Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny. E G1P0A0 11-12 MINGGU DENGAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM DERAJAT I DI TPMB HUSNUL HIDAYATI
TULUNGAGUNG

Oleh :

YULI NURHAYATI
NIM. 202206091524

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny. E G1P000 UK 11 1/7 MINGGU DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM DERAJAT I DI TPMB HUSNUL HIDAYATI
TULUNGAGUNG

Atas nama mahasiswa :

NAMA : Yuli Nurhayati


NIM : 202206091524

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Intitusi

Anis Nikmatul Nikmah, SST, Bd, M.Kes.

ii
3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan
1. Definisi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (Saifudin, 2008: 89).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2009:.213).
2. Tanda-tanda kehamilan
Menurut Bandiyah (2009: 10-11), tanda-tanda kehamilan adalah
sebagai berikut:
a. Tanda dugaan kehamilan
1) Amenorhea
Dengan konsepsi dan nidasi mulai mengeluarkan hormone, maka
pertumbuhan dan perkembangan folikel tidak terjadi, sehingga
terdapat keadaan tidak datang bulan.
2) Perasaan mengidam
Yang dapat berupa mual-muntah terutama pagi hari (morning
sickness), kurang suka makan, tidak tahan bau-bauan, ingin
makan makanan tertentu,
3) Gangguan pencernaan dan perkemihan
Sering buang air besar karena kurang makan serat dan pengaruh
4

hormonal, sering kencing berlebihan karena kandung kemih


tertekan oleh rahim.
4) Pigmentasi kulit
Karena pengaruh hormon tertentu terdapat pigmentasi kulit
wajah, sekitar dada dan dinding perut.
5) Buah dada sakit
Dengan terjadi perubahan peredaran darah, menahan air dan
garam, sehingga saraf tertekan yang menimbulkan rasa penuh
dan sakit, terutama kehamlan pertama.
b. Tanda pasti kehamilan menurut Bandiyah (2009: 10-11)
1) Menggunakan alat ultrasonologi (USG)
Kehamilan pasti sudah dapat ditetapkan pada umur yang relative
muda. Oleh karena itu kehamilan pasti dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan USG dapat diketahui kantong gestasi rahim
membesar. Dengan metode konfensional kepastian hamil bila
teraba bagian janin, teraba detik jantung janin, teraba gerakan
janin.
2) Keterlambatan datang bulan
Untuk dapat menetapkan apakah yang menyebabkan
keterlambatan datang bulan (menstruasi) dengan melakukan
anamnesa (mengajukan pertanyaan) antara lain sejak kapan
terlambat atau kapan menstruasi terakir, apakah terdapat tanda
kemungkinan hamil (payudara sakit, tanda mengidam),
melakukan pemeriksaan bagian luar terhadap pebesaran perut
sehingga rahim dapat diraba dan bentuk tidak sistematis,
pemeriksaan payudara (pembuluh darah makin nyata, payudara
padat, putting susu makin menonjol), pemeriksaan kulit mencari
pigmentasi pada kedua pipi, dinding perut, dan sekitar putting
susu, pemeriksaan tanda hegar, Chadwick, piscaseck,
ballottmentl kemudian melakukan pemeriksaan tes kehamilan
(tes positif bila terlambat sekitar 7-10 hari).
5

3. Proses kehamilan
Menurut Manuaba (2010: 75-82), proses kehamilan merupakan
mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari:
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
hormon yang kompleks.
b. Migrasi spermatozoa dan ovum
Ovum yang telah dilepaskan ditangkap oleh fimbrae, setelah itu ovum
yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus.
Sebagian spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus
yang dapat mencapai tuba. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genitalia wanita hidup selama tiga hari.
1) Konsepsi dan pertumbuhan zigot
Pertemuan inti ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot.
2) Nidasi pada uterus
Proses penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi
terjadi pada hari ke-6 sampai ke-7 setelah konsepsi.
3) Pembentukan plasenta
Pada Blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata,
sehingga bagian dari blastula dengan inner cell mass akan
tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan
edometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal
dari vili korealis.
4) Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
c. Diagnosis kehamilan
Menurut Manuaba (2010: 106-107) lama kehamilan berlangsung
sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan
perhitungan sebagai berikut:
1) Usia kehamilan 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila
berakhir disebut keguguran.
2) Usia kehamilan 29-36 minggu bila terjadi persalinan disebut
6

prematuritas.
3) Usia kehamilan 37-42 minggu disebut aterm.
4) Usia kehamilan >42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
serotinus.
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan I (0-12
minggu), triwulan II (13-28 minggu), dan triwulan III (29-42
minggu). Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan
melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala kehamilan.
4. Perubahan fisiologi pada kehamilan
a. Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30
gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi
seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim
mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan
dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin
(Manuaba, 2010: 85-87).
b. Ovarium
Dengan adanya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba, 2010: 92).
c. Vagina
Vulva dan vagina mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan
kebiru-biruan (tanda chadwicks) (Manuaba, 2010: 92).
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan
payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saaat
kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somaomamotrofin.
(Manuaba, 2010: 92).
e. Sirlukasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih
7

besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah


(hemodelusi). Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk
dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume
darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis
(Manuaba, 2010: 93).
f. Sistem Pernapasan
Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan oksigen. Di samping itu, terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada usia
kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim
dan kebutuhan oksigen yang meningkat ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 29 sampai 25% dari biasanya (Manuaba, 2010: 93).
g. Sistem pencernaan
perubahan ini dapat meliputi infeksi daerah gigi dalam bentuk
gungivitis oleh karena yang kurang, kekurangan kalsium dalam
hygiene makanan. Hygiene mulut berkurang karena terjadi mual da
muntah. Terjadi hipersalivasi (mengeluarkan air liur berlebih), terjadi
regurgitasi sehingga mulut terasa asam. Juga terdapat perasaan perih
perut bagian atas, karena rangsangan asam lambung. Proses
pencernaa makanan makin menurun karena pengaruh hormon
progesterone. Dengan demikian pemeriksaan gigi dan kesehatan
mulut perlu dilakukan sehingga dapat mengurangi kemungkinan
sumber infeksi (Bandiyah 2009:18).
h. Sistem perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada
hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
Hemodelusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga
pembentukan urine akan bertambah (Manuaba, 2010: 94).
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
8

karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis


anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini
terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae,
papilla mamae, lines nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah
persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang (Manuaba, 2010:
94).
j. Metabolisme
Menurut Manuaba (2010: 95) perubahan metabolisme pada
kehamilan:
1) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, terutama
pada trimester ketiga.
2) Keseimbangan asam bass mengalami penurunan dari 155 mEq
per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodelusi darah
dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan
persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi
sekitar 0,5 g/kg berat badan atau sebutir telur ayam sehari.
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
5) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:
(1) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pemben-
tukan tulang janin.
(2) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.
(3) Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.
(4) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat
terjadi retensi air.
6) Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu hamil akan
bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan
berat badan 0,5 kg/ minggu.
9

B. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidarum yang berlebihan
sehngga menimbulkan gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari-
hari (Manuaba, 2004: 49).
Hiperemesis gravidarum diartikan keluhan mual muntah yang
dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum atau
makan. Akibatnya tubuh sangat lemas, muka pucat, dan frekuensi buang
air kecil menurun drastis, aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menurun (Rukiyah, 2010: 118).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dibuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendicitis,
pielititis, dan sebagainya (Nugroho, 2010: 59).
2. Faktor Predisposisi Hiperemesis Gravidarum
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
b. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa factor hormon memegang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
c. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
d. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut salah satu faktor organik.
10

e. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,


rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
ibu. Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum
diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah
dapat membantu mengurangi frekuensi muntah (Wiknjosastro, 2005:
275-276).
3. Patologis
Bedah mayat pada mayat wanita yang meninggal karena hiperemesis
gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam
tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam
sebab adalah:
a. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak
sentrilobuler, kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian
dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-menerus.
b. Tetapi separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis
gravidarum menunjukkan gambaran makroskopik hati yang normal.
c. Pada jantung menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan
beratnya atrofi dan sejalan dengan larnanya penyakit, kadang-kadang
ditemukan perdarahan sub-endokardial.
1) Di otak dapat ditemukan ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi
kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria
ventrikel ketiga dan keeempat.
2) Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubule kontorti.
(Rukiyah, 2010: 120)
4. Patofisiolgis
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis menurun. Hal
11

ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi


dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke
arah anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah
yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah
menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan
fungsi alat vital berikut ini:
a. Liver
a. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b. Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
c. Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan
gangguan fungsi umum.
b. Ginjal
a. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun
seperti asam laktat dan benda keton
b. Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
c. Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
d. Mungkin terjadi albuminuria
c. Sistem saraf pusat
a. Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan
ventrikel
b. Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat
merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan
ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan
kesadaran dan mental serta diplopia
c. Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan.
(Manuaba, 2007)
5. Tanda Gejala Hiperemesis Gravidarum
Menurut Manuaba (2004: 49) hiperemesis dibagi menjadi 3 derajat
dengan tanda-tandanya sebagai berikut:
a. Derajat I
12

1) Muntah berlebihan.
2) Dehidrasi ringan
3) Nyeri pada epigastrium
4) Nadi meningkat
5) Berat badan menurun
b. Derajat II
1) Tampak lemah dan apatis
2) Dehidrasi sedang
3) Turgor kulit turun
4) Lidah mengering
5) Tampak ikterus
6) Nadi meningkat, temperatur naik, tekanan darah turun
7) Hemokonsentrasi disertai oliguria
8) Badan keton dalam keringat dan air kencing
c. Derajat III
1) Keadaan umum sangat menurun
2) Kesadaran somnolen sampai koma
3) Ikterus yang makin nyata
4) Komplikasi yang mungkin tampak
(1) Ensepalopati Wernicke
a) Nistagmus
b) Diplopia
c) Perubahan mental
(2) Muntah dapat disertai darah
6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Menurut Nugroho (2010: 60-61) diagnosis hiperemesis
gravidarum adalah:
a. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan
diminum dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus
hebat.
13

b. Fungsi vetal: nadi meningkat 100 kali permenit, tekanan darah


menurun pada keadaan berat, subfebris dan gangguan kesadaran
(apatis-koma)
c. Fisik: dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat
badan menurun, porsio lunak pada vaginal touché, uterus besar sesuai
besarnya kehamilan
d. Laboratorium: kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, shift to
the left, benda keton dan proteinuria.
7. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
a. Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan gagal
ginjal, mielinolisis pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss
sindrom, hipoglikemia, sakit kuning, kekurangan gizi, ensefalopati
Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning,
avulsion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umum hiperemesis gravidarum. Pada
kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal karena
hiperemesis.
b. Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang
dari 7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah,
kecil untuk usia kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita dengan hiperemesis yang
memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul mirip
sebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka
panjang tindak lanjut penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu
hiperemesis (Rukiyah, 2010: 120).
8. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
14

keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala


yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurakan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas
atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula (Rukiyah, 2010: 122).
b. Obat-obatan.
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurangi maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering
diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu
vitamin Bl, dan B2 yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan
syaraf, jantung, otot serta meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan
sel dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual dan
muntah bagi ibu hamil dan juga membantu dalam sintesa, lemak
untuk pembentukan sel darah merah. Antihistaminika juga dianjurkan
pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik seperti disklomin
hidrokhloride avomin (Wiknjosastro, 2005: 278).
c. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara
yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar
sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang
masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama
24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan (Wiknjosastro, 2005: 279).
d. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
15

disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi


pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini (Wiknjosastro, 2005: 279).
e. Cairan parental
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glucose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter
perhari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuatkan daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan.
Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton,
khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas
pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik (Wiknjosastro, 2005: 279).
f. Diet
Ciri khas diet hipertensi adalah penekanan karbohidrat kompleks
terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak
dan gorengan untuk menekankan rasa mual dan muntah, sebaiknya
diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya
adalah karbohidrat tinggu, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total,
lemak rendah yaitu kurang dari 10% dari kebutuhan energi total,
makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas perhari, makanan
mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan
sering dalam porsi kecil dan ditingkatkan sesuai keadaan dan
kebutuhan gizi pasien.
16

Diet hiperemesis gravidarum terbagi menjadi 3, yaitu:


1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan haya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan ebrsama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan
ini kurang akan zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanna yang
bernilai tinggi gizi. Pemberian minuman tidak diberikan bersama
makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman
boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010: 123-124).
g. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medic dan psikiatrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital (Wiknjosastro, 2005: 279).

C. Tinjauan Menejemen 5 Langkah Askeb


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus
pada pasien. Manajemen kebidanan terdiri dari lima langkah yang
17

berurutan dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi


(Sulistyawati, 2010:219).
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
a. Pengkajian
Menurut Sulistyawati (2010:219) pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh
data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Sulistyawati (2010: 220–228) bagian-bagian penting
anamnesis, yaitu:
1) Data Subyektif
(1) Biodata
a) Nama
Sebagai identitas.
b) Usia/tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam
persalinan berisiko usia atau tidak.
c) Agama
Dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien dan keluarga.
d) Pendidikan terakhir
Untuk menentukan metode yang paling tepat dalam
penyampaian informasi mengenai tehnik melahirkan
bayi.
e) Pekerjaan
Menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi
dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi
yang akan dipilih selama asuhan.
f) Suku/bangsa
18

Berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh


pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.
g) Alamat
Sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini
juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju lokasi persalinan.

(2) Riwayat Pasien


a) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
b) Menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar
organ reproduksi. Data yang harus diperoleh dari
riwayat menstruasi antara lain:
(a) Manarche: usia pertama kali mengalami menstruasi.
(b) Siklus: jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya.
(c) Volume: seberapa banyak darah menstruasi yang
keluar.
(d) Keluhan: keluhan yang disampaikan oleh pasien
dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu diketahui adalah apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes
mellitus, ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis atau
anemia.
d) Pola makan
19

Untuk mendapatkan gambaran bagaiman pasien


mencukupi asupan gizinya. Data fokus mengenai asupan
mengenai asupan makanan pasien seperti kapan atau jam
berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang di makan.
e) Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan
sangat penting karena akan menentukan kecenderungan
terjadinya dehidrasi. Data yang perlu ditanyakan seperti
kapan terakhir kali minum, berapa banyak yang
diminum, apa yang diminum.
f) Pola istirahat
Data yang ditanyakan seperti kapan terakhir tidur, berapa
lama dan aktivitas sehari-hari.
g) Personal Hygiene
Beberapa pertanyaan yang diajukan seperti kapan
terakhir mandi, keramas dan gosok gigi, kapan terakhir
ganti baju dan pakaian dalam.
h) Aktivitas seksual
Data yang diperlukan berkaitan dengan aktivitas seksual
seperti keluhan, frekuensi dan kapan terakhir kali
melakukan hubungan seksual.
2) Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaaan yaitu:
(1) Keadaan Umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
sebagai berikut:
20

a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Kriteria ini jika kurang atau tidak memberikan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien
sudah tidak mampu berjalan sendiri.

(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(3) Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan ini meliputi : tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
(4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi kepala (Prihardjo, 2006: 50).
(a) Rambut: warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak.
(b) Telinga: kebersihan, gangguan pendengaran.
Tujuan pengkajian telinga adalah untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
dan pendengaran (Prihardjo, 2006: 61).
(c) Mata: konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan,
gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi mata (Prihardjo, 2006: 51).
(d) Hidung: kebersihan, polip, alergi debu.
21

Tujuan pengkajian hidung adalah untuk mengetahui


keadaan bentuk dan fungsi hidung (Prihardjo, 2006:
67)
(e) Mulut
Tujuan pengkajian mulut adalah untuk mengetahui
bentuk dan kelainan pada mulut (Prihardjo, 2006: 71).
i) Bibir: warna, integritas jaringan (lembab, kering
atau pecah-pecah).
ii) Lidah: warna, kebersihan.
iii) Gigi: kebersihan, karies.
iv) Gangguan pada mulut (bau mulut)
b) Leher : pembesaran kelenjar limfe.
Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk
leher serta organ-organ penting yang berkaitan (Prihardjo,
2006: 72)
c) Dada
Tujuan pengkajian dada adalah untuk mengetahui postur,
bentuk, kesimetrisan (Prihardjo, 2006: 87)
(a) Bentuk
(b) Simetris/tidak
d) Perut: bentuk, bekas luka operasi
e) Ekstremitas
Tujuan pengkajian ekstremitas adalah untuk menilai
ada/tidaknya gerakan ekstremitas abnormal (Uliyah dan
Hidayat, 2009: 147).
(a) Atas: gangguan/ kelainan, bentuk.
(b) Bawah: bentuk, oedem, varises.
f) Data Penunjang
(a) Laboratorium
i) Kadar Hb.
b. Merumuskan Diagnosa
22

Menurut Sulistyawati (2010:229) pada langkah ini mengidentifikasi


masalah atau diagnosis berdasarkan rangkaian masalah yang ada.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan
pencegahan. Sambil mengamati pasien, diharapkan siap bila diagnosis
atau masalah potensial benar-benar terjadi.
c. Intervensi
Menurut Sulistyawati (2010:230) pada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua
perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat
meliputi pengetahuan, teori yang terbaru serta divalidasi dengan
asumsi mengenai apa yang diinginkan pasien. Cara menghindari
perencanaan asuhan yang tidak terarah maka dibuat terlebih dahulu
pola pikir sebagai berikut:
1) Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan meliputi sasaran
dan target hasil yang akan dicapai.
2) Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang
akan dicapai.
d. Implementasi/ Penatalaksanaan
Menurut Sulistyawati (2010: 231–232) pada langkah ini rencana
asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah intervensi
dilaksanakan secara efisien dan aman.
e. Evaluasi
Menurut Sulistyawati (2010: 233) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan asuhan yang diberikan kepada pasien, mengacu kepada
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Tujuan asuhan kebidanan.
2) Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah.
3) Hasil asuhan.

D. Follow Up Perkembangan Kondisi Klien


23

Follow up perkembangan klien ditulis dalam data perkembangan


SOAP yang merupakan salah satu pendokumentasian Varney. Menurut
Mangkuji (2013: 8) SOAP merupakan singkatan dari:
S : Subyektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Berhubungan dengan maslaah dari sudut pandang klien (ekspresi
mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”
O : Obyektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain, informasi dari keluarga
atau orang lain.

A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif, diagnosis/masalah, diagnosis/masalah
potensial, antisipasi diagnosis/maslaah potensial/tindakan segera.
P : Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi: asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan tindak lanjut.
24

TINJAUAN KASUS

I. Data Dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 19 Agustus 2023 Pukul 15.00
WIB di TPMB Husnul Hidayati Tulungagung.
I.1 Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. E Nama Suami : Tn. I
Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Kawin : 1 kali Kawin : 1 kali
Umur Kawin : 23 tahun Umur Kawin : 24 tahun
Lama Kawin : 1 tahun Lama Kawin : 1 tahun
Alamat : Kedungwaru Alamat : Kedungwaru
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan merasa lemas karena mengalami mual muntah
setiap malam, sore dan pagi sejak 4 hari yang lalu tanggal 15 Agustus
2023, frekuensi semakin sering. setiap makan pagi, siang dan malam
disertai mual muntah. Dalam 1 hari frekuensi 12x/hari. Mual muntah
biasanya terjadi setelah melakukan aktivitas rumah tangga ringan
seperti menyapu dan setelah makan dengan menu nasi, sayur, lauk.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 6 hari
Jumlah : 3 koteks/hari
Konsistensi : Encer
Warna : Merah tua
Dysminorhoe : Kadang-kadang
Flour albus : Tidak pernah
25

HPHT : 2-06-2023
HPL : 9-03-202
UK : 11 1/7 minggu
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Suami Hamil PERSALINAN NIFAS Umur
Ke Ke Hidup/ Tempat Lama anak
L/P UK Penolong Penyulit Kelainan KB Menyusui
Mati Persalinan Nifas Sekarang
Hamil Ini

5. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 2,5 bulan,
pergerakan janin belum dirasakan, selama hamil klien
memeriksakan kehamilan di bidan sebanyak 3 kali.
b. Keluhan selama hamil
1) TM I : Mual muntah
2) TM II :-
3) TM III :-
c. Imunisasi yang pernah didapat TT lengkap
d. Vitamin/obat-obatan yang pernah didapat: Fe, Kalk
e. HE yang pernah didapat: Cara mengurangi mual muntah, nutrisi
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Tidak pernah menderita penyakit menular seperti: hepatitis B,
HIV/AIDS, TBC
2) Tidak pernah menderita penyakit menurun seperti, asma,
hipertensi, diabetes mellitus
3) Tidak pernah menderita penyakit menahun seperti asma
4) Tidak pernah menderita infeksi virus seperti TORCH, HIV,
AIDS
5) Tidak mempunyai alergi terhadap makanan/miuman, obat-
obatan
26

6) Tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi


b. Riwayat kesehatan suami/keluarga
1) Tidak pernah menderita penyakit menular seperti: hepatitis B,
HIV/AIDS, TBC
2) Tidak pernah menderita penyakit menurun seperti, asma,
hipertensi, diabetes mellitus
3) Tidak pernah menderita penyakit menahun seperti asma
4) Tidak pernah menderita infeksi virus seperti TORCH, HIV,
AIDS
5) Tidak mempunyai alergi terhadap makanan/miuman, obat-
obatan
6) Tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi
7) Tidak mempunyai keturunan kembar
7. Keadaan Psikososial Budaya
Ibu mengatakan kehamilan ini diharapkan
Hubungan dengan suami, keluarga dan masyarakat baik
Tidak ada pantangan terhadap makanan/minuman
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3x/hari, menu: nasi, sayur, lauk-pauk
Porsi 1 piring, minum 8 gelas/hari, jenis air
putih
Selama hamil : Makan 2x/hari, menu: nasi, sayur, lauk-pauk
Minum 5x/hari, jenis air putih, susu
Dalam 2 hari terakhir tidak makan karena tiap
makan merasa mual muntah
b. Pola Eliminasi
Sebelum hamil : BAK 4x/hari, BAB 1 x/hari, keluhan tidak ada
Selama hamil : BAK 2x/hari, BAB 1 x/hari, keluhan: 2 hari
tidak BAB
c. Pola Istirahat dan Tidur
27

Sebelum hamil : Tidur siang 2 jam, mulai jam 12.00-14.00 WIB,


tidur malam 8 jam, mulai jam 21.00- 05.00 WIB
keluhan tidak ada
Selama hamil : Tidur siang 1 jam, mulai jam 13.00-14.00 WIB,
tidur malam 8 jam, mulai jam 20.00- 04.00 WIB
keluhan setiap 15 menit sekali terbangun karena
mengalami muntah, perut terasa lapar
d. Pola Aktifitas
Sebelum hamil : Melaksanakan tugas istri, memasak,
membersihkan rumah dan melayani suami
Selama hamil : Tidak lagi melakukan tugas-tugas yang
berhubungan dengan urusan IRT dan suami
karena pasien merasa lemas
e. Personal Hygiene
Sebelum hamil : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, cuci rambut
3 x/minggu, ganti pakaian dalam 2 x/hari, ganti
baju 2 x/hari
Selama hamil : Mandi 3 x/hari, gosok gigi 3 x/hari, cuci rambut
3 x/minggu, ganti pakaian dalam 3 x/hari, ganti
baju 2 x/hari
f. Pola Seksual
Sebelum hamil : 3x/minggu, keluhan tidak ada
Selama hamil : -/minggu, keluhan lemas
g. Ketergantungan
Selama hamil, klien tidak pernah ketergantungan terhadap obat-
obatan, minuman/makanan tertentu.
28

I.2 Data Obyektif


Secara Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Postur tubuh : Tegak
Cara berjalan : Tegak
BB sebelum hamil : 56 kg
BB sekarang : 54 kg
Penurunan BB : 2 kg
Tinggi badan : 150 cm
Lingkar lengan atas: 26 cm
Tanda-tanda Vital
Tensi : 100/60 mmHg
Suhu : 36 oC
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 19 x/menit
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut lurus, hitam, tidak rontok,
tidak ada ketombe, tidak ada benjolan terlihat
Muka : Simetris, sedikit pucat, tidak anemis, tidak oedema,
tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, konjungtiva sedikit anemis, sclera putih,
tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret
Mulut dan gigi: Bibir simetris, kering, sedikit pucat tidak celosis,
tidak stomatitis
Lidah tidak glositis
Gigi bersih, tidak ada caries gigi
Gusi tidak ada ginggivitis
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran
29

kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis


Payudara : Simetris, papilla mamae bersih, menonjol, colostrum
belum keluar, tidak ada luka, tidak hiperpigmentasi.
Aksila : Tidak ada benjolan
Abdomen : Tidak ada linea nigra, tidak ada strie, tidak ada luka
bekas operasi
Genetalia : Vulva dan vagina bersih, tidak odema, tidak varices,
tidak flour albus
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas; Simetris, tidak odema, kuku bersih, tidak ada
gangguan pergerakan, terpasang infuse RL 20 tpm
tangan sebelah kanan
Ekstremitas bawah: Simetris, tidak odema, kuku bersih, tidak ada
gangguan pergerakan
b) Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara : Tidak ada benjolan, konsistensi kenyal
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada
benjolan
Leopold I : Teraba tegang, ballottment (+)
Leopold II : Belum teraba
Leopold III : Belum teraba
Leopold IV : Belum teraba
c) Auskultasi
Belum terdengar
d) Perkusi
Refleks patella kanan dan kiri: taa
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labiratorium: HB 12,4 gr%
Proteinuria : tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul luar dalam : tidak dilakukan
30

Pemeriksaan USG : -
Pemeriksaan Foto Rontgen : -

II. Interpretasi Data Dasar


Diagnosa
DS :
Klien mengatakan hamil anak pertama, Usia Kehamilan 2,5 bulan, merasa
lemas karena mengalami mual muntah setiap malam sejak 4 hari yang lalu
tanggal 15 Agustus 2023. Frekuensi semakin sering setiap makan disertai
mual muntah. Dalam 1 hari frekuensi 12x/hari .Mual muntah biasanya terjadi
setelah melakukan aktivitas rumah tangga ringan seperti menyapu dan setelah
makan dengan menu nasi,sayur,lauk.
Riwayat kehamilan:
HPHT 2-03-2014 HPL 9-12-2014 minggu UK 11 1/7 minggu. Pergerakan
janin belum dirasakan, selama hamil klien memeriksakan kehamilan di bidan
sebanyak 3 kali.
Keluhan selama hamil:
TM I : Mual muntah.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum hami: Makan 3x/hari, menu: nasi, sayur, lauk-pauk
Porsi 1 piring, minum 8 gelas/hari, jenis air putih
Selama hamil: Makan 2x/hari, menu: nasi, sayur, lauk-pauk, 2 hari tidak
makan, tiap makan merasa mual muntah
Minum 5x/hari, jenis air putih, susu
b. Pola Aktifitas
Sebelum hamil: Melaksanakan tugas istri, memasak, membersihkan
rumah dan melayani suami
Selama hamil : Tidak lagi melakukan tugas-tugas yang berhubungan
dengan urusan IRT dan suami karena pasien merasa lemas
DO:
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Composmentis
31

BB sebelum hamil: 56 kg
BB sekarang: 54 kg
Penurunan BB: 2 kg
Tinggi badan: 150 cm
Lingkar lengan atas: 26 cm Tanda-tanda vital
Tensi : 100/60 mmHg
Suhu: 36 oC
Nadi: 90 x/menit
Pernafasan: 19 x/menit
Pemeriksaan fisik:
Muka : Simetris, sedikit pucat, tidak anemis, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum
Mulut dan gigi: Bibir simetris, kering, sedikit pucat tidak celosis, tidak
stomatitis.
Abdomen:Tidak ada linea nigra, tidak ada strie, tidak ada luka bekas operasi
Ekstremitas atas; Simetris, tidak odema, kuku bersih, tidak ada gangguan
pergerakan, terpasang infuse RL 20 tpm tangan sebelah kanan.
Palpasi:
Abdomen: Tidak ada nyari tekan, tidak ada nyeri lepas, tidak ada benjolan
Leopold I: Teraba tegang, ballottment (+)
Pemeriksaan penunjang:
HB 12,4 gr%
III. Antisipasi Masalah Potensial
Diagnosa Potensial: Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan
hiperemesis gravidarum derajat I

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


1) Rehidrasi
2) He tentang hiperemesis
3) Pemenuhan nutrisi
4) Pemantauan intake output
32

V. Intervensi
Diagnosa:
Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan hiperemesis
gravidarum derajat I
Tujuan:
Tujuan jangka panjang:
Peoses kehamilan berjalan lancar tanpa adanya komplikasi.
Tujuan jangka pendek: Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan mual
muntah hilang, keadaan ibu dan janin sehat, tidak ada komplikasi

Kriteria hasil:
Keadaan umum baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal:
N: 90-150 x/menit
R: 15-30 x/menit
S: 36,5-37,5o C
Mual muntah berkurang

Intervensi:
1. Lakukan pencegahan dengan memberikan KIE pencegahan hiperemesis
grvidarum
Rasional: Pasien lebih tau keadaannya danpasienlebih tenang.
2. Berikan obat –obatan sesuai dengan gejala.
Rasional:untuk mengobati/mengurangi hiperemesis gravidarum.
3. Lakukan isolasi
Rasional: Alternatif untuk mengurangi gejala hiperemesis gravidarum.
4. Berikan terapi psikologi
Rasional:
Mengurangi kecemasan pasien
5. Berikan cairan parental
33

Rasional: memenuhi kebutuhan cairan pasien karena banyak cairan yang


keluar melalui muntah
6. Diet hiperemesis gravidarum.
Rasional: Untuk menghindari gejala mual muntah.
7. Penghentian kehamilan
Rasional: dilakukan bila keadaan ibu semakin memburuk

VI. Implementasi
Senin tanggal 19 Agustus 2023 Pukul 15.10 WIB
Diagnosa:
Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan hiperemesis
gravidarum derajat I
1. Berikan HE tentang hiperemesis hravidarum, bahwa hiperemesis
gravidarum terhadang dialami oleh ibu hamil, namun jangan khawatir
karena dapat dicegah misalnya dengan olahraga, makan buah-buahan,
banyak minum air putih, menghindari stress, dsb
2. Memberikan terapi psikologi pada klien misalnya memberi motivasi
bahwa sakitnya tersebut dapat disembuhkan dan memberitahu klien
bahwa kehamilan merupakan proses yang normal dan fisiologis untuk
mengurangi kecemasan klien
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola nutrisi agar kebutuhan nutrisi ibu
dan janin terpenuhi, misalnya dengan cara makan dengan porsi sedikit
tapi sering yaitu makan, dengan menu nasi, sayur, lauk pauk, buah buahan
dan minum 8 gelas perhari.bisa juga roti kering atau biscuit dengan teh
hangat. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
4. Menempatkan ibu dalam kamar yang sama dengan ibu hamil dan ibu nifas
lainnya tidak diruang khusus isolasi.
5. Memberitahu ibu agar jangan tiba-tiba berdiri saat bangun tidur misalnya
dengan cara duduk terlebih dahulu dalam waktu beberapa saat baru
kemudian berdiri perlahan-lahan untuk menghindari pingsan
6. Mengjurkan ibu untuk memperbanyak istirahat dan jangan melakukan
kegiatan yang berat
34

7. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.


Terapi injeksi ondansentron 1 x 1 ampul, infuse RL 20 tpm,vomil B6 1 x
1
VII. Evaluasi
Senin tanggal 19 Agustus 2023 Pukul 15.30 WIB
Diagnosa:
Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan hiperemesis
gravidarum derajat I
S: Klien mengatakan masih mual mutah.
Klien mengerti dan mau melakukan saran tenaga kesehatan
O:
KU: Cukup
Kesadaran: Composmentris
Pemeriksaan fisik: bibir kering, muka pucat, masih mual mutah. Pasien 3
sendok, menu nasi lauk saur, setelah makan pasien mutah.

A: Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan hiperemesis


gravidarum derajat I
P:
1) HE untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan, hindari stress
2) Anjurkan ibu untuk mengatur pola nutrisi
35

Catatan perkembangan
Selasa tanggal 20 Agustus 2023 Pukul 15.30 WIB
S: Klien mengatakan keadaannya sudah mulai membaik dan nafsu makan
bertambah setelah diberikan terapi obat.
Klien mengatakan masih merasa mual saat makan tetapi tidak muntah.
O:
KU: Baik
Kesadaran: Composmentis
TTV:
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu: 36 oC
Nadi: 80 x/menit
Pernafasan: 20 x/menit
Muka tidak pucat, konjungtiva merah muda, masih mual saat makan tetapi tidak
muntah, terpasang infuse RL
A: Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan hiperemesis
gravidarum derajat I
P: Penatalaksanaan
1. Memberikan HE untuk banyak minum air putih dan makan buah-
buahan, hindari stress
2. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola nutrisi
3. Memberitahu ibu agar jangan tiba-tiba berdiri saat bangun tidur
4. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak istirahat dan jangan
melakukan kegiatan yang berat
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, terapi injeksi
ondansentron 1 x 1 ampul IV, infuse RL 20 tpm, vomil B6 1 x 1,
Antasida syrup 1 x 1 sendok teh.
36

Catatan perkembangan
Rabu tanggal 21 Agustus 2023 Pukul 16.00 WIB
S: Klien mengatakan keadaanya sudah baik, pada saat makan ibu sudah tidak
merasa mual dan muntah
O:
KU: Baik
Kesadaran: Composmentis
TTV:
Tensi : 120/80 mmHg
Suhu: 36 oC
Nadi: 80 x/menit
Pernafasan: 20 x/menit
Muka tidak pucat, konjungtiva merah muda, sudah tidak mual-mutah.
A: Ny. E usia 24 tahun G1P0000 UK 11 1/7 minggu dengan hiperemesis
gravidarum derajat I
P: Penatalaksanaan
1. Memberikan HE untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan,
hindari stress
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengatur pola nutrisi
3. Memberitahu pada ibu agar jangan tiba tiba berdiri saat bangun tidur
4. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak istirahat dan jangan melakukan
kegiatan yang berat
5. Melanjutkan untuk mengkonsumsi obat-obatan sesuai anjuran. vomil B6 1
x 1, Antasida syrup 1 x 1 sendok teh.
6. Pasien diperbolehkan pulang

Menganjurkan untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan
37

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, ER dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yohyakarta:


Nuha Medika. Hal: 143, 131-137.

Bandiyah. S. 2009. Kehamilan, Persalinan dan Gangguan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 10-11, 18.

Dinkes Jatim. 2012. Profil Kesehatan Jawa Timur 2012. Surabaya. Dinkes Jatim.

Dinkes Kab. Tulungagung. 2012. Profil Kesehatan Tulungagung 2012.


Tulungagung: Dinkes Tulungagung.

Hidayat, A.AA. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 51, 99, 100.

Kemenkes RI. 2012. Bidan Berperan Penting Turunkan AKI dan AKB.
buk.depkes.go.id. diakses tanggal 03/12/2013. 16:34 PM.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta:
Kemenkes.

Mangkuji, B, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC. Hal:
8.

Manuaba, IBG. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: EGC. Hal: 49.

Manuaba, IAC. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Hal: 35, 47.

Nugroho, T. 2010. Kasus Emergency Kebidanan Untuk Kebidanan dan


Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 59.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Hal: 213.

Rukiyah, AI dan Yuliati. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).


Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, AB. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 89.
38

Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal: 96, 100.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Hal: 275.

Anda mungkin juga menyukai