Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK SEPSIS

Disusun oleh :
Mirhamsyah
(P07220219103)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN NERS TAHAP SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
A. DEFINISI
Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran
darah yang melali tubuh (Sylvia, 2018).
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jikasistem
kardiovakkuler ( jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai. Syok biasanya
berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun
jaringan (Nasroedin, 2017).
Sepsis secara klinik dibagi berdasarkan beratnya kondisi, yaitu sepsis,
sepsis berat, dan syok septic. Sepsis berat adalah infeksi dengan adanya bukti
kegagalan organ akibat hipoperfusi. Syok septik adalah sepsis berat dengan
hipotensi yang
persisten setelah diberikan resusitasi cairan dan menyebabkan
hipoperfusi jaringan. Pada 10% - 30% kasus syok septic didapat bakterimia
kultur positif dengan mortalitas
mencapai 40 — 150% (Herman, 2017).

B. ETIOLOGI
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif.
Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus
juga dapat menyebabakan syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8,
2017).
1. Infeksi bakteri aerobic dan anaerobic
a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas
sp, Bacteroides sp, dan Proteus sp.
b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan
Pneumokokus
2. Infeksi viral, fungal dan riketsia
3. Kerusakan jaringan, yang dapat menyebabkan kegagalan penggunaan
oksigen sehingga menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.
C. PATOFISIOLOGI
Endoktosin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan
proses inflamasi yang melibatkan bernagai mediator inflamasi, yaitu
sitoksin, neuttrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain. Proses
inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana terjadi
keseimbangan antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila
proses inflamasi melebihi kemampuan homeostasis, maka terjadi
proses inflamasi yang maladaptive, sehingga terjadi berbagai proses
inflamasi yang destruktif, kemungkinan menimbulkan gangguan pada
tingkat seluler pada berbagai organ. ( Vienna, 2018) Terjadi disfungsi
endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang menyebabkan maldistribusi
volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok. Pengaruh
mediator juga menyebabkan disfungsi miokard sehingga terjadi penurunan
curah jantung. Lanjutan proses inflamasi menyebabkan gangguan fungsi
berbagai organ yang dikenal sebagai disfungsi/gagal organ multiple
(MODS/MOF). Proses MOF merupakan kerusakan pada tingkat seluler
(termasuk difungsi endotel), gangguan perfusi jaringan, iskemia reperfusi,
dan mikrotrombus. Berbagai factor lain yanh diperkirakan turut berperan
adalah terdapatnya factor humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant
substance), malnutrisi kalori protein, translokasi toksin bakteri, gangguan
pada eritrosit, dan efek samping dari terapi yang diberikan (Chen dan
Pohan, 2017). Kemungkinan infeksi tempat pembedahan secara langsung
dikaitkan dengan kemungkinan infeksi dan banyaknya bakteri yang
masuk kedalam insisi, dimanisfestasikan sebagai serangkaian peristiwa
yang mengarah dari sepsis sampai syok sepotic, dicetuskan oleh hormonal
kompleks serta bahan-bahan kimia yang dihasilkan baik langsung maupun
tidak langsung oleh system pertahanan tubuh sebagai respon efek yang
merugikan yang disebabkan oleh toksin bakteri. Aktivasi seluler, humoral
dan system pertahanan kekebalan oleh toksin secara umum mengakibatkan
jawab terhadap kekacauan pada banyak sytem yang berkaitan dengan syok
septic.

D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Pada syok septik gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh adanya
peradangan pada seluruh tubuh sebagai komplikasi dari sepsis. Beberapa
gejala syok septik antara lain :
1. Hipotensi (tekanan darah rendah) yang tidak berhasil
dikoreksi dengan pemberian cairan
2. Peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea)
3. Gelisah dan penurunan kesadaran
4. Demam tinggin (suhu tubuh >38 C)
5. Peningkatan denyut nadi (takikardi)
6. Menggigil
7. Sakit kepala
8. Sianosis
9. Nyeri otot parah
10. Menurunnya frekuensi dan jumlah buang air kecil
Beberapa jenis infeksi yang menyebabkan sepsis dan berisiko
menimbulkan syok septik adalah infeksi pada saluran pencernaan, infeksi
saluran kemih, dan infeksi saluran reproduksi.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah,
sputum dan drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik
spectrum luas diberikan sebelum menerima laporan sensitifitas dan kultur
untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien (Roach, 1990). Preparat
sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada awalnya.
Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian organism
gram negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan
kultur tiba, antibiotik diganti dengan antibiotic yang secara lebih spesifik
ditargetkan pada organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien.
Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti 3 jalur
intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area
nekrotik dilakukan debidemen. dukungan nutrisi sangat diperlukan
dalam semua klasifikasi syok. oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi
penting dalam penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus
diberikan 5 hari dari awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih
dari pada parenteral kecuali terjadi penurunan perfusi kesaluran
gastrointestinal. Sepsis sindroma sepsis maupun syok septik merupakan
salah satu penyebab kematian yang mencolok di rumah-rumah sakit. Hal
ini disebabkan karena kurangnya kemampuan cara pengobatan yang
adekuat atau ketidak jelasan dasar pengelolaan maupun terapi yang
diberikan. Infeksi pada rongga mulut seperti abses atau selulitis bila tidak
ditangani secara adekuat dapat menajdi suatu induksi untuk terjadinya
sepsis dan bahkan terkadang pasien datang sudah dalam keadaan sepsis
mengingat keadaan sepsis ini akan dengan cepat berubah menjadi keadaan
yang lebih berbahaya maka pengenalan sepsis di sangat diperlukan.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SYOK SEPSIS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Airway
1) yakinkan kepatenan jalan napas
2) berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1) kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan
2) kaji saturasi oksigen periksa gas darah arteri
3) berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
4) auskulasi dada untuk mengetahui adanya infeksi di dada
5) periksa foto thorak
c. Circulation
1) kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
2) monitoring tekanan darah tekanan darah
3) periksa waktu pengisian kapiler
4) pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
5) berikan cairan koloid - gelofusin atau haemaccel
6) pasang kateter
7) lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) siapkan untuk pemeriksaan kultur
9) catat temperature kemungkinan pasien pyreksia atau temperature
kurang dari 360C
10) siapkan pemeriksaan urin dan sputum
11) berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
d. Distability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien syok.kaji
tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU (Alert, Verbal,
Pain, Unrespons)
e. Exposure
Cari adanya cidera, luka pada bagian tubuh seperti kaki yaitu
angkat celana pasien ke arah lutut dan periksa apakah ada luka atau
cidera, terutama luka pada bagian tengkuk atau leher belakang.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling
efektif. Ujung jalur kateter/intravaskuler mungkin diperlukan untuk
memindahkan dan memelihara jika tidak diketahui cara memasukannya ).
2. SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti
oleh pengulangan leukositosis (15.000 — 30.000) dengan peningkatan pita
(berpindah ke kiri) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar.
3. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia)
dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati
/ sirkulasi toksin / status syok.
5. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic, disfungsi hati, syok.
6. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan
glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan selulaer dalam metabolisme.
7. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
8. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya
dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic
terjadi karena kegagalan mekanismekompensasi.
9. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul
protein dan SDM, Sinar X Film abdominal dan dada bagian bawah yang
mengindentifikasikan udara bebas didalam abdomen dapat menunjukan
infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan vasodilatasi,
kerusakan fungsi jantung dan defisit volume cairan.
Tujuan / Kriteria hasil : Mempertahankan curah jantung untuk menjamin
per!usi jaringan yang memadai.
Rencana Tindakan :
a. kaji dan pantau status kardiovaskuler setiap 1- 4 jam atau sesuai
indikasi warna kulit denyut nadi, TD, parameter-parameter
hemodinamik, denyut nadi perifer, irama jantung.
b. Berikan cairan intrvena sesuai pesanan
c. Monitor Hb, Ht dan AGB setiap 1 - 4 jam.

2. Kerusakan pertukaran Gas yang berhubungan dengan hipertensi pulmonal,


edema dan ARDS.
Tujuan / kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan oksigenasi dan
ventilasi yang memadai.
Rencana Tindakan :
a. Monitor system respirasi setiap1 -2 jam
b. Monitor AGD dan status oksigenasi dengan oksimetri.
c. Perbaiki status ketidak seimbanagn asam basa dengan perubahan
ventilator.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan syok.
Tujuan / Kriteria Hasil : Cegah infeksi nasokomial dan tangani
mikroorganime yang terindikasi.
Rencana Tindakan :
a. Lakukan kultur urin, sputum, drainage dan darah untuk biakan
sesuai indikasi.
b. Berikan antibiotic sesuai program pengobatan.
c. Gunakan tehnik aseptic saat melakukan tindakan invasive.
4. Perubahan per!usi jaringan berhubungan dengan curah jantung yang tidak
mencukupi.
Tujuan / Kriteria hasil : Pasien akan mempertahankan perfusi sistemik
Rencana Tindakan :
a. monitor status neurologist.
b. Laporkan haluaran urune < 30 ml/jam
c. Monitor status haemodinamik setiap 1 - 4 jam.
d. Kaji warna kulit, suhu, dan ada tidaknya diaforesis setiap 4 jam.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
respon terhadap sepsis.
Tujuan /Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi terpenuhi Rencana Tindakan :
a. catat berat badan setiap hari.
b. Pemberian makan enteral sesuai program.
c. Monitor nilai hasil laboratorium albumin.Nitrogen urea urine, gula
darah.
6. Resiko tinggi perubahan jaringan perdarahan.
Tujuan / Kriteria Hasil : Pasien tidak menunjukan tanda - tanda
perdarahan.
Rencana Tindakan :
a. Kaji tanda-tanda perdarahan sperti gusi sputum, gusi, atau tempat-
tempat invasive.
b. Monitor Koagulasi intravascular desiminata dan platelet setiap hari.
7. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
perkusi jaringan dan edema.
Tujuan/ kriteria hasil : Pasien akan mempertahankan keutuhan kulit.
Rencana Tindakan :
a. Ubah posisi setiap 2 jam
b. Cegah tekanan dengan mengunakan penahan
c. Masage area yang kemerah-merahan disebabkab oleh tekanan.
d. Hindari efek yang membekas dari kain pada kulit dengan
menggunakan bahan yang halus dan mudah mennyerap keringat.
e. Bersihkan pinggiran luka dengann cermat, tempat-tempat insesi
alirandarah

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan
memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik.
Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan partisipasi klien,
keluarga dan keperawatan suatu tim medis lainnya.

D. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara
menilai sejauh mana dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.(Hidayat,2011) tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien
dalam mencapai tujuan.hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth, 2002, patologi Kesehatan, EGC Jakarta

Hudak & Galo, 1996 Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI Penerbit
Buku Kdokteran EGC, Jakarta

Marilynn E. Doenges, 2002, Rencana Asuhan Kepera0atan, Edisi III, Penerbit


Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

M. A Handerson, 1992, anatomi dan fisiologi, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai