Oleh:
Jayanti Indrayani
NIM. 150070300011142
1. PENGERTIAN PROM
PROM atau Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm. (Saifudin,2002).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadinya pastum.( Manuaba,
2001)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum terjadi inpartu. Waktu sejak ketuban
pecah sampai terjadinya kontraksi rahim disebut periode laten. Hal ini bisa
membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine. (Manuaba,
2009)
Menurut Health Education and Training Antenatal Care (2013), ketuban
pecah dini (PROM) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan ketuban
dari kantung ketuban. Cairan mengalir melalui pecah selaput janin, yang
terjadi setelah 28 minggu kehamilan dan setidaknya 1 jam sebelum awal
persalinan. PROM dapat terjadi sebelum atau setelah 40 minggu kehamilan,
sehingga kata 'prematur' tidak berarti bahwa usia kehamilan janin prematur.
KPD adalah: pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai,
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar KPD adalah
hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak ( Buku ajar patologi obstetri 2009).
Overditensi
Hidroamnion
Hamil ganda (gemeli)
Over distensi uterus
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram. Kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,
tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Saifudin, 2006)
Defisiensi vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan
kolagen. Selaput ketuban dibentuk oleh jaringan kolagen. Peran adanya
vitamin C dalam darah adalah pada elastisitas membran fetus/amnion.
Berdasarkan Central America Section (2006), PROM disebabkan oleh
multifactor.
Kelemahan membrane intrinsic
Infeksi
Merokok
Malnutrisi
Kekurangan kolagen
Infeksi (enzim proteolitik)
Stres Mekanis
Gestasi kembar
Polyhydramnions
Fetal malformations
3. FAKTOR RISIKO
Nugroho 2010,
Flora Servikovaginal
Streptococcus Grup-B
Kuman ini termasuk kokus aerob gram positif yang dijumpai pada kultur
cairan vagina wanita sehat dengan proporsi 5-25 %. Kuman ini terlibat pada
keadaan endometritis, amnionitis, dan sepsis neonatorum.
Enterococcus
Kelompok ini termasuk gram positif aerob, umumnya adalah streptococcus
faecalis. Penyebab endometritis, amnionitis, infeksi pasca bedah ginecology,
dan ISK.
Staphylococcus aerob
Kuman patogen yang menghasilkan enzim koagulase. S.Aureus dan
S.Epidermidis sering menyebabkan endometritis, abses vulva, abses pelvis,
dan septikemi.
Eschericia coli
Kuman aerob gram negatif yang banyak dijumpai pada saluran GI dan
ditemukan pada genitalia wanita sekitar 5-38 %, tapi yang patogen hanya
sekitar 10-20 %. Kuman ini sering menyebabkan amnionitis, endometritis,
septikemi akibat infeksi ginekologi.
Trichomonas Vaginalis
Mikroba ini merupakan protozoa pada pasien yang datang akibat penyakit
hubungan seksual dan bertanggung jawab terhadap vaginitis infeksiosa.
Aktivitas seksual
Hubungan seksual akan menyebabkan perubahan pada
lingkungan mikro vagina khususnya pada penularan seksual, yang mana
dapat berakibat terjadinya transmisi kuman seperti N.gonorrhoeae dan
trichominas pada saluran vaginalis. (Inu M, 2002)
Usia
Koloni Lactobacilli lebih sedikit pada prepubertas dibandingkan usia
reproduksi, sedangkan setelah menopouse koloni akan menurun. Hal ini
berkaitan dengan pengaruh hormon esterogen terhadap genitalia wanita.(
Inu M, 2002)
Factor keturunan
Disebabkankarenakelainan genetic sepertipadasindrom trisomy,
kelainanpadakromosom 21,18, 8, 13 danjugadisebabkankarenaion Cu
serum rendah
(kekurangantembagadapatmenyebabkanpertumbuhanstruktur abnormal),
defisiensivitamin C yang
berperanpentingdalammempertahankanintegritasjaringankolagenpenyusu
n amnion.
Riwayat PROM sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih karena selaput
amnion pada kehamilan selanjutnya akan semakin tipis. Apalagi jika
sudah mempunyai riwayat PROM, selaput amnion akan lebih tipis dari
kehamilan tanpa riwayat PROM. Seseorang yang memiliki riwayat KPD
sebelumnya memiliki resiko 2-4 kali. Hal ini disebabkan karena adanya
penurunan kandungan kalogen dalam membran amnion sehingga
beresiko mengalami KPD baik secara aterm maupun preterm.
Factor umurdanparitas
Semakintinggiparitasibuakansemakinmudahterjadiinfeksicairan
amnion akibatrusaknyastrukturserviksakibatpersalinansebelumnya.
Selainitujugadenganusiaibu yang semakintuaketahanan uterus
semakinberkurangdanmenunjukkanpenurunanfungsidisbandingkandenga
nibu-ibumuda yang hamilpadausia 20-30 tahun.
Faktor-faktor yang berhubungandengan BB ibu
Kelebihan BB sebelumkehamilan
Penambahan BB yang sedikitselamakehamilan
Pekerjaan dan aktivitas
Pola pekerjaan pada ibu hamil berpengaruh pada kebutuhan energi.
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dengan lama kerja lebih dari
3 jam dapat mengakibatkan kelelahan yang bisa menyebabkan lemahnya
korion amnion.
Jumlah paritas.
Ibu yang telah melahirkan beberapa kali beresiko untuk mengalami
KPD karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban rapuh dan mudah pecah.
Status atau frekuensi hubungan suami-istri.
Frekuensi koitus pada trimester 3 yang lebih dari 3 kali seminggu
diyakini dapat berperan pada terjadinya KPD. Hal ini berkaitan dengan
kondisi orgasme yang memicu kontraksi rahim karena adanya paparan
terhadap prostaglandin di dalam sperma (Tahir Suriani, 2012).
Kebiasaan merokok
Hal ini disebabkan karena kandungan nikotin yang ada didalamnya
dapat menyerap nutrisi dan vitamin (terutama asam asforbat dan Vit C)
sehingga pembentukan selaput kolagen terganggu. kemungkinan
menyebabkan vaskulopati pada desidua sehingga mengakibatkan iskemi
dan nekrosis
Hubungan sex diduga mempengaruhi hormone atau perubahan infeksius
pada segmen bawah Rahim yang dapat menjadi predisposisi kontraksi
uterus dan ketuban pecah dini. (Ghinidi, 1996)
Infeksi (amnionitisataukorioamnionitis).
Korioamnionitisadalahkeadaanpadaperempuanhamildimanakorion
, amnion
dancairanketubanterkenainfeksibakteri.Korioamnionitismerupakankomplik
asi paling seriusbagiibudanjanin, bahkandapatberlanjutmenjadi
sepsis (Prawirohardjo, 2008).
(Varney, 2007).
Faktorresikoinkompetensiserviksmeliputiriwayatkeguguranpadausiakeha
milan 14 mingguataulebih,
adanyariwayatlaserasiserviksmenyusulpelahiranpervaginamataumelaluiop
erasisesar, adanyapembukaanserviksberlebihandisertaikaladua yang
memanjangpadakehamilansebelumnya, ibuberulang kali
mengalamiabortuselektifpada trimester pertamaataukedua,
atausebelumnyaibumengalamieksisisejumlahbesarjaringanserviks
(Morgan, 2009).
Usiaibu yang 20 tahun
Usiaibu yang 20 tahun, termasukusia yang
terlalumudadengankeadaan uterus yang
kurangmaturuntukmelahirkansehinggarentanmengalamiketubanpecahdini
. Sedangkanibudenganusia 35 tahuntergolongusia yang
terlalutuauntukmelahirkankhususnyapadaibuprimi (tua)
danberesikotinggimengalamiketubanpecahdini. Rekomendasi WHO
untukusia yang dianggap paling
amanmenjalanikehamilandanpersalinanadalah 20 hingga 30 tahun.
Jumlah paritas.
Ibu yang telah melahirkan beberapa kali beresiko untuk mengalami
KPD karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban rapuh dan mudah pecah.
Status atau frekuensi hubungan suami-istri.
Frekuensi koitus pada trimester 3 yang lebih dari 3 kali seminggu
diyakini dapat berperan pada terjadinya KPD. Hal ini berkaitan dengan
kondisi orgasme yang memicu kontraksi rahim karena adanya paparan
terhadap prostaglandin di dalam sperma (Tahir Suriani, 2012).
BMI <19.8
Paritas (melahirkan lebih dari sama dengan 5x)
Usia ibu <20 t atau >35 t
4. KLASIFIKASI
a. Ketuban pecah dini saat preterm yaitu KPD pada usia < 37 minggu
Insiden : 2-4 % dari kehamilan tunggal dan 7-10 % dari kehamilan
kembar
Ketuban pecah dini usia < 37 minggu dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
- Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu
- Ketuban pecah dini pada kehamilan 32-35 minggu
- Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu
b. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm ( usia cukup bulan ) > 37
minggu
Insiden : 8-10 % dari kehamilan cukup bulan
( Errol Norwitz, 2007 )
5. MANIFESTASI KLINIS
Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau kecoklatan
sedikit atau sekaligus banyak, keluarnya terasa nyeri pada perut
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah diraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih
Inspekulo :tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
Jika penyebab KPD adalah infeksi maka terjadi peningkatan nadi > 100x/m,
DJJ > 160x/m, dan ibu mengeluh nyeri pada perut bagian bawah ketika
disentuh.
Sensasi tidak bias menahan kencing atau tidak bias berhenti kencing
Keputihan meningkat atau basah yang lebih dari biasanya
Perdarahan vagina
Tekanan pada panggul
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, disertai dengan demam atau menggigil, bercak
vagina yang banyak, denyut jantung janin bertambah cepat, juga nyeri pada
perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami infeksi. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara (Nugroho, 2011).
6. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi,
bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah
dan infeksi vagina dapat mengahasilkan tes yang positif palsu.
Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidromnion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak
macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
Sebagian besar PROM dapat didiagnosis berdasarkan riwayat pasien
dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dilakukan dengan meminimalkan
resiko terjadinya infeksi.
Diagnosa PROM dapat dikonfirmasi menggunakan visualisasi cairan
ketuban yang melewati serviks dan berada pada vagina, tes pH cairan
vagina, atau ferning cairan kering vagina yang diidentifikasi secara
mikroskopis. PH normal cairan vagina umumnya 4.5-6.0, sedangkan
cairan ketuban biasanya memiliki pH 7.1-7.3. kesalahan-positif hasil tes
dapat dipengaruhi oleh adanya darah atau air mani, penggunaan
antiseptic alkali, atau bakteri vaginosis. Sedangkan kesalahan-neatif hasil
tes dapat terjadi karena lamanya PROM terjadi dan cairan sisa yang
minimal.
Dalam beberapa kasus tes tambahan dapat membantu diagnosis.
Pemeriksaan USg volume cairan amnion bias menjadi tambahan yang
berguna namun tidak diagnostik. Fetal fibrinoetik merupakan tes yang
sensitif namun tidak spesifik. Beberapa tes tesedia di masyarakat secara
umum dengan sensitifitas tinggi untuk PROM, namun tingkat kesalaan-
positif sebanyak 19-30%. Jika diagnosis masih belum jelas setelah
evaluasi penuh, PROM dapat didiagnosis dengan instalasi
transabdominal yang dipandu dengan USg untuk pewarnaan indigo
carmine.
Pemeriksaan fisik :
1. Anamnesis
Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus
ekstrim ibu hanya bisa bernafas bila berdiri tegak
Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra
mengalami obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan
normal.
2. Inspeksi
Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena
kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena)
akibat uterus yang terlalu besar
3. Palpasi
8. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri
dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg
dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan
induksi setelah 24 jam
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal Seksio
Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram 50 mikrogram
intravaginal tiap 6 jam max 4 x. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika
dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban
pecah dini adalah sebagai berikut :
a. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan :
a. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
9. PENCEGAHAN
Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan
Motivasi untuk menambah Berat badan ketika hamil, khususnya
dengan berat badan dibawah 45 kg
Anjurkan untuk menghentikan koitus pada trimester akhir bila ada
predisposisi
Menganjurkan ibu hamil agar memenuhi kebutuhan nutrisi saat
hamil
Menjaga kebersihan daerah kemaluan dengan membersihakan dari
depan ke belakang
Segera periksakan jika ditemukan keputihan yang berbau dan
berwarna
Pemeriksaan kehamilan teratur untuk mengetahui tumbuh kembang
janin
Pencegahan primer
Mengurangiaktivitaspadaakhir trimester keduadanawal trimester
ketiga.
Tidakmelakukankegiatanygmembahayakankandunganselamakeha
milan
Ibuhamilberhentimerokokdanminum alcohol
BB ibuselamakehamilanharuscukupmengikuti IMT
Hentikankoituspd trimester akhirkehamilan
Pencegahansekunder
Penggunaan antibiotic spectrum luas : gentamicin qv 2x80 mg,
ampicilin iv 4x1 mg, amoxicillin iv 3x1,2 juta IU, metronidazol drip
Pemberiankortikosteroidmenstimulasipematanganparujanin
(surfaktan) diberikanbersama antibiotic spectrum luas agar
tidakterjadiinfeksikarenapenekananimunitasolehkortikosteroid
Mengkonsusmi Vit C secara teratur sebanyak 100 mg saat usia
kehamilan mencapai 20 minggu , Vit C berperan penting dalam
mempertahankan keutuhan membran atau lapisan yang
menyelimuti janin dan cairan ketuban (Fatkhiyah N, 2008).
10. KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI
2. Infeksi
Korioamnionitis
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia
dan omfalitis. Umumnya korioamnionitis terjadi sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm.
a) Sindroma Potter
b) Deformitas ekstrimitas
c) Pemeriksaanfisik
a. Kepaladanleher
Mata perludiperiksadibagianskelra,konjungtiva
Hidung ,adaatautidaknyapembebngkakankonkanasalis .Ada
/tidaknyahipersekresimukosa
Mulut :gigikaries/tidak ,mukosamulutkeringdanwarnamukosagigi,
Leherberupapemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
b. Dada
1. Troraks
Inspeksikesimetrisandada,jenisoernapasantorakaabdominal,dantidakadaretraksi
dindingdada.Frekuensipernapasan normal.
Palpasi :payudaratidakadapembengkakan
Auskultasi:terdengarBj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyinapas normal vesikuler
2. Abdomen
Inspeksi :ada a/tidakbekasoperasi ,striaedanlinea
Palpasi:TFUkontraksiada/tidak ,Posisi ,kansungkemihpenuh/tidak
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
c. Genitalia
1. Inspeksi :kebersihanada/tidaknyatanda-tanda
REEDA(Red,Edema,discharge,approxiamately); pengeluaran air ketuban
(jumlah ,warna,bau 0dan lender merahmdakecoklatan)
2. Palpas :pembukaanserviks(0-4)
3. Ekstrimitas :edema ,varises ad/tidak.
d) Pemeriksaan diagnostic
1. Hitungdarahlengkapuntukmenentukanadanyaanemia,infeksi
2. Golongandarahdanfaktor Rh
3. Rasiolestinterhadapspingomielin (rasio US):menentukanmaturitasjanin
4. Tesferningdankertasnitrazine:memastikanpecahketuban
5. Ultrasonografi ;menentukanusiagestasi ,ukuranjanin ,gerakanjantungjaninm
danlokasiplasenta.
6. Pelvimetri ;identifikasiposisijanin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) risikotinggiinfeksi maternal yang
berhubungandenganprosedurinfasif,pemeriksaan vagina berulangdan
rupture membrane amniotic
b) kerusakanperutakaran gas
padajaninnyangberhubungandenganadanyapenyakit
c) risikotinggicederapadajanin yang berhubungandenganmelahirkanbayi
premature /tidakmatur
d) ansietas yang berhubungandengankrisissituasi,abcamanpadadirisendiri/janin
e) risikotinggipenyebaraninfeksi /sepsis yang
berhubungandenganadanyainfeksi ,prosedurinfasif ,danpeningkatanpemaha
manlingkungan.
f) Risikotinggicederapadaibu yang
berhubungandenganintervensipembedahan ,penngunaanobattokolitik
g) Intoleransiaktivitas yang berhubungandenganhipersensitivitas
h) Risikotinggikekurangan volume cairan yang
berhubungandenganpenurunanmasukancairan
Sectio Cesarea (SC)
1. Definisi
Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat badan
bayi diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh
(Saifuddin, 2001).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga nantikan selama 9 bulan (Saifuddin, 2002). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multi para kurang dari 5 cm (Mochtar, 2002).
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa post seksio sesaria dengan indikasi
Ketuban pecah dini adalah suatu masa nifas setelah menjalani persalinan
dengan cara menyayat dinding uterus untuk mengeluarkan janin yang
dikarenakan air ketuban yang keluar sebelum ada tanda-tanda persalinan.
2. Etiologi
1. Penyebab ketuban pecah dini
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks (Syaifuddin, 2000).
Menurut Arif Mansjoer (2001) penyebab ketuban pecah dini belum
diketahui. Faktor predisposisi ketuban pecah dini ialah :
Infeksi genetalia.
Servik incompetent yaitu kelainan pada servik uteri di mana kanalis
servikalis selalu terbuka
Gemili
Hidramnion.
Kehamilan pretem.
Disproporsi sefalopelvik.
Kontra indikasi
(a) Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup kecil.
Dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
(b) Janin lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk seksio sesaria
ekstra peritoneal tidak ada.
(c) Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis yang kurang
memadai.
3.Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau
tanpa komplikasi harus di rujuk di Rumah Sakit. Bila janin hidup dan terdapat
polap tali pusat pasien di rujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badanya,
bila mungkin dengan posisi bersujud. Kalau perlu posisi kepala janin di dorong
keatas dengan 2 jari agar tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva di
bungkus kain hangat yang dilapisi plastik.
Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau
ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta
IU intra muskuler tiap 12 jam dan ampisilin 1 gr per oral. Bila pasien tidak tahan
ampisilin diberikan eritromisin 1 gr peroral .
Bila keluarga pasien menolak rujukan, klien di istirahatkan dengan posisi
berbaring miring, berikan antibiotik pinisilin prokain 1,2 juta IU intra muskuler tiap
12 jam dan ampicilin 1 gr peroral dengan di ikuti 500 mg tiap 6 jam atau
eritromisin dengan dosis yang sama.
Dengan kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif
yaitu tirah baring, diberi sedatif berupa fenobarbital 3x30 mg. Diberikan antibiotik
selama 5 hari dan glukoortikosteroid, contoh dexametason 3x5 mg selama 2 hari.
Berikan pula tokolisis bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan
Pada kehamilan 33-35 minggu lakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksikan persalinan, bila terjadi infeksi akhiri kehamilan. Sedangkan pada
kehamilan lebih dari 2 minggu, bila ada his, mimpin meneran dan lakukan
akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi persalinan bila
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban
pecah lebih dari 6 jam dengan skor pelvic lebih dari 5, sectio cesaria bila ketuban
pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvik kurang dari 5 (Mansjoer, 2001).
Apabila persalinan dilakukan dengan tindakan Seksio Sesaria maka
penatalaksanaan Post Seksio Sesaria antara lain periksa dan catat tanda
tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam
kemudian. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat. Pemberian tranfusi
darah, bila terjadi perdarahan post partum karena pemberian antibiotika,
walaupun pemberian antibiotika sesudah seksio sesarea efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan. Mobilisasi
karena pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. Dan pada tahap akhir adalah
pemulangan apabila tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kelima setelah operasi (Mochtar, 2002).
4.Manifestasi Klinik
Kecoklatan sedikit- sedikit atau sekaligus banyak. Dapat disertai demam bila
sudah ada infeksi. Janin mudah diraba. Pada pemeriksa dalam selaput ketuban
tidak ada, air ketuban sudah kering. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau
selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering (Mansjoer, 2001).
5. Jenis seksio sesaria
Menurut Mochtar Rustam (1998) jenis-jenis sectio caesarea adalah :
1. Sectio Caesarea transperitonealis
a. Sectio Caesarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kirakira sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
adariperitonearisasi yang baik
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uterispontan
b. Sectio Caesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen
bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flat baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga periutoneum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang
atau lebih kecil.
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat menye-babkan
uterine putus dan terjadi perdarahan hebat.
2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
Mulyantoro Inu. 2002. Pola Kuman Anaerob di Kanalis Servikalis pada Ketuban
Pecah Dini (Tesis). Semarang: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK
UNDIP.
Manuaba I.B.G. 2001. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta
Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
oughey Aaron et al. 2008. Contemporary Diagnosis and Management of Preterm
Premature Rupture of Membranes.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2492588/ ( Diakses pada
tanggal 15 November 2014)
Manuaba,, Ida Bagus Gede. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. EGC. Jakarta.
Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : YBP-SP