Anda di halaman 1dari 62

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teori Klinis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

intrauterin sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Vivian,

2011).

Kehamilan normal adalah lamanya kehamilan mulai dari

ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak

lebih dari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan

matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut

post matur (lebih bulan). Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu

disebut kehamilan prematur. (Sarwono, 2010).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Saifudin, dkk 2009).

Kehamilan yaitu bukan suatu penyakit, melainkan sebuah

proses membutuhkan kenaikan proses metabolisme dan nutrisi untuk

pertumbuhan janin. (Fitramaya, 2008).

Jadi, kehamilan yaitu bukan suatu penyakit yang dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin, dan lamanya kehamilan normal adalah

sekitar 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).


b. Fisiologi Kehamilan

Menurut PUSDIKNAKES – WHO – JHPIEGO dalam buku

Panduan Asuhan Antenatal, selama kehamilan terjadi perubahan yang

menakjubkan pada ibu dan janin. Perubahan-perubahan tersebut

antara lain:

1) Perubahan Maternal

a) Trimester I

Tanda fisik pertama yang dapat dilihat adalah adanya

spooting atau perdarahan yang sedikit terjadi sekitar 11 hari

setelah konsepsi (Bertemunya sel sperma dan sel ovum). Jika

ibu mempunyai siklus haid 28 hari, perdarahan ini terjadi

sebelum ibu mendapatkan haidnya.

Perdarahan ini disebut perdarahan implantasi.

Perdarahan implantasi ini biasanya berlangsung kurang dari

lamanya haid normal. Perubahan fisik lainnya yaitu adanya

nyeri dan pembesaran pada payudara diikuti oleh rasa

kelelahan yang kronis dan seringnya kencing.

Sementara itu, Morning Sickness atau mual muntah di

pagi hari biasanya dimulai pada usia kehamilan 8 minggu dan

mungkin berakhir sampai 12 minggu. Pertumbuhan uterus

dapat teraba di bawah simfisis pubis pada usia kehamilan 12

minggu. Adapun kenaikan berat badan yang terjadi pada

trimester I sekitar 1-2 kg.

b) Trimester II
Uterus akan tumbuh, pada usia kehamilan 16 minggu
uterus biasanya berada pada pertengahan antara simfisis
pubis dan pusat. Penambahan berat badan sekitar 3 kg selama
trimester kedua. Pada usia 20 minggu fundus akan berada
disekitar pusat. Payudara akan mulai mengeluarkan
colostrom. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya. Akan
timbul perubahan kulit seperti cloasma, striae gravidarum dan
linea nigra.
c) Trimester III
Pada usia kehamilan 28 minggu fundus akan berada di
sekitar pusat dan xhipoid. Pada usia 32-36 minggu fundus
dapat mencapai prosesus xhipoid. Penambahan berat badan
sekitar 6 kg. Payudara akan terasa nyeri dan penuh. Keadaan
sering kencing akan timbul kembali. Mulai terjadi mules
yang semakin meningkat. Terjadi perasaan nyeri punggung
karena tahanan di punggung semakin besar.
2) Perubahan Janin
a) Trimester I
Dari gumpalan sel yang kecil, embrio berkembang
dengan pesat menjadi janin. Pada akhir 12 minggu pertama
kehamilan, jantungnya berdetak, usus-usus lengkap di dalam
abdomen, genitalia eksternal mempunyai karakteristik laki-
laki atau perempuan, anus sudah berbentuk, dan muka seperti
manusia. Janin dapat menelan, melakukan pergerakan
pernafasan, kencing, menggerakkan anggota badan,
mengedipkan mata dan mengerutkan dahi. Mulutnya
membuka dan menutup. Berat janin sekitar 15 – 30 gram dan
panjang 56 – 61 mm.
b) Trimester II dan III
Pada akhir kehamilan 20 minggu berat janin sekitar
340 gram dan panjangnya 16-17 cm. Ibu dapat merasakan
pergerakan bayi, sudah terdapat mekonium di dalam usus,
dan sudah terdapat verniks pada kulit. Pada usia kehamilan
28 minggu, berat bayi lebih sedikit dari 1 kg dan panjangnya
23 cm. Janin mempunyai periode tidur dan beraktifitas,
merespon pada suara, dan melakukan gerakan pernafasan.
Pada usia kehamilan 32 minggu berat bayi 1,7 kg dan
panjangnya 28 cm, kulitnya mengerut, dan testis telah turun
ke skrotum pada bayi laki-laki. Pada usia kehamilan 36-40
minggu, jika ibu mendapatkan gizi yang cukup, kebanyakan
berat bayinya antara 3-3,5 kg dan panjangnya 35 cm.

c. Tanda dan Gejala Kehamilan


1) Tanda tidak pasti kehamilan:
a) Mual dan muntah/morning sickness
Enek terjadi biasanya pada bulan-bulan pertama
kehamilan, disertai kadang-kadang emesis.Sering terjadi pada
pagi hari, tetapi tidak selalu.Keadaan ini lazim disebut
morning sickness.Dalam batas-batas tertentu ini masih
fisiologis.Bila terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan yang disebut hiperemesis gravidarum.
b) Amenorea
Gejala ini sangat penting umumnya orang hamil tidak
mengalami haid lagi.Perlu diketahui tanggal pertama haid
terakhir, supaya dapat diketahui umur kehamilan dan taksiran
persalinan.
c) Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama
tetapi akan menghilang pada kehamilan yang makin tua umur
kehamilannya.
d) Pingsan
Sering dijumpai pada tempat ramai dan hilang
sesudah umur kehamilan 16 minggu.
e) Mammae menjadi besar dan tegang
Keadaan ini disebabkan karena pengaruh estrogen
testosterone yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae
glandula Montgomery tampak lebih jelas.
f) Anoreksia
Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu
nafsu makan timbul lagi.
g) Sering kencing
Terjadi karena kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar.Pada trimester kedua biasanya agak
berkurang karena pembesaran uterus sudah sudah keluar
rongga pinggul.
Pada trimester ketiga muncul lagi karena janin mulai
masuk keruang panggul dan menekan kembali kandung
kencing.
h) Obstipasi
Terjadi karena tonus otot turun yang terjadi akibat
pengaruh hormon steroid.
i) Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,
hidung, dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen
berlebihan, dikenal dengan kloasma garvidarum. Areola
mammae juga lebih hitam karena deposit pigmen yang
berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula
linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam.
Pigmen ini terjadi karena adanya pengaruh hormon kortiko
steroid palsenta yang merangsang melanofo dalam kulit
j) Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir.Didapat pada
daerah genital, fosa poplia, kaki, dan betis.
k) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae/hipertrofi gusi.
Sering terjadi pada trimester I.
2) Tanda kemungkinan hamil
a) Rahim membesar : sesuai tuanya kehamilan
b) Pada pemeriksaan dijumpai :
(a) Tanda hegar Ismus uteri menjadi lunak.
(b) Tanda chadwick Vulva dan vagina terlihat kebiruan.
(c) Tanda piscaseck Uterus membelah ke salah satu jurusan
hingga menonjol kejurusan pembesaran tersebut.
(d) Tanda Braxton hicksBila uterus dirangsan mudah
berkontraksi.
(e) Teraba ballottement
c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Sebagian
kemungkinan palsu.
3) Tanda Pasti Hamil (Diagnosa pasti):
a) Terdengar denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20
minggu
Dengan stethoscope laenec denyut jantung janin dapat
didengar pada umur kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat
vital cardiograph atau Doppler denyut jantung janin dapat
didengar pada umur kehamilan 12 minggu.
b) Terasa gerakan janin
Gerakan janin dapat dirasakan pada kehamilan 18
minggu untuk primigarvida sedangkan untuk multigravida
dapat dirasakan pada kehamilan 16 minggu.
c) Teraba bagian-bagian janin
Janin dapat diraba dengan pemeriksaan Leopold pada
umur kehamilan 20 minggu.
d) Pemeriksaan rontgen terlihat kerangka janin
Dengan rontgen rangka janin dapat terlihat pada umur
kehamilan 20 minggu.
e) Ultrasonographi tampak gambaran janin
Dengan USG terlihat embrio/kantung kehamilan pada
4-6 minggu sesudah pembuahan dan gambaran janin dapat
dilihat pada umur kehamilan 16 minggu (Asrinah, dkk,
2010).

d. Perubahan- Perubahan Fisiologi Kehamilan

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus merupakan organ yang telah dirancang

sedemikian rupa, baik struktur, posisi, fungsi dan lainnya,

sehingga betul-betul sesuai dengan kepentingan proses

fisiologi pembentukan manusia.

2.1 Pengukuran TFU Menurut Penambahan Per


Tiga Jari
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus
(px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat - prosesus xiphoideus (px)
(Sulistyawati, 2009)

b) Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan

mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone.


c) Vagina dan vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervarkulasi

pada vagina dan vulva, sehingga bagian tersebut terlihat lebih

merah atau kebiruan. Kondisi ini disebut dengan tanda

Chadwick.

2) Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan jumah darah yang dipompa oleh

jantung setiap menitnya atau biasa disebut curah jantung (cardiac

output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi

pada usia 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia 16-28

minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut

jantung pada saat istirahat juga meningkat (normal 70 x/menit

menjadi 80-90 x/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit jantung,

ia dapat jatuh dalam keadaan decompentase cordis (Sulistyawati,

2009; 61).

3) Sistem Urinaria

Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal

menyaring darahyang volumenya meningkat, puncaknya terjadi

pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum

persalinan. Oleh karena itu dengan keadaan seperti ini wanita

hamil sering ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk

berbaring/tidur (Sulistyawati, 2009; 62).


4) Sistem Gastrointestinal

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan

usus bagian bawah, sehinggga terjadi sembelit atau konstipasi.

Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus

diperlambat oleh tingginya kadar progesterone. Wanita hamil

sering mengalami rasa panas di dada dan sendawa yang

memungkinkan terjadi karena makanan lebih lama berada

didalam lambung dank arena relaksasi sfingter di kerongkongan

bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir ke

kerongkongan. (Sulistyawati, 2009; 63)

5) Sistem metabolism

Pada metabolisme yang terjadi adalah sebagai berikut :

a) Kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan

untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir

dibutuhkan 30-40 gram.

b) Fosfor. Dibutuhkan rata-rata 2 gram perhari.

c) Air. Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

6) Kulit

Pembesarah Rahim menimbulkan peregangan danmenyebabkan

robeknya serabut elastis dibawah kulit, sehingga menimbulkan

striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah

pigmentasinya dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilatasi

kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat (Sulistyawati, 2009; 65).


7) Payudara

Perubahan payudara yang dapat diamati oleh ibu sebagai berikut :

a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan

berat.

b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.

c) Bayangan vena-vena lebih membiru.

d) Hiperpigmentasi pada aerola dan putting susu.

e) Kalu diperas akan keluar ais susu (kolostrum) berwarna

kuning.

8) Sistem Endokrin

Dalam sistem endrokrin ini terjadi pada perubahan hormon

plasenta, kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, dan kelenjar adrenal.

9) Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Berat Badan

Cara yang digunakan untukmenetukan berat badan dan

tinggi badan adalah denganmenggunakan Indeks Masa Tubuh

(IMT). Dimana untuk menghitung IMT dengan perhitungan:

(Asrinah, 2010; 70)

Berat badan dalam kilogram


(tinggi badan dalam meter)2

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT)


Klasifikasi Berat Badan IMT
Underweight < 19.8 kg/m2
Normal 19,8 - 26,9 kg/m2
Overweight 26,9 - 29,9 kg/m2
Obesitas >29 kg/m2
(Sulistyawati, 2009; 68)

Perkiraan peningkatan berat badan yang di anjurkan sebagai


berikut:

 4 kg pada kehamilan trimester I.

 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III.

 Total sekitar 15-16 kg. (Sulistyawati, 2009)

10) Sistem Pernafasan

Sistem respirasi seorang wanita hamil pada kelanjutan

kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek

nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh

karena usus – usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah

diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.

(Sulistyawati, 2009)

e. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan


1) Perdarahan per vaginam.
2) Bengkak di kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala kadang kala
disertai kejang.
3) Demam tinggi.
4) Keluar air ketuban sebelum waktunya.
5) Gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak.
6) Ibu muntah terus dan tidak mau makan.
(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes RI, 2012).

f. Penatalaksanaan Dalam Kehamilan

1) Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan


antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik

(umum dan kebidanan), pemeriksaaan laboratorium rutin dan

khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam

penerapannya terdiri dari "10T” (Wagiyo, 2016)

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

b) pengukur tekanan darah.

c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu

kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm.

Apabila

hasil pengukuran <23,5 cm berarti risiko KEK. (Sunita, 2011)

d) Ukur tinggi fundus uteri.

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Manuver palpasi menurut Leopold :

(1) Leopold I

 Pemeriksaan mengghadap ke arah muka ibu hamil

 Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam

fundus

 Konsistensi fundus

(2) Leopold II

 Menentukan batas samping rahim kanan dan kiri

 Menentukan letak punggung janin

 Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin


(3) Leopold III

 Menentukan bagian terbawah janin

 Apakah bagian bawah tersebut sudah masuk atau masih

goyang

(4) Leopold IV

 Pemeriksa menghadap ke kaki ibu hamil

 Bisa juga menentukan bagian terbawah janin sudah

masuk pintu atas panggul

 Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop

atau Doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu)

f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imuisasi Tetanus

Toxoid (TT) bila diperlukan.

Tabel 2.3 Waktu Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil


Interval
Antigen Lama perlindungan
(selang waktu minimal)
TT 1 Pada kunjungan 1 0
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
25tahun/seumur seumur
TT 5 1 tahun setelah TT 4
hidup
(Depkes, 2010)
g) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera

mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung

FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500µg, minimal

masing- masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum

bersama the atau kopikarena akan mengganggu penyerapan.


h) Pemeriksaaan laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan

golongan darah, hemoglobin, rptein urin dan gula darah puasa.

Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan

atau kelompok ber-resiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah

hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberculosis, kecacingan dan

thalasemia.

i) Tatalaksana kasus

j) Temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

2) Kunjungan Antenatal

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4

kali selama kehamilan.

 Minimal 1 kali pada triwulan pertama

 Minimal 1 kali pada triwulan kedua

 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga (Depkes, 2010)


2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran konsepsi yang dapat hidup

diluar uterus melalui vagina ke dunia kuar. Persalinan normal adalah bayi

lahir dengan letak kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa

serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu

kurang dari 24 jam. (Oktarina, 2016)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan

kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 2010).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persalinan

adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah

cukup umur, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah usia 37 minggu) tanpa disertai adanya

penyulit. Lahirnya plasenta secara lengkap

b. Fisiologi persalinan

1) Kala I

Dimulai dari persalinan sampai pembukaan lengkap (10cm).

Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu:

a) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan

pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks


membuka 3 cm, dan umumnya fase laten berlangsung selama 8

jam.

b) Fase aktif

 Fase akselerasi; dalam waktu 2 jam pembukaan 4cm - 5 cm.

 Fase dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan serviks

berlangsung cepat, dari 4 cm - 9 cm.

 Fase deselerasi; pembukaan serviks menjadi lambat, dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm - lengkap 10 cm.

2) Kala II

Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10cm ) sampai

bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1

jam pada multi.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang

hasilnya adalah:

a) Pembukaan serviks telah lengka (10 cm), atau

b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Tanda dan gejala kala II:

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Ibu merasakan meningkatnya tekanan pada rectum dan/ vagina.

c) Perineum terlihat menonjol.

c) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

d) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.


3) Kala III

Dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4) Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

(Sarwono,2013)

c. Tanda- tanda persalinan

1) Tanda-tanda Persalinan Sudah Dekat

Lightening, pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang

disebabkan oleh :

a) Kontrasi Braxton Hicks

b) Ketergantungan otot perut

c) Ketegangan ligamentum rotundum

d) Gaya berat janin kepala ke arah bawah.

2) Terjadinya His Permulaan, dengan makin tua pada usia kehamilan,

pengeluaran esterogen dan progesteron semakin berkurang sehingga

oksitosin dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his

palsu. Sifat his palsu:

a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.

b) Datangnya tidak teratur.

c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

d) Durasinya pendek.

e) Tidak bertambah jika berakifitas.


3) Tanda-tanda di Mulainya Persalinan

a) Terjadinya His persalinan. His persalinan mempunyai sifat :

 Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan.

 Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya

makin besar.

 Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.

 Makin beraktifitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

b) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina).

Dengan his permulaan, terjadi perubahan serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat

pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang

menjadikan perdarahan sedikit.

c) Pengeluaran Cairan, keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini

terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.

Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap

tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil.

Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung

dalam waktu 24 jam. (Asrinah, 2010)

d. Faktor Yang Mempengaruhi Kemajuan Persalinan

1) Power

a) His (kontraksi otot rahim )

b) Kontraksi otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengedan

d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum


2) Pasanger

Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa faktor seperti anatomi kepala, presentasi kepala janin yang

pertama kali memasuki pintu atas panggul sampai melalui jalan lahir,

letak janin, sikap janin dan posisi janin.

Plasenta memiliki peranan berupa transportasi zat dari ibu ke janin,

penghasil hormon berguna selama kehamilan serta sebagai barrier.

Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan

pada plasenta akan menyebabkan kelainan atau mengganggu proses

persalinan. (Oktaviani, 2016)

3) Passage

Jalan lahir keras (pelvik/panggul); os coxae, os sacrum dan os

cocygis.

Jalan lahir lunak seperti segmen bawah Rahim, serviks vagina,

introitus vagina dan vulva, muskulus dan ligamentium yang melindungi

dinding dalam dan bawah panggul/diafragma pelvis terdiri dari bagian

otot disebut muskulus levator ani, sedangkan bagian men=mbran

disebut diafragma urogrnital. (Oktaviani, 2016)

4) Psikis (Psikologis)

Setelah kontraksi disertai nyeri hebat yang dialami selama tahap

transisi wanita bisanya merasa lega. Dipihak lain, wanita merasakan

nyeri akut setiap kali mendorong dan melawan kontraksi dan setiap

usaha untuk mendorong.


5) Penolong

Penolong persalinan harus dapat menciptakan hubungan saling

mengenal sehingga mencerminkan adanya inform concent. Dalam hal

ini penolong diharapkan mampu membantu ibu dalampersalinan dan

kelahiran bayinya dengan metode yang telah ditetapkan sehingga ibu

mendapatkan asuhan sayang ibu.

e. Perubahan Dalam Proses Persalinan

1) Uterus

Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium berkontraksi

dan berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia

tidak akan kembali keukuran semula, tapi berubah ke ukuran yang

lebih pendek secara lebih progresif. Dengan peruibahan bentuk otot

uterus pada proses kontraksi, relaksasi, dan retraksi ; maka cavum

uterus lama kelamaan menjadi semakin mengecil proses ini

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke

pelviks.

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai

ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal

dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang

dan sangat kuat pada fundus.

2) Serviks

Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran

debgan berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks


mulai menipis dan membuka. Gambaran prosesnya adalah sebagai

berikut :

a) Penipisan serviks (effacement)

Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan

penipisan serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi,

serviks mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini

disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan

sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan

menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim

(retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas, sehingga seolah-

olah batas ini letaknya bergeser ke atas. Panjangnya serviks pada

akhirkehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm - 3 cm).

Dengan dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang secara

teratur sampai menjadi sangant pendek (hanya beberapa mm).

Serviks yang sangat tipis ini disebut dengan “menipis penuh”.

b) Dilatasi

Proses ini merupakan kelanjutan dari affacement. Setelah

serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya

adalah pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan

otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi.

Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan

intravagina.
3) Lendir darah

Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari

daerah internal os dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir

bebas dari sumbatan atau operculum. Terbebasnya lendir dari

sumbatan ini menyebabkan terbentuknya tonjolan selaput ketuban

yang teraba saat dilakukan pemeriksaan intravagina. Pengeluaran

lendir dan darah ini disebut sebagai “show” atau “bloody show” yang

mengindikasikan telah dimulai proses persalinan.

4) Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan

hampiratau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan

ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban sudah pecah sebelum

pembukaan 5 cm disebut Ketuban Pecah Dini atau KPD

5) Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai

peningkatan sistol dan rata-rata 15-20 mmHg dan diastol 5-10 mmHg.

Pada waktu – waktu tertentu diantara kontraksi, tekanan darah

kembali ketingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan

darah yang sebenarnya pastikan untuk memeriksa tekanan darah

selama interval kontraksi. Dengan mengubah posisi pasien dari

terlentang ke posisi miring kiri perubahan tekanan darah selama

persalinan dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat

semakin meningkatkan tekanan darah.


6) Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob

maupun anaerob menningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini

terutama diakibatkan oleh kecemasan dan aktifitas otot rangka.

Peningkatan aktifitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh,

denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

7) Suhu tubuh

Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan

segera setelah melahirkan. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5

– 1 °C dianggap normal, nilai tersebut mencermin peningkatan

metabolisme selama persalinan.

8) Detak jantung

Perubahan yang mecolok selama kontraksi disertai peningkatan

selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai

frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan

peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim

diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak

kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring

bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit

lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini

mencerminkan metabolisme yang terjadi selama persalinan.


9) Pernafasan

Sedikit terjadi peningkatan frekuensi pernapasan dianggap

normal selama proses persalinan hal tersebut mencerminkan

peningkatan metabolisme.

10) Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan. Kondisi ini dapat

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan

dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerolus dan aliran

plasma ginjal. Poliuri menjadi kurang jelas selama posisi terlentang

karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama kehamilan.

Kandung kemih harus sering dievaluasi setiap 2 jam untuk

mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah

obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan

mencegah penurunan bagian presentasi janin; dan trauma pada

kandung kemih akibat penekanan yang lama yang akan menyebabkan

hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode pasca

persalinan.

11) Perubahan Pada Saluran Cerna

Absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang.

Apabila kondisi ini diperburuk dengan oleh penurunan lebih lanjut

sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja

dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih

lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk

pencernaan lambung di lambung tetap seperti biasa. Lambung yang


penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum

selama masa transisi. Oleh karena itu wanita harus dianjurkan untuk

tidak makan dalam porsi besar atau makan berlebihan, tetapi makan

dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan energi dan

hidrasi. Mual dan Muntah umum terjadi selama masa transisi yang

menandai akhir fase pertama persalinan.

12) Perubahan Hematologi

Hb meningkat rata-rata 1,2 gr/ 100 ml selama persalinan dan

kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum

jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi

darah berkurang dan terdapat peningkatan koagulasi darah berkurang

dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama

persalinan (Rukiyah, dkk, 2009)

e. Penatalaksanan Dalam Proses Persalinan

Menurut buku acuan Sarwono asuhan persalinan normal dirumuskan

60 langkah: (Sarwono, 2010)

1) Mendengar dan melihat tanda Kala Dua Persalinan

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan/atau vaginanya

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.


2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang

bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau

steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah

dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau

anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang

kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua

sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi,

langkah #9

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila


selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci

kedua tangan (seperti di atas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 – 160 kali /

menit ).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan

untuk meneran

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit

15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.


16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

17) Membuka partus set.

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan

yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-

lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas

cepat saat kepala lahir.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua

tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan

kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan

kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk

melahirkan bahu posterior.


23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi

yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu

dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran

siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian

bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi

saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat

panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-

hati membantu kelahiran kaki.

25) Melakukan penilaian (sepintas):

a. Apakah bayi cukup bulan?

b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?

c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali

bagian pusat.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir

(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gamelli).

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir menyuntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (melakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin)
30) Setelah 2 menit sejak lahir, menjepit tali pusat menggunakan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari

klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke

arah ibu).

31) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem

untuk menegangkan tali pusat.

35) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke

arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang

berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke

arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu

mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40

detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka lanjutkan

dorongan kea rah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.


a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik

secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu

jalan lahir (kea rah bawah-sejajar-lantai-atas)

b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5 –10 cm dari vulva.

c. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit:

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan

menggunakan teknik aseptik jika perlu.

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi atau

terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan

dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan

seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi

tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase

uterus, meletakkantelapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar denganlembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan selaputketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap

dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat

khusus.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasiyang mengalami perdarahan aktif.

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik serta

tidak terjadi perdarahan pervaginam.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan

tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya

dengan kain yang bersih dan kering.

43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong.

44) Mengajarkan ibu /keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai

kontraksi

45) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46) Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik

47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 kali / menit)


a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera

merujuk kerumah sakit.

b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS

Rujukan.

c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali

kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.

48) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi

49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah

yang sesuai.

50) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

51) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan

yang diinginkan.

52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% dan

membilas dengan air bersih.

53) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

mengeringkan dengan handuk bersih dan kering atau tissue.


55) Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik

56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin

K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,

pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperature tubuh

(normal 36,5-37,5°C) setiap 15 menit.

57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis

B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu

agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda

vital dan asuhan Kala IV Persalinan.

3. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan 37 minggu –

42 minggu dengan BB lahir 2500 gram – 4000 gram, menangis spontan

kurang dari 30 detiksetelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10.

(Wagiyo, 2016)

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).


Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpukan bahwa bayi

baru lahir adalah bayi yang berusia 0-28 hari dengan keadaan umumnya

sehat, tampak kemerahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum

baik, suhu tubuh 36,5 – 37,5oC.

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir (Wagiyo, 2016)

1) Perubahan system pernafasan

Faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :

a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsanag fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kopresi paru-paru

selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-

paru secara mekanis.

2) Perubahan dalam system peredaran darah

Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil 02 dan

mengantarkannya ke jaringan, untuk membuat sirkulasi yang baik

gunamendukung kehidupan keluar rahim harus terjadi 2 perubahan

besar:

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Penutupan duktus stenosus antara arteri paru-paru dan aorta

3) Sistem pengaturan suhu, metebolisme glukosa, gastrointestinal dan

kekebalan tubuh :

i. Pengaturan suhu

ii. Metabolisme glukosa

iii. Perubahan system gastrointestinal


iv. Perubahan system kekebalan tubuh

c. Tanda –Tanda Bayi Normal

Ciri-ciri bayi normal antara lain (Depkes RI, 2010) :

1) Dilahirkan pada umur kehamilan antara 37-42 minggu

2) Berat lahir 2500-4000 gram

3) Panjang badan waktu lahir 48 – 51 cm

4) Warna kulit merah muda / pink

5) Kulit diliputi verniks caseosa

6) Lanugo tidak severapa lagi hanya pada bahu dan punggung

7) Pada dahi jelas perbatasan tumbuhnya rambut kepala

8) Bayi kelihatan montok karena jaringan lemak di bawah kulit cukup

9) Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas

10) Kuku telah melewati ujung jari

11) Menangis kuat

12) Refleks menghisap baik

13) Pernapasan berlangsung baik (40-60 kali/menit)

14) Pergerakan anggota badan baik

15) Alat pencernaan mulai berfungsi sejak dalam kandungan ditandai

dengan adanya / keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama

16) Alat perkemihan sudah berfungsi sejak dalam kandungan ditandai

dengan keluarnya air kemih setelah 6 jam pertama kehidupan

17) Pada bayi laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada

bayi perempuan labia minora ditutupi oleh labia mayora

18) Anus berlubang


d. Tanda-tanda bayi baru lahir tidak normal (APN, 2008)

2) Frekuensi jantung >160 kali/menit atau <120 kali/menit.

3) Pernafasan >60 kali/menit atau <40 kali/menit.

4) Kulit kebiruan.

5) Bayi baru lahir dari kehamilan resiko tinggi.

6) Bayi baru lahir dengan bearat badan <2500 gram atau >4000 gram.

7) Bayi baru lahir dengan usia kehamilan <37 minggu dan atau >42

minggu.

8) Bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang dari berat badan

menurut usia kehamilan.

e. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

1) Pencegahan Infeksi

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan

sampai 24 jam setelah kelahiran. (Fitramaya,2009)

Bayi baru lahir sangat rentan dengan infeksi. Pada saat

melakukan penanganan bayi baru lahir dipastikan untuk melakukan

tindakan pencegahan infeksi.

 Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi.

 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

 Pastikan bahwa semua peralatan partus set termasuk klem,

gunting dan benang tali pusat di desinfektan tingkat tinggi atau


steril.

 Jika menggunakan bola karet penghisap pakai yang bersih dan

baru jangan digunakan untuk lebih dari satu bayi.

 Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang

digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.

 Pastikan bahwa timbangan, pita ukur, termometer, stetoskop dan

benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam

keadaan bersih. (Asuhan Persalinan Normal, 2009)

2) Penilaian awal bayi baru lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan

kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak

memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki

atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih

dan kering. Segera pula lakukan penilaian awal dengan menjawab

dua pertanyaan :

 Apakah Bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

 Apakah bayi bergerak aktif atau lemas ?

 Jika Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah

maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

(APN,2008)

3) Pencegahan kehilangan panas

a) Mekanisme pencegahan kehilangan panas

1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas dapat terjadi

karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh


panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak

segera dikeringkan dan diselimuti.

2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja tempat

tiduratau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh

bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi

apabila bayi diletakan di atas benda – benda tersebut.

3. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin.

4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu lebih

rendah dari suhu tubuh bayi.

b) Mencegah kehilangan panas

1. Keringkan bayi dengan seksama

2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

3. Selimuti bagian kepala bayi

4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

4) Merawat tali pusat

a) Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari dinding perut

bayi. Gunakan benang atauklem plastik penjepit tali pusat disinfeksi

tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati

atau kuncikan penjepit plastic tali pusat.

b) Lepaskan klem logam oenjepit tali pusat dan letakan dalam larutan
clorin 0,5%.

c) Jangan membungkus punting tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke punting tali pusat.

5) Pemberian ASI

Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru

lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan

ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah

tali pusat diklem dan dipotong.

6) Pencegahan infeksi pada mata

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep

antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah

kelahiran

a. Profilaksis perdarahan bayi baru lahir

b. Semua bayi baru lahir harus iberikan vitamin K1injeksi 1 mg

intramuscular dip aha kiri sesegera mungkin untuk mencegah

perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

c. Pemberian imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi. (APN,2008)


4. Masa Nifas

a) Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Vivian, 2011)

Masa nifas dimulai dari beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu berikutnya. (Bahiyatun, 2009)

Dari beberapa pengertian ditas dapat disimpulkan bahwa masa

nifas adalah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti

sebelum hamil dan secara normal masa nifas di mulai dari beberapa jam

sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

b) Fisiologi Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi (Vivian, 2011)

a) Involusi

Merupkakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi

sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimula

segera setelah placenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos rahim.

Tabel 2.4 Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Setelah bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Setelah plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-simphisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simphisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Seperti sebelum hamil 30 gram
(Vivian, 2011)

b) Lochea

Adalah sekresi cairan rahim selam masa nifas. Lochea mengandung


darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Lochea mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis atau anyir seperti

darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena

proses involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas

4 tahapan : (Vivian, 2011)

1) Lochea Rubra

Lochea ini munculhari ke 1-4 masa post partum. Cairan yang

keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-

sisa placenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium.

2) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.

3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada

hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum.

4) Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel eepitel, selaput lendir

serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa

berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum.


c) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara

bertahap dalam 6-8 minggu post partum. Penururnan hormon

estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa

vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada

sekitar minggu ke-4.

2) Perubahan sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemmoroid,

laserasi jalan lahir.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang puerpurium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter

uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus

sfingter ani selama persalinan, juga karena danya edema kandung

kemih yang terjadi selama persalian.

4) Perubahan Sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis meregang pada waktu perasalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.
5) Perubahan Tanda-tanda Vital

a. Suhu badan

24 jam post partum suhu akan naik sedikit (37,5-380c) sebagai

akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan

kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan

rendah setelah ibu melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan

darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklamsi postpartum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal

pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan

khusus pada saluran pernafasan.

e. Perubahan siatem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekita 300-400cc.

Apabila pada persalinan pervaginam haemokontrasi cenderung

stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

c) Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu
sebagai berikut :

1) Pengecilan Rahim

Rahim merupakan organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat

mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi

jumlah selnya. Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30

gram. Selama kehamilan rahim makin lama makin membesar.

Setelah bayi lahir umumnya berat rahim menjadi sekitar 1.000 gram

dan dapat diraba kira-kira setinggi 2 jari di bawah umbilikus. Setelah

1 minggu kemudian beratnya berkurang jadi sekitar 500 gram.

Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba

lagi. Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-

lahan ke bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar

40-60 gram. Pada saat ini masa nifas dianggap sudah selesai namun

sebenarnya rahim akan kembali ke posisinya yang normal dengan

berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setelah masa nifas. Selama masa

pemulihan 3 bulan ini bukan hanya rahim saja yang kembali normal

tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.

2) Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu

banyak, sementara sel darahnya berkurang. Setelah melahirkan 10

sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah mulai

mengental, dimana kadar perbandingan sel darah kembali normal.

Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15

pascapersalinan.
3) Proses laktasi dan menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon

plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI

keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Saleha, 2009).

d) Tanda Bahaya Dan Komplikasi Masa Nifas

Tanda dan bahaya ibu nifas menurut (Bahiyatun, 2009) yaitu:

1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba

yang tidak hilang dengan istirahat atau menyusui.

2. Pengeluaran cairan vaginal/ lokia dengan bau busuk yang

menyengat.

c. Nyeri panggul atau perut bagian bawah yang hebat dari kram

uterus yang biasa.

d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masah

penglihatan.

e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau tersa

sakit.

f. Demam, muntah, rasa sakit watu buang air kemih, atau jika tidak

merasa enak badan.

g. Ketidakmampuan merawat diri sendiri atau bayi, depresi yang

mempengaruhi aktivitas hidup sehari-sehari.

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

i. Rasa sakit, merah, lunak, dan atau pembengkakan dikaki.


(Bahiyatun, 2009)

e) Penatalaksanaan Masa Nifas

Asuhan Kebidanan pada masa nifas adalah asuhan kebidanan sesuai

standar pada ibu mulai 6 jam smapai 42 hari pasca bersalin oleh

tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas

diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan

melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali degnan

ketentuan waktu : (Vivian, 2011)

1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari

setelah persalinan.

2. Kunjungan nifas kedua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan

(8-14 hari).

3. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan

(36-42 hari).

Tabel 2.7 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-3 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal, uterus berkontraksi, uterus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam,infeksi atau perdarahan
abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak mmperlihatkan tanda-tanda
infeksibagaimana perawatan sehari-hari.
2 4-28 hari setelah a. Bagaimana persepsi ibu tentang
persalinan persalinan dan kelahiran, respon ibu
terhadap bayi barunya
b. Kondisi payudara ibu
c. Ketidak nyamanan yang di rasakan ibu
d. Istirahat ibu
3 29-42 hari setelah a. Permulaan hubungan seksual
persalinan b. Metode KB yang digunakan
c. Hubungan bidan,dokter, RS dengan
masalah yang ada
d. Latihan pengencangan otot perut
e. Fungsi pencernaan, konstipasi dan
bagaimana cara penanganannya
f. Melihat keadaan payudara ibu
g. Menanyakan apakah haid ibu sudah
mulai lagi
(sulistyawati, 2009)

4. Keluarga Berencana / Kontrasepsi

A. Pengertian Keluarga Berencana

Kontrasepsi adalah bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi

untuk mengatur kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai

mahluk seksual (Affanfi, 2011;46)

KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan

suami istri untuk mendapatkan objektif-objketif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu

saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2009).

B. Macam – Macam KB Dan Cara Kerjanya

1. Metode Amenore Laktasi (MAL)

Metode Amenorhoe Laktasi (MAL) merupakan kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian air usus ibu (ASI). Cara kerja nya dengan

penundaan/penekanan ovulasi.

2. Kontrasepsi Alamiah
Metode ini sering disebut dengan metode system kalender dimana ibu

harus belajar mengetahui kapan masa kesuburannya berlangsung. Cara

kerjanya ibu harus mengetahui masa kesuburannya.

3. Senggama Terputus

Metode ini adalah metode tradisional dimana pria mengeluarkan alat

kelaminnya dari vagina pada saat mencapai klimaksnya. Cara kerja

dimana alat kelamin pria dikeluarkan sebelum ejakulasi.

4. Metode Barrier

Dimana metode ini pasien menggunakan kondom dan diafragma. Cara

kerjanya yaitu menahan sperma agar tidak mendapatkan akses keluar

menuju bagian atas uterus dan tuba faloppi.

5. Kontrasepsi Hormonal

a. Pil

Metode kontrasepsi hormonal yang efektif. Cara kerjanya menekan

ovulasi, mencegah implantasi, lender serviks mengental sehingga

sulit di lalui oleh sperma dan pergerakan tuba terganggu sehingga

transportasi telu dengan sendirinya terganggu pula.

b. Suntik

Metode kontrasepsi hormonal yang dilakukan melalui tindakan

injeksi secara IM. Cara kerja sama dengan pil.

c. Implant

Implant merupakan kontrasepsi yang efektif dapat mencegah

terjadinya kehamilan antara 3-5 tahun. Mekanisme kerjanya

menebalkan mucus serviks sehingga tidak dapat dilewati sperma.


d. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

AKDR merupakan alat kontrasepsi pascapersalinan yang sangat

efektif. Cara kerjanya yaitu menghambat kemampuan sperma untuk

masuk ke tuba falopi.

e. Metode Kontrasepsi MANTAP

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode

Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). Cara

kerjanya MOW memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii

sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan

MOP memotong atau mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan

sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi.

C. Indikasi Dan Kontraindikasi

1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

Yang bisa menggunakan MAL adalah seorang ibu menyusui secara

eksklusif dengan bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan belum

mendapat haid setelah melahirkan.

Yang tidak bisa menggunakan MAL yaitu sudah mendapat haid,

tidak menyusui secara teratur, bayinya sudah berumur lebih dari 6

bulan.

2) Kontrasepsi Alamiah
Yang bisa menggunakan kontrasepsi alamiah yaitu semua wanita

yang siklus haidnya teratur, pasangan yang dengan agama atau filosofi

tidak boleh menggunakan metode lain, perempuan dengan alas an

tertentu seperti hipertensi, perempuan yang pasangannya berjauhan

dan pantang untuk senggama lebih dari seminggu.

Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi alamiah yaitu

perempuan dari segi umur paritas serta masalah kesehatannya

membuat ke kehamilannya menjadi resiko tinggi, perempuan yang

siklus haidnya tidak teratur, perempuan yang pasangannya tidak mau

berkerjasama dalam pantangan senggama.

3) Senggama Terputus

Dapat dipakai untuk suami yang ingin berpartisipasi dalam

kontrasepsi, pasangan yang dalam agamanya mempunyai filosofi

untuk tidak memakai mtode lain, pasangan yang ingin memerlukan

segera, pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

Tidak cocok untuk suami yang mengalami ejakulasi dini, pasangan

yang sulit melakukan senggama terputus, suami memiliki kelainan

psikologis, istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja,

pasangan yang kurang saling berkomunikasi, dan pasangan yang tisak

bersedia melakukan senggama terputus.

4) Metode Barrier

a) Kondom

Sesuai untuk pria yang ingin berpartisipasi dalam program KB,

ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi, ingin kontrasepsi


sementara, ingin kontrasepsi tambaahan, hanya ingin menggunakan

alat kontrasepsi jika akan berhubungan, ingin menghindari resiko

tinggi IMS.

Tidak sesuai untuk pria yang mempunyai pasangn berisiko

tinggi apabila terjadi kehamilan, alergi terhadap bahan dasar

kondom, menginginkan kontrasepsi jangka panajang, tidak mau

terganggu dengan berbagai persiapan untuk melakukan hubungan

seksual, tidak peduli berbagai persyartan kontrasepsi.

b) Diafragma

Sesuai untuk klien yang tidak menyukai kontrasepsi

hormonal, seperti perokok, usia di atas 35 tahun, tidak menyukai

AKDR, menyusui, memerlukan perlindungan atasa IMS,

memerlukan metode sederhana.

Tidak sesuai untuk pasien yang berdasarkan umur serta

paritas bisa menyebabkan resiko tinggi, terinfeksi saluran uretra,

tidak stabil secara fsikis, mempunyai sindrom syok karena

keracunan, ingin metode KB efektif.

5) Kontrasepsi Hormonal

a) Pil

Yang dapat menggunakan pil yaitu usia reproduksi, telah

memiliki anak ataupun belum, kurus atau gemuk, menginginkan

kontrasepsi tidak menggunakan alat, nyeri haid hebat, siklus haid

tidak teratur, riwayath kehamilan ektopik, setelah melahirkan,

pasca keguguran.
Yang tidak dapat menggunakan pil yaitu dicurigai hamil,

pendarahan pervaginam, penyakit hati akut, perokok dengan usian

> 35 tahun, riwayat penyakit jangtung, stroke dengan tekanan >

180/110 mmHg, riwayat gangguan pembekuan darah, dicurigai

kanker payudara, riwayat epilepsy, tidak dapt menggunakan pil

secara teratur.

b) Suntik

Sesuai untuk klien yang usia reproduksi, multipara atau

belum mempunyai anak, menghendaki konsepsi jangka panjang ,

segera setelah melahirkan dengan syarat tidak sedang

menyusui,pasca abortus, tekanan darah > 180/110 mmHg, pasien

yang sedang pengobatan epilepsy atau TBC, sering lupa

menggunakan pil, mendekati usia menopause.

Tidak sesuai untuk klien yang dicurigai hamil, pendarahan

pervaginam tidak diketahui penyebabnya, hipertensi, tidak

menerima terjadinya gangguan haid terutama amenore, menderita

kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi.

c) Implant

Sesuai untuk klien yang menyukai metode jangka panjang,

tidak ingin menambah anak, sedang menyusui, merokok. Tidak

sesuai untuk klien yang diketahui hamil, mengalami pendarhan

pervaginam yang tidak diketahui sebabnya, hipertensi, depresi,

diabetes mellitus, chepagia berulang, terjadi gangguan akibat

adanya perubahan pola pendarahan haid.


d) AKDR

Yang dapat menggunakan AKDR yaitu usia produktif,

keadaan multipara, menginginkan kontrasepsi jangka panjang,

menyusui yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang, saat

setelah melahirkan atau keguguran dengan tidak adanya infeksi.

Yang Tidak Bisa Menggunakan AKDR yaitu sedang hamil,

pendarahan pervaginam yang tidak diketahui, sedang mendertia

infeksi alat genital, tiga bulan terakhir sedang mengalami atau

sering menderita PRP atau abortus septik, kelainan bawaan uterus

yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi

kavum uteri, penyakit trofoblas yang ganas, diketahui menderita

TBC pelvik, kanker alat genital, ukuran rongga rahim kurang dari

5 cm.

e) Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Yang dapat menjalani tubektomi yaitu wanita > 26 tahun,

paritas > 2, yakin telah mempunyai keluarga besar sesuia

dengan kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan

resiko, pasca persalinan, pasca keguguran, tidak ingin

menambah anak lagi, paham dan secara sukarela setuju dengan

prosedur ini.

Yang tidak dapat menjalani tubektomi yaitu sudah

dicerugai sedang hamil, perdarahan vervaginal yang belum

terjelaskan, infeksi sistemik atau pelvik yang akut, tidak boleh


menjalani proses pembedahan, kurang pasti mengenai

keinginannya untuk fertilitas di masa depan, belum

memeberikan persetujuan dengan sukarela.

2) Vasektomi

Indikasi vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan

fertilitas dimana fungsi reproduksinya merupakan ancaman

atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta

melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

Kondisi yang memerlukan perhatian khusus untuk

vasektomi yaitu infeksi kulit pada daerah operasi, infeksi

sistematik sangat mengganggu kondisi kesehatan klien,

hidrokel, varikokel besar, hernia inguinalis, filariasis,

undesensus testikularis, masa intraskrotalis, anemia berat

dengan gangguan pembekuan darah.

D. Efek Samping KB

1) Kontrasepsi MAL, Alamiah / Kalender, Senggama Terputus dan

Barier. Tidak ada efek samping secara sistematik

2) Kontrasepsi Hormonal

a) Pil dapat menimbulkan efek samping seperti amenore, mual,

pusing, muntah, perdarahan pervaginam

b) Suntik dapat menimbulkan efek samping seperti amenore,

meningkatnya berat badan, perdarahan pervaginam, pendarahan

tidak teratur
c) Implant seperti amenore, spotting, perubahan berat badan,

perdarahan yang tidak teratur, kombinasi dari semua efek

samping yang ada

3) Kontrasepsi AKDR.

Tidak ada efek samping hormonal

4) Kontrasepsi MANTAP.

Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang.

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney

2007 Dan SOAP

1. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Manajemen Asuhan Kebidanan

Varney (Nurpadilah, 2009)

1) Pengumpulan data dasar

a. Riwayat Kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil

studi.

2) Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukanindetifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar

yang suadah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu


diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis

kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur antara lain :

kehamilan normal, partus normal, syok, denyut jantuk janin tidak

normal, abortus, solusio plasenta, amnionitis, anemia berat, atonia

uteri, postpartum normal, infeksi mammae, pembengkakan mammae,

presentasi bokong, presentasi dagu, disproporsi kepal panggul (DKP),

presentasi ganda, eklampsi, kehamilan ektopik, hidramnion, presentasi

muka, persalinan semu, PEB, PER, Hipertensi karena kehamilan,

retensio plasenta, ruptura uteri, bekas luka uteri, presentasi bahu,

robekan serviks dan vagina, letak lintang, dan lain-lain.

3) Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah

di identifikasi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan

yang aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus yang

berlebihan,bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab

pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya polihidramion,

besar dari masa kehamilan, gemelli, diabetes). Pada persalinan dengan

bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan bersiap-siap

terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan

untuk resusitasi.

4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah II dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi

atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi.

6) Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima

harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

7) Evaluasi

Pada langkah ini evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di

identifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang bener efektif dalam pelaksanaannya.

Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pernikahan yang mempengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses

manajemen tersebut berlangsung didalam situasi dan dua langkah


yang terakhir tergantung pada klie dan situasi klinik, maka tidak

mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

2. Dokumentasi Kebidanan Bentuk SOAP

Menurut PERMENKES No: 269 / MENKES / PER / III / 2008

Dokumentasi kebidanan adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen

yang berisi tentang identitas: Anamnesa, pemeriksaan, tindakan dan

pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang kepada seorang pasien

selama dirawat di fasilitas Kesehatan.

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan. Langkah - langkah dalam manajemen kebidanan

menggambarkan alur pola berfikir dan bertindak bidan dalam pengambilan

keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Asuhan yang telah dilakukan

harus dicatat secara benar, jelas, singkat dan logis dalam suatu metode

pendokumentasian. (Nurpadilah, 2009)

Menurut Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7

langkah agar orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang

bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk

SOAP, yaitu :

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa, termasuk langkah 1 dalam manajemen

menurut Varney.

O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

(hasil lab dan test diagnostik lain) yang dirumuskan dalam data

focus untuk mendukung asuhan, termasuk langkah 1 dalam

manajemen menurut Varney.

A : Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpensi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

a. Diagnosa/ masalah

b. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial

c. Perlu dilakukan tindakan segera oleh bidan, konsultasi/

kolaborasi dan atau rujukan, termasuk langkah II, III dan IV

dalam manajemen menurut Varney.

P : Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (implementasi)

dan evaluasi perencanaan (evaluation) berdasarkan assesment,

termasuk langkah V, VI dan VII dalam manajemen menurut

Varney.

Manfaat pendokumentasian dengan menggunakan SOAP :

a. Pembuatan metode SOAP merupakan perkembangan

informasi yang sistematis mengorganisir penemuan menjadi

suatu rencana asuhan.

b. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian

asuhan.
c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu dalam

mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang

menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai