Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibu dan bayi merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan
prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status
kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan bayi penting untuk dilakukan. Hal
tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan. kualitas fasilitas pelayanan yang dimaksud termasuk aksebelitas
terhadap fasilitas pelayanan itu sendiri (Kemenkes RI, 2016).
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan (Widhi Endah, 2016).
Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pelayanan kebidanan yang
diberikan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, dan KB yang diberikan secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, diagnosis dini, pertolongan tepat
guna meminimalkan kecacatan (rehabilitatif), dan pemulihan kesehatan serta
kemitraan (Karwati dkk, 2017).
Asuhan kebidanan komprehensif di komunitas merupakan wujud aplikatif
dari asuhan komprehensif dalam kegiatan yang nyata dilakukan oleh seorang
bidan di komunitas sehingga upaya tersebut mudah dijangkau, menggunakan
teknologi tepat guna, mampu melakukan rangsangan serta mampu memotivasi
masyarakat di daerah binaannya dengan memilih alat adukatif sederhana yang
tersedia di wilayah tersebut (Karwati dkk, 2017).
Continuity of care (Coc) adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin
hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang
berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan
kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester,
kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk
membantu upaya percepatan penurunan AKI (Legawati, 2018).
Menurut laporan WHO yang terbaru (tahun 2017) AKI di dunia mencapai
295.000 jiwa. Dimana terbagi atas beberapa kawasan. Diantaranya Asia Tenggara
52.980, Pasifik Barat 9.885, Amerika 8.424, Afrika 192.337, Eropa 1.422,
Mediterania Timur 29.589 (WHO, 2020). Adapun target Sustainable Develoment
Goals (SDGs) pada tahun 2030 yaitu (AKI) kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup dan (AKB) 12 per
1.000 kelahiran hidup (WHO, 2016). Berarti target angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih jauh dengan harapan target
Sustainable Develoment Goals (SDGs) pada tahun 2030.
Menurut laporan WHO, pada tahun 2017 sebanyak 8600 ibu meninggal di
Indonesia karena kehamilan dan persalinan. Rasio AKI di Indonesia pada tahun
2017 mencapai 177 per 100.000 kelahiran hidup, turun 9 angka dari tahun 2016,
yang AKInya mencapai 186 per 100.000 kelahiran hidup. Namun dibandingkan
dengan negara Thailand dan Timor Leste, rasio AKI Indonesia masih lebih tinggi.
Rasio AKI di Thailand hanya 37 per 100.000 kelahiran hidup dan Timor Leste
142 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan data terbaru AKB dari WHO, pada
tahun 2018 sebanyak 61.592 bayi meninggal di Indonesia. Rasio AKB di
Indonesia pada tahun 2018 adalah 12,74 per 1000 kelahiran hidup, turun dari
tahun 2017 yang rasionya mencapai 13,22 per 1000 kelahiran hidup. Angka rasio
AKB di Indonesia tahun 2018 lebih rendah dari Timor Leste yang AKBnya
mencapai 20,40 per 1000 kelahiran hidup. Namun masih lebih tinggi
dibandingkan dengan negara Thailand yang rasio AKBnya hanya 5,02 per 1000
kelahiran hidup (WHO, 2020).
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan prioritas utama pemerintah dalam rencana pembangunan jangka
menengah Nasional tahun 2015-2019 dan merupakan target SDGs yang
mestidicapai pada tahun 2030. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018)
menyatakan bahwa jumlah kematian ibu turundari 4.999 tahun 2015 menjadi
4.912 di tahun 2016 sementara dipertengahan tahun 2017 sebanyak 1.712 kasus.
Demikian pula dengankasuskematianbayi pada tahun 2015 sebanyak 33.278 jiwa
dan pada tahun 2016 adalahsebesar 32.007 sementarahinggapertengahantahun
2017 sebanyak 10.294 (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Berdasarkan data diatas AKI dan AKB masih cukup tinggi di Indonesia.
Dalam rangka untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, maka salah satu
upaya untuk memecahkan masalah adalah dengan melakukan pendekatan yang
disebut Making Pregnancy Safer (MPS). Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu
diperhatikan adalah (1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih (2) Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat (memadai) (3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran (Kemenkes RI, 2016).
Upaya percepatan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, seperti pelayanan ibu
hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesahatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapat cuti hamil dan melahirkan
dan pelayanan keluarga berencana. Gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan
terdiri dari pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin,
pelayan kesehatan ibu nifas dan puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pelayanan
kontrasepsi (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada
tahun 2020 didapatkan angka kematian ibu dan anak tahun 2019 tercatat ada 90
kasus kematian sementara 811 kasus kematian bayi. Sejak Januari 2020,
terjadi penurunan. Data yang dirilis Dinkes Kalsel mencatat ada 48 kasus
kematian ibu, serta 441 kematian bayi. (Dinkes Provinsi Kalsel, 2020).
Tabel 1.1 Data Rekapitulasi Cakupan PWS-
KIA

Provinsi Kalimantan
Selatan

Pencapaian
Data Sasaran Target
Jumlah %

K1 88.439 80% 83.931 94,9%

K4 88.439 80% 70.451 79.7%


Cakupan Persalinan oleh tenaga
81.167 85% 72.989 89,9%
kesehatan (Pn)

Persalinan di fasyankes 13.633 85% 11.879 87,3%


Kunjungan nifas lengkap (Kf) 81.167 85% 63.364 84,2%
Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 73.963 90% 72.449 98,0%
Kunjungan Neonatal lengkap
73.963 90% 70.085 94,8%
(KN)
Neonatus dengan komplikasi
11.025 20% 6.237 56,6%
yang ditangani

Cakupan penanganan komplikasi


17.688 20% 15.109 85,4%
materbal (PK)

Jumlah peserta KB Aktif 723.135 70% 551.165 76,2%

Pelayanan kesehatan bayi 79.171 80% 66.298 83,7%

Pelayanan kesehatan balita 376.685 70% 247.302 65,7%

AKI 0 90
AKB 0 712
(Sumber : Profil Kesehatan Kalimantan Selatan Tahun 2019

Berdasarkan data diatas, didapatkan indikator K4 (79,7%) dengan target 80


% dan kunjungan nifas lengkap (84,2%) dengan target 85 % yang tidak mencapai
target. Selain indikator K4 dan kunjungan nifas lengkap, indikator lainnya sudah
mencapai target seperti persalinan oleh tenaga kesehatan (89,9%) dengan target 85%,
dan kunjungan neonatal lengkap (94,8 %) dengan target 90%.
Untuk AKI dan AKB, di dapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 90
orang dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 712 orang. Angka Kematian Ibu
di Provinsi Kalimtan Selatan cenderung mengalami naik turun capaian selama 4
tahun terakhir. Hal ini menggambarkan perlunya kenerja yang lebihbaik untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun
2019, AKI Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 90 per100.000 kelahiran hidup.
Angka ini meningkat dari tahun 2018 yang mencapai 108 per 100.000 kelahiran
hidup. (Profil Kesehatan Kalimantan Selatan, 2019.
Tabel 1.2 Data Rekapitulasi PWS-KIA Dinas Kesehatan
Kota
Banjarmasin Tahun
2020

Pencapaian
Data Sasaran Target
Jumlah %
K1 14.007 74% 11.938 84.81%

K4 14.007 74% 11.323 80.4%


Persalinan oleh tenaga 13.438 77% 11.795 87.77%
kesehatan (Pn)
Persalinan di fasilitas 13.438 77% 11.795 87.77%
Kesehatan
Kunjungan nifas lengkap 11.808 78% 8.474 63.06%
(KF 4)
Kunjungan neonatal 1 (KN1) 12.761 78% 9.040 70.8%
Kunjungan neonatal lengkap 12.761 20% 9.212 72.2%
(KN)
Komplikasi neonatal yang 1.989 20% 1.734 87.2%
ditangani
Komplikasi maternal yang 2.629 100% 1.753 65.12%
ditangani (PK)
Pelayanan kesehatan bayi 12.761 100% 11.632 91.2%
Pelayanan kesehatan balita 54.094 100% 40.914 75.6%
Jumlah peserta Kb aktif 104.725 74% 72.429 69.2%
Jumlah AKI 0 12 orang
Jumlah AKB 0 55 orang
(Sumber : Rekapitulasi Data PWS-KIA Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin Tahun 2020).

Berdasarkan perbandingan data dari Dinas Kesehatan Kota


Banjarmasin tahun 2019 ke tahun 2020, jumlah ibu hamil yang ada di Kota
Banjarmasin berkurang dari 14.282 menjadi 14.077 ibu hamil. Dan untuk
indikator pencapaian K4 (80,4%), cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan (87,7%), kunjungan nifas lengkap (75,2%), dan kunjungan
neonatal lengkap (95,4%). Dari indikator yang disebutkan, salah satunya
yang tidak memenuhi target ialah Kunjungan nifas lengkap (75,2%)
dengan target 78%.

AKI di Kota Banjarmasin tahun 2020 mengalami kenaikan dari


tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, AKI yang tercatat di Kota
Banjarmasin berjumlah 8 orang. Sedangkan pada tahun 2020, tercatat AKI
di Banjarmasin ada 12 orang. Penyebab utama AKI di Kota Banjarmasin
tahun 2020 adalah karena Hipertensi dalam kehamilan (4 orang),
perdarahan (1 orang) dan penyebab lainnya (7 orang).

AKB di Kota Banjarmasin tahun 2020 juga meningkat dari tahun


sebelumnya. Pada tahun 2019, tercatat di kota Banjarmasin berjumlah 48
orang. Sedangkan pada tahun 2020 AKB di Kota Banjarmasin sebanyak
55 orang. Penyebab utama AKI di Kota Banjarmasin tahun 2020 adalah
BBLR (17 orang), asfiksia (14 orang), kelainan bawaan (1 orang),
pneumonia (1 orang), diare (3 orang), dan penyebab lainnya (19 orang).

Tabel 1.3
Klasifikasi Data Puskesmas Pekauman 2021
Data Sasaran Target Pencapaian
Jumlah %
K1 1.250 80% 1.121 92,8
K4 1.250 95% 1.045 80
Ibu Hamil dengan Anemia 1.250 10% 165 10,3
Ibu bersalin 1.080 95% 1.125 100
Cakupan persalinan oleh tenaga 1.068 85% 1.010 100
Kesehatan

Kunjungan ibu nifas lengkap (Kf) 1.080 98% 1.257 100


Kunjungan neonatal 1 (KN 1) 1.080 98% 1.174 100
Kunjungan neonatal (KN) 1.080 96% 1.178 100
Jumlah peserta KB aktif 7.200 98% 6.850 87,5
Sumber : (Rekapitualisasi Data Puskesmas Pekauman 2021)
Berdasarkan tabel di atas tersebut, ada beberapa program yang belum
mencapai target seperti: K1 (92,2%), K4 (80%), ibu hamil dengan anemia
(10,3%), jumlah peserta KB aktif (87,5%). (Puskesmas Pekauman 2021).

Table 1.4
Data Rekapitulasi PWS-KIA di PMB Hj. Nor Aida, AM.Keb
dari Januari s/d Agustus 2022
Pelayanan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Jumlah
K1 50 50 37 40 70 68 32 25 372
K4 25 28 30 42 17 14 20 11 374
Ibu bersalin/nifas 20 30 26 35 32 36 30 20 229
Kunjungan nifas (KF) lengkap 7 5 15 17 10 20 15 10 198
Kunjungan neonatus 1 (KN 1) 20 30 28 30 33 40 35 26 242
Kunjungan neonatus (KN) 7 5 11 14 15 17 33 11 113
lengkap
Jumlah peserta Kb aktif 50 96 100 90 130 90 120 86 762
AKI 0 0 0 0 0 0 0 0 0
AKB 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(sumber: Rekapitulasi Data PWS-KIA PMB Hj. Nor Aida, AM.Keb)

Berdasarkan data diatas AKI dan AKB masih cukup tinggi di


Indonesia. Dalam rangka untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian, maka salah satu upaya untuk memecahkan masalah adalah
dengan melakukan pendekatan yang disebut Making Pregnancy Safer
(MPS). Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah (1)
Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih (2) Setiap
komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
(memadai) (3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran (Kemenkes RI, 2016).
Upaya percepatan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas,
seperti pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesahatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi
ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
kemudahan mendapat cuti hamil dan melahirkan dan pelayanan keluarga
berencana. Gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari
pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayan
kesehatan ibu nifas dan puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pelayanan
kontrasepsi (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Tugas bidan juga berperan dalam menurunkan AKI adalah
memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra-nikah serta
melakukan pergerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk
mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu,
mahasiswi ikut berperan serta dalam upaya menurunkan AKI dan AKB
yaitu dengan memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dan bayi, salah satunya dengan
magang/praktik di Praktik Mandiri Bidan (PMB) atau ke klinik guna
mengasahkan melatih kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan
yang berkualitas di masa ini dan masa yang akan datang.
Pelayanan kebidanan Continuity of Care (CoC) adalah pelayanan
kebidanan yang kontinu mulai dari ANC, INC, Asuhan BBL, Asuhan
Postpartum, Asuhan Neonatus, dan Pelayanan KB yang berkualitas.
Pada penyusunan Asuhan Kebidanan ini, penulis membatasi
masalah ”Bagaimana Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada Ny. I
G3P1A1 usia kehamilan 36 minggu, janin tunggal/hidup intrauterine,
fisiologis, yang diberikan secara Continuity of Care (CoC) dari
Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB di PMB Hj. Nor
Aida, AM.Keb.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. I secara komprehensif
dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didokumentasikan
melalui SOAP pada ibu hamil mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan KB.
2. Tujuan Khusus
Bertempat di PMB Hj. Nor Aida, AM.Keb. Mahasiswa
diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan:
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar melalui data
Subjektif dan Objektif secara Continuity of Care (Coc) meliputi
Asuhan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan KB
pada Ny. I.
b. Mampu melakukan interpretasi data dasar melalui data Subjektif
dan Objektif secara Continuity of Care (Coc) meliputi Asuhan
Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan KB pada Ny.
I.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
melalui data Subjektif dan Objektif secara Continuity of Care
(Coc) meliputi Asuhan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir,
Nifas dan KB pada Ny. I.
d. Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika terjadi
komplikasi.
e. Mempu menyusun rencana asuhan sesuai diagnosis atau masalah
dari Asuhan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan
KB pada Ny.I.
f. Mampu melaksanakan asuhan berdasarkan diagnosis atau
masalah dari Asuhan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir,
Nifas dan KB pada Ny.I.
g. Mampu melakukan evaluasi setelah melakukan asuhan kebidanan
dari Asuhan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan
KB pada Ny.I.

C. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran dari asuhan Continuity of Care (CoC) adalah Ibu hamil
Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana
2. Tempat
Continuity of Care (CoC) dilakukan di PMB Hj. Nor Aida, AM.Keb.
3. Waktu
Asuhan Continuity of Care (CoC) dimulai dari bulan September-
Desember.

D. Manfaat
1. Bagi Klien
Dapat mengajarkan ibu untuk deteksi dini mengenai status
kesehatannya dalam masa kehamilan, persalinan, perawatan bayi
baru lahir, masa nifas, pelaksanaan program KB agar kelainan dapat
terdeteksi secara dini.
2. Bagi Penulis
a. Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan serta dapat mengaplikasikan didalam pelayanan pada
ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas dan akseptor KB
secara Continuity of Care.
b. Dapat menambah pengalaman dengan cara sering mengasah
keterampilan dalam pemberian asuhan pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir, ibu nifas dan akseptor KB secara Continuity of
Care guna untuk meningkatkan kompetensi yang berkualitas.
3. Bagi Institusi Pendidikan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Abdi Persada Banjarmasin
a. Sebagai bahan masukan untuk mengantisipasi dan
mempersiapkan diri dalam melakukan pelayanan awal terhadap
masalah yang muncul dalam kebidanan.
b. Diharapkan agar dapat menambah referensi kepustakaan yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan KB
sehingga mempermudah untuk mencari materi yang dibutuhkan
dalam pembuatan asuhan kebidanan Continuity of Care ini dapat
dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan bahan pertimbangan
untuk selanjutnya.
4. Bagi Lahan Praktik
Manfaat penelitian secara praktik diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran guna
mempelajari asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,
ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas dan KB dengan cara melakukan
asuhan sesuai standar khususnya di Praktik Mandiri Bidan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil
Asuhan Continuity of Care (CoC) pada Ny.I di PMB Hj. Nor Aida,
AM.Keb.

Anda mungkin juga menyukai