Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahulan

dan Asuhan Keperawatan Secara Teori


PREEKSLAMSIA

Disusun oleh :

ROBIATUL FITRIAH/ 14401.14.15032

AKADEMI KEPERAWATAN
HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG – PROBOLINGGO
2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masanifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan edema. Umumnya
terjadi pada trimester keIII (Prawirohardjo, 2006)

Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan protein
uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya terdapat Molahydatidosa
(Sarwono : 2006)

Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang


ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu. (Obgynacea 2009). (Nanda
NIC NOC 2013).

B. Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang
dapat diterima :

1) Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa

2) Makin tuanya kehamilan

3) Kematian janin dalam rahim

4) Edema, proteinuria, kejang dan koma

C. Manifestasi Klinis

Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preaklampsia disertai


kejang atau koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu
gejalanya, yaitu sebagai berikut:

1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus
dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain
2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan
kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.

3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya

4. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah

5. Gangguan pernafasan sampai cyanosis

6. Terjadi gangguan kesadaran

D. Klasifikasi

1. Pre-Eklampsia Ringan
 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2
kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
 Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
 Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urin kateter atau midstream.

2. Pre-Eklampsia Berat
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
 Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
 Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
 Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
 Terdapat edema paru dan sianosis.
E. Pathway

Faktor predisposisi : Primigravida, hidramnion,gemelli,molahidatidosa,gestase,usia


lebih dari 35 tahun, obesitas

PRE EKSLAMSI

Vasospasme penurunan tekanan Kerusakan Vaskuler

Hipertensi Osmotik koloid

Gangguan Perfusi oedema


Gangguan
Keseimbangan
cairan dan
Otak : Nyeri Kepala, penurunan kesadaran

Kardiovaskuler : penurunan plasma, syok


Resiko Tinggi
Jaringan/otot : Penimbunan asam laktat Cedera
Ginjal : BUN, proteinuria

Gangguan
Jaringan Perfusi
Nyeri
Ginjal

F. Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:

1. Pada Ibu

a) Eklapmsia

b) Solusio plasenta

c) Pendarahan subkapsula hepar

d) Kelainan pembekuan darah ( DIC )

e) Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low platelet count )

f) Ablasio retina

g) Gagal jantung hingga syok dan kematian.

2. Pada Janin
a) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b) Prematur
c) Asfiksia neonatorum
d) Kematian dalam uterus
e) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

a) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr% )

b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)

d) Urinalisis

e) Ditemukan protein dalam urine.


2. Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
f) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
3. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
Radiologi
a) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan

1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin


2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg)

3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal
8 jam pada malam hari)

4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari

6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari)

7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu

9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,
atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.

10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan

11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan


pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.

12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.

Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat


Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN
JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi.
I. Asuhan Keperawatan Secara Teori
1. PENGKAJIAN
a.       Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
6) Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Data Obyektif :
1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks+)
c. Pemeriksaan penunjang :
1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
2) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
5) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadinya trauma ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya trauma janin berhubungan dengan penurunan
plasentac.
3. Gangguan perfusi pada jaringaan ginjal berhubungan denganvasokontriksi,
spasme dan edema glomerulusd.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan denganretensi air
dan garame.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya trauma ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
- tidak terjadi trauma pada ibu
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda perubahan fungsi otak
2. Kaji tingkat kesadaran
3. Kaji tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi
danrespirasi, nyeri epigastrium dan oliguri)
4. Tutup kamar atau ruangan, batasi pengunjung, tingkatkan waktu istirahat

Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya trauma janin berhubungan dengan penurunan plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Intervensi :
1. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
rahimtegang, aktifitas janin turun )
2. Health education tentang perlunya monitoring
3. Monitor DJJ sesuai indikasi solusio plasenta
4. Kolaborasi untuk pemberian kortikosteroi

Diagnosa keperawatan III :


Gangguan perfusi pada jaringaan ginjal berhubungan dengan vasokontriksi,
spasmedan edema glomerulus
Tujuan :
Perfusi jaringan ginjal lancar
Intervensi :
1. Anjurkan pasien bedrest dengan posisi miring.
2. Observasi intake dan output serta BJ urine
3. Cek kadar kreatinin, asam urat dan BUN
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan retensi air dan
garam
Tujuan :
- Keseimbangan cairan terjaga
Intervensi :
1. Timbang BB secara rutin
2. Monitor adanya edema
3. Catat kadar Hb dan Hematokrit
4. Monitor output urine, suara parau dan tanda vital
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid I. Jakarta : EGC
Sarwono P. 2006. Ilmu Kebidanan edisi 3. Jakarta : Bina Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai