Oleh :
dr. Effendi, Sp.PD
PENDAHULUAN
Infeksi : adanya kuman di Inflamasi : suatu reaksi
dalam tubuh dan pembuluh darah, saraf,
berkembang biak sehingga cairan dan sel tubuh di
menyebabkan kerusakan tempat jejas.
jaringan di sebut penyakit Manifestasi klinik berupa
infeksi. inflamasi sistemik disebut
Systemic inflammation
Pada infeksi muncullah respons syndrome (SIRS).
jejas sehingga muncul (Billau A, 1991)
inflamasi
-Increased biomarkers/biomediators
Response -Manifested physiologic symptoms
Optimum indivualized treatment Gambar 1. faktor presdiposisi, infeksi repons klinis, dan
disfungsi organ pada sepsis (PIRO)
(Dikutip dari Levy MM, et al 1256)
ETIOLOGI SEPSIS
Penyebab sepsis terbesar adalah bakteri gram negatif
(60-70%).
Bakteri gram positif yang cukup jarang menyebabkan sepsis :
staphylococci, pneumococci, streptococci. Angka kejadian (20-
40%) 15
Sepsis juga bisa disebabkan jamur oprtunistik, virus (dengue
dan herpes) atau protozoa (falcifarum malariae).
Produk yang berperan penting terhadap sepsis yaitu
lipopolisakarida (LPS). LPS endotoksin gram negatif penyebab
terbanyak terjadinya sepsis.
LPS dapat langsung mengaktifkan sistem imun seluler dan
hormonal, yang dapat menimbulkan perkembangan gejala
septikemia.
PATOGENESIS SEPSIS
Syok septik merupakan diagnostik klinik dengan sindroma
sepsis disertai dengan hipotensi (turun <90 mmHg) /
terjadi penurunan tekanan darah sistolik >40 mmHg dari
tekanan darah sebelumnya.
Organ yang paling penting : hati, paru, dan ginjal. Angka
kematian sangat tinggi bila terjadi kerusakan pada organ
tsb
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan menyeluruh
2. Pasien neutropenia dan dugaan infeksi pelvis: pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan rektum,pelvis, dan genital)
Pemerisaan Penunjang
Laboratorium : Darah lengkap / Complate Blood Count (CBC)
1. Hitung diferensial 7. Kreatinin (serum kreatinin)
2. Urinalis (urin lengkap) 8. Elektrolit (serum elektrolit)
3. Gambaran koagulasi 9. Uji fungsi hati (SGOT/SGPT)
4. Glukosa (GDR/ GDA) 10. Kadar asam laktat (Profil lipid)
5. Urea darah 11. Gas darah arteri (Blood Gas)
6. Nitrogen (BUN)
- Mikrobiologi : biakan darah, sputum, urin, dan tempat lain yang
terinfeksi
Radiologi :
1. Elektrocardiogram 2. Foto Thorax
3. Foto abdomen, CT scanning, MRI, Ekokardiografi, pungsi lumbal
(tergantung status klinis pasien dan risiko terkait)
Temuan Laboratorium Lain
Sepsis awal : leukositosis dengan shift kiri, trombositopenia,
hiperbilirubinemia, dan proteinuria. Dapat terjadi leukopenia.
Lanjutan : tromposetopenia memburuk, asidosis metabolik,
hipoksemia, ketoasidosis.
Komplikasi :
1. Sindrom distres pernafasan dewasa (ARDS, adult respiratory disease
syndrome)
2. Koagulasi intravasculer disemineta (DICDisseminated intravasculer,
coagulation)
3. Gagal ginjal akut (ARF, acute renal failure)
4. Pendarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sisitem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian
Terapi
1. Stabilisasi pasien langsung.
a. Sepsis berat : terapi ABC (airaway, breathing, circulation)
b. Resusitasi awal : kristaloid/koloid-> stabilisasi hemodinamik
c. Intubasi -> memerikan kadar oksigen lebih tinggi -> ventilator
Pada kondisi sepsis berat, peradaran darah terancam, dan
penurunan tekanan darah, maka perlu terapi empirik gabungan
dg cairan (kristaloid/koloid) dan inotrop/vasopresor (dopamin,
dobutamin, fenilefrin, epinefrin, dan norepineprin). Masuk ICU.
Dan perlu pemantauan peredaran darah :
CVP 8-12 mmHg, Mean arterial pressure ≥65 mmHg, urine
output ≥ 0.5 mL/kg-1/jam-1, SpO2 70% atau mixed venous ≥
65% (sepsis campaign, 2008).
Terapi
2. Pemberian antibiotik yang adequat.
a. Terapi empirik -> antimikrobial/antibiotik
diberikan sebelum hasil tes kultur jadi.
Pemberian dini untuk mengureangi syok dan
mortalitas.
b. Terapi rasional -> antibiotik menyesuaikan
dari hasil kultur. Guna mengurangi resistensi
antibiotik.
Terapi
Obat yang digunakan tergantung sumber sepsis :
a. Pneumonia komunitas : ceftriaxon, cefepim, gentamycin
b. Pneumonia nosokomial : cefepim/imipenem-silastatine dan
aminoglikosida
c. Infeksi abdomen : imipenem-silastatine/ piperasilin-tazobaktam
dan aminoglikosida
d. Infeksi abdomen nosokomial : imipenem-silastatine dan
aminoglikosida/ piperasilin-tazobaktam dan amfoterisin B
e. Kulit/jaringan : Vancomicin dan piperasilin-tazobaktam/
imipenem-silastatine
f. Kulit/jaringan lunak nosokomial : Vancomicin dan cefepim
g. Infeksi traktus urinaris : ciprofloxacin, aminoglikosida
h. Infeksi traktus urinaris nosokomial : vamcomicin dan cefepim
i. Infesi CNS : vancomicin dan meropenem
j. Infesi CNS nosokomial : meropenen dan voncomisin
*obat berubah sejalan dengan waktu
Terapi
3. Fokus infeksi awal harus dieliminasi
Hilangkan benda asing. Salurkan eksudat urulen, khususnya
untuk infeksi anaerobik. Angkat organ yang terinfeksi,
hilangkan/potong jaringan yang gangren
Glukosa control
- Kadar gula dipertahankan < 150 mg/dl. Dengan
melakukan monitoring pada gula darah setiap 1-2 jam
dan dipertahankan minimal sampai dengan 4 hari.
- Mencegah terjadinya stress ulcer dpaat diberikan
profilaksis dengan emnggunakan h2 blocker proton
pump inhibitor
PENCEGAHAN
1.Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang
biasanya dihuni bakteri Gram-negatif.
2.Gunakan trimetropin-sulfametoksazol secara profilaktik
pada anak penderita leukimia.
3.Gunakan nitrat perak tipikal, sulfadiazin perak, atau
sulfamilon secara profilaktik pada pasien luka bakar.
4.Berikan semprotan (spray) polimiksin pada faring
posterior untuk mencegah pneumonia gram-negatif
nosokomial.
PENCEGAHAN
5. Sterilisasi flora aerobik lambung dengan polimiksin dan
gentamisin dengan vankomisin dan nistatin efektif dalam
mengurangi sepsis gram-negatif pada pasien neutropenia.