TINAJAUN TEORI
1. Pengertian Kehamilan
Table 2.1
b. Payudara
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di
payudara mulai timbul sejak minggu ke-6 gestasi. Perubahan pavudara
ini adalah tanda mungkin hamil Sensitivitas pavudara bervariasi dari rasa
kegelian sampai nyeri rajam. Peningkatan suplai darah membuat
pembuluh darah di baswah kulit berdiltasi Pembuluh darah yang
sebelumnva tidak telihar, sengkali tampak sebagai jaringan bira dibawah
permukaan kulit. Kongesti vena di payudara lebih jelas terlihat pada
primigravida. Striae dapat terlihat dibagian luar pavudara
(Qomariyah,2018).
c. Sistem Perkemihan
Pada bulan bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan
ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke
PAP. keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencimg
mulai tertekan kambali Disamping itu, terdapat pula poliuri Poliun
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal 20 pada
kehanilan sehingga laju filtrasi giomerulus juga meningkat sampa 699
Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-prodhuk dksres
seperti ures, re neid, glukosa, asain amino, asam folik lebih banyak yang
dikeluarkan (Qomariyah, 2018)
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu
pertama kehamilan Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami
peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler
sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu
ke 10-20 (Qomariyah, 2018)
5. Peruabahan dan Adaptasi Psikologi dalam Masa Kehamilan
a. Perubahan psikologis ibu hamil trimester I
1) Ketidakyakinan atau ketidakpastian
Pada trimester I, sertiap wanita memiliki tingkat reaksi yang
bervariasi terhadap ketidakyakinan kehamilannya dan terus berusaha
untuk mencari kepastian bahwa dirinya hamil. Ibu sering merasa
tidak yakin dengan kehamilannya, merasa cemas sekaligus bahagia,
ragu, dan khawatir. Pada kehamilan pertama rasa cemas dan khawatir
dikarenakan kurangnya informasi mengenai perubahan fisik dan
psikologis selama kehamilan, rasa bahagia karena kehamilannya
telah dinanti, kemampuan akan peran barunya (Tria Eni, 2019 )
2) Ambivalen
Ambivalen merupakan perasaan yang saling bertentangan, suatu
konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan benci
terhadap seseorang. Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa
ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen
merupakan respons normal individu ketika akan memasuki suatu
peran baru. Beberapa wanita merasa kondisi ini tidak nyata dan
bukanlah saat yang tepat untuk hamil, walaupun hal ini telah
direncanakan atau diidamkan sebelumnya (Tria Eni, 2019)
3) Perubahan seksual
Pada trimester I hasrat seksual setiap ibu hamil berbeda-beda,
bervaria antar setiap individu. Ada yang mengalami peningkatan
seksual tetapi sebagian besar mengalami penurunan libido. Hal ini
karena selama trimester I mengalami mual muntah, letih, rasa cemas,
dan khawatir. Faktor lain berasal dari rasa takut terjadi keguguran
sehingga mendorong kedua pasangan untuk menghindari aktivitas
seks. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah mengalami
keguguran. Pasangan suami istri harus terlebih dahulu berkomunikasi
sebelum melakukan koitus. Pada trimesterI ini ibu hamil
membutuhkan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks
(Tria Eni, 2019)
4) Fokus pada diri sendiri
Pada trimester I, pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri. Ibu
merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
diri ibu. Kondisi ini mendorong ibu-ibu hamil untuk menghentikan
rutinitasnye yang penuh tuntutan sosial dan tekanan agar dapat
menikmati wakte kosong tanpa beban, sehingga banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur (Tria Eni, 2019)
5) Perubahan emosional
Perubahan emosional pada trimester I ditandai dengan adanya
penurunan kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan sauna
hati seperti defresi atau khawatir. Ibu mulai berpikir mengenai bayi
dan kesejahteraanya serta kekhawatiran pada bentuk penampilan diri
yang kurang menarik (Tria Eni, 2019)
6) Goncangan psikologis
Diperkirakan ada sekitar 12% wanita menderita depresi (kecewa,
menolak, gelisah, dan murung) terutama pada mereka yang tidak
menginginkan kehamilannya. Depresi pada trimester I cenderung
terjadi pada tahapan aktivitas yang dilalui seorang ibu dalam
mencapai perannya (taking on stage). Pada ibu baru pertama kali
hamil dan menunggu lama, maka akan selalu mencari tanda-tanda
untuk meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, sehingga dia lebih
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Perutnya yang masih kecil dinilai sebagai rahasia seorang ibu yang
akan diberitahukannya kepada suaminya (Tria Eni, 2019)
7) Stres
Kemungkinan stres yang terjadi pada kehamilan trimester I bisa
berdampak negatif dan positif, yakni hal ini dapat mempengaruhi
perilaku ibu. Terkadang stress tersebut bersifat intrinsic dan
ekstrensik (Tria Eni, 2019)
b. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester II
Pada trimester II ini tubuh ibu sudah terbiasa dengan perubahan kadar
hormon elama kehamilan dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah
berkurang. Derut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan
sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya. Pada trimester II ibu
dapat merasakan gerakan bayinya. Kecemasan dan rasa tidak nyaman
sudah berkurang dan menghilang serta nafsu makan ibu sudah kembali
seperti biasa (Tria Eni, 2019)
Pada trimester II ibu lebih mencari perhatian suami daripada perhatian
orang tuanya. Ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya sebagai
individu yang merupakan bagian dari dirinya, kesadaran yang baru ini
menimbulkan perubahan untuk lebih memusatkan perhatiannya pada
dirinya (Tria Eni, 2019 )
c. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Trimester III sering kali disebut periode penantian/menunggu dan
waspada karena saat ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Gerakan hayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang ibu merasa khawatir bayinya
akan lahir sewaktu-waktu, hal ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaan akan tanda gejala persalinan. Ibu juga merasa tidak senang
ketika bayinya belum lahir sesuai dengan tafsiran persalinan dari tenaga
kesehatan (Tria Eni, 2019)
Pada trimester III ini ibu terlihat rapuh, Sangat takut akan kematian,
baik terhadap dirinya sendiri maupun bayinya dan takut kalau bayi yang
dilahirkannya tidak normal (Tria Eni, 2019)
6. Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
a. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
1) Minggu 0
a) Perkembangan janin
b) Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk
ke dalam uterus menempel sekitar hari ke 11. (Elisabeth, 2019)
2) Minggu ke empat dan atau bulan ke satu
a) Perkembangan janin
b) Dari diskus embriotik, bagian tubuh pertama muncul yang
kemudian akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulang
belakang. Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernaan
terbentuk. Embrio kurang dari 0.64 cm. (Elisabeth, 2019)
3) Minggu ke delapan dan atau bulan ke dua
a) Perkembangan janin
b) Perkembangan cepat. Jantungnya mula memompa darah.
Anggota badan terbentuk dengan baik. Perut muka dan bagian
utama otak dapat dilihat. Telinga terbentuk dari lipatan kulit
tulang dan otot yang kecil terbentuk di bawah kulit.
(Elisabeth, 2019)
4) Minggu ke dua belas atau bulan ke tiga
a) Perkembangan janin
b) Embrio menjadi janin. Denyut jantung dapat terlihat dengan
ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh
berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12.
Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urin.
(Elisabeth, 2019)
5) Minggu ke enam belas atau bulan ke empat
a) Perkembangan janin
b) System muskulokeletal sudah matang. System saraf mulai
melaksanakan kontrol. Pembuluh darah berkembang dengan
cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang
dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat
janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didenga dengan
doppler. Pancreas memproduksi insulin. (Elisabeth, 2019)
6) Minggu ke dua puluh atau bulan ke lima
a) Perkembangan janin
b) Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan
menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan rambut
terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang teratur untuk
tidur, menelan dan menendang. (Elisabeth, 2019)
7) Minggu ke dua empat atau bulan ke enam
a) Perkembangan janin
b) Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan
tulang meningkatkan aktifitasnya. Perkembangan pernafasan
dimulai. Berat janin 0,7-0,8 kg. (Elisabeth, 2019)
8) Minggu ke dua delapan atau bulan ke tujuh
a) Perkembangan janin
b) Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. “Surfactant”
terbentuk didalam paru-paru. Mata mulai membuka dan
menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran pada saat lahir. (Elisabeth,
2019)
9) Minggu ke tiga puluh dua atau bulan ke delapan
a) Perkembangan janin
b) Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk
persiapan pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-
43 cm. Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor.
(Elisabeth, 2019)
10) Minggu ke tiga puluh delapan atau bulan ke Sembilan
a) Perkembangan janin
b) Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak
atau berputar banyak. Antibody ibu di transfer ke bayi. Hal ini
akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai
system kekebalan bayi bekerja sendiri. (Elisabeth, 2019)
7. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Menurut (Arantika dan Fatma, 2019) tanda bahaya pada kehamilan
merupakan suatu pertanda telah terjadinya masalah yang serius pada ibu
hamil atau janin yang dikandungnya. Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-
tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Berikut ini adalah macam –
macam tanda bahaya pada kehamilan
a. Perdarahan Pervagina
Pada awal masa kehamilan, ibu akan mendapati bahwa terdapat sedikit
bercak darah yang keluar dari vagina. Hal ini normal terjadi karena
merupakan perdarahan implantasi. Akan tetapi, keluarnya darah dari
vagina dalam masa kehamilan kurang dari 22 minggu patut dicurigai,
apalagi jika perdarahan yang terjadi sangat tidak wajar, volumenya
banyak, dan terasa nyeri. Perdarahan pervagina yang terjadi pada masa
kehamilan dapat mengindikasikan abortus, kehamilan mola dan kehamilan
ektopik (Arantika dan Fatma, 2019)
b. Muntah – Muntah Berlebihan
Keadaan mual atau muntah yang berlebihan merupakan salah satu hal
yang perlu diwaspadai oleh wanita yang sedang hamil. Apalagi jika hal ini
dapat mengganggu pekerjaan atau aktivitas se- hari-hari ibu hamil.
Gangguan ini sering terjadi pada kehamilan trimester I, yaitu kurang lebih
enam minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60 – 80 %
ibu hamil mengalami gangguan mual dan muntah, tetapi gelaja ini terjadi
lebih berat pada 1 antara 1.000 kehamilan (Arantika dan Fatma, 2019)
c. Sakit Kepala Hebat
Pada beberapa kasus ibu hamil, kadang-kadang ditemukan ibu hamil
yang mengalami sakit kepala. Sakit kepala ini tidak bisa sembuh walaupun
sudah cukup beristirahat. Hal ini dapat dicurigai sebagai gejala
preeklamsia dan jika tidak diatasi, dapat menyebabkan kejang, stroke, dan
koagulopati (Susanto dan Yuni, 2017)
d. Penglihatan Kabur
Sakit kepala yang hebat yang tidak dapat disembuhkan dengan cara
beristirahat ( Tidur ) kadang kala dapat menimbulkan efek lanjutan, seperti
penglihatan kabur. Tingkat ketajaman penglihatan ibu dapat berkurang
saat hamil, salah satunya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Ibu hamil
dapat berkonsultasi kepada dokter untuk membeli kacamata yang dapat
membantu penglihatan ibu. Hal ini akan kembali pulih setelah ibu
menjalani persalinan (Arantika dan Fatimah, 2019)
e. Bengkak Di Wajah Dan Jari – Jari Tangan
Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan merupakan hal yang biasa
dialami oleh ibu hamil. Biasanya bengkak terjadi pada sore hari, dan akan
hilang setelah beristirahat dengan cara kaki diletakkan di tempat yang
lebih tinggi. Gejala bengkak pada wajah dan jari-jari tangan yang tidak
menghilang setelah beristirahat, dapat menimbulkan masalah yang serius
bagi ibu hamil (Ariantika dan Fatimah, 2019)
f. Demam Tinggi
Demam tinggi dapat menandakan adanya infeksi, yaitu masuk- nya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh. Ibu hamil yang men- derita
demam dengan suhu lebih dari 38°C harus diwaspadai karena hal ini
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat diatasi de- ngan istirahat
(berbaring), banyak minum air, dan sebagainya. Jika terjadi infeksi berat
dalam tubuh ibu hamil, suhu badan ibu hamil akan tinggi dan dapat
mengganggu fungsi organ-organ vital. Dengan demikian, ibu hamil yang
mengalami demam, asumsi utama adalah terkena infeksi, sehingga
disarankan untuk beristirahat yang cukup, memeriksa diri ke dokter
kandungan, dan mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter
(Ariantika dan Fatimah, 2019)
g. Keluar cairan pervagina
Cairan yang keluar dari vagina bermacam - macam, diantaranya cairan
putih kekuning - kuningan dan cairan bening tidak berbau. Cairan yang
berwarna putih kekuning-kuningan menandakan adanya infeksi jamur atau
bakteri pada area vagina. Peningkatan produksi estrogen dan progesteron
dalam tubuh menyebabkan daerah vagina menciptakan lingkungan yang
mudah dihinggapi jamur atau bakteri. Gejala infeksi jamur umum terjadi
pada orang yang menderita penyakit menular seksual. Ibu yang melakukan
persalinan normal, kemungkinan infeksi ini akan ditularkan juga kepada
bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil dapat berkonsultasi ke- pada dokter
kandungannya mengenai keluarnya cairan berwarna putih kekuning-
kuningan ini (Ariantika dan Fatimah, 2019)
h. Gerakan Janin Tidak Terasa
Gerakan janin dapat dirasakan mulai bulan ke-5 atau ke-6. Ada pula
beberapa ibu yang dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal daripada
bulan tersebut. Gerakan bayi akan melemah jika ia tidur. Biasanya bayi
akan bergerak sedikitnya tiga kali dalam satu jam jika ibu beristirahat dan
jika ibu menjaga nutrisinya dengan baik. Berkurangnya gerakan janin
dapat disebabkan oleh kondisi ibu, nutrisi yang dikonsumsi ibu, atau
pengaruh janin yang bersangkutan. Beristirahat cukup, memperbaiki
nutrisi, dan memeriksakan kandungan secara rutin disarankan bagi ibu
hamil yang merasakan gerakan janinnya berkurang (Ariantika, Fatimah,
2019)
i. Berat Badan Naik Berlebihan
Pada ibu hamil, pertambahan berat badan dapat mengindikasikan status
gizi selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan, Status gizi
ibu pada kehamilan berpengaruh pada status gizi janin. Asupan makanan
ibu dapat masuk ke janin melalui tali pusat yang terhubung kepada tubuh
ibu. Kondisi terpenuhinya kebutuhan zat gizi janin terkait dengan
perhatian asupan gizi dari makanan yang adekuat agar tumbuh kembang
janin berlangsing optimal ( Indreswari, dkk, 2016 )
j. Sering Berdebar – Debar, Sesaknafas, Dan Lakas Lelah
Sesak napas dan jantung berdebar biasa dialami oleh sebagian besar ibu
hamil. Keluhan ini dapat terjadi kapan saja, pada saat usia kehamilan
muda, usia kehamilan tua, atau menjelang persalinan. Sesak napas pada
saat usia kehamilan memasuki enam bulan ke atas dapat dikatakan wajar.
Hal ini karena rahim ibu semakin membesar dan berat badan bayi dalam
kandungan bertambah. Akibatnya, dinding dada atau diafragma ibu akan
tertekan dan rongga paru-paru akan berkurang (Ariantika, Fatimah,2019)
k. Gangguan Ginjal
Ibu yang tidak memiliki penyakit ginjal, ketika hamil, dapat mengalami
gangguan pada ginjal seperti infeksi saluran kemih. Sementara itu, ibu
hamil yang memiliki penyakit ginjal kronis lebih berisiko tinggi, yakni
komplikasi selama kehamilan. Fungsi ginjal ibu hamil dapat memburuk.
Selain itu, gangguan fungsi ginjal yang dialami selama masa kehamilan
juga berefek negatif bagi janin, salah satunya adalah mengganggu
pertumbuhan janin, sehingga pada saat dilahirkan, berat badan bayi berada
dibawah normal (Ariantika, Fatimah, 2019)
8. Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan utama ANC adalah menurunkan atau mencegh kesakitan serta
kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai
berikut
a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal
b. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diberikan
c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan keluarga secara fisik,
emosional serta logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan
adanya komplikasi (Supri Nuryani dkk, 2020)
9. Standar Asuhan Kehamilan
Sebagai professional, bidan dalam melaksanakan prakteknya, harus
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang berlaku.
a. Standar pelayanan asuhan antenatal
Standar tersebut merupakan bagian bagian dari lingkup standar
pelayanan kebidanan.
1) Standar 1 : identifikasi ibu hamil
2) Standar 2 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
3) Standar 3 : palpasi abdominal
4) Standar 4 : pengelolaan anemia pada kehamilan
5) Standar 5 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
6) Standar 6 : persiapan persalinan
(Supri Nuryani dkk, 2020)
b. Standar pelayanan Antenatal terpadu minimal 10 T
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur tekanan darah
3) Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas / LILA )
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ )
6) Skrining status imunisasi tetanus
7) Pemberian obat tambah darah minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
8) Tes labotorium :Tes kehamilan, kada HB, Golongan darah, tes triple
eliminasi ( HIV, Sifilis dan Hepatitis B )
9) Tata Laksana / penanganan kasus sesuai wewenang
10) Tamu wicara ( Konseling )
(Kemenkes RI, 2020)
c. Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Ibu Hamil
PBBH yang optimal berbeda-beda sesuai dengan status gizi Ibu yang
diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil atau pada saat
memasuki trimester pertama seperti dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Semakin kurus seorang Ibu, semakin besar target PBBH-nya untuk
d. Skrining Imunisasi TT
Skiring dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat maupun
ingatan
1) Apabila data imunisasi tercatat pada buku imunisasi atau buku KIA
maka riwayat imunisasi dapat diperhitungkan
2) Bila hanya berdasarkan ingatan, skiring dapat dimulai
denganpertanyaan imunisasi saat di sekolah ( BIAS ) untuk ibu yang
lahir pada dan setelah tahun 1977, untuk ibu yang lahir sebelum
tahun 1977 langsung dimulai dengan pertanyaan imunisasi caten dan
hamil
Penentuan status imunisasi TT dilakukan dengan prinsip jumlah yang
Tabel 2.3
Imunisasi TT
Gambar 2.1
Tinggi fundus
uteri dapat
diperkirakan
dengan teknik
Mc Donald,
palpasi
abdomen, dan
palpasi Leopold.
Pengukuran
tinggi fundus uteri dengan teknin Mc Donald dilakukan dengan alat ukur
panjang, mula dari tepi atas simpisis pubis hingga fundus uteri, atau
sebaliknya. Pemeriksaan dengan teknik ini dilaksanakan setelah
menjalani pemeriksaan inspeksi pada abdomen dan jika umur kehamilan
sudah mencapai 22 minggu. Pada teknik ini, fundus uteri diukur dengan
pita. Tinggu fundus dikalikan 2 dan dibagi 7 memberikan umur
kehamilan dalam bulam obstetrik dan bila dikalikan 8 dibagi 7
memberikan umur kehamilan dalam minggu. (Ariantika, Fatimah, 2019)
g. Menentukan Tafsiran Berat Janin
Menurut Jhonson. BBJ (dalam gram) sama dengan pengukuran fundus
(dalam cm) dikurangi n, yaitu 12 (jika kepala berada atau diatas spina
iskhiadika atau belum memasuki panggul) atau 11 (jika kepala berada di
bawah spina iskhiadika atau sudah memasuki panggul) dikalikan 155.
(Ariantika dan Fatimah, 2019)
TBJ = tinggu fundus (cm) – n (12 atau 11) x 155
h. Palpasi Leopold
Palpasi Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi
untuk menentukan posisi dan letak janin. Teknik ini mencakup empat
tahap, yaitu:
1) Leopold I bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian
janin yang terdapat pada bagian fundus uteri
2) Leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian janin
di sepanjang sisi maternal
3) Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin
dan sudah masuk dalam pintu panggul
4) Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada
pemeriksaan Leopold III, mengetahui sejauh mana bagian presentasi
sudah masuk atas panggul memberikan informasi tentang fleksi atau
ekstensi dan penurunan bagian presentasi. (Ariantika, Fatimah, 2019)
Gambar 2.2
1. Pengertian persalinan
a. Persalinan spontan
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
sudah cukup bulan melalui jalan lahir (pervaginam) dengan kekuatan ibu
sendiri.
b. Persalinan buatan
Suatu proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya
ektraksi vacum atau sectio caesaria (SC).
c. Persalinan anjuran
Merupakan persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya dan
Obat, Kendaraan, Uang dan Donor darah (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer
(Supri, Nuryani, dkk. 2021).
5. Tahapan Persalinan
a. kala I
Partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir
yang bercampur darah. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his
dibagi menjadi 2 macam yaitu fase laten ( berlangsung selama 8 jam dan
pembukaan terjadi sangat lambat sampai diameter 3cm) dan fase aktif
(fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase deselarasi) (Supri,
Nuryani, dkk. 2021).
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukan hampir atau
telah lengkap, bila ketuban pecah sebelum mencapai pembukaan 5cm
disebut KPD. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I akan berlangsung kira-kira 11 jam,
sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
b. kala II
Disebut sebagai kala pengeluaran bayi yang terjadi 20 menit hingga 3
jam. Pada fase ini, kontraksi menjadi semakin kuat dengan lama 49-90
detik. Untuk durasi kontraksi menjadi lebih panjang yaitu 3-5 menit. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida
rata-rata 0,5 jam (Aslina dan Febrianti. 2019).
c. kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri (Aslina dan Febrianti. 2019)
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda berikut:
1) uterus menjadi bundar
2) uterus terdorong ke atas
3) tali pusat bertambah panjang
4) terjadi semburan darah
5) melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede
pada fundus uteri (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
d. kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu.
Setelah plasenta lahir, bberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1) lakukan rangsangan taktil (masase) uterus
2) evaluasi tingkat fundus uterus
3) memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) evaluasi keadaan umum ibu
5) dokumentasikan semua asuhan dan temuan persalinan kala IV
6. Tanda-Tanda Persalinan
dengan standar asuhan persalinan dan kewenangan bidan yaitu bidan dalam
rujukan, fasilitasi/mimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
c. Passenger
Passenger meliputi janin dan plasenta, 90% bayi dilahirkan dengan
letak kepala. Kelainan-kelainan yang sering menghambat pihak passenger
adalah kelainan ukuran bentuk kepala anak, kelainan letak muka atau
dahi, serta kelainan kedudukan lintang atau sungsang (Supri, Nuryani,
dkk. 2021).
d. Psikologis ibu
Perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan
dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama (Supri, Nuryani, dkk.
2021).
e. Penolong
Petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong
Table 2.6
58 langkah APN
Langkah 1 Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda kala dua yaitu
Doran, teknuk, perjol dan vulka
Langkah 2 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi
Langkah 3 Kenakan atau pakai clemek plastic
Langkah 4 Lepaskan dan simpan semua perhiasan, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
Langkah 5 Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
dalam
Langkah 6 Masukan oksitosin kedalam tabung suntik
Langkah 7 Bersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas/kasa
yang dibasahi air
Langkah 8 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
Langkah 9 Dekontaminasi sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
Langkah 10 Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi/ saat relaksasi
Langkah 11 Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
Langkah 12 Pinta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran
Langkah 13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada
dorongan kuat untuk meneran
Langkah 14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60menit
Langkah 15 Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diatas
perut ibu
Langkah 16 Letakan kain bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Langkah 17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
Langkah 18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Langkah 19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan
dengan dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala
Langkah 20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi
Langkah 21 Tunggu kepala bayi melakukan putara paksi luar secara
spontan
Langkah 22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparetal. Anjurkan ibu meneran saat kontraksi dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Langkah 23 Geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan siku sebelah atas
Langkah 24 Penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong dan
kaki. Pegang kedua mata kaki
Langkah 25 Lakukan penilaian apakah bayi menangis kuat/ bernapas
tanpa kesulitan ataupun gerakan bayinya
Langkah 26 Keringkan dan sisikan tubuh bayi di atas perut ibu
Langkah 27 Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain
dalam uterus
Langkah 28 Beritahu ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin
Langkah 29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10
unit (Intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
Langkah 30 Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat sekitar 3cm dari
pusat bayi, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan
lakukan penjepitan kedua pada 2cm distal dari klem pertama
Langkah 31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Langkah 32 Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi
Langkah 33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
dikepala bayi
Langkah 34 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari
vulva
Langkah 35 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain mengangkan tali
pusat
Langkah 36 Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati.
Langkah 37 Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas
Langkah 38 Saat plasenta muncul di introitus vagina lahirkan plasenta
dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan letakan
ditempat yang disediakan
Langkah 39 Lakukan Masase uterus
Langkah 40 Periksa kedua sisi plasenta pastikan selaput ketuban lengkap
dan utuh
Langkah 41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakuka penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
Langkah 42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
Langkah 43 Beri waktu cukup untuk melakukan kontak kulit ibu dan bayi
(di dada ibu paling sedikit 1 jam)
Langkah 44 Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1mg intramuskular di
paha kiri anterolateral
Langkah 45 Berikan suntik imunisasi Hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral
Langkah 46 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
Langkah 47 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
Langkah 48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
Langkah 49 Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama 2 jam pertama persalinan
Langkah 50 periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik serta suhu tubuh normal
Langkah 51 periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik serta suhu tubuh normal
S
Aslina dan Febrianti. 2019
a. Lembar depan partograf
1) Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti saat mulai
melakukan asuhan persalinan catat beberapa informasi seperti: nama, umur,
nomor puskesmas, waktu mulai dirawat, waktu kedatangan, dan waktu
pecahnya selaput ketuban (Aslina dan Febrianti. 2019).
2) Kesehatan dan kondisi janin
a) Denyut jantung janin, catat dan nilai denyut jantung janin setiap 30
menit, catat djj dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan garis tega dan bersambung
b) Warna dan air ketuban, dapat dinilai saat pemeriksaan dalam dan nilai
air ketuban jika selaput ketuban pecah dengan lambang U (ketuban
utuh), J ( ketuban sudah pecah dan jernih), M (ketuban bercampur
mekonium), D (ketuban bercampur darah), K (Ketuban kering)
c) Penyusupan kepala janin (moulase), simbol 0 (tulang-tulang janin
terpisah dan suturan dapat teraba dengan mudah), 1 (tulang-tulang
kepala janin hanya saling bersentuhan), 2 (tulang-tulang janin saling
tumpang tindih tapi masih dapat dipisahkan), 3 (tulang-tulang janin
saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan) (Aslina dan Febrianti.
2019).
3) Kemajuan persalinan
a) Kemajuan persalinan, garing angka 0-10 dibagian kolom paling kiri
menunjukan besarnya dilatasi serviks, nilai dan catat pembukaan serviks
tiap 4 jam cantumkan tanda ‘X’ digaris waktu sesuai lajur besarnya
pembukaan serviks (Aslina dan Febrianti. 2019).
b) Penurunan bagian terbawah janin, untuk menentukan penurunan kepala
janin cantumkan skala nilai pada angka 1-5 yang sesuai, tulis kondisi
turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari angka 0-5 dengan
memberi tanda ‘0’ pada garis yang sesuai (Aslina dan Febrianti. 2019).
4) Jam dan waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak menyatakan waktu
(1 jam) sejak dimulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual menunjukan
waktun pemeriksaan atau persalinan, cantumkan tansa ‘X’ di garis waspada
(Aslina dan Febrianti. 2019).
5) Kontraksi uterus
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya <20 detik, beri gari-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20-40 detik, isi penuh kotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya >40 detik (Aslina dan Febrianti.
2019).
6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Oksitosin jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume setiap 30 menit. Obat lain dan cairan
IV catat sesuai kolom dan waktunya (Aslina dan Febrianti. 2019).
7) Kesehatan dan kenyamanan ibu
a) Nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh, nadi tiap 30 menit sekali, tekanan
darah per 4 jam sekali, suhu tubuh per 2 jam.
b) Volume urin, protein urin, dan aseton, catat jumlah produksi urin ibu
sedikitnya setiap 2 jam (Aslina dan Febrianti. 2019).
8) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinis
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinis di sisi
luar kolom partograf, buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan
dan cantumkan tanggal atau waktu saat membuat catatan persalinan (Aslina
dan Febrianti. 2019).
b. Lembar Belakang Partograf
Merupakan catatan persalinan yang berguna untuk mencatat proses
persalinan, yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, dan bayi baru
Tabel 2.7
Tabel 2.8
4) Vulva
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia manjadi lebih menonjol ( Elisabet, Endang, 2017 )
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada postnatal ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor daripada
keadaan sebelum melahirkan ( Elisabet, Endang, 2017 )
6) Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior
meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta
menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi
estrogen dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara
meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara.
Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi ( Elisabet, Endang, 2017 )
d. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan
terhadap spasine sfingter dan edema leher buli – buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam jumlah
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan ( Elisabet, Endang, 2017 )
e. Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali
normal, meskipun kada progesterun menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selam satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jiks sebelum
melahirkan diberikan enama, rasa sakit didaerah perenum dapat
menghalangi keinginan ke belakang ( Elisabet, Endang, 2017 ).
f. Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekitar 3 jam postpartum.
Progesterun turun pada hari ke 3 postpartum, sedangkan kada prolactin
dalam darah berangsur – angsur menghilang ( Elisabet, Endang, 2017 )
g. Sistem Muskulosklebal
Anbulasi umumnya dimulai pada 4-8 jam postpartum, ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi ( Elisabet, Endang, 2017 ).
h. Sistem Integumen
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun
( Elisabet, Endang, 2017 )
5. Involusi dan Subinvolusi Masa Nifas
a. Involusi
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ
setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus
setelah melahirkan. Involusi uteri adalah mengecilnya kembali Rahim
setelah persalinan kembali ke bentuk asal ( Elisabet, Endang, 2017 )
b. Autolisis
Adalah penghancuran jaringan otot – otot uterus yang tumbuh karena
adanya hyperplasi, dan jaringan oot yang membesar menjadi lebih panjang
10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut
kemabali mencapai keadaan seula ( Elisabet, Endang, 2017 )
c. Aktivitas Otot – otot
Adalah adanya retraksi dan kontraksi dari otot – otot setelah anak lahir,
yang diperlukan untuk menejepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya kontraksi dan retraksi yang terus - menerus ini ini menyebabkan
terganggunya peredaran darah didalam uterus yang mengaibatkan jaringan
otot – otot menjadi lebih kecil.
Mekanisme terjadinya kontraksi uterus melalui 2 cara yaitu :
1) Kontraksi oleh ion kalsium
2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon
( Elisabet, Endang, 2017 )
d. Involusi alat – alat Kandungan
1) Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehinga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Pada hari pertama postpartum TFU kira –kira 1 jari dibawah pusat ( 1
cm ), pada hari kelima postpartum uterus menjadi 1/3 jarak antara
sympisis ke pusat, TFU menurun 1 cm setiap hari dan secara
berangsur – angsur menjadi kecil hingga akhirnya kembali sebelum
hamil ( Elisabet, Endang, 2017 ).
2) Bekas Implantasi Uteri
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri
dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih ( Elisabet, Endang, 2017 ).
3) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengangaseperti corong,
bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan
kontraksi, sedangkan servks tidak berkontraksi sehingga seolah – olah
pada berbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk semacam
cincin ( Elisabet, Endang, 2017 ).
4) Ligamen – ligamen
Ligament – ligament dan diafragma pelvis serta fasia yang
meregangkan sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir
berangsur – angsur mengecil kembali pada masa nifas seperti sedia
kala ( Elisabet, Endang, 207 ).
5) Factor – factor yang mempengaruhi involusi
Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, factor yang
mempengaruhi involusi uterus antara lain :
(a) Mobilisasi Dini
(b) Status Gizi
(c) Menyusui
(d) Usia
(e) Paritas
( Elisabet, Endang, 2017 )
e. Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran
reproduktif. Subinvolusi dapat terjadi pada
1) Subinvolusi Uterus
Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk untuk mengkuti
pada normal involusi / proses involusi Rahim tidak berjalan sebagai
semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Berikut ini
tanda dan gejala :
(a) Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/ pelvis
(b) Kontraksi uterus lembek
(c) Pengeluaran lochea sering kali gagal berubah
(d) Terdapat bekuan darah
(e) Lochea berbau menyengat
(f) Uterus tidak berkontraksi
( Elisabet, Endang 2017 )
2) Pucat, Pusing dan Tekana Darah Rendah serta Suhu Tubuh Tinggi
Penyebab :
(a) Terjadi infeksi pada meometrium
(b) Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta didalam Rahim
(c) Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluaran
lebih banya dari yang diperkirakan
Terapi :
(a) Pemberian antibiotika
(b) Pemberian uterotonika
(c) Pemberian tablet fe
( Elisabet, Endang, 2017 )
3) Subonvolusi Tempat Plasenta
Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah. Berikut
tanda dan gejala :
(a) Tempat implantasi masih meninggalkan perut dan menonjol
(b) Perdarahan
Penyebab
(a) Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
(b) Inversion uteri sebagai akbita tarikan
(c) Tidak adanya regenerasi endomentrium di tempat implantasi
plasenta
Gambar 2.5
estimasi kehilangan darah
9. Pemberian vitamin A pada ibu nifas
Pada kebutuhan dasar ibu nifas ada pemberian vitamin A sebanyak 2 kali
yaitu satu kapsul vitamin A diminum segera setelah saat persalinan dan 1
kapsul vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul pertama
(Kemeskes 2016)
10. Kunjungan nifas ( KF ) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu
Menurt (Kemenkes RI 2020) kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali
seperti yang dibawah ini
a. KF 1 : Pada periode 6 jam sampai 2 hari pascasalinan
b. KF 2 : pada periode 3 hari samai 7 hari pascasalinan
c. KF 3 : Pada periode 8 hari sampai 28 hari pascasalin
d. KF 4 : Pada periode 29 hari sampai 42 hari pascasalin
Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100x/menit >100x/menit
Baik atau menangis
Upaya pernapasan Tidak ada Lambat, tidak teratur
aktif
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstremitas Aktif
Respon reflek
Tidak ada Meringis minimal Batuk atau bersin
terhadap rangsangan
Tubuh merah muda, Seluruh tubuh
Warna Biru, pucat
ekstremitas biru merah muda
Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. Bantuan medis
diperlukan jika nilai kurang dari 7. Nilai Apgar tanpa warna kulit
menyingkirkan tanda tanda ke-5, bantuan medis diperlukan jika nilai kurang
dari 6 (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
4. Reflek Pada Bayi Baru Lahir
a. Reflek Moro
Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu
membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana dekat bayi
dibaringkan dengan posisi telentang.
b. Reflek rooting
Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar
kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang pada usia 7
bulan.
c. Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting susu
dan menelan ASI.
d. Reflek graps
Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan
menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores dekat ujung jari
kaki, jari kaki menekuk.
e. Reflek walking dan stapping
Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan
kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa berjalan.
Menghilang pada usia 4 bulan.
f. Reflek tonic neck
Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau
kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati saat bayi berusia 3-4
bulan.
g. Reflek Babinsky
Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak
keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada usia 1 tahun.
h. Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant)
Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan pelvis
membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3 bulan.
i. Reflek Bauer/merangkak
Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan melakukan gerakan
merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai. Menghilang pada usia
6 minggu (Lusiana, dkk. 2019)
5. Pencegahan Infeksi Pada Bayi Baru Lahir
a. Pemberian Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1
mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5–1 mg IM.
b. Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu
pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep
mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Yang lazim dipakai adalah
larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah lahir
c. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat
paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko
transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%.
d. Tindakan pencegahan infeksi
Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
denganbayi, pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan, pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting
dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru, pastikan
bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan, Pastikan
bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda- benda
lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan) (Lusiana, dkk. 2019)
11. Resusitasi
Pada asfiksia ringan, apnea merupakan gejala klinik utama. Pada kasus-
kasus yang berat bayi baru lahir tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah
rendah dan denyut jantung lambat (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
Tujuan resusitasi adalah:
a. Menetapkan dan mempertahankan kebersihan jalan napas, dengan ventilasi
dan oksigenasi
b. Memastikan sirkulasi efektif
c. Mengoreksi asidosis
d. Mencegah hipotermia, hipoglikemia, dan perdarahan (Supri, Nuryani, dkk.
2021).
12. Bounding Attachment
a. Proses pendekatan bayi menuju puting susu
1) Fase tenang, pada fase ini bayi sedang menganalisis kondisi di
sekitarnya agar nantinya ia dapat bergerak sendiri mendekati puting
susu ibunya
2) Bayi mulai menggerak-gerakan mulut dan mengeluarkan suara
3) Bayi akan menjilat kedua telapak tangannya
4) Kemudian ia akan mulai mengeluarkan air liur
5) Setelah itu bayi mulai bergerak
6) Setelah bayi menemukan puting susu ibu nya ia akan langsung
mengisap nya (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
b. Cara melakukan bounding attachment
1) Pemberian ASI eksklusif
2) Rawat gabung
3) Kontak mata
4) Suara
5) Aroma
6) Entrainment
7) Bioritme
8) Inisiasi dini
13. Pemberian Asi Awal
Bayi normal disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk
satu atau duan menit pada setiap payudara ibu. Dengan adanya reflex sucking
pada bayi menyebabkan terjadi perangsangan terhadap pembentukan air susu
ibu yang secara tidak langsung rangsangan hisap membantu mempercepat
pengecilan uterus (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
Walaupun air susu ibu berupa kolostrum itu hanya dapat dihisap beberapa
tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Pada
hari ke-3 bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mammae ibu
denanjarak waktu tiap 3 menit, apabila diantara waktu itu bayi menangis
karena lapar ia boleh disusui pada satu mamae secara bergantian. Pada
minggu-minggu berikutnya sudah dapat dipenuhi kebutuhannya dengan
minum setian 3-4 jam (Supri, Nuryani, dkk. 2021).
14. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir
a. Bayi tidak mau menyusu
ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu
maka asupan nutrisinya kan berkyrang dan ini akan berefek pada kondisi
tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi
lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat.
b. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Apabila kejang terjadi
saat bayi demam kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu
sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika
bayi kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada
masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan
pada dokter.
c. Lemah
Jika bayi terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah. Kondisi
lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi
berat.
d. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa
yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali
per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka wajib waspada. Lihat
dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
e. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi
kita merintih terus menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-
hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
f. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C.
g. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi
yang berasal dari proses persalinan
h. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14
hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan
tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal
tersebut pada dokter. (Julina, 2017).