SEPSIS
Di Ruang 26 I RSSA Malang
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Medikal
Oleh:
Achmad Novan Zubairi
190070300111064
Kelompok 3
3. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya sepsis
menurut beberapa penelitian adalah sebagai berikut:
1. Umur
- Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan lebih dari 65 tahun
2. Pemasangan alat invasive
- Venous catheter
- Arterial lines
- Pulmonary artery catheters
- Endotracheal tube
- Tracheostomy tubes
- Intracranial monitoring catheters
- Urinary catheter
3. Prosedur invasive
- Cystoscopic
- Pembedahan
4. Medikasi/Therapeutic Regimens
- Terapi radiasi
- Corticosteroids
- Oncologic chemotherapy
- Immunosuppressive drugs
- Extensive antibiotic use
5. Underlying Conditions
- Poor state of health
- Malnutrition
- Chronic Alcoholism
- Pregnancy
- Diabetes Melitus
- Cancer
- Major organ disease – cardiac, hepatic, or renal dysfunction
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda-
tanda sepsis non septik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitusif
seperti lelah,malaise, gelisah dan kebingungan. Sumber infeksi merupakan
diterminan penting untuk terjadinya berat atau tidaknya gejala sepsis. Tempat
infeksi yang paling sering adalah : paru, traktus digestivus, traktus urinarius,
kulit, jaringan lunak, dan saraf pusat.
Sepsis adalah kumpulan gejala sebagai manifestasi respon sistemik
( systemic inflammatory response sindrom/ SIRS) terhadap infeksi. Respon
inflamasi sistemik adalah keadaan yang melatarbelakangi sepsis. Respon ini
tidak hanya disebabkan oleh adanyabakteriemia, tetapi juga oleh sebab-sebab
lain.
Dapat dikatakan sepsis bila terdapat SIRS (systemic inflammatory response
sindrom) ditambah dengan infeksi yang diketahui ( ditemukan dengan biakan
positif terhadap organisme dari tempat tersebut).
SIRS adalah pasien yang memiliki 2 atau lebih kriteria berikut :
• Suhu >380C atau <360C
• Denyut jantung > 90 denyut/menit
• Resprasi >20/menit atau PCO2 < 32mmHg
• Hitung leukosit >12.000 atau >10% sel immatur (band)
Selain infeksi,penyebab lain dari SIRS termasuk pankreatitis, iskemia,
hemorargia, syok,kerusakan organ immune-mediated, dan luka bakar.
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan
hipoperfusi meliputi: asidosis laktat,oliguria,atau perubahan akut pada status
mental.
5. PATOFISIOLOGI
terlampir
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling
efektif. Ujung jalur kateter intravaskuler mungkin diperlukan untuk
memindahkan dan memelihara jika tidak diketahui cara memasukannya.
b. SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti
oleh pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita
(berpiondah ke kiri) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
c. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia)
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati
atau sirkulasi toksin atau status syok.
e. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
f. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneo-
genesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan
selulaer dalam metabolisme.
g. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
h. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic
terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.
i. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein
dan SDM.
j. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan
udara bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi
abdomen / organ pelvis.
k. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard.
7. PENATALAKSANAAN
RAPID ASSESSMENT
I. Immediate Question
a. Survey Primer
Cek Airway, Breathing, Circulation
- Airway: clear
- Breathing:
Gangguan pada breathing ditemukan bila ada gangguan lanjut
setelah adanya gagal sirkulasi. Biasanya ditemukan pada suara
nafas crackles (+), Respirasi rate > 30 x/menit. Pernafasan
kusmaul.
- Circulation:
Gangguan sirkulasi jelas tampak terlihat pada fase awal
(hiperdinamik): akral teraba hangat karena suhu tubuh yang
meningkat.
Pada fase lanjut yaitu fase hipodinamik ditandai dengan penurunan
tekanan darah/hipotensi, penurunan perfusi ke jaringan ditandai
dengan akral yang dingin, CRT lebih dari 2 detik, urin output < 2
cc/kgbb/jam. Nadi teraba lemah dengan frekuensi > 100 x/menit
b. Bagaimana status mental dan vital sign ?
Status mental pasien pada fase awal masih baik perlahan terjadi
penurunan status mental seiring dengan gangguan sirkulasi yang
semakin berat. Vital sign pada fase hiperdinamik terdapat peningkatan
suhu, tekanan darah masih tergolong pada rentang normal, nadi cepat
>100 x/menit. Pada fase hipodinamik terjadi penurunan suhu tubuh <
37 C, tekanan darah dan nadi semakin lemah dan cepat.
c. Bagaimana tanda dan gejala secara umum ? hipertherma/hipotermia,
takikardia, takipnea, hiperperfusi perifer (hangat), hipotensi, ekstremitas
dingin, bingung, crt > 2 detik, penurunan urin output
d. Riwayat penyakit ?
1. Pulmonal . batuk, dispnea, takipnea,nyeri dada pleuritik, produksi
sputum, hemoptysis
2. Genitourinary. Disuria, frekuensi, urgensi,hematuri, nyeri
abdomen,muntah, riwayat penggunaan katete folley, riwayat
penyakit prostat, riwayat nyeri panggul, nyeri perineal atau
testicular, aborsi.
3. CNS. Sakit kepala, meningismus, kebingungan, koma, riwayat
autitis media / sinusitis.
4. GI/Intra abdomen. Nyeri abdomen, muntah, anoreksia, jaundice,
5. Kulit. Luka bakar, injuri karena trauma, cellulitis, abses, ulkus
dekubitus, riwayat drakius,
6. Cardiovaskular. Nyeri dada, emboli perifer, perdarahan, kelainan
congenital.
7. Muskuloskeletal. Bengkak terlokalisasi, nyeri dan hangat pada
daerah persendian, otot atau tulang. Riwayat trauma terutama
fraktur terbuka, riwayat pembedahan,
e. Riwayat penyakit masa lalu? Riwayat penyakit Imunosupresi ( HIV,
diabetes, gangguan autoimun, kanker).
f. Medikasi? Obat-obatan imunosupresi (corticosteroids, kemoterapi).
II. Database
A. Poin utama pengkajian fisik
1. Mental Status
2. Vital sign
3. Kulit. Eteki, luka terinfeksi, cellulitis.
4. Heent. Sinusitis, otitis media
5. Leher. Lympha denopathy, nuchal rigidity
6. Suara paru. Wheezing, rhonchi, rales, takipnea, ards, batuk,
7. Suara jantung. Takikardi, murmur.
8. Abdomen. Abdominal tenderness
9. Genitourinary. Suprapubik atau panggul tenderness, pendarahan/
discharge vagina.
10. Muskuloskeletal. Vocal redness, swelling, tenderness, krepitasi.
11. Neurologic. Perubahan status mental ; kebingungan, delirium, koma.
III. Laboratory data
1. Darah. Test kimia, kultur, ABG, CBC.
2. Urin. Kultur.
3. CSF. Kultur,
4. Sputum. Kultur.
5. Drainase luka. Kultur.
IV. Radiographic dan pengkajian diagnosis lainnya
Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan dalam ICU. Tanda vital pasien
harus dipantau. Pertahankan curah jantung dan ventilasi yang memadai
dengan obat. Pertimbangkan dialisis untuk membantu fungsi ginjal.
Pertahankan tekanan darah arteri pada pasien hipotensif dengan obat
vasoaktif, misal dopamin, dobutamin, dan norepinefrin.
b. Sirkulasi.
Takikardi dan hipotensi adalah temuan yang hampir selalu
adapada pasien sepsis dan menyebabkan beberapa masalah
kardiovaskuler.Pada sepsis awal, dan pada pasien yang telah
mendapatkan resusitasicairan, tekanan darah yang rendah dan dan
denyut jantung yang tinggi disebabkan oleh tingginya cardiac output
dan rendahnya resisitensi vaskular dengan perifer yang hangat dan
nadi yang meningkat.Kebalikannya pasien yang belum dilakukan
resusitasi terdapat cardiac output yang rendah dan resistensi vaskuler
sisitemik yang tinggi. Padapasien ini didapatkan akral yang dingin,
berkeringat, dengan nadi yang lemah dan dibutuhkan resusitasi
segera. Banyak pasien datang dengangambaran klinik yang tidak jelas
atau campuran. Resusitasi bertujuanuntuk mengembalikan volume
sirkulasi,cardiac output dan memperbaiki hipotensi.Infus inisial dengan
cairan kristaloid atau koloid secara cepat dengan panduan dari respon
klinik. Pada akral yang hangat, pada pasiendengan vasodilatasi dan
kardiak output yang tinggi beberapa liter cairankristaloid dibutuhkan
untuk mencapai pengisisan intra vaskuler yangadekuat. Pada pasien
dengan gambaran klinik campuran atau gambaranklinik yang tidak
jelas susah untuk menilai secara klinis. Pemberian cairandengan
jumlah yang banyak pada pasien yang diketahui mempunyaipenyakit
jantung atau disfungsi miokard disesuaikan dengan masalahpenyakit
akutnya. Pada pasien-pasien ini penggunaan kateter venasentral akan
membantu dengan cara mengukur tekanan vena sentral(CVP) untuk
memandu resuisitasi cairan dan untuk mendapatkan jalaninfus obat-
obat vasopresor atau inotropik.
Sebelum ada hasil kultur darah, diberikan kombinasi antibiotik yang kuat,
misalnya antara golongan penisilin/penicillinase—resistant penicillin dengan
gentamisin.
1. Golongan penicillin
3. Gentamycin
Klebsiella,
Gentamisin - Sefalotin: 1-2 gram tiap 4-6
Enterobacter
jam, biasanya dilarutkan dalam
Proteus mirabilis Ampisilin/sefalotin
50-100 ml cairan, diberikan per
Pr. rettgeri, Pr. drip dalam 20-30 menit untuk
morgagni, Pr. Gentamisin menghindari flebitis.
vulgaris
- Kloramfenikol: 6 x 0,5 g/hari iv
Mima-Herellea Gentamisin
- Klindamisin: 4 x 0,5 g/hari iv
Pseudomonas Gentamisin
Bacteroides Kloramfenikol/klindamisin
8. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pendekatan ABCDE
Airway
yakinkan kepatenan jalan napas
berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
Breathing
kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
kaji saturasi oksigen
periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
periksa foto thorak
Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah </>
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang
dari 36oC
siapkan pemeriksaan urin dan sputum
berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan
tempat sumber infeksi lainnya.
B. PengkajianUmum
1. Aktifitas: Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda :
Tekanan darah normal atau sedikit dibawah normal (selama hasil
curah jantung tetap meningkat).
Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik): lemah/lembut/mudah
hilang, takikardi ekstrem (syok).
Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan
disfungsi miokard, efek dari asidosis atau ketidak seimbangan
elektrolit.
Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat,lembab,burik
(vasokontriksi).
3. Eliminasi
Gejala : Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah: Penurunan haluaran, konsentrasi
urine, perkembangan ke arah oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan: Kejang abdominal,lakalisasi rasa sakit atau ketidak
nyamanan, urtikaria, pruritus.
6. Pernafasan
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan, pengguna-
an kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Suhu : umumnya meningkat (37,9°C atau lebih) tetapi mungkin normal
pada lansia atau mengganggu pasien, kadang subnormal.
Luka yang sulit atau lama sembuh, drainase purulen,lokalisasi eritema.
Ruam eritema macular
7. Seksualitas
Gejala : Pruritus perineal.
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.
8. Pendidikan kesehatan
Gejala : Masalah kesehatan kronis atau melemah, misalnya hati, ginjal,
sakit jantung, kanker,DM, kecanduan alcohol.
Riwayat splenektomi: Baru saja menjalani operasi / prosedur invasive,
luka traumatic.Penggunaan antibiotic ( baru saja atau jangka panjang).
C. Rencana Intervensi Keperawatan
No. Dx. Kep. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Risiko Syok Tujuan: NIC: shock management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor TTV, tekanan darah ortostatik,
diharapkan klien dapat terhindar dari risiko syok status mental dan urine output
NOC: Risk Control: Shock Prevention 2. Monitor nilai laboratorium sebagai
Kriteria Hasil: bukti terjadinya perfusi jaringan yang
Tekanan darah DBN (110-130/70-90 mmHg) inadekuat (misalnya peningkatan
Nadi DBN (70-90x/menit)
kadar asam laktat, penurunan pH
RR DBN (16-20 x/menit)
Suhu DBN (36,5-37,50C) arteri)
Hb DBN (12 – 18 gr/dL) 3. Berikan cairan IV kristaloid sesuai
CRT < 3 detik dengan kebutuhan (NaCl 0,9%; RL;
D5%W)
4. Berikan medikasi vasoaktif
5. Berikan terapi oksigen dan ventilasi
mekanik
6. Monitor trend hemodinamik
7. Monitor frekuensi jantung fetal
(bradikardia bila HR <110 kali/menit)
atau (takikardia bila HR >160 kali per
menit) berlangsung lebih lama dari 10
menit
8. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan AGD dan monitor
oksigenasi jaringan
9. Dapatkan patensi akses vena
10. Berikan cairan untuk
mempertahankan tekanan daarah
atau cardiac output
11. Monitor penentu pengiriman oksigen
ke jaringan (SaPO2, level Hb, cardiac
output)
12. Catat bila terjadi bradicardia atau
penurunan tekanan darah, atau
abnormalitas tekanan arteri sistemik
yang rendah misalnya pucat, cyanosis
atau diaphoresis
13. Monitor tanda dan gejala gagal nafas
(rendahnya PaO2, peningkatan PCO2,
kelumpuhan otot pernafasan)
14. Monitor kadar glukosa darah dan
tangani bila ada abnormalitas
15. Monitor koagulasi dan complete blood
count dengan WBC differential
16. Monitor status cairan meliputi intake
dan output
17. Monitor fungsi ginjal (nilai BUN dan
creatinin)
18. Lakukan pemasangan kateter urinaria
19. Lakukan pemasangan NGT dan
monitor residu lambung
20.Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan perfusi
21.Berikan dukungan emosional kepada
keluarga
22.Berikan harapan yang realistic kepada
keluarga
P:
Lanjutkan intervensi berikutnya, pertahankan
kondisi klinis pasien
Gangguan Pertukaran 1. Mengkaji pola pernapasan pasien Monitor S:
Gas TTV
2. Mengkaji terhadap tanda dan gejala O:
hipoksia dan hiperkapnia Pernafasan normal (kecepatan, irama,
3. Mengkaji TD, nadi apikal dan tingkat kedalaman)
kesadaran setiap jam, laporkan perubahan Warna kulit normal (tidak pucat/kehitaman)
tingkat kesadaran. RR DBN
4. Memantau dan catat pemeriksaan gas Hb DBN
darah, kaji adanya kecenderungan Nadi DBN
kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan BGA normal
dalam PaO2
5. Membantu dengan pemberian ventilasi A:
mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya Masalah teratasi
CPAP atau PEEP.
6. Melakukan auskultasi dada untuk P:
mendengarkan bunyi nafas setiap jam Lanjutkan intervensi berikutnya, pertahankan
7. Meninjau kembali pemeriksaan sinar X kondisi klinis pasien
dada harian, perhatikan peningkatan atau
penyimpangan
8. Memantau irama jantung
9. Memberikan cairan parenteral sesuai hasil
kolaborasi
10. Memberikan obat-obatan sesuai pesanan:
bronkodilator, antibiotik, steroid.
11. Mengevaluasi AKS dalam hubungannya
dengan penurunan kebutuhan oksigen.
Dolan’s,1996, Critical care nursing clinical management through the nursing process,
Davis Company, USA.
Emergency Nurses association, 2005, Manual of emergency care, Mosby, st Louis.
Hudak galo, 1996, keperawatan Kritis pendekatan holistik edisi IV, EGC, Jakarta.
Linda D, Kathleen, M Stacy, Mary E,L, 2006, Critical care nursing diagnosis and
management, Mosby, USA.
Monahan, Sand, Neighbors, 2007.Phipps Medical surgical nursing, Mosby, St Louis.
Persatuan Dokter spesialis penyakit dalam Indonesia.2006, Buku ajar ilmu penyakit
dalam, PDSPDI. Jakarta