DISUSUN OLEH:
22020112220102
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada pembuluh
darah koroner. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu fase akut dari
Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark Miocard Akut/
IMA gelombang Q (IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa
gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena
adanya thrombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan satu sindrom yang terdiri dari
beberapa penyakit koroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark
miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina
pektoris pasca infark atau pasca tindakan intervensi koroner perkutan.
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat
iskemia miokardium.1
B. ETIOLOGI
Sumber masalah pada Sindrom Koroner Akut sesungguhnya hanya terletak
pada penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan
ini diakibatkan oleh empat hal, meliputi:
a. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat
konsumsi
b. Kolesterol tinggi.
c. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
d. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang
terus menerus.
e. Infeksi pada pembuluh darah.1
2
c. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung
meningkat.1
C. JENIS-JENIS SKA
1. Akut ST-elevasi MI (STEMI)
STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner.
Jika tidak dilakukan pengobatan akan dapat menyebabkan kerusakan
miokardium yang lebih jauh. Pada fase akut pasien beresiko tinggi
untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau takikardi yang dapat
menyebabkan kematian.2
2. Non-ST-elevasi MI (NSTEMI)
NSTEMI sering disebut dengan istilah non Q-wave MI atau sub-
endocardial MI). Pada beberapa pasien dengan NSTEMI, mereka
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya sumbatan pembuluh darah
koroner, yang dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih
luas dan aritmia yang dapat menyebabkan kematian. Resiko untuk
terjadinya sumbatan dapat terjadi pada beberapa jam pertama dan
menghilang dalam seiring dengan waktu.2
3. Unstable angina pectoris
Angina tidak stabil didefinisikan sebagai kejadian salah satu atau
beberapa dari kejadian berikut: 1. Angina yang terjadi pada periode
waktu tertentu dari mulai beberapa hari dan meningkat dalam serangan.
Peningkatan itu disebabkan karena faktor pencetus yang lebih sedikit
atau kurang. Keadaan ini sering disebut sebagai crescendo angina. 2.
Episode kejadian angina sering berulang dan tidak dapat diprediksi.
Angina tidak stabil tidak pencetus karena olahraga tidak begitu jelas.2
4. PATOFISIOLOGI
Sindrom Koroner Akut (SKA) dimulai dengan adanya ruptur plak
arteri koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet, pembentukan
trombus, serta aliran darah koroner yang mendadak berkurang. Oklusi
mendadak dari arteri koroner bila ada ruptur plaque, akan mengaktivasi
sistem pembekuan. Interaksi antara ateroma dengan bekuan akan
3
mengisi lumen arteri, sehingga menutup lumen pembuluh darah
koroner yang sudah mengalami aterosklerosis. Hipoksemia pada daerah
distal dari sumbatan menyebabkan iskemia dan selanjutnya nekrosis
miokardia. Kematian sel miokardium akibat iskemia disebut infark
miokard, dimana terjadi kerusakan, kematian otot jantung, dan
terbentuk jaringan parut tanpa adanya pertumbuhan kembali otot
jantung. Pada infark miokard, fungsi ventrikel kiri mengalami
Kolesterol tinggi
gangguan kontraktilitas. Hal tersebut mengakibatkan daya kontraksi
menurun, perubahan daya kembang dan gerakan dinding ventrikel
Aterosklerosis
menurun, sehingga volume sekuncup menurun. Infark miokard juga
mengakibatkan suplai O2 menurun. Ketika suplai O2 menurun, tubuh
akan berusahaRuptur
untukplaque
menyeimbangkan pasokan O2 dengan cara
melakukan metabolism anaerob, metabolisme anaerob tersebut
Oklusi mendadak arteri koroner
menghasilkan timbunan asam laktat yang menyebabkan nyeri.3
Ateroma
Hipoksemi
Pathway
a
Iskemi
a
Nekrosis miokardium
Infark Miokard
Produksi asam
Gangguan perfusi laktat
4
5
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. EKG
STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut,
meliputi : hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan
terbentuknya Q pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang
dianggap baru. Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm
pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment
elevasi ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.
NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm
pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment
depresi ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.
b. Enzim Jantung
- CKMB : Kreatinin Kinase dan isoenzimnya dipandang sebagai
indicator paling sensitive dalam menegakkan diagnosa infark
miokardium. CK-MB adalah isoenzim yang ditemukan hanya
pada sel jantung. Apabila terjadi kerusakan pada sel-sel jantung,
nilai CK-MB akan meningkat.
- Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat
dideteksi 4-8 jam pasca infark
- LDH : Laktat dehidrogenase dapat mendeteksi 0pasien yang
menderita infark miokard akut. Untuk mendiagnosa MI,
menggunakan LDH1 dan LDH2. Normalnya LDH2 lebih tinggi
dibandingkan LDH1. Apabila kadar LDH1 melebihi LDH2 maka
keadaan tersebut menunjukkan adanya infark miokard.
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
d. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
e. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
f. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
6
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur
tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah
jantung angioplasty atau emergensi.3
7. PENATALAKSANAAN
a. Pasien dianjurkan istirahat total
b. Pasang iv line dan infuse untuk pemberian obat-obatan intra vena
c. Atasi nyeri, dengan :
- Morfin 2.5-5 mg iv atau pethidine 25-50 mg
- Lain-lain : Nitrat, Calsium antagonis, dan Beta bloker
d. Oksigen 2-4 liter/menit
e. Sedatif sedang seperti Diazepam per oral.
f. Antitrombotik
- Antikoagulan ( Unfractional Heparin/ golongan Heparin atau
Low Molecul Weight Heparin/ golongan Fraxiparin)
- Antiplatelet ( golongan Clopidogrel, Aspirin)
g. Streptokinase/ Trombolitik ( Pada pasien dengan Acute STEMI
onset <3 jam)
h. Primary PCI ( Pada pasien dengan Acute STEMI onset > 3 jam).3
7
- Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrum, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas: chrushing, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti
dapat dilihat.
- Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah di alami.
- Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak
mata, respon otomatis perubahan frekuensi atau irama jantung,
tekanan darah, pernafasan, warna kulit atau kelembaban, kesadaran.
e. Sirkulasi dan TTV
- Tekanan darah: dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri.
- Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
( disritmia ).
- Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilitas atau complain ventrikel.
- Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung.
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Distensi vena juguler, perifer, edema umum
- Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan
bibir.
f. Aktivitas dal latihan
Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istirahat)
h. Integritas ego
- Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi, takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan
yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, kerja dan keuangan.
- Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.
8
9
2. Diagnosa yang mungkin muncul
Data Masalah Etiologi Diagnosa
DS: Nyeri akut penurunan Nyeri akut
(00132)
- Laporan secara verbal suplay b.d.
DO: oksigen ke penurunan
- Posisi untuk menahan nyeri miokard suplay
- Tingkah laku berhati-hati oksigen ke
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) miokard.4
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
DS: Penurunan Perubahan Penurunan
- Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. curah preload curah
- Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
jantung jantung
DO:
(00029) (00029)
- Aritmia, takikardia, bradikardia
b.d
- Palpitasi, oedem
perubahan
- Kelelahan
preload.4
- Peningkatan/penurunan JVP
- Distensi vena jugularis
- Kulit dingin dan lembab
- Penurunan denyut nadi perifer
- Oliguria, kaplari refill lambat
- Nafas pendek/ sesak nafas
- Perubahan warna kulit
- Batuk, bunyi jantung S3/S4
- Kecemasan
- Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
- Perubahan ECG : aritmia, iskemia
11
- Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur (00096) fisik (00096) b.
DO : d
- Penurunan kemempuan fungsi ketidaknya
- Penurunan proporsi tidur REM manan
- Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur. fisik
- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
12
3. Intervensi Keperawatan5
Masalah Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut Setelah diberikan tindakan keperawatan Kode NIC: 1400
Pain Management
(00132) b.d. selama 3x24 jam nyeri berkurang dengan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
penurunan criteria hasil:
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
suplay oksigen ke
- Mampu mengontrol nyeri (tahu
kualitas dan faktor presipitasi
miokard
penyebab nyeri, mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
tehnik nonfarmakologi untuk
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang kebisingan
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
dengan menggunakan manajemen
dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri
5. Tingkatkan istirahat
- Mampu mengenali nyeri (skala,
6. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
ketidaknyamanan dari prosedur
berkurang
7. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi
- Tanda vital dalam rentang normal
- Tidak mengalami gangguan tidur nyeri
14
rate pasien
Deprivasi tidur b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kode NIC 1850
ketidaknyamanan selama 4x24 jam masalah gangguan tidur Sleep Enhancement
15
fisik teratasi dengan kriteria hasil:
Menunjukkan tidur ditandai dengan - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
indikator berikut : - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
- Perasaan segar setelah tidur - Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
- Tidak ada gangguan pada pola, kualitas
tidur (membaca)
dan rutinitas tidur
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Kolaborasi pemberian obat
16
relaksasi
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
17
DAFTAR PUSTAKA
2009.
7. Daga, Lal C, Upendra Kaul & Aijaz Mansoor. Approach to STEMI and