Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. Y UMUR 21 TAHUN G1 P0 A0 DENGAN KETUBAN


PECAH DINI (KPD) DI TPMB HUSNUL HIDAYATI
TULUNGAGUNG

Disusun oleh :
YULI NURHAYATI
NIM. 202206091524

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. Y UMUR 21 TAHUN G1 P0 A0 DENGAN KETUBAN PECAH


DINI (KPD) DI TPMB HUSNUL HIDAYATI TULUNGAGUNG

Atas nama mahasiswa :

NAMA : Yuli Nurhayati


NIM : 202206091524

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Intitusi

Siti Aminah, SST, Bd, M.Kes.

ii
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum waktu
melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh
sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu 1 jam
belum inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm
lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
banyak. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut
kejadian ketuban pecah dini periode laten (Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia 37
minggu di sebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. dalam
keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Wiknjosastro, 2013).

2. Etiologi
Menurut Nugroho (2011) penyebab ketuban pecah dini belum
diketahui dan belum dapat ditentukan secara pasti beberapa ahli
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban
pecah dini, namun faktor –faktor mana yang paling paling berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor penyebab faktor Predisposisi
nya adalah :
1. Infeksi, infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban yang
menyebabkan KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karna kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Tekanan intra uterin, yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion, gamelli.

1
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah.
5. Keadaan social ekonomi.
6. Faktor lain, misalnya faktor golongan darah, faktor disproporsi
antarakepala janin dengan panggul ibu, faktor multigravida, defisiensi
gizi.

3. Patofisiologi
Skema patofisiologi ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta


amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 ( iL-1) dan prostaglandin, tetapi karan ada infeksi dan
inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen
pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini (Maria, 2009).

2
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah di (KPD)
Ketuban pecah dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor
(menurut Morgan, 2009), meliputi :
1. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi
persalinan (Julainto, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Dibawah atau diatas usia
tersebut akan meningkat resiko kehamilan dan persalinan (Depkes,
2013). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi
system reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai
berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima
kehamilan.
2. Sosial Ekonomi (pendapatan)
Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendah nya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS,2005)
3. Paritas
Menurut Winkjosasro (2007) ada beberapa pembagian paritas
yaitu primipara, multipara dan grande multipara. Primipara adalah
seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin
mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seseorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia
kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan hasil
kehamilannya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah
seorang wanita yang mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal
28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya lebih dari 5 kali.
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kehamilan yang

3
terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
4. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Jika persedian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
mengurangi persediaan zat besi tubuh akan akhirnya menimbulkan
anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
(30%) sampai (40%) yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Pada ibu yang mengalami anemia biasanya ditemukan cirriciri
lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester
pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian
intrauterine, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan
mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan premature, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah
dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio
plasenta dan perdarahan postpartum karena Antonia uteri (manuaba,
2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil
pemeriksaan dapat digolongkan menjadi:
a. Hb > 11 gr% tidak anemia
b. 9-10 gr% anemia sedang
c. <8 gr% anemia berat
5. Riwayat KPD
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara
singkat ialah akibat penueunan kandungan kolagen dalam membrane
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah
preterm. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang
pwesalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari
pada wanita tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena

4
komposisi membrane yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen
yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
6. Serviks yang inkompetensi
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebutkan
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu
lunakdan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah- tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan
antomi yang nyata, disebab kan leserasi sebelumnya melalui ostium
uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebih tanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi (Manuba, 2009).
7. Tekanan intra uterin
Tekanan yang meninggi atau meningkat secara berlebihan.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : 1)
Trauma, berupa hubungan seksual, pemerikasaan dalam dan
amniosintesis. 2) Gamelli adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
pada kehamilan gamelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya keteganggan rahim secara berlebihan.
Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang besar dan
kantung (selaput ketuban) relatif kecil sedangkan bagian bawah tidak
ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah (Saifuddin, 2009).

5. Diagnosis
1. Secara klinik
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit untuk dibuat
anamnesis. Pada klien dengan keluarnya air seperti urine dengan
tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai bahwa hal tersebut

5
mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidak nya
ketuban pecah dini bias dilakukan dengan cara-ara sebagai berikut:
a. Adanya cairan yang berisi meconium (kotoran janin), vernik
kaseosa (lemak putih), rambut lanugo (bulu-bulu halus) dimana
bila telah terinfeksi akan tercium bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatian apakah memang air
ketuban kluar dari kanalis selvikalis pada bagian yang sudah pecah
atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior.
c. USG: volume cairan amnion berkurang /oligohidramnion
1) Terdapat infeksi genital (sistemik)
2) Gejala chorioamnionitis
2. Meternal
Demam (takikardia), cairan amnion yang keruh dan berbau,
leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase
(LEA) meningkat, kultur darah/ urine.
3. Fetal
Takikardia, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan
ketuban berkurang.
4. Cairan amnion, tes cairan amnion,
Dilakukan uji kertas lakmus/ tes nitrazine
a. Jadi biru (basa): air ketuban
b. Jadi merah (asam): urine.
5. Tentukan tanda-tanda persalinan, persalinan dan scoring pelvik. Dan
tentuan adanya kontasi yang teratur. Pemeriksaan dalam dilakuan bila
akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).

6. Tanda dan Gejala


Menurut Nugroho (2011) tanda dan gejala pada kehamilan yang
mengalami KPD adalah:
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.

6
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila ibu yang mengalami KPD duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya menganjal
atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi yang terjadi.

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nugroho (2011) ada beberapa pemeriksaan penunjang
supaya bias menegakan diagnosa yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu
diperiksa seperti: warna, konsentrasi, bau, dan pH nya.
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
urine atau sekret vagina
c. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5 dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
d. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). Ph air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan di biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan gambar daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidramnion.

7
8. Komplikasi
Menurut (Wiknjosastro, 2013) komplikasi yang timbul akibat
ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Pengaruh ketuban
pecah dini terhadap ibu dan janin adalah sebagai berikut:
1. Infeksi, resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Umunya terjadinya
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
prematur infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden
infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat dibandingkan
dengan lamanya periode laten. Sedangkan pada bayi dapat terjadi
septicemia, pneumonia, omfalitis.
2. Persalinan prematur, setelah ketuban pecah dini biasanya segera di
susul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban lahir. Pada
kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
3. Hipoksia dan asfiksia. Dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan antara kejadian gawat janin dan derajat
oligohidramnion, sehingga semakin sedikit air ketuban maka janin
semakin gawat.
4. Sindrom deformitas janin. Terjadi akibat oligohidramnion. Di
antaranya terjadi hipoplasi pulmonar, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT). Kelainan disebabkan oleh
kompresi muka dan anggota badan janin.

9. Penanganan
Menurut Wiknjosastro (2013) penanganan ketuban pecah dini ini
ada 2 cara yaitu penangan secara konservatif dan penangan secara aktif.
yaitu:
1. Konservatif
Melakukan perawatan di rumah sakit, berikan antibiotic
(aamplisilin 4 ×500 mg atau eritromisin bila tidak tahan amplisilin dan

8
metronidazol 2×500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32-34
minggu dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesahjetraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu,
tidak ada infeksi berikan tekolitik (salbutamol), deksametason dan
induksi sesudah 24 jam.
Jika kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda
infeksi intrauterine). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan
steroid untuk memacu kematangan paru jani, dan bila memungkinkan
periksa kadarlesitin dan spingomielin tiap minggu, dosis betametason
12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M 5mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu lakukan induksi dengan oksitosin, bila
gagal lakukan seksio sesarea. Dan juga dapat di berikan misoprostol
25µg - 50µg intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali, bila ada tanda-
tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalianan diakhiri.
a. Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks, kemudian induksi
jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvic >5, induksi persalinan.

B. Tinjauan Menejemen Askeb


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus
pada pasien. Manajemen kebidanan terdiri dari lima langkah yang

9
berurutan dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi
(Sulistyawati, 2010:219).
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
a. Pengkajian
Menurut Sulistyawati (2010:219) pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh
data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Sulistyawati (2010: 220–228) bagian-bagian penting
anamnesis, yaitu:
1) Data Subyektif
(1) Biodata
a) Nama
Sebagai identitas.
b) Usia/tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam
persalinan berisiko usia atau tidak.
c) Agama
Dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien dan keluarga.
d) Pendidikan terakhir
Untuk menentukan metode yang paling tepat dalam
penyampaian informasi mengenai tehnik melahirkan
bayi.
e) Pekerjaan
Menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi
dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi
yang akan dipilih selama asuhan.

10
f) Suku/bangsa
Berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.
g) Alamat
Sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini
juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju lokasi persalinan.
(2) Riwayat Pasien
a) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
b) Menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar
organ reproduksi. Data yang harus diperoleh dari
riwayat menstruasi antara lain:
(a) Manarche: usia pertama kali mengalami menstruasi.
(b) Siklus: jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya.
(c) Volume: seberapa banyak darah menstruasi yang
keluar.
(d) Keluhan: keluhan yang disampaikan oleh pasien
dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu diketahui adalah apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes
mellitus, ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis atau
anemia.
d) Pola makan
Untuk mendapatkan gambaran bagaiman pasien
mencukupi asupan gizinya. Data fokus mengenai asupan
mengenai asupan makanan pasien seperti kapan atau jam

11
berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang di makan.
e) Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan
sangat penting karena akan menentukan kecenderungan
terjadinya dehidrasi. Data yang perlu ditanyakan seperti
kapan terakhir kali minum, berapa banyak yang
diminum, apa yang diminum.
f) Pola istirahat
Data yang ditanyakan seperti kapan terakhir tidur, berapa
lama dan aktivitas sehari-hari.
g) Personal Hygiene
Beberapa pertanyaan yang diajukan seperti kapan
terakhir mandi, keramas dan gosok gigi, kapan terakhir
ganti baju dan pakaian dalam.
h) Aktivitas seksual
Data yang diperlukan berkaitan dengan aktivitas seksual
seperti keluhan, frekuensi dan kapan terakhir kali
melakukan hubungan seksual.
2) Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaaan yaitu:
(1) Keadaan Umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
sebagai berikut:

12
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Kriteria ini jika kurang atau tidak memberikan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien
sudah tidak mampu berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(3) Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan ini meliputi : tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
(4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi kepala (Prihardjo, 2006: 50).
(a) Rambut: warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak.
(b) Telinga: kebersihan, gangguan pendengaran.
Tujuan pengkajian telinga adalah untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
dan pendengaran (Prihardjo, 2006: 61).
(c) Mata: konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan,
gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi mata (Prihardjo, 2006: 51).
(d) Hidung: kebersihan, polip, alergi debu.

13
Tujuan pengkajian hidung adalah untuk mengetahui
keadaan bentuk dan fungsi hidung (Prihardjo, 2006:
67)
(e) Mulut
Tujuan pengkajian mulut adalah untuk mengetahui
bentuk dan kelainan pada mulut (Prihardjo, 2006: 71).
i) Bibir: warna, integritas jaringan (lembab, kering
atau pecah-pecah).
ii) Lidah: warna, kebersihan.
iii) Gigi: kebersihan, karies.
iv) Gangguan pada mulut (bau mulut)
b) Leher : pembesaran kelenjar limfe.
Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk
leher serta organ-organ penting yang berkaitan (Prihardjo,
2006: 72)
c) Dada
Tujuan pengkajian dada adalah untuk mengetahui postur,
bentuk, kesimetrisan (Prihardjo, 2006: 87)
(a) Bentuk
(b) Simetris/tidak
d) Perut: bentuk, bekas luka operasi
e) Ekstremitas
Tujuan pengkajian ekstremitas adalah untuk menilai
ada/tidaknya gerakan ekstremitas abnormal (Uliyah dan
Hidayat, 2009: 147).
(a) Atas: gangguan/ kelainan, bentuk.
(b) Bawah: bentuk, oedem, varises.
f) Data Penunjang
(a) Laboratorium
i) Kadar Hb.

14
b. Merumuskan Diagnosa
Menurut Sulistyawati (2010:229) pada langkah ini mengidentifikasi
masalah atau diagnosis berdasarkan rangkaian masalah yang ada.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati pasien, diharapkan siap bila diagnosis
atau masalah potensial benar-benar terjadi.
c. Intervensi
Menurut Sulistyawati (2010:230) pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua
perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat
meliputi pengetahuan, teori yang terbaru serta divalidasi dengan
asumsi mengenai apa yang diinginkan pasien. Cara menghindari
perencanaan asuhan yang tidak terarah maka dibuat terlebih dahulu
pola pikir sebagai berikut:
1) Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan meliputi sasaran
dan target hasil yang akan dicapai.
2) Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang
akan dicapai.
d. Implementasi/ Penatalaksanaan
Menurut Sulistyawati (2010: 231–232) pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah intervensi
dilaksanakan secara efisien dan aman.
e. Evaluasi
Menurut Sulistyawati (2010: 233) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan asuhan yang diberikan kepada pasien, mengacu kepada
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Tujuan asuhan kebidanan.
2) Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah.
3) Hasil asuhan.

15
C. Follow Up Perkembangan Kondisi Klien
Follow up perkembangan klien ditulis dalam data perkembangan
SOAP yang merupakan salah satu pendokumentasian Varney. Menurut
Mangkuji (2013: 8) SOAP merupakan singkatan dari:
S : Subyektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Berhubungan dengan maslaah dari sudut pandang klien (ekspresi
mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”
O : Obyektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain, informasi dari keluarga
atau orang lain.
A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif, diagnosis/masalah, diagnosis/masalah
potensial, antisipasi diagnosis/maslaah potensial/tindakan segera.
P : Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi: asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan tindak lanjut.

16
TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk : 15 Agustus 2023 Jam : 15.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 15 Agustus 2023 Jam : 18.00 WIB

1. PENGKAJIAN DATA DASAR


A. Data Subyektif
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
Nama : Ny. Y Tn. S
Umur : 21 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK SD
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Karangwaru Tulungagung
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng masih jarang dan keluar
rembesan seperti air pada jalan lahir.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Warna : merah segar
Jumlah : 3x ganti pembalut/hari
Keluhan : tidak ada
Keputihan : tidak ada
4. Riwayat Pernikahan
Usia saat menikah : 20 tahun
Pernikahan ke :1
Lama pernikahan : 1 tahun

17
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan datang ke bidan pada tanggal 15 Agustus 2023 jam
15.00 WIB dengan keluhan merasa kenceng-kenceng dan keluar air
pada jalan lahir.
b. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit apapun hingga
dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Asma : tidak ada Kanker : tidak ada
DM : tidak ada Torch : tidak ada
HT : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Paru: tidak ada Keturunan kembar : tidak ada
TBC : tidak ada Lain-lain : tidak ada
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tanggal Jenis Penyulit/
Keadaan
No. lahir persalina komplikas Penolong BBL Nifas Ket.
anak
anak n i
Hamil ini

7. Riwayat Kehamilan sekarang


G1 P0 A0
HPHT : 13-11-2022
HPL : 20-08-2023
UK : 39-40 minggu
Imunisasi TT : Lengkap
Tempat Pemeriksaan : Bidan
Gerakan janin pertama kali UK 20 minggu, pergerakan janin dalam 10
menit 3 kali.

18
Trimester Frekuensi Keluhan Therapy
ANC
I 2 Tidak ada Samcobion
X 1x1
II 2 Tidak ada Novabion
X 1x1,
kalk 1x1
III 2 Tidak ada Samcobion
X 1x1,
kalk 1x1

8. Tanda Persalinan
a. Kontraksi : 10’ 3x 40”
b. Lokasi ketidaknyamanan : punggung
c. Pengeluaran pervaginam : lendir darah
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
dan rencana kontrasepsi setelah persalinan belum tau ingin
menggunakan alat kontrasepsi.
10. Data Kebiasaan Sehari-hari
Pola Kebutuhan Sebelum Selama
Persalinan Persalinan
1. Pola nutrisi Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 3x/hari
Komposisi : nasi, Komposisi : nasi,
lauk, sayur lauk, sayur
Minum : 8 gelas air Minum : 8 gelas air
putih/hari putih
Keluhan : tidak ada
2. Pola Eliminasi BAK Frekuensi : 6x/hari
Frekuensi : 5x/hari Warna : kuning
Warna : kuning jernih jernih
Bau : khas amoniak Bau : khas amoniak
Keluhan : tidak ada
BAB Frekuensi : 1x/hari
Frekuensi : 1x/hari Konsistensi :
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning Warna : kuning
Bau : khas feses Bau : khas feses
Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat/ Siang : 2 jam Ibu mengatakan
tidur Malam : 7 jam tidak bisa tidur
karena perutnya

19
kenceng-kenceng
4. Kebersihan diri Mandi : 2x/hari Ibu mengatakan
Keramas : 3x/minggu belum mandi,
Gosok gigi : 2x/hari keramas, gosok gigi
Ganti pakaian : dan ganti pakaian
2x/hari Ibu hanya di sibin
sama keluarganya.
5. Pola seksual Frekuensi : ibu tidak Ibu tidak
berhubungan seksual berhubungan
seksual

11. Data Psikologis


Ibu mengatakan merasa sedikit takut dan cemas dalam persalinan dan
berharap persalinannya lancar.
12. Riwayat Sosial-Budaya
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga, orang lain, tetangga dan
lingkungan sekitar berlangsung baik dan ibu tidak mempercayai mitos
jawa.
13. Data Spiritual
Ibu mengatakan selama persalinan hanya bisa berdo’a.
14. Pengetahuan ibu tentang persalinan
Ibu mengatakan belum mengetahui tentang persalinannya.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 21x/menit
d. Tinggi badan : 151 cm
e. BB sebelum hamil : 60 kg
f. BB selama hamil : 72 kg
2. Status Present
Kulit : turgor normal

20
Kepala : mesocephal
Rambut : bersih, tidak mudah rontok, warna hitam
Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma
Mata : pandangan tidak kabur, konjungtiva merah
muda dan sklera putih
Hidung : bersih, tidak ada pembesaran polip
Telinga : bersih, tidak ada penumpukan serumen
Mulut : tidak sariawan, tidak ada caries dentis dan gingivitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar bunyi sonor
Auskultasi : terdengar bunyi nafas vesikuler
Jantung : normal
Paru-paru : normal
Payudara : puting menonjol, cairan susu keluar, tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada massa/tumor

Abomen : simetris, tidak ada bekas luka operasi, terdengar bunyi


peristaltik usu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Hepar : tidak teraba
Genetalia Luar : tidak ada kelainan, tidak varises, tidak ada
condiloma dan tidak oedema
Genetalia Dalam: tidak ada kelainan
Ekstremitas Atas: simetris, tidak oedema, gerakan aktif,
terpasang infus pada lengan kanan
Ekstremitas bawah :simetris, tidak oedema, jari-jari lengkap, tidak ada
varises, reflek patella kanan kiri +/+

21
3. Status Obstetri
a. Inspeksi
1) Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma
2) Mammae : puting menonjol, areola dan puting susu menghitam serta
colostrum telah keluar
3) Abdoment : tidak ada bekas luka operasi, tidak terdapa linea alba/nigra
dan striae gravidarum
b. Palpasi
TFU : 33 cm, 3 jari dibawah px
Leopold :
I : bagian atas perut ibu teraba lunak, bulat, tidak ada lentingan
(bokong)
II : - Bagian kiri perut ibu teraba tahanan, keras, memanjang seperti
(punggung)
- Bagian kanan perut ibu teraba kecil-kecil (ekstremitas)
III : bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, keras, terdapat lentingan
(kepala)
IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP (divergen)
TBJ : TFU-11x155
: 33-11x155
: 3410 gram
His : 10’ 3 x 40”
c. Auskultasi
DJJ + punctum maksimum perut kiri frekuensi 131 x/menit
d. Perkusi
Reflek patella kanan kiri +/+.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 12 gr/dl
Urine protein : tidak ada
Urine reduksi : tidak ada

22
PEMERIKSAAN DALAM
Vulva dan vagina
Pembukaan serviks : 4 cm
Keadaan jalan lahir : elastis
Kulit ketuban :-
Air ketuban : merembes, keruh,meconial
Bagian terendah janin : kepala
Molase tulang tengkorak : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 18.00 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny.”Y” umur 21 tahun G1 P0 A0, UK 39-40 minggu, janin tunggal hidup
intra uterine, letak memanjang punggung kiri, presentasi kepala, inpartu kala I
fase aktif dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini.
Data Dasar:
DS : ibu mengatakan mengeluarkan cairan serta lendir darah dari jalan
lahir
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir 13-4-2017
Ibu mengatakan hari perkiraan lahir 20-1-2018
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng menjalar sampai
pinggang
DO : KU : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 21x/menit
TFU : 32 cm, 3 jari dibawah px
Leopold :

23
I : bagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak ada lentingan
yaitu bokong
II : bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang seperti papan
yaitu punggung.Bagian kanan teraba kecil-kecil janin yaitu
ekstremitas
III : bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, terdapat
lentingan, tidak bisa digoyangkan yaitu kepala
IV : bagian terndah janin sudah masuk PAP (divergen)
b. Masalah
Ibu cemas dengan keadaannya sekarang
c. Kebutuhan
Support mental dari bidan dan keluarga

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 18.15 WIB
Pada ibu bisa terjadi : infeksi intrapartum
Pada bayi bisa terjadi : hypoxia karena kompresi tali pusat, deformitas janin.

IV. ANTISIPASI
Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 18.30 WIB
Bedrest total dan tidur miring kiri

V. INTERVENSI
Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 18.45 WIB
1. Observasi KU dan TTV
2. Pantau DJJ dan PPV
3. Anjurkan ibu teknik relaksasi nafas dalam
4. Beri support mental pada ibu
5. Berikan makan dan minum pada ibu
6. Anjurkan ibu miring kiri
7. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam berikutnya bila tidak ada
kemajuan lakukan SC

24
8. Beri cairan intravena
9. Pasang balon kateter

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 19.00 WIB
1. Mengobservasi KU dan TTV ibu meliputi TD, nadi, suhu, pernafasan
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 21x/menit
2. Pemantauan DJJ dan PPV
DJJ + punctum maksimum perut kiri frekuensi 136x/menit
PPV : lendir darah, cairan ketuban berwarna keruh
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi nafas dalam yaitu dengan menarik nafas
panjang dari hidung saat ada kontraksi dan tahan 5 detik dan keluarkan
melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.
4. Memberi support mental pada ibu.
5. Memberi makan dan minum pada ibu saat tidak ada kontraksi dan biarkan ibu
istirahat.
6. Mengajarkan ibu miring kiri untuk melancarkan supply O2 dan mempercepat
pembukaan.
7. Melakukan VT, konsultasi dengan dr.SpOG untuk dirujuk dan dilakukan SC
8. Memberikan cairan intravena RL dioplos dengan induksi 1 ampul
9. Memasang balon kateter pada vagina dengan volley kateter 24 dan diisi
dengan aquades 110 cc.

25
VII. EVALUASI
Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 19.00 WIB
1. Sudah dilakukan observasi KU dan TTV
2. Telah dilakukan pemantauan DJJ dan PPV
3. Ibu bersedia menarik nafas panjang saat ada kontraksi
4. Telah diberikan support mental pada ibu
5. Sudah diberikan makan dan minum saat tidak ada kontraksi
6. Ibu bersedia miring kiri
7. VT pembukaan 5cm, persiapan tindakan rujukan dan SC

26
DATA PERKEMBANGAN
Data Perkembangan 1 di RS
Tanggal : 15 Agustus 2023 jam : 19.30 WIB
S : Ibu Mengatakan merasa kenceng kenceng semakin sering dan bertahan
nyeri daerah pinggang.
O : Keadaan umum : baik
1. Kesadaran :composmentis
2. TTV : TD :110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S :36,7oC
RR :22 x/menit
3. terpsang infus RL + masih terpasang oxitosin 5 UI 20 tetes/ menit
4. Kontraksi 3x setiap 10 menit selama 35 detik
5. DJJ : 142x/ menit
Vulva vagina
Porsio :tipis
Pembukaan :5 cm
Ketuban :(-) merembes keruh
Presentasi : kepala , hodge II
VT Ø 5cm
A : Ny .”AY” G1 P0 A0 umur 21 tahun Hamil 39-40 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauteri, letak memanjang, punggung kanan,
presentasi kepala. inpartu kala I, fase aktif dengan induksi atas
indikasi ketuban pecah dini .
P : observasi KU dan TTV
Lakukan persiapan ibu untuk dilakukan tindakan SC

27
Data Perkembangan 2
Tanggal : 15 Agustus 2023 Jam : 20.00 WIB

S : Ibu berada diruang RR dalam kondisi lemah pasca oprasi caesar


O : Keadaan umum : lemah
Kesadaran :composmentis
TTV : TD :110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S :36,5oC
RR :22 x/menit
- Terpasang infus RL + cintosinon 1ampul di tangan kiri ibu
- Bayi lahir tanggal 15 januari 2018 pukul 19.50 dengan SC,
jenis kelamin laki laki, BB2600gram, TB: 48cm dengan A-S :4-
5

28
LEMBAR OBSERVASI

tanggal jam tensi nadi suhu his Pembukaa Ket.


n
15-8- 15.00 110/70 88 36.7 3x40” 4cm Infus
2023 10mnt RL+cyntocinon
1ampul
15.30 88 3x40”
16.00 88 3x45” Makan
16.30 88 3x45” Minum 50cc
17.00 90 36.7 3x45”
17.30 88 3x45”
18.00 88 3x45”
18.30 88 3x45”
19.00 90 36.7 4x45” 5cm Minum 100cc

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, M.D. Obstetri Williams. Jakarta, EGC, 2002.

http://ebdosama.blogspot.com/2009/12/ketuban-pecah-dini-kpd.html tanggal 30
September 2014.

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta, EGC, 2008.

Prawiroharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2011.

31

Anda mungkin juga menyukai