Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS


KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN MALANG
2017

1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau prematur ruptur of the
membrane(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan atauinpartu (Manuaba, 2010).KPD preterm adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jamsebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2012). Ketuban
Pecah Dini(KPD) yang merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
pada primibila pembukaan kurang 3 cm dan pada multipara pada pembukaan
kurangdari 5 cm (Mochtar, 2012). Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai
pecahnya cairan amnion dari kantung amnion tempat bayi berenang.Pelepasan
cairan melalui ruptur selaput janin, terjadi setelah 28 minggu masa kehamilan
dan setidaknya satu jam sebelum persalinan (Jurnal Premature Rupture of
Membrane, 2017)
Pada wanita yang telah mengalami KPD sebelumnya beresiko 2-4kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketubanpecah
dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungankolagen dalam
membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dinidan ketuban pecah
dini preterm terutama pada pasien resiko tinggi(Nugroho, 2010).
1.2 Etiologi
Menurut Manuaba (2010) Ketuban Pecah Dini disebabkanoleh:
a. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan kembar, hidramnion.
b. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
c. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendahbelum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik.
d. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
e. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaputketuban dalam bentuk preteolitik sehingga memudahkan
ketubanpecah.
Menurut Nugroho (2010) Faktor predisposisi KPD sebagaiberikut:

2
a. Kanalis servikalis yang selalu membuka oleh karena kelainan padaserviks
uteri (akibat persalinan, curetage).
b. Tekanan intrauterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensiuterus)
misal trauma, hidramnion, gemeli
c. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaandalam, atau
amniosintetis yang biasanya disertai infeksi
d. Keadaan sosial ekonomi.
e. Faktor lain :
1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaantermasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban.
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapatditentukan seara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktoryang berhubungan erat
dengan KPD, namun faktor-faktormana yang berperan sulit diketahui
(Nugroho, 2011).Faktor-faktor presdisposisi itu antara lain adalah :
1. Infeksi (Amnionitis atau Korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuanhamil dimana korion,
amnion, dan cairan ketuban terkenainfeksi bakteri. Korioamnionitis
merupakan komplikasi palingserius bagi ibu dan janin bahkan dapat
berlanjut menjadisepsis (Prawirahardjo,2014).
2. Riwayat Ketuban Pecah Dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesisterjadinya ketuban
pecah dini secara singkat ialah akibatadanya penurunan kandungan
kolagen dalam membranesehingga memicu terjadinya ketuban pecah
dini dan ketubanpecah dini preterm terutama pada pasien resiko
tinggi(Nugroho, 2010).
Wanita yang mengalamiketuban pecah dini padakehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilanberikutnya wanita yang

3
telah mengalami ketuban pecah diniakan lebih beresiko mengalaminya
kembali antara 3-4 kalidaripada wanita yang tidak mengalami ketuban
pecah dinisebelumnya, karena komposisi membran yang menjadimudah
rapuh dan kandungan kolagen yang semakinmenurun pada kehamilan
berikutnya (Nugroho, 2010).
3. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secaraberlebihan
(overdistensi uterus) misalnya hidramnion dangemeli. Pada kelahiran
kembar sebelum 37 minggu seringterjadi pelahiran preterm, sedangkan
bila lebih dari 37minggu lebih sering mengalami ketuban pecah
dini(Nugroho, 2010).
4. Serviks yang Tidak Lagi Mengalami Kontraksi(Inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalamikontraksi(inkompetensia)
didasarkan pada adanya ketidakmampuanserviks uteri untuk
mempertahankan kehamilan.Inkompetensi serviks sering menyebabkan
kehilangankehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini
dapatberhubungan dengan kelainan uterus yang lain sepertiseptum
uterus dan bikornis. Sebagian besar kasusmerupakan akibat dari trauma
bedah pada serviks padakonisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical,
dilatasiberlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau
laserasiobstetrik (Prawirohardjo, 2008).
5. Paritas
Paritas terbagi menjadi primipara dan multipara.Primiparitas adalah
seorang wanita yang telah melahirkanbayi hidup atau mati untuk
pertama kali. Multiparitas adalahwanita yang telah melahirkan bayi
hidup atau mati beberapakali (sampai 5 kali atau lebih ) (Varney, 2010).
6. Kehamilan dengan Janin Kembar.
Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggimengalami
ketuban pecah dini dan juga preeklamsi. Hal inibiasanya disebabkan
oleh peningkatan masa plasenta danproduksi hormon. Oleh karena itu,
akan sangat membantujika ibu dan keluarga dilibatkan dalam

4
mengamati gejalayang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-
tandaketuban pecah (Varney,2010).
7. Usia ibu yang ≤ 20 Tahun
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalumuda dengan
keadaan uterus yang kurang matur untukmelahirkan sehingga rentan
mengalami ketuban pecah dini.Sedangkan ibu dengan usia ≥35 tahun
tergolong usia yangterlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu
primi (tua)dan beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini
(Nugroho,2010).
8. Difisiensi Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan danemeliharaan jaringan
kolagen. Selaput ketuban (yangdibentuk oleh jaringan kolagen) akan
mempunyai elastisitasyang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam
darah ibu (Nugroho, 2010).
1.3 Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umumdisebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadiperubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh (Saifudin, 2009).
Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaanprematur serviks
dan membran terkait dengan pembukaan terjadidevaskularisasi dan nekrosis
serta dapat diikuti secara spontan.Jaringan ikat yang menyangga membran
ketuban makinmberkurang.Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat
denganinfeksi yang mengeluarkan enzim (enzim proteolitik, enzimkolagenase).
Massa interval sejak ketuban pecah sampai terjadikontraksi disebut fase laten.
Makin panjang fase laten, makintinggi kemungkinan infeksi. Makin muda
kehamilan, makin sulitupaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas
janin(Manuaba, 2010).
1.4 Klasifikasi
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes/PROM) mengacu
kepada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan
dengan adanya pecah ketuban (Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal

5
persalinan. Ketuban pecah dini preterm (Preterm Premature Rupture
ofMembranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan
37minggu. Dan pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban
yangberlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada
awalpersalinan (Hamilton C, 2010).
a. PROM ( Premature Rupture of Membrane)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu. PadaPROM
penyebabnya mungkin karena melemahnya membran amnionsecara
fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks danpolihidramnion
telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang jelas dalambeberapa kasus
ketuban pecah dini. Untuk penangananya melalui SeksioSesarea
(Syaifuddin, 2009).
b. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)
Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan rupturspontan
membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggudan sebelum
onset persalinan. Sebuah tinjauan ilmiah penyebab PPROM diidentifikasi
penyebabpotensial banyak dalam kasus tertentu. Ini termasuk penurunan
umumdalam kekuatan peregangan membran amnion, cacat lokal pada
membranamnion, penurunan kolagen cairan ketuban dan perubahan dalam
strukturkolagen, iritabilitas uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan
pereganganmembran. Pada jaringan Maternal-Fetal Medicine Unit
(MFMU)menemukan bahwa faktor risiko PPROM adalah PPROM
sebelumnya,fibronektin janin positif pada kehamilan 23 minggu, dan leher
rahimpendek (<25 mm) pada umur kehamilan 23 minggu.
Untukpenatalaksanaannya dirawat di Rumah Sakit, tunda persalinan,
berikanantibiotik (Manuaba, 2010).
1.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting.Karena diagnosa
yang positif palsu berarti melakukan intervensiseperti melahirkan bayi terlalu
awal atau melakukan seksio yangsebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosa yangnegatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin

6
mempunyairesiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu
ataukeduanya.
Menurut Prawirohardjo (2014) diagnosis KPD adalah :
a. Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanyacairan ketuban di
vagina. Jika tidak ada, dapat dicoba denganmenggerakkan sedikit bagian
terbawah janin ataumeminta pasien batuk atau mengedan maka
akantampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpulpada fornik
anterior. Penentuan cairan ketuban dapatdilakukan dengan tes lakmus
(Nitrazin test) dimanamerah menjadi biru.
b. Tentukan usia kehamilan.
c. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksiadalah bila suhu ibu
lebih dari 38⁰C serta air ketubankeruh dan berbau. Leukosit darah >
15.000/mm³ . Janinyang mengalami takikardi, mungkin mengalami
infeksiintrauterin.
d. Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
e. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
f. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukanpenanganan aktif (terminasi
kehamilan). Mengenaipemeriksaan dalam, perlu dipertimbangkan,
padakehamilan yang kurang bulan yang belum dalampersalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam.Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksaakan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan floravagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisadengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalamvagina hanya dilakukan jika KPD yang sudah
dalampersalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dandibatasi
sedikit mungkin.
g. Diagnosis ketuban pecah dini premature denganinspekulo dilihat adanya
cairan ketuban keluar daricavum uteri.
1.6 Penatalaksanaan
Rencana tindakan pada ibu dengan ketuban pecah dini yaitumekurus suhu,
nadi, DJJ setiap empat jam, memberitahu ibutentang hasil pemeriksaan,
mengobservasi tanda-tanda infeksi,distres janin, memberikan antibiotik dan

7
melakukan terminasi jikatidak ada kemajuan dalam persalinan (Prawirohardjo,
2014).
Menurut Prawirohardjo (2014), penatalaksanaan pada ketuban pecah dini
terdiri dari :
1. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit.
2) Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisinbila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mgselama 7 hari).
3) Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama airketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagikeluar.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidakada infeksi,
tes busa negative, beri deksametason,observasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin.
5) Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beriantibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi(suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).
7) Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroiduntuk
memacukematangan paru janin, dan bilamemungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielintiap minggu. Dosis betametason 12
mg sehari dosistunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin.Padapersalinan
pemberian infus Dekstrose 5% 500 ml dripoksitosin 5 unit/ 20 tetes
akan mengakibatkan uterusberkontraksi secara efektif shingga
mendorong janinmelewati jalan lahir dengan cepat (Saifudin,
2009).Bilagagal, lakukan seksio sesarea. Dapat pula
diberikanmisoprostol 25 μg – 50 μg intravaginal tiap 6
jammaksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikanantibiotic
dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

8
2) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks,kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinandengan seksio sesarea.
3) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.

9
1.7 Komplikasi
Menurut Nugroho (2012), masalah potensial yangmungkin terjadi pada
kasus ketuban pecah dini adalah :
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusuloleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan.Pada kehamilan aterm 90 % terjadi
dalam 24 jam setelahketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari
26minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
a. Korioamnionitis
Korioamnionitisadalah keadaan pada perempuanhamil di mana
korion, amnion, dan cairan ketubanterkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakankomplikasi paling serius bagi ibu dan
janin, bahkandapat berlanjut menjadi sepsis. Penyebabkorioamnionitis
adalah infeksi bakteri yang terutamaberasal dari traktus urogenitalis
ibu. Secara spesifikpermulaan infeksi berasal dari vagina, anus, atau
rektumdan menjalar ke uterus.Resiko infeksi ibu dan anak meningkat
padaketuban pecah dini. Pada ibu dapat terjadikorioamnionitis. Pada
bayi dapat terjadi septicemia,pneumonia dan omfalitis. Umumnya
korioamnionitisterjadi sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah
dinipremature, infeksi lebih sering daripada aterm.
b. Hipoksia dan Asfiksia akibat Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana airketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 300 cc.Oligohidramnion juga
menyebabkan terhentinyaperkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik),sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak
berfungsisebagaimana mestinya. Dengan pecahnya ketuban,terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hinggaterjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan antaraterjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion,semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat
(Nugroho, 2012)

10
Menurut Marmi, dkk (2012) komplikasi yang terjadipada ibu adalah :
a. Infeksi dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah makabisa menyebabkan
sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkanmeningkatnya angka
mordibitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
b. Infeksi puerperalis/masa nifas
c. Dry Labour/partus lama
d. Perdarahan postpartum
e. Meningkatkan tindakan SC
1.8 Prognosis
Menurut Wiknjosastro (2005) prognosis KPD sebagai berikut :
a. Prognosis ibu
1. Infeksiintrapartal/dalampersalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa
menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
2. Infeksipuerperalis/ masa nifas
3. Dry labour/Partus lama
4. Perdarahanpost partum
5. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
6. Morbiditasdanmortalitas maternal
b. Prognosis janin
1. Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya
adalah respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding
problem, retinopathy of premturity, intraventricular hemorrhage,
necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),
hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
2. Prolapsfuniculli/ penurunantalipusat
3. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

11
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus
lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan
intrakranial, renal failure, respiratory distress.
4. Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru,
deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)
5. Morbiditasdanmortalitas perinatal

12
BAB II
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KETUBAN
PECAH DINI
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal yang dipakai dalammenerapkan asuhan
kebidanan pada pasien dan merupakansuatu proses pengumpulan data
yang sistematis dari berbagaisumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi statuskesehatan klien (Nursalam, 2009).
Menurut Pudiastuti (2012) pengkajian data meliputi :
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan daripasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dankejadian, informasi tersebut
tidak dapat ditemukan, oleh timkesehatan secaraindependen tetapi
melalui suatu interaksiatau komunikasi (Nursalam, 2009).
a) Biodata yang Menyangkut Identitas Pasien
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap bila perlu namapanggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalammemberikan pelayanan.
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahuiadanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alatreproduksi belum matang,
mental dan psikisnyabelum siap sedangkan umur lebih dari
35 tahunrentan sekali untuk terjadi perdarahan masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui pasien tersebut dalammembimbing atau
mengarahkan pasien dalamberdoa.
(4) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat ataukebiasaan sehari-hari.
(5) Pendidikan
Berpengaruh terhadap tindakan kebidanandan mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya,sehingga bidan dapat
memberikan konseling denganpendidikannya.

13
(6) Pekerjaan Pasien
Gunanya untuk mengetahui dan mengukurtingkat sosial
ekonominya, karena ini mempengaruhidalam gizi pasien
tersebut.
(7) Alamat
Ditanyakan karena mungkin memiliki namayang sama
dengan alamat yang berbeda.
b) Keluhan Utama
Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin denganketuban pecah
dini adalah ibu mengatakan mengeluarkancairan yang merembes
melalui vagina, nyeri perut dandemam (Nugroho,2010). Serta
tanyakan sejak kapan pengeluaran cairan.
c) Riwayat Menstruasi.
Data yang kita peroleh akan menggambarkan tentang
keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang
harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain : menarche,
siklus menstruasi, volume, keluhan (Sulistyawati dan
Nugraheny,2010).
d) Riwayat Perkawinan
Untukmengkajikarenadari data
iniakanmendapatkangambaranmengenaisuasanarumahtanggapasa
ngan (SulistyawatidanNugraheny, 2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalian dan Nifas yang lalu
(1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umurkehamilan ibu
dan hasilpemeriksaan kehamilan.
(2) Persalinan : spontan atau buatan lahir aterm atau prematur
ada perdarahan atau tidak, waktupersalinan ditolong oleh
siapa, dimana tempatmelahirkan.
(3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus,
lahir hidup, apakah dalam kesehatan yangbaik) apakah
terdapat komplikasi atau intervensipada masa nifas dan
apakah ibu tersebutmengetahui penyebabnya.

14
f) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Rohani dkk. (2011), data subyektif daririwayat
kehamilan antara lain :
(1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan datadasar yang
diperlukan untuk menentukan usiakehamilan, apakah cukup
bulan prematur.
(2) Kepala bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakandata dasar
untuk menentukan usia kehamilanmenurut taksiran atau
perkiraan ibu.
(3) Taksiran persalinan.
(4) Keluhan pada trimester I, II, III.
(5) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dandimana
ibu memeriksakan kehamilannya. Hal inidiperlukan untuk
mengidentifikasi masalah potensialyang dapat terjadi pada
persalinan kali ini.
(6) Imunisasi TT. Sudah pernah imunisasi TT ataubelum,berapa
kali, dimana, teratur atau tidak.
g) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai, efek samping,alasan
berhentinya menggunakan alat kontrasepsi, danlama penggunaan
alat kontrasepsi.
h) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinandan
kehamilan, dengan menanyakan apakah ibumengalami sakit
kepala hebat, pandangan berkunangkunang,atau nyeri epigastrum,
sehingga dapatmempersiapkan bila terjadi kegawatan dalam
persalinan.
i) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yangmenderita
penyakit menular,ataupun penyakit keturunan.
j) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
(1) Nutrisi

15
1. Polamakan
Untukmendapatkangambaranbagaimanapasienmencukupig
izinyaselamahamilsampaiawalpersalinan
(SulistyawatidanNugraheny,2010).
2. Polaminum
Pada masa persalinan, data mengenaiintake
cairansangatpentingkarenaakanmenentukankencenderunga
nterjadinyadehidrasi (SulistyawatidanNugraheny,2010).
(2) Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien
sebelum dan selama hamil. BAB meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau, serta BAK meliputi frekuensi, warna
dan jumlah (Manuaba,2010).
(3) Aktivitas
Untukmemberikangambaranseberapaberataktivitas yang
biasadilakukanpasiendirumah.
Jikadiakhirkehamilannyapasienmelakukanaktivitasterlalubera
tdikhawatirkanpasienakanmerasakelelahansampaiakhirnyada
patmenimbulkanpenyulitpada masa bersalin
(SulistyawatidanNugraheny, 2010).
(4) Istirahat
Istirahatsangatdiperlukanolehpasienuntukmempersiapkane
nergimenghadapi proses persalinannya, lebihpentinglagijika
proses perslinannyamengaamiperpanjanganwaktupada kala 1
(SulistyawatidanNugraheny,2010).
(5) Seksualitas
Tanyakan pada ibu kapan terakhir melakukan hubungan
seksual.
(6) Psikososialbudaya
Untuk mengetahui bagaimana keadaan lingkungan, respon
keluarga terhadap persalinan, respon pasien terhadap
kelahiran bayinya, respon suami pasien terhadap kehamilan

16
ini, pengetahuan pasien terhadap proses persalinan dan adat
istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny,2010).
(7) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
Harus dikaji apakah ibu perokok dan pemakai
obatobatanatau jamu-jamuan selama hamil atau tidak.Jamu-
jamuan dapat menyebabkan perlekatanplasenta semakin kuat
sehingga memicu terjadinyaretensio plasenta.
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dandiukur oleh
tenaga kesehatan.
(1) Keadaan umum
Keadaan umum ini meliputi : Baik, sedang, ataujelek. Pada kasus
ketuban pecah dini keadaan umumnyabaik (Nugroho,2010).
(2) Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan individumengadakan hubungan
dengan lingkungannya, sertadengan dirinya sendiri melalui panca
indranya danmengadakan pembatasan terhadap lingkungannya
sertaterhadap dirinya sendiri melalui perhatian.
(3) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak bolehmencapai 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik.Perubahan 30 mmHg sistolik 15
mmHg diastolik diatastekanan darah sebelum hamil, menandakan
toxemiagravidarum (keracunan kehamilan ) (Hani, dkk. 2011)
(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah adapeningkatan atau tidak,
suhu normal 36,5-37,5oC(Sulistyawati, 2012).
Ibu yang mengalami ketuban pecah dini dengan suhu di atas
37,5oC merupakan tanda-tanda infeksi.
(5) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitungdalam satu menit.
Batas normal 60-100 kali permenit (Hani, dkk. 2011).

17
(6) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasienyang dihitung
dalam menit. Batas normal 20-24 kalipermenit (Hani, dkk, 2011).
(7) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu, danmengetahui resiko tinggi
badan. Tinggi normal ibu hamiladalah 145 cm (Hani, dkk, 2011).
(8) Berat badan
Untuk mngetahui berat badan ibu, karena jikaberat badan ibu
berlebih dapat beresiko menyebabkankomplikasi kehamilan
meliputi diabetes gestasional,hipertensi, akibat kehamilan dan
distosia bahu. Kenaikanberat badan ibu normal selama kehamilan
sekitar 6,5-15kg (Sarwono, 2010).
(9) Lila (lingkar lengan atas)
Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien,sebagai ukuran
status gizi ibu hamil, jika kurang dari 23,3cm maka kekurangan
energy kronik (KEK) (Sulistyawati,2012).
3) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersihatau kotor dan
berketombe atau tidak (Sulistyawati, 2012)
(2) Muka
Apakah terdapat oedema atau tidak, terdapatcloasma gravidarum
atau tidak, dan muka pucat atautidak, karena pada pasien dengan
anemia sedang mukaterlihat pucat (Hani, dkk. 2011).
(3) Mata
Untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atautidak, dan sclera
putih atau tidak, pada penderita anemiabiasanya warna
konjungtiva pucat (Varney, 2010)
(4) Hidung
Untuk mengetahui adanya kelainan, cupinghidung, benjolan dan
secret (Hani,dkk. 2011).
(5) Telinga

18
Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoranatau tidak
(Sulistyawati, 2012)
(6) Mulut Gigi dan Gusi
Untuk mengetahui adanya stomatitis, karies gigi,gusi berdarah
atau tidak (Sulistyawati, 2012).
(7) Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakankelenjar limfe,
kelenjar thiroid dan vena jugularis (Hani,dkk. 2012)
(8) Mamae
Untuk mengetahui adanya pembesaran padamamae,simetris atau
tidak, putting susu menonjol atautidak, ada benjolan atau tidak,
dan sudah adapengeluaran kolostrum atau tidak (Sulistyawati,
2012).
(9) Abdomen
a. Inspeksi
Adalah proses pengamatan dilakukan untukmenilai
pembesaran perut sesuai atau tidak denganusia kehamilan,
bentuk perut memanjang ataumelenting, adakah linea alba
atau linea nigra, adakahkelainan pada perut serta untuk
menilai pergerakananak (Varney, 2010)
b. Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan indera perabayaitu tangan
dilakukan untuk menentukan besarnyarahmi, dengan
menentukan usia kehamilan sertamenentukan letak anak
dalam rahim. Pemeriksaanpalpasi dengan metode leopold
menurut Manuaba(2010) meliputi :
Leopold I : untuk mengetahui Tinggi FundusUteri (TFU) dan
bagian apakah yangterdapat difundus
Leopold II : Untuk mengetahui bagianpunggung janin
disebelah kananatau kiri
Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawahjanin
bokong atau kepala

19
Leopld IV : Untuk mengetahui apakah bagianterbawah jani
sudah masuk pintuatas panggul (PAP) atau belum.
TFU : untuk mengetahui TFU dengan(Mc.Donald)
menggunakan metlinmengukur dari sympisis sampaifundus
TBJ : Untuk mengetahui taksiran beratjanin
TBJ : (TFU-12)X155 (Konvergen)(TFU-12)X155 (Divergen)
c. Auskultasi
Adalah pemeriksaan menggunakan stetoskopuntuk
mendengarkan bunyi detak jantung janin,punctun maximum,
frekuensi, normal atau tidak(Hani,dkk. 2012)
d. Pemeriksaan Dalam
Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban
sudahtidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam
dengantoucher perludipertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belumdalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karenapada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akanmengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yangnormal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadipatogen.Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
kalau KPDyang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan
induksipersalinan dan dibatasi sedikit mungkin (Nugroho,
2010).
(10) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium untuk menguji adanya kelainan yangmenyertai
kehamilan atau tidak, berguna untukmengetahui kesejahteraan
janin. Pemeriksaanlaboratorium digunakan untuk mengkaji kadar
Hb ibuhamil dengan anemia sedang, dimana kadar Hb ibuhanya
mencapai 7-8 gr%. (Manuaba, 2010).
2.2 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasrkan interpretasi yang benar atas

20
data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan
diagnosis atau masalah adalah pengolahan data analisis dengan
menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar
fakta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkuppraktek
kebidanan yang memenuhi standar nomenklaturdiagnosa
kebidanan. Diagnosa : Ny. X G...P...A... umur... tahun, umur
kehamilan... minggu, janin tunggal/kembar, hidup
intrauterin/extrauterin , letak memanjang/melintang, presentasi
kepala/bokong dengan ketuban pecah dini.
(1) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan hamil ke..., pernah/belum
pernahkeguguran
b) Ibu mengatakan hari oertama menstruasi
terakhirtanggal…
c) Ibu mengatakan merasa cemas karena
keluar cairan dari vagina dan belum
merasamules.
(Sujiyatini, dkk, 2009).
(2) Data obyektif
a) Keluar air ketuban sejakpukul...
b) Belum keluar endirdarah
c) Pembukaan...cm
d) HPLtanggal...
(Sujiyatini, dkk, 2009).
2) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertaidiagnosa.
Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin
denganketubanpecah dini yaitu ibu tampak gelisah dan
cemasmenghadapi persalinan (Varney, 2010)

21
3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belumteridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkandengan
menggunakan analisa data (Varney, 2010).
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecahdini adalah
informasi tentang keadaan ibu, informasi tentangmakanan bergizi
cukup kalori, support mental dari keluargadan tenaga kesehatan
(Manuaba, 2010).
2.3 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada kasus persalinan dengan
ketuban pecah dini berpotensi terjadi korioamnionitis, malpresentasi,
prolaps tali pusat, partus lama, perdarahan post partum, endometritis
pasca persalinan, prematuritas, sindrom gawat nafas. Pada neonatal
potensial terjadi persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin (Arsinah dkk. 2010).
2.4 Identifikasi Tindakan Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari, 2012). Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama perempuan
tersebut bersama bidan terusmenerus (Arsinah dkk. 2010). Antisipasi
ketuban pecah dini :
1) Rawat di Rumah Sakit
2) Berikan antibiotik
3) Oksitosin drip

22
4) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
akhiri persalinan
2.5 Intervensi
Pada langkah ini semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang baru,
evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi mengenai apa
yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati dan
Nugraheny,2010).
1. Mandiri
1) Menjelaskankepadaibudankeluargatentanghasilpemeriksaan
yang telahdilakukan
2) Menganjurkanibuistirahatatautirah baring
danmenenangkanhatiibu
3) Lakukan dripoksitosindenganmemasanginfusdektros 5% atau
Ringer Laktatdengan 5 unit oksitosin 40 tpm. Setiap 15
menitdilakukanpenilaian, jika his
terlaluadekuatkurangitetesanpermenit.
4) Melakukanobservasi DJJ, kontraksi, nadisdansuhuetiap 15 menit
2. Kolaborasi
1) Melakukankonsultasidengandokter
2) Melakukankolaborasiuntukinduksiuntukpemberian antibiotic
profilaksis.
3) Laporkanperkembangankedokter
3. Rujukan
1) Merujukibukefasilitas yang memadai
2) Rujukibusegerajikaibumengalamikoriomnionitis
2.6 Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yangnmenyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima,dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini dapatdilakukan oleh klien atau
tenaga lainnya (Varney, 2010).
2.7 Evaluasi

23
Untukmengetahuisejauh mana keberhasilanasuhan yang
sudahdiberikankepadapasien (SulistyawatidanNugraheny,
2010).Evaluasiatauhasil yang
diharapkandariasuhanpadaibubersalindenganketubanpecahdinimenurut
Sujiyatinidkk (2009), antaralain:
1) Ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
2) Ibu dapat mengendalikan dirinya
3) Ibu dan keluarga memahami tentang penjalasan yang diberikan
4) Ibu mengerti tujuan tindakan yang dilakukan
5) Ibu bisa melakukan teknik relaksasi
6) Diperoleh keputusan tindakan yang harus dilakukan
7) Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut
8) Ibu bersedia di rujuk ke fasilitas yang memadai
9) Ibu mengetahui alasannya mengapa ibu dirujuk

24
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. (2010). Konsep Kebidanan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Hamilton C. Premature Preterm Rupture of the Membranes. 28 Oktober 2010
Hani, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mishra, et al. 2017. Premature Rupture of Membrane.
Tersediahttps://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwjyg6azv5rWAhXDEpQKHU7iD4sQFghPMAQ&url=http%3A
%2F%2Fwww.ijcmr.com%2Fuploads
%2F7%2F7%2F4%2F6%2F77464738%2Fijcmr_1203_feb_4.pdf&usg=
AFQjCNEHXdiEEbVkkUOX7I3ScwSQys7mOAdiakses pada 10
September 2017 pukul 18.19 WIB
Nugroho, Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. (2010). Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.
Saifudin. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purwoastuti, E. dan Walyani, ES. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Buku Pers.
Rohani, dkk. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Sari, Rury, N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soepardan, S. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

25
Suliystiawati, Ari. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sulistyawati, A, Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada
IbuBersalin.Jakarta : Salemba Medika.
Sujiyatini, et. All 2009. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Varney, Helen, dkk. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai