Oleh :
Lusi Heriyanti
191FK01066
B. Etiologi
Penyebab dasar dari sepsis dan syok septik yang paling sering adalah infeksi
bakteri. Pada era sebelum pemkaiain antibiotik meluas, penyebab tersering adalah
bakteri gram positif terutama dari spesies streptokokus dan stafilokokus. Tetapi
setelah antibiotik poten (kuat) berspektrum luas mulai tersedia, maka sepsis sering
timbul sebagai akibat infeksi nosokomial oleh bakteri bakteri gram negatif. Sekarang
keadaanya kurang lebih seimbang antara gram positif dan negatif.
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (-) dengan presentase 60
sampai 70% kasus, yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun.
Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk yang dapat
berperan penting terhadap sepsis adalah lipoposikarida (LPS). LPS atau endutoksin
glikoprotein kompleks merupakan komponen utama membran terluar dari bakteri
gram negatif LPS merangsang peradangan jaringan, demam, dan syok pada penderita
yang terinfeksi.
Faktor yang paling penting adalah LPS endotoksin gram negatif dan
dinyatakan sebagai penyebab sepsis terbanyak. LPS dapat langsung mengaktifkan
sistem imun seluler dan humoral, yang dapat menyebabkan perkembangan gejala
septikemia. LPS sendiri tidak memiliki sifat toksik, tetapi merangsang pengeluaran
mediator inflamasi yang bertanggung jawab terhadap sepsis.
Belakangan ini ditekankan fakta bahwa sepsis merupakan satu contoh dari
respons inflamasi sistemik yang dapat dicetuskan tidak hanya oleh infeksi, tetapi juga
oleh kelainan noninfeksi seperti misalnya trauma dan pankreatitis. Kemajuan dibidang
biologi molekuler memberi jalan untuk menjelaskan keadaan patologi yang terjadi
pada sepsis. Banyak mediator belakngan ini ditemukan berperan dalam patogenesis
sepsis, termasuk TNF-a (Tumor Necrosis Factor Alpha) (Bakta, 1999).
C. Patofisiologi
Septikimia karena hasil gram negatif infeksi ekstrapulmonal merupakan faktor
penyebab penting edema paru karena peningkatan permeabilitas kapiler paru. Edema
paru difus dapat terjadi tanpa multiplikasi aktif mikroorganisme dalam paru.
Edema paru adalah gambaran yang sering dijumpai pada syok sepsis. Hal ini
jelas tidak berhubungan dengan hipotensi saja, karena hal ini juga dapat timbul pada
klien dengan sepsis tanpa syok
Sepsis sering ditemukan pada klien yang diduga menderita insufisiensi paru
pascatrauma sehingga diperkirakan sebahai faktor penyebab kecuali pada luka bakar,
lesi intrakranial, atau kontusio paru.
E. Pemeriksaan penunjang
Bervariasinya gejala klinik dan gambaran klinis yang tidak seragam
menyebabkan kesulitan dalam menentukan diagnosis pasti. Untuk itu pemeriksaan
penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan khusus sering
diperginakan dalam membantu menegakkan diagnosis. Upaya ini tampaknya masih
belum adapt diandalkan. Saat ini pemeriksaan laboratorium tunggal yang memiliki
sensitifitas dan spesifitas tinggi sebagai indicator sepsis belum ditemukan. Berikut
beberapa pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai
perubahan akibat infeksi, adanya lekositosis atau lekopenia, neutropenia,
peningkatan rasio netrofil imatur total lebih dari 0,2.
b. Peningkatan protein akut (C-reactive protein), peningkatan IgM.
c. Ditemukan kuman pada pemeriksaan kultur dan pengecatan Gram pada sampel
darah, urin, dan cairan serebrospinal serta dilakukan uji kepekaan kuman.
d. Analisa gas darah: hipoksia, asidosis metabolic, asidosis laktat.
e. Pada pemeriksaan serebrospinal ditemukan peningkatan jumlah leukosit terutama
PMN, jumlah leukosit > 20/ml.
f. Gangguan metabolic hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolic.
g. Peningkatan kadar bilirubin.
F. Pengkajian primer
1) Airway
Cek ada tidaknya sumbatan jalan nafas total/jalan nafas tertutup pada pasien
sadar pasien memegang leher, gelisah, sianosis, sedangkan pada pasien tidak
sadar tidak terdengar suara nafas dan sianosis parsial/masih ada proses
pertukaran gas
Tampak kesulitan bernafas, takhipneu, bradipneu, irregular. Juga terdengan
suara nafas gargling, snoring, atau stridor.
Periksa ada tidaknya kemungkinan fraktur servikal
2) Breathing/ventilasi
Look : lihat pergerakan dada simetris atau tidak, irama teratur atau tidak,
kedalaman frekuensi cepat atau tidak, kaji ada luka, jejas atau hematom.
Listen : dengarkan dengan telinga atau stetoskop adanya suara tambahan
Feel : rasakan adanaya aliran udara
3) Circulation
Periksa ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh darah besar (nadi karotis,
nadi femoralis)
Mengenal ada tidaknya tanda-tanda syok, serta ada tidaknya perdarahan
eksternal yang aktif.
4) Disability
Metode AVPU (alert-verbal-pain-unresponse)
Penilaian GCS/Glasgow Coma Scale
Lihat pupil isokor/anisokor
5) Pengkajian skunder
Bila pada pengkajian primer dapat tertangani, maka berlanjut ke pengkajian
sekunder.
Pengkajian riwayat penyakit : anamnesa penyakit dahulu dan sekarang,
riwayat alergi, riwayat penggunaan obat-obatan, keluhan utama.
Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontagen, EKG.
6) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Gangguan pertukaran gas
c. Resiko infeksi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kabutuhan tubuh
7) Intervensi keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan erifer
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
Monitor adanya paratese
Observasi kulit jika ada laserasi atau lesi
Monitor adanya tromboplebitis
Kolaborasi pemberian analgetik.
b. Gangguan pertukaran gas
airway managmenet
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi asien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Auskultasi suara nafas
Keluarkan sekret dengan batuk atau suctioin.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
Respiratory monitoring
Monitor rata-rata kedalaman , irama, dan usaha respirasi.
Catat pergerakan dada, amati, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal.
Monitor suara nafas.
Monitor pola nafas
Monitor kelelahan otot diafragma
Auskultasi suara nafas
c. Resiko Infeksi
Infectious control
Pertahankan teknik isolasi
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Tingkatkan intake nutrisi
d. Ketidakesimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk jumlah kalori
Anjurkan pasien meningkatkan protein dan vitamin C
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor turgor kulit
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Catat adanya edema
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I. Made & Suastika I. Ketut. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Depatemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Djojodibroto.2009. Respirologi. Jakarta: EGC
Maryunani, Aniek. 2002. Safe Motherhood, Modul Sepsis Puerperalis: Materi Pendidikan
untuk Kebidanan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Media Action.
Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
Depatemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia