Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM KORONER AKUT (SKA)

Disusun Oleh :
Mirhamsyah (P07220219103)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA
TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
A. DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang
utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang
tinggi. Banyak kemajuan yang telah dicapai melalui penelitian dan oleh karenanya
diperlukan pedoman tatalaksana sebagai rangkuman penelitian yang ada (PERKI, 2015).
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang
terjadi akibat kurannya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada, perubahan segemn
ST pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar &
Cannon,2009).
Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi dimana terjadi imbalans dari suplly
dan demand oksigen otot jantung yang paling sering disebabkan oleh plak aterosklerosis
yang menyebabkan penyempitan arteri-arteri koroner. Selain itu sindrom koroner akut.
dapat pula terjadi akibat spasme arteri yang disebut dengan angina varian. Presentasi
klinis yang dapat ditimbulkan dapat bermacam-macam dan membentuk spektrum
sindrom koroner akut., namun manifestasi yang paling sering adalah angina pectoris
(Young dan lLibby, 2007).
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari infark
miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi segmen ST (ST
Elevation Myocard Infark/ STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST
(NonSTEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS). Penyakit ini timbul akibat
tersumbatnya pembuluh darah koroner yang melayani otot-otot jantung
oleh atherosclerosis yang terbentuk secara progresif dari masa kanak-kanak. (Kalim, H et
al, 2004).

B. ETIOLOGI
Angina pectoris disebabkan karena berkurangnya aliran darah koroner, sehingga
akan menyebabkan suplay oksigen ke jantung tidak adekuat. Latihan fisik dapat memicu
serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung. Pajanan terhadap dingin
dapat mengakibatkan vasokonstruksi dan peningkatan tekanan darah, disertai
peningkatan kebutuhan oksigen. Makan-makanan yang berat akan meningkatkan aliran
darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah
untuk suplai jantung ( pada jantung yang parah, pintasan darah untuk pencernaan
membuat nyeri angina semakin memburuk).(Joewono B,.P, 2003). Stress / berbagai
emosi akibat situasi yang menegangkan menyebabkan frekuensi jantung meningkat,
akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban
kerja jantung juga meningkat.
Beberapa kasus non aterosklerotik Sindrom Koroner Akut (SKA) dapat
disebabkan oleh: Arteritis,Trauma,Diseksi,Tromboemboli,Kelainan kongenital,Kokain
,Komplikasi tindakan kateterisasi jantung.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Anies,2006) hal ini menunjukan bahwa telah terjadi >70% penyempitan
pembuluh darah koronaria. Keadaan ini bisa merubah menjadi lebih berat dan
menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang dikenal dengan serangan jantung
mendadak: tertekan benda berat, rasa tercekik, ditinju, ditikam, diremas, rasa seperti
terbakar pada dada, disertai sesak nafas, banyak berkeringat.
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium
(dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan), Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit dan tidak lebih
dari 30 menit, Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin,
Gambaran EKG : depresi segmen ST dan terlihat gelombang T terbalik, gambaran EKG
seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan menjadi presentasi gejala yang
sering ditemukan pada NSTEMI. (Pratanu,S ,2000)

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari penyakit jatung koroner yaitu sebagai berikut :
1. Angina Pektoris Stabil (APS)
Klasifikasi yang paling ringan ini disebut stabil karena penyempitan masih
sangat minimal, belum terjadikerusakan miokardium dan belum terjadi obstruksi
oroner. Nyeri yang ditimbulkan hanya berdurasi singkat namun berlangsung
berulang dalam pperiode yang lama dengan intensitas dan durasi yang sama.
Lokasi nyeri dada biasanya meluas hingga kelengan dan sekitar dada leher. Nyeri
hanya bila diprovokasi oleh kelelahan, dan asupan serta dapat mereda dengan
istirahat atau pemberian nitrat.
2. Acutte Coronary Syndrome (ACS)
Acute coronary syndrome (ACS) atau sindrom koroner akut merupakan
kumpulan gejala yang berhubunggan dengan derajat penyempitan berat dengan
thrombosis hingga obstruksi arteri koroner. Nyeri dada adalah gejala yang paling
umum dan disertai mual, muntah dan diaphoresis.
E. PATOFISIOLOGI
Menurut saparina (2010), gambaran klinik adanya sindrom koroner akut dapat berupa :
1. Angina pectoris
Merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik yang permanen pada
miokardium. Gejala yang khas pada angina pectoris adalah nyeri dada seperti
tertekan benda berat atau terasa panas seperti diremas. Nyeri biasa berlangsun 1-5
menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat.
2. Infark miokardium akut
Merupakan SKA yang sudah masuk dalam kondisi gawat. Pada kasus ini disertai
dengan nekrosis miokardium (kematian otot jantung) akibat gangguan suplai darah
yang kurang.
3. Payah jantung
Disebabkan oleh adanya beban volume atau tekanan darah yang berlebihan atau
adanya abnormalitas dari sebagain struktur jantung. Payah jantung kebanyakan
didahului oleh kondisi penyakit lain dan akibat yang ditimbulkan termasuk SKA
Pada kondisi payah jantung fungsi ventrikel kiri mundul secara drastic sehingga
mengakibatkan gagalnya sistem sirkulasi darah.
Sebagian besar SKA manifestasi ajut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi
plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi pak tersebut. Kejadian ini akan
diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivisi jalur koagulasi. Terbentuklah
trobus yang seperti trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat
liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial, atau menjadi
mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu
terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah karoner
menyebabkan iskemia miokardium. Infak miokard tidak selalu disebabkan oleh
oklusi total pembuluh darah koroner. Sebagian pasien SKA tidak mengalami plak.
Mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri
koronaria epikardial (Angina Prinzmental). Penyempitan arteri koronaria, tanpa
spasme maupun trumbus, dapat disebabkan oleh progresi plak atau restenoasi
setelah intervensi koroner perkuat (IKP). Beberapa daktor ekstrinsik, seperti
demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus
terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak ateroklorosis
F. Pathway

Plak atheroma pembuluh darah coroner koyak

Perubahan komposisi plak dan penipisan tulang fibrus

Proses agregasi dan aktivisi jalur koagulasi

White trobus

Menyumbat liang pembuluh darah koroner mikroemboli

Pelepasan zat vasoaktif Menyumbat pembuluh


coroner yang lebih distal

vasokontriksi

Aliran darah coroner berkurang

Iskemia miokardium
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
a. Terapi anti iskemik : untuk mengurangi iskemia dan mencegah terjadinya
kemungkinan yang lebih buruk seperti, infarkmiokard atau kematian.
b. Nitrat : mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan suplai oksigen.
c. Antagonis kalsium mengurangi influlks kalsium yang melalui membrane
sel. Obat ini menghambat kontraksi miokard dan otot polos pembuluh
darah.
2. Terapi Non Farmakologis
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Oksigenasi.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Befungsi untuk merekam sinyal-sinyal listrik yang bergerak melalui jantung di
dalam tubuh. EKG seringkali dapat mendiagnosis bukti serangan jantung sebelum
kejadian atau yang sedan berlangsung.
2. Ekokardiogram
Tes untuk mendiagnosis kondisi penyakit jantung koroner. Alat ini menggunakan
gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung.
3. CT scan jantung
Dapat melihat deposit kalsium di arteri. Kelebihan kalsium dapat mempersempit
arteri sehingga ini dapat menjadi pertanda kemungkinan penyakit arteri koroner.
Selain itu melakukan X-ray dan ultrasound untukmenyimpulkan kondisi penyakit.
I. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dengan mengadakan
kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Aziz Alimul Hidayat,
2021).
a. Identitas pasien
Mengkaji nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung
jawab.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah Nyeri dada, klien mengeluh nyeri ketika beristirahat,
terasa panas, di dada,retro sterna menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri,
skala nyeri 8(skala 1-10), nyeri berlangsung 10 menit).
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri ketika beristirahat, terasa panas dada retro sterna
menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri , skala nyeri 8 (skala 1-10) nyeri
berlangsung 10 menit ).
d. Riwayat penyakit sebelumnya
DM, Hipertensi, kebiasaan merokok, pekerjaan, stress. Dan riwayat penyakit
keluarga (jantung, DM, hipertensi, kebiasaan merokok, pekerjaan, stress) dan
riwayat penyakit keluarga (DM, hipertensi, ginjal).
e. Aktivitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dipsnea saat istirahat
atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas .
f. Integritas ego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
g. Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare/konstipasi.
h. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penurunan berat badan signifikan,
pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, edema umum, dan sebagainya.
i. Hygine
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
j. Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan murah tersinggung
k. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut/kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
l. Interaksi social
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.

2. Pemeriksaan Fisik
B1: Dispneu (+), diberikan O2 tambahan

B2: Suara jantung murmur (+), chest pain (+), CRT 2 detik, akral dingin,

B3: Pupil isokor, refleks cahaya (+), refleks fisiologis (+)

B4: Oliguri

B5: Penurunan nafsu makan, mual (-),muntah (-)

B6: Merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. perubahan postur tubuh.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Perubahan
EKG (berupa gambaran STEMI/INSTEMI dengan atau tanpa gelombang Q
patologik)
b. Enzim jantung
(meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas normal, terutama CKMB dan troponin-
T/I, dimana troponin lebih spefisik untuk nekrosis miokard. Nilai normal troponin
ialah 0,1-0,2 ng/dl, dan dianggap positif bila >0,2, ng/dl).
4. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung b.d kontraktilitas jantung D.0008
b. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi D.0003
c. Nyeri Akut b.d adanya agen cedera biologis D.0077
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Dx 1: Penurunan Curah Curah Jantung Perawatan Jantung
Jantung b.d (L.02008) (1.02075)
kontraktilitas jantung Setelah dilakukan Observasi
D.0008 intervensi keperawatan 1.1 Identifikasi tanda atau
selama 1 × 24 jam, maka gejala primer penurunan
Curah Jantung curah jantung
Membaik, dengan 1.2 Identifikasi tanda atau
kriteria hasil: gejala penurunan curah
- Kekuatan nadi jantung sekunder
perifer meningkat 1.3 Monitor tekanan darah
- Ejection fraction 1.4 Monitor keluhan nyeri
(EF) meningkat dada
1.5 Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas.
1.6 Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
pemberian obat.
1.7 Posisikan pasien semi
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
Terapeutik
1.8 Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
1.9 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
1.10 Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai dengan
toleransi
Kolaborasi
1.11 Kolaborasi pemberian
antiaritmia
2 Dx 2: Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Pertukaran Gas b.d (L.01003) (1.01014)
ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi
ventilasi-perfusi intervensi selama 1 × 24 2.1 Monitor frekuensi,
(D.0003) jam, maka Pertukaran irama, kedalaman, dan
Gas Meningkat, dengan upaya nafas
kriteria hasil: 2.2 Monitor pola nafas
- Dispnea menurn 2.3 Monitor adanya
- Bunyi napas sumbatan jalan nafas
tambahan menurun 2.4 Monitor saturasi
- Takikardia membaik oksigen
Terapeutik
2.5 Atur interval
pemantauan respirasi sesuai
dengan kondisi pasien
2.6 Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
2.7 Jelaskan tujuan dan
procedure pemantauan
2.8 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Dx 3: Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
adanya agen cedera (L.08066) (1.08238)
biologis Setelah dilakukan Observasi
D.0077 intervensi selama 1 × 24 3.1 Identifikasi lokasi,
jam, maka Tingkat Nyeri karakteristik, kualitas, dan
menurun, dengan kriteria intensitas nyeri
hasil: 3.2 Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri Terapeutik
menurn 3.3 Kontrol lingkungan
- Meringis menurun yang memperberat rasa
- Gelisah menurun nyeri
3.4 Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
3.5 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
3.6 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dimana kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya. (Padila, 2012).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. (Setiadi, 2012).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi respon
klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan dan mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang telah dibuat sebelumnya. Evaluasi dilaksanakan setelah perawat selesai
melaksanakan tindakan yang telah direncanaan setiap harinya. (Supratti dan Ashriady,
2018)
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Menurut
Hidayat (2021) evaluasi keperawatan dibagi menjadi:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Joksan, Areas (2019). ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KEBUTUHAN DASAR


GANGGUAN AMAN NYAMAN PADA Tn. G.F DENGAN SINDROM KORONER AKUT
DI RUANGAN ICCU RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG. Dalam diploma
thesis Poltekkes Kupang

Joewono B,. P. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press :


Surabaya
Pedoman Tatalaksana : Penyakit Kardiovaskuler di Indonesia. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2009
Kalim, H et al. (2004). Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Tanpa ST Elevasi.
Perki
Pratanu,S .(2000). Kursus EKG. PT Karya Pembina Swajaya: Surabaya
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai