Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba, 2012). Sedangkan menurut Prawirohardjo kehamilan
merupakan masa dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai
9 bulan (Prawirohardjo, 2010).
b. Tanda gejala
1) Tanda kemungkinan hamil
Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Wiknjosastro tahun 2009
adalah :
a) Amenorhe, gejala ini penting karena wanita hamil tidak dapat haid
lagi.
b) Nause (enek) dan emesis (mual), enek terjadi umumnya pada bulan-
bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang emesis sering
terjadi dipagi hari.
c) Sering buang air kecil.
d) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.
e) Perubahan warna pada jaringan vagina dan serviks.
f) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar disekitar putting
menjadi menonjol.
g) Pembesaran rahim dan perut.
h) Kontraksi sebentar-sebentar dan terasa nyeri.
(Wiknjosastro, 2009)
2) Tanda tidak pasti kehamilan
Menurut Sulistyawati tahun 2010, tanda tidak pasti kehamilan yaitu :
a) Rahim membesar
b) Tanda hegar
c) Tanda Chadwick, warna kebiruan pada serviks, vagina, dan vulva
d) Tanda Piskacek, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah
sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut.
e) Braxton Hicks, bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba)
akan mudah berkontraksi
f) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat
g) Ballotement positif, jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu
dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka akan
terasa “pantulan” disisi yang lain.
h) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif, tes urine ini dilakukan
minimal satu mminggu setelah proses pembuahan. Tujuan dalam
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar hormon
gonadotropine dalam urine. Kadar yang melebihi ambang normal,
mengindikasikan bahwa wanita mengalami kehamilan.
(Sulistyawati and Nugraheni, 2010)
3) Tanda pasti kehamilan
Menurut Sulistyawati tahun 2010, tanda-tanda pasti kehamilan adalah :
a) Terdengar denyut jantung janin (DJJ)
b) Terasa gerak janin
c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio
d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16
minggu)
(Sulistyawati and Nugraheni, 2010)
c. Perkembangan Janin Kehamilan Trimester I
Trimester pertama kehamilan adalah masa pada Minggu 0 – 12. Pada masa
trimester pertama ini terdapat 3 periode penting pertumbuhan bayi di dalam
rahim. Ketiga masa pertumbuhan bayi tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Masa Germinal, yaitu masa antara Minggu ke-0 sampai Minggu ke-3.
Proses pembuahan sel telur oleh sel sperma terjadi pada minggu ke-2,
dimulai sejak hari pertama menstruasi yang terakhir kalinya. Sel telur
yang sudah dibuahi tersebut akan mengarah ke sisi lain dari tuba fallopi,
kemudian melengketkan diri pada dinding uterus (endometrium).
2) Masa Embrio, yaitu masa antara Minggu ke-3 sampai Minggu ke-8
Pada masa ini, sistem saraf pusat, struktur anatomi dan organ-organ
penting bagi tubuh mulai terbentuk. Misalnya mulai terjadi
pembentukan mata, lidah, mulut. Organ hati sebagai penawar racun
nantinya juga mulai memproduksi sel darah. Janin yang terbentuk mulai
berubah dari sekedar blastosis menadi bentuk embrio yang berukuran
sekitar 1,3 cm dengan kepala yang lebih besar dari badan.
Pada minggu ke-6, kumpulan sel (blastosis) berkembang menjadi
embrio yang memiliki panjang sekitar 4 mm dan berat kurang dari 1
gram. Pada masa ini ciri wanita hamil pun belum dapat dilihat tanpa
meraba perutnya. Pada minggu ini organ penting seperti otak, jantung,
sistem pencernaan dan juga sistem saraf telah terbentuk. Begitu juga
dengan bagian anatomi tubuh lain semisal dada, kepala, tungkai, tulang
belakang dan juga lengan.
Pada awal minggu ke-6 jantung hanya berbentuk tabung bengkok yang
mirip dengan huruf “S”. Beberapa minggu kemudian tabung tersebut
terbagi menjadi 4 bagian yang nantinya dikenal dengan nama bilik kiri,
bilik kanan, serambi kiri dan serambi kanan. Saat dilakukan
pemeriksaan melalui USG, embrio ini akan terlihat seperti sedang
mengambang dalam cairan. Cairan inilah yang nanti akan menjadi
ketuban. Makanan embrio pun didapatkan dari kantong kuning telur
primer yang terlihat seperti balon yang melekat pada embrio.
3) Masa Fetus, yakni masa antara Minggu ke-9 sampai Minggu ke-12.
Pada masa ini semua organ penting tumbuh dengan sangat cepat dan
memiliki kaitan antara satu dengan lainnya. Aktivitas di dalam otak
juga sudah mengalami peningkatan. Itulah sebabnya, bayi mulai
mempelajari apa-apa berdasarkan emosional dan kegiatan ibunya.
Setelah minggu ke-9, panjang janin sekitar 3 cm dan beratnya mencapai
3 gram. Hampir 4 kali lipat dari ketika usianya masih minggu ke-6.
Badan janin pada masa ini mulai tampak lurus. Walaupun masih
tertekuk ke depan. Organ pun mulai tampak.
Pada masa inilah embrio telah berubah menjadi janin yang akan
berkembang menjadi bayi sempurna. Organ jantung telah memiliki 4
ruang dan berdetak dengan detakan sekitar 180 kali per menit.
Meskipun beberapa bagian organ lain belum berfungsi, namun semua
bagian tubuh bayi berkembang dengan sangat cepat.Pada bagian
kepala, terdapat dahi yang tinggi, juga ada hidung dan mulut. Selain itu,
pergelangan tangan dan jari pun sudah muncul untuk pertama kalinya,
disusul terbentuknya peraba pada ujung jari.
Jika dilakukan pemeriksaan melalui USG, kepala janin akan tampak
lebih besar daripada badannya. Hal ini menunjukkan bahwa otak dan
kepala janin tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan organ lainnya.
Sedangkan, bentuk tangan dan kaki belum bisa dibedakan karena masih
kelihatan serupa. Tapi nantinya pertumbuhan tangan akan lebih cepat
daripada pertumbuhan kaki.
d. Perubahan Fisiologis
Menurut Prawirohardjo tahun 2010 perubahan fisiologi kehamilan antara
lain :
1) Uterus
Selama kehamilan uterus beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, dan amnion) sampai persalinan. Uterus
mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa
minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
2) Serviks
satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada
seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasie
pada kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2010).
3) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlibat
jelas pada kullit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga pada
vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda
chadwick (Prawirohardjo, 2010).
4) Kulit abdomen
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum
(Prawirohardjo, 2010).
5) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya lebih
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukuranya dan
vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putting payudara akan
lebih besar, kehitaman, dan tegak (Prawirohardjo, 2010).
6) Perubahan metabolik
Pada kehamilan diperkirakan berat badan akan bertambah sampai 12,5
kg (Prawirohardjo, 2010).
7) Sistem kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini
terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu juga
terjadi peningkatan denyut jantung (Prawirohardjo, 2010).
8) Traktus digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
bergeser. Demikian juga yang lainya seperti appendiks yang akan
bergeser ke arah atas dan lateral (Prawirohardjo, 2010).
9) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan tertekan
uterus yang mulai membesar sehingga sering menimbulkan sering
berkemih (Prawirohardjo, 2010).
e. Perubahan Psikologis
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap
kenyataan bahwa ibu sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa
sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa dirinya hamil (Mirza,
2008). Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan
untuk melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal
ini akan terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali
mengalami keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional wanita
yang cemas akan kemungkinan terjadi keguguran kembali. Berat badan
sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan
dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena tubuhnya
menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil (Mirza, 2008). Pembuktian
kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan
cermat setiap perubahan tubuh, bukti yang paling kuat adalah terhentinya
menstruasi.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang
satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu
terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur
dan terbuka terhadap pasangannya masing-masing. Libido secara umum
sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah lain
merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester pertama (Mirza,
2008). Beberapa perubahan psikolagi di kehamilan trimester I antara lain
:
1) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya.
2) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
3) Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya sedang
hamil.
4) Mengalami gairah seks yang lebih tinggi tapi libido turun.
5) Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
6) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga.
7) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.
8) Mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil
9) Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada trimester pertama
berbeda2, kebanyakan wanita hamil mengalami penurunan pada periode
ini
f. Kebutuhan Pada Ibu Hamil
1) Oksigen (O2)
Konsumsi keseluruhan O2 meningkat sekitar 15% sampai 20% dalam
kehamilan sekitar setengah dari peningkatan ini disebabkan oleh rahim
dan isinya. Sisanya disebabkan terutama oleh peningkatan kerja ginjal
dan jantung ibu. Penambahan yang lebih kecil adalah akibat kerja otot
pernafasan dan payudara (Neville F. Hacker & J. George Moore, 2001).
2) Nutrisi
Untuk mengkondisikan perubahan yang terjadi selama kehamilan,
banyak nutrient yang digunakan dalam jumlah besar dari pada jumlah
yang dibutuhkan orang dewasa normal. Recomendasi untuk
meningkatkan asupan nutrisi tertentu selama kehamilan telah diatur
oleh national Research Concil (1989) dalam bentuk RDA. Nutrisi-
nutrisi yang dibutuhkan antara lain:
a) Energi
Sumber utama energi adalah karbohidrat.
b) Cairan
Asupan cairan yang cukup memperbaiki BAB yang kadang-kadang
menjadi masalah selama hamil. Jumlah masukan cairan yang
direkomendasikan dalam sehari sekitar 6-8 gelas (1500 sampai
2000 ml).
c) Vitamin
Terdapat peningkatan kebutuhan vitamin A, D, E, K selama hamil
serta B6 dan B12.
d) Zat Besi
Kebutuhan wanita hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan
plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran
zat besi yang perlu ditimbun selama hamil adalah 1040 mg.
e) Kalsium
Asupan kalsium yang dianjurkan kurang lebih 1200 mg/hari. Bagi
ibu hamil yang berusia diantara 25 tahun cukup 800 mg.
f) Asam folat
Merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil
berlipat dua kali.
g) Seng
Jumlah seng yang direcomendasikan selama hamil ialah 15 mg
sehari. Dapat diperoleh dari daging, kerang, roti, gandum utuh dan
sereal.
h) Natrium
Selama hamil konsumsi natrium di bawah 35 gr/hari.
3) Personal Hygiene
a) Kebersihan tubuh
Memberikan rasa nyaman dan memberikan ketenangan karena tubuh
yang dirawat akan menghindari dari infeksi penyakit.
b) Mulut (gusi dan gigi)
Memeriksa gigi dengan teratur dan merawat dengan baik pada masa
hamil sangat penting karena perubahan hormonal selama kehamilan
dapat menyebabkan masalah gigi.
c) Payudara
Menjaga putting susu selama hamil sangat penting untuk persiapan
pada saat laktasi.
d) Mandi
Mandi minimal 2x sehari
e) Vulva
Merupakan pintu gerbang bagi kelahiran anak. Kebersihan vula
harus dijaga betul-betul dengan lebih serius membersihkannya.
4) Kebutuhan istirahat.
Kebutuhan istirahat pada ibu hamil trimester I meningkat dikarenakan
pada kehamilan trimester I banyak ketidaknyamanan yang
menyebabkan kebutuhan istirahat bertambah.Untuk memenuhi
kebutuhan istirahat maka istirahat pada siang hari juga ditingkatkan.
g. Ketidaknyamanan pada kehamilan
1) Mual dan Muntah (Morning sickness)
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Seratus dari seribu kehamilan, gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormone estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik
kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena system saraf pusat
atau pengosongan lambung yang berkurang. Apabila mual dan muntah
terlalu sering dan banyak maka disebut hiperemesis gravidarum.
Banyak ibu hamil yang merasa mual juga merasa keletihan, tetapi tidak
semua ibu hamil merasakan hal demikian. Hal ini dapat diatasi dengan
menganjurkan wanita hamil untuk menyelingi makanan pereda mual.
Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada
beratnya gejala. Rasa mual pada awal kehamilan dapat juga
ditanggulangi dengan menggunakan terapi pelengkap antara lain
dengan aromaterapi campuran (blended) antara peppermint dan ginger
oil. Aromaterapi memberikan ragam efek bagi penghirupnya. Seperti
ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi
mual.
Aromaterapi dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi mual
muntah pada ibu hamil trimester pertama. Ketika minyak essensial
dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem
limbik di otak. Sistem limbik adalah daerah yang memengaruhi emosi
dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal, kelenjar
hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut
jantung, tekanan darah, stess, memori, keseimbangan hormon, dan
pernafasan. Begitu banyak jenis minyak essensial yang ada. Jenis
minyak essensial yang biasa digunakan adalah peppermint, spearmint
(tiga tetes), lemon dan jahe (dua tetes). Menurut hasil penelitihan yang
dilakukan oleh Santi, Dwi Rukma dengan judul penelitihan “Pengaruh
Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil terhadap Rasa Mual
pada Ibu Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban
“ menyatakan bahwa Menurut Rahmi Fitria (pengelola rumah marun
spa), minyak atsiri blended peppermint dan ginger dapat digunakan
untuk menurunkan rasa mual pada ibu hamil dengan alasan aroma yang
dihasilkan lebih kuat sehingga lebih efektif untuk menurunkan rasa
mual pada ibu hamil (Santi, 2013). Sementara menurut sebuah ulasan
yang dipublikasikan oleh jurnal obstetrik & Ginekologi, jahe (ginger)
dapat membantu para wanita hamil mengatasi derita morning sickness
tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam
kandungannya. Selain jahe, peppermint juga punya khasiat untuk
mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan
kandungan menthol (50%) dan methone (10-30%) yang tinggi
(Muchdi, Naniek, 2009). Peppermint telah lama dikenal memberi efek
karminatif dan antispasmodik, secara khusus bekerja di otot halus
saluran gastrointestinal dan saluran empedu, sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh aromaterapi blended peppermint dan ginger
oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester satu di Puskesmas
Rengel Kabupaten Tuban.
Selain penggunaan minyak aromatherapy, untuk mengatasi rasa mual
yang dialami oleh ibu hamil trimester I adalah dengan :
a) Minum teh hangat dan gula saat bangun tidur sebelum berjalan.
b) Makanan porsi kecil sering, yang bergizi.
c) Hindari makanan yang berlemak.
d) Hindari bau atau faktor penyebab.
e) Duduk tegak setiap kali selesai makan.
f) Makan makanan kering dengan minum diantara waktu makan
g) Minum minuman berkarbonat
h) Bangun secara berlahan dan hindari melakukan gerakan tiba-tiba
i) Hindari menggosok gigi segera setelah makan
j) Istirahat sesuai kebutuhan dengan posisi kaki ditinggikan saat
berbaring.
k) Hindari tempat tertutup dan cari tempat dengan udara sejuk.
(Rinata dan Ardillah, 2014)
2) Sering kencing
Terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Ibu hamil akan mengalami
sering buang air kecil baik siang/malam. Hal ini karena rahim
membesar menekan kandung kemil atau adanya perubahan hormonal.
Pada trimester III timbul lagi karena kepala janin mulai turun ke bawah
PAP, sehingga kandung kencing tertekan kembali.
a) Hidroreter dekstra dan pielitis dekstra :
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh
progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar karena lebih
banyak mengalami tekanan dibandingkan ureter kiri. Hal ini
disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar kearah kanan.
b) Poliuria
Karena peningkatan sirkulasi darah diginjal saat kehamilan,
sehingga filtrasi di glomerolus juga meningkat lebih, lebih banyak
dikeluarkan urea, asam urine, glukosa, asam amino, asam folik
dalam kehamilan. Adapun beberapa cara untuk mengatasi masalah
sering kencing yang dialami ibu hamil, yaitu:
(1) Berkemihlah segera setiap ada keinginan untuk berkemih.
(2) Tingkatkan asupan cairan siang hari dan kurangi asupan cairan
malam hari, hindari cafein.
(3) Tingkatkan kebersihan genetalia.
c) Chloasma Gravidarum
Berupa bintik-bintik hitam atau bercak hiperpigmentasi kecoklatan
pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi. Chloasma di alami
50% - 70% wanita hamil, dimulai minggu ke-16 dan meningkat
secara bertahap sampai bayi lahir. Hal ini disebabkan karena
pengaruh hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormone) yang
dikeluarkan juga didorong oleh sinar matahari yang mengenai kulit.
Beberapa cara untuk mengatasi cloasma gravidarum yang dapat
dilakukan ibu, yaitu:
(1)Melengkapi Kebutuhan Asam Folat
(2)Makanan yang mengandung asam folat sangat baik untuk ibu
hamil, selain dapat mendukung pekembangan janin. Menurut
penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan folat dapat
dikaitkan dengan hiperpigmentasi. Pilihan yang baik
mengandung asam folat termasuk sayuran berdaun hijau, jeruk,
roti gandum, dan sereal gandum.
d) Konstipasi
Disebabkan karena reaksi otot halus diusus besar dengan adanya
jumlah progesteron yang meningkat reabsorbsi air di usus besar
meningkat. Progesteron dan penekanan terhadap perut oleh gerak
kinerja yang menurun dalam saluran pencernaan. Selain itu obstipasi
juga disebabkan oleh hipoperistaltik (perlambatan usus). Pilihan
makanan yang tidak lazim, kurang cairan, disertai abdomen akibat
kehamilan dan pergeseran usus akibat kompresi. Beberapa cara
untuk meringankan kejadian konstipasi yaitu :
(1)Menambah asupan serat makanan dan minum cairan yang cukup
(2)Olah raga teratur
(3)Kurangi asupan suplemen fe jika kondisinya parah, bila tetap
ingin mengkonsumsinya konsultasikan dengan tenaga medis
yang kompeten
(4)Membiasakan BAB teratur dan BAB segera setelah ada dorong
h. Tanda Bahaya Kehamilan
Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan berusia 0 – 12
minggu ,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya
komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda. Tanda
Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
1) Perdarahan pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22
minggu.Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup
normal. Pada masa awal kehamilan, ibu akan mengalami perdarahan
yang sedikit (spotting) di sekitar waktu terlambat haidnya. Perdarahan
ini adalah perdarahan implantasi dan normal, perdarahan kecil dalam
kehamilan adalah pertanda dari “Friabel cervik”. Perdarahan semacam
ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi.Jika
terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang menimbulkan rasa
sakit pada ibu.Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan mola atau
kehamilan ektopik.
2) Mual Muntah Berlebihan (Hiperemesis Gravidarum)
Mual (nausea) dan muntah (vomiting) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.Mual dan muntah terjadi
pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Perasaan mual
ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum.
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung
sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis
gravidarum.Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat
ringanya penyakit.
3) Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah
sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau berbayang.Hal
ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat
menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.Sakit
kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya disebabkan
oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon kehamilan,
khusunya hormon progesteron. Jika ibu hamil merasa lelah, pusing atau
tertekan atau pandangan mata bermasalah, sakit kepala akan lebih
sering terjadi atau makin parah, jika sebelumnya menderita migrain
kondisi ini dapat semakin bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama
kehamilan.

2. Anemia dalam Kehamilan


a. Pengertian
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika
ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan
III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami,
2016). Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena
ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode
kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar
hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%.
Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan <10
g/dl pada trimester kedua dan ketiga menjadi batas bawah untuk menjadi
penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai – nilai ini kurang lebih sama nilai
Hb terendah pada ibu - ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu
11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan
ketiga (Prawirohardjo,2010).
b. Penyebab
Penyebab anemia dalam kehamilan adalah :
1) Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding
dengan peningkatan volume plasma
2) Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),
dimana zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
3) Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan
ketidaktahuan tentang pola makan yang benar
4) Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
5) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
6) Hamil saat masih remaja (Prawirohardjo,2010; Proverawati,
2011;Pratami, 2016)
Huliana (2008) menyatakan bahwa penyebab anemia umumnya
adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam makanan yang
konsumsi, penyerapan yang kurang baik (malabsorpsi), kehilangan darah
yang banyak, persalinan yang lalu, haid dan lain-lain, penyakit-penyakit
kronis : TBC, Paru, Cacing usus, malaria, dan lain-lain (Huliana,2008).
Wibisono,dkk menyatakan bahwa penyebab anemia pada ibu hamil adalah
kurang zat besi, kurang konsumsi makanan, yang mengandung zat besi, dan
adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, 2009).
Di Indonesia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga biasa
disebut anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi adalah salah satu keadaan
yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilan (Waryana, 2010).
c. Klasifikasi
1) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya dengan cara
pemberian tablet Fe atau tablet besi sesuai kebutuhan zat besi pada ibu
hamil, tidak hamil, dan dalam laktasi yang dianjurkan. Penyebab
anemia defisiensi besi ini disebabkan karena perdarahan, kurangnya
asupan makanan yang mengandung zat besi, dan gangguan penyerapan
zat besi dalam tubuh. Anemia defisiensi dalam kehamilan dapat
menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan resiko persalinan
premature serta hemoglobin dalam tubuh yang membawa oksigen
keseluruh jaringan berkurang yang akan menyebabkan ibu hamil lebih
mudah merasa cepat lelah dan kurang energi (Proverawati, 2011).
2) Anemia Megaloblastik
Anemia ini terjadi karena kekurangan asam folat (pteryglutamic
acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) dalam tubuh.
Kejadian anemia megaloblastik ini jarang terjadi dimasyarakat
(Proverawati & Asfuah, 2009). Pengobatannya adalah sebagai berikut:
a) Asam folat 15-30 mg per hari
b) Vitamin B12 3x1 tablet per hari
c) Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
d) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberi transfusi darah.
3) Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya
biasanya menjadi lebih berat. Gejala utamanya adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
4) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui,
kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan
radiasi.
d. Diagnosa
Diagnosa pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah yang lebih hebat dari kehailan
muda. Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin (Hb) dapat dilakukan
dengan alat sahli atau digital. Kondisi Hb dapat digolongkan sebagai
berikut:
1) Hb 11 gr% : tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : anemia ringan
3) Hb 7-8 gr% : anemia sedang
4) Hb <7 gr% : anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III (Proverawati & Asfuah, 2009).
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia dalam kehamilan menurut Handayani Wiwik dan
Haribowo (2008) gejala klinis anemia dibagi menjadi 3 goilogan besar yaitu
:
1) Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut sebagai sindrom anemia atau anemic
syndrome.Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua
jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian
rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoxia organ target
dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Gejala tersebut bila diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
a) Sistem kardiovaskuler lesu, cepat lelah, palpitasi takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
c) Sistem urogenital gangguan haid dan libido menurun .
d) Epitel : warna p;ucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun
serta rambut tipis dan halus.
2) Gejala khas masing masing Anemia
a) Anemia defisiensi besi : disfagia atrofi papil lidah, stomatitis
angularis.
b) Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue).
c) Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
3) Gejala akibat penyakit dasar
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia
tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang berat akan menimbulkan gejala sepeti pembesaran
parotis dean telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
f. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain; kurang zat besi, kehilangan darah yang berlebihan, proses penghancuran
eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi
(Pratami, 2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb
(Prawirohardjo, 2010). Sedangkan volume plasma yang terekspansi
menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung
eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi.
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus
meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai
ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika
titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010). Jumlah eritrosit dalam
sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume plasma meningkat 45-
65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit
menurun menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali normal tiga
bulan postpartum. Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama
kehamilan, antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin
19%. Pada awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi
6 minggu dan selanjutnya laju peningkatan melambaat. Jumlah eritrosit mulai
meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III (Pratami,
2016).
g. Komplikasi
1) Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Pratami kondisi anemia sanggat menggangu kesehatan
ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi
selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan
prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan
resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang
dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum, perdarahan
antepartum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat menyebabkan
gangguan selama persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan
mengejan, kala I lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan
ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan operasi, retensio plasenta,
serta perdarahan post partum primer maupun sekunder akibat atonia
uterus (Pratami, 2016).

2) Komplikasi Anemia pada Janin


Anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan janin
yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi berkurang, serta suplai
oksigen dalam plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga
menimbulkan beberapa resiko pada janin seperti kematian intra-uteri,
berat badan lahir rendah (BBLR), resiko terjadinya cacat bawaan,
peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau
tingkat inteligensi bayi rendah (Pratami, 2016).
h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Secara Medis
Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian zat besi oral
dapat mengatasi kejadian anemia pada kehamilan karena defesiensi zat
besi, pemberian zat besi oral dimulai trimester II kehamilan dampaknya
dapat meningkatkan kadar Hb dan firitin serum dibandingkan dengan
pemberian plasebo. Penelitian lain juga membuktikan pemberian zat besi
oral harian selama empat minggu memiliki hasil yang lebih baik dalam
meningkatkan kadar Hb rata-rata 19,5 g/dl (Pratami, 2016) tetapi
pemberian suplemen zat besi oral sering kali menimbulkan efek samping
mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang mengkonsumsi zat besi oral
pada dosis pengobatan mengalami efek saamping seperti mual, muntah,
konstipasi atau diare (Pratami, 2016).
Terapi oral merupakan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg per hari dapat
meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) sebanyak 1 gr/dl per bulan. Kini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 µg asam
folat untuk profilaksis anemia. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada
gluteus dapat meningkatkan hemoglobin (Hb) lebih cepat yaitu 2 gr%.
Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek
samping utama yaitu reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan
dosis 0,5 cc/im dan bila tidak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis
(Prawirohardjo, 2009).
Transfusi darah juga digunakan dalam menangani anemia berat
padaibu hamil, namun penanganan ini juga menimbulkan resiko seperti
infeksi, penularan virus atau bakteri yang dapat membahayakan ibu dan
janin (Pratami, 2016). Dalam menangani anemia, tenaga kesehatan harus
menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh ibu
hamil tersebut.
2) Penatalaksanaan Dirumah
Selain pemberian zat besi dan asam folat, upaya yang perlu
dilakukan tenaga kesehatan terhadap ibu hamil yang mengalami anemia
dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya zat besi,
asam folat, serta kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Dengan diberikan
pendidikan kesehatan diharapkan ibu hamil dapat mengetahui kondisi apa
saja yang dapat terjadi selama kehamilanya sehingga lebih memperhatikan
kesehatan dirinya dan janin yang dikandungnya (Proverawati, 2011).
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap
sebagai berikut
a) Test penyaring : test ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen komponen berikut ini ;
(1) Kadar hemoglobin
(2) Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC)
(3) Apusan darah tepi
b) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui
kelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang
dikerjakan meliputi laju endap darah (LED) , hitung diferensial,
dan hitung retikulosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini harus dikerjakan
pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis
definitif meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini akan
dikerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga
fungsinya adalah untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis
tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi komponen berikut ini :
(1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin,
dan feritin serum.
(2) Anemia megaloblastik : asam folat darah atau eritrosit, vitamin
B12.
(3) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, test coombs, dan
elektroforesis Hb.
(4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sito kimia.
2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis meliputi |:
a) Faal ginjal
b) Faal endokrin
c) Asam urat
d) Faal hati
e) Biakan kuman
3) Pemeriksaan penunjang lain
a) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
histopatologi.
b) Radiologi : toraks, bone survay, USG, atau limfangiografi.
c) Pemeriksaan sitogenetik
d) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase chain
reaction, FISH = Fluorescence in situ hybrydization )
4) Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip sebagai berikut :
a) Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan
b) Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
(1) Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah
jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi
darah merahyang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan
payah jantung tersebut.
(2) Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini berganbtung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya
preparat besi untuk anemia defisiensi besi.
(3) Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobarti penyakit dasar
yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacaing tambang harus diberikan obat
anti cacing tambang.
(4) Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan,
jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi ini
hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang
mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini penderita harus diawasi
dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi diteruskan, tetapi
jika tidak terdapat respon maka harus dilakukan evaluasi kembali.
j. Pathway anemia dalam kehamilan
B. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan
1. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Antenatal care (ANC) adalah pengawasan selama masa kehamilan
untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini
penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini
komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan yang terjadi
(Manuaba, IBC, 2008; h. 25).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Evayanti, Y (2014) dalam
Jurnal Ilmiah Kebidanan Program Studi Kebidanan Universitas
Malahayati B. Lampung (Vol. 1 No.2; 2015) dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami Pada Ibu Hamil Terhadap
Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Wates
Lampung Tengah Tahun 2014 “. Keteraturan kunjungan antenatal care
selama kehamilan dipengaruhi yang pertama kurangnya pengetahuan
ibu tentang kunjungan antenatal, kedua ada kaitannya dengan lebih
banyak ibu yang kurang mendapat dukungan dari suami sehingga ibu
tidak mendapatkan dorongan dari luar untuk memotivasi ibu agar
melakukan kunjungan Antenatal Care secara teratur, ketiga disebabkan
karena rendahnya pendidikan responden, hasil wawancara bebas
sebagian besar ibu memiliki latar belakang pendidikan SMP, keempat
disebabkan kerena ibu lebih banyak bekerja diluar rumah, dan kelima
disebabkan karena ada kaitan ibu sulit mengatur waktu karena habis
untuk memberi perhatian dan mengurus anak-anaknya dirumah.
Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care (ANC), menurut
Kemenkes RI (2012; h. 08-12) asuhan standar minimal “10 T” yang
meliputi :
a. Timbang berat badan dan Tinggi badan
Penambahan berat badan normal pada ibu hamil adalah 11,5-16 kg
dan apabila kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Periksa Tekanan darah
c. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA dilakukan pada saat kunjungan ANC pertama
dengan standar minimal ukuran LiLA bagi wanita dewasa yaitu
minimal 23,5 cm.
d. Pengukuran Tinggi fundus uteri
Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin.Jika TFU tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan
janin.
e. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Dalam menentukan presentasi janin dilakukan dengan caraLeopold
yang terdiri dari 4 leopold. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.DJJ
lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari
160x/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Skrining imunisasi tetanus dan beri imunisasi Tetanus Toxoid
g. Beri Tablet Fe minimal 90 tablet selama kemamilan
h. Temu wicara
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal meliputi
kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami dalam
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, asupan
gizi seimbang, penyakit menular dan tidak menular, inisiasi
menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif, KB paska persalinan,
imunisasi.
i. Pelayanan tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pertama adalah pemeriksaan golongan
darah. Pemeriksaan laboratorium rutin yaitu pemeriksaan
kadarhemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan laboratorium khusus
dilakukan bila ibu hamil memiliki indikasi tanda bahaya
kehamilan. Pemeriksaan laboratorium khusus meliputi: golongan
darah, protein urin, kadar gula darah, darah malaria, tes sifilis, HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), Bakteri Tahan Asam (BTA).
j. Tatalaksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus
yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
2. Manajemen Kebidanan
Kebidanan adalah bagian ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian
yang dimaksud objek ilmu ini adalah kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir (Prawirohardjo, S, 2010).
Asuhan kebidanan adalah pelaksanaan fungsi bidan dalam kegiatan
yang menjadi tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, persalinan, bayi baru lahir, nifas serta
keluarga berencana (Estiwidanti, D, 2008; h.12).
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir
bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani, D, 2008; h. 124).
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari beberapa
langkah yaitu :
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar), pada langkah pertama
dilakukan pengkajian melalui pengumpulan semua data dasar yaitu
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, peninjauan
catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan data laboratorium.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar), pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang
telah dikumpulkan.
c. Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial), pada
langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi.
d. Langkah IV (Identifikasi Perlunya Penanganan Segera), bidan atau
dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan konsultasi
atau penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V (Perencanaan Asuhan Menyeluruh), pada langkah ini,
direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Rencana), perencanaan ini dapat
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan,
dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut.
g. Langkah VII (Evaluasi), dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana dapat dianggap
efektif jika pelaksanaannya efektif (Saminem, 2008;h.15-20).
Menurut Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 pencatatan
dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia. Pencatatan tersebut ditulis dalam catatan perkembangan
SOAP dan partograf. Menurut Muslihatun WN, Mufdlilah, Setyawati
N (2010;h.123) pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan
diterapkan dengan metode SOAP.
S (Subjektif) : mancatat hasil anamnesa yang dilakukan
O (Objektif) : mencatat hasil pemeriksaan
A (Assessment) : kesimpulan dari data-data subjektif/objektif dan
mencatat diagnosa
P (Plan) : apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
pengevaluasian.
Pendokumentasian SOAP ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi ditulis
sebagai berikut :
SOAP Hamil
1) Subjektif
Menurut Saifuddin AB (2011;h.279) data sujektif yang dikumpulkan
yaitu biodata ibu dan suami, keluhan utama yang dirasakan ibu,
riwayat haid, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kehamilan lalu,
riwayat KB, pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kebiasaan yang
merugikan kesehatan, riwayat psikososial
2) Objektif
Menurut Saifuddin AB (2011;h.280) data objektif yang
dikumpulkan yaitu pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan
abdomen, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG.
3) Analisa
Diagnosa wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi (G)
paritas (P) abortus (A), umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri,
letak kepala, keadaan umum baik. Masalah, berhubungan dengan
diagnosis.Kebutuhan pasien, ditentukan berdasarkan keadaan dan
masalahnya (Saminem, 2008; h.27).
4) Penatalaksanaan
Menurut Sulistyawati, A (2009; h.147), pelaksanaan
asuhan pada kunjungan ulang disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan kehamilan, misalnya: menjelaskan pada klien
mengenai ketidaknyamanan normal yang dialami; mengajarkan ibu
tentang materi pendidikan kesehatan pada ibu hamil sesuai dengan
usia kehamilan; mendiskusikan mengenai rencana persiapan
kelahiran dan jika terjadi kegawatdaruratan; mengajari ibu
mengenal tanda-tanda bahaya dan memastikan ibu untuk
memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya;
membuat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alifah, Nur Rizqi. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu
Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Gamping II.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14541/NASKAH
%20PUBLIKASI_Penelitian.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 21
Oktober 2017.

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Budiarni, W, dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi dengan


Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat pada Ibu Hamil. Journal of
Nutrition Collage, Volume 1, Nomer 1tahun 2012.

Cunningham, et.al. 2013. Obstetri Williams. Terjemahan Andry Hartono. Jakarta:


EGC.

Fatmah. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat/ Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Fitrianingsih. 2010. Farmakologi: Obat-Obat Dalam Praktek Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemeba Medika.

Heltty. 2008. Pengaruh Jus Kacang Hijau Terhadap Kadar Hemoglobin dan
Jumlah Sel Darah dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker
dengan Kemoterapi di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. Jakarta: UI

Kadir,A. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil


Minum Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar
Tahun 2013. Journal from e-library STIKES Nani Hasanuddin.08-05-
2014.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI Situasi dan Analisis Gizi. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.


Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.

Lindung Purbadewi. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia


Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang April 2013, Volume 2, Nomor 1

Manuaba. 2015. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : ECG

Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Profesional


Kesehatan Lain. Penerjemah Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Purbadewi. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Ibu hamil
dengan Kepatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) di Puskesmas
Keling II Kabupaten Jepara. Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26380/1/Maulid
a%20Nur%20Soraya-fkik.pdf. Diakses 16 Oktober 2017

Proverawati & Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Ramawati. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam


Mengkonsumsi Tablet Besi di Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan
Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume
3. No.15 Nopember 2008.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Kemenkes.

Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidan 1 Kehamilan. Jakarta: CV. Trns Info Media.

Saifuddin. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Saragi, S. 2011. Panduan Penggunaan Obat. Jakarta: Rosemata Publisher.

Sulistyaningsih, D. 2015. Gambaran Kebiasaan Cara Minum Tablet Fe dan


Kejadian Kecacingan Pada Ibu Hamil Yang Anemia.
http://eprints.ums.ac.id/38162/4/HALAMAN%20DEPAN.pdf. Diakses
5 Oktober 2017.

Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika.

Supariasa. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.


Tarwoto & Wasnidar. 2013. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan
penatalaksanaan. Jakarta: Trans Info Media.

Tjay & Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: PT. Gramedia.

Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Widya Budiarni. 2012. Hubungan pengerathuan, sikap dan motivasi dengan


kepatuhan konsumsi tablet besi fotal pada ibu hamil. Jurnal Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Wiradyani, LAA, Khusnun H, Achadi EL. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi Tablet Besi Folat Selama
Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan vol 3.

Anda mungkin juga menyukai