
• Bila kadaluwarsa, obat tidak lagi memenuhi syarat
untuk dipergunakan.
• Suhu penyimpanan obat sangat berpengaruh.
→ ada kemungkinan jauh sebelum tanggal
kadaluwarsa yang tercantum, obat itu sudah rusak
• Ada kaitan dengan “waktu paruh penyimpanan obat”/
“shelf half life”.
 waktu dimana daya kerja obat tinggal hanya separuhnya.

• Tiap kenaikan suhu penyimpanan dengan 10º dapat


mengurangi waktu paruh obat dengan separuhnya.
100
I

II
50

DII DI T½ II T½ I waktu
Keterangan gambar :

•I : obat disimpan pada suhu semestinya


I : Kecepatan rusak obat
T½ I : waktu paruh penyimpanan obat
DI : tanggal daluwarsa obat

•II : obat disimpan pada suhu lebih tinggi.


II : kecepatan rusak obat
T½ II : waktu paruh penyimpanan obat
D II : tanggal daluwarsa obat
Waktu Pemberian

Waktu pemberian obat yang tepat


• Dapat membantu mencapai efek terapeutik yang
optimal.
• Dapat mengurangi kemungkinan terjadi efek samping
obat.
Waktu pemberian obat antara lain :

• Sebelum makan : ante coenam (a.c).


• Sesudah makan : post coenam (p.c).
• Waktu makan : durante
coenam (d.c)
• Malam/sebelum tidur : ante noctem (a.n)
• Pagi / sore hari : mane (m)/ vespere (v)
• Sesudah buang air besar : post defaecatio

 Waktu pemberian /penggunaan obat seharusnya


dikomunikasikan kepada pasien untuk menghindari
kesalahan penggunaan obat.

Anda mungkin juga menyukai