Anda di halaman 1dari 18

DOKUMEN ANGGARAN

PROPOSAL

KEGIATAN PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA

PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT

DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN 2019
PROPOSAL

KEGIATAN PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA


PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019 sesuai dengan


Kebijakan Menteri Kesehatan melalui pendekatan Paradigma Sehat yang
berupa pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan nasional,
menjadikan promotive dan preventif sebagai pilar utama kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dan tetap mengacu RPJMN III bidang
kesehatan yang memfokuskan pada empat program prioritas yaitu
penurunan Angka Kematian Ibu dan angka Kematian Bayi, Perbaikan Gizi
Masyarakat khusunya stunting, Pengendalian penyakit menular dan tidak
Menular.
Sasaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dalam Rencana
Pembangungan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019 adalah
meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang bermutu bagi seluruh masyarakat. Indikator kegiatannya terdiri
dari :
a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
b. Persentase ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Sehingga diperlukan suatu komitmen dan upaya yang besar untuk
keberhasilan program dalam mencapai indikator tersebut.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan, integrasi dan sinergi antar upaya program dan sektor-
sektor terkait lainnya, dan upaya – upaya yang telah dilaksanakan oleh
periode sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, Tahun ini merupakan tahun pertama perubahan
STOK baru di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan tahun
kedua di Kementerian Kesehatan RI dimana secara langsung berpengaruh
pada indikator kinerja program di masing masing unit pelaksana kegiatan.
Program Pembinaan Kesehatan Keluarga merupakan Direktorat baru
peleburan dari Direktorat Pembinaan Kesehatan Ibu dan Direktorat
Pembinaan Kesehatan Anak yang termasuk dalam STOK Baru di Program
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Sesuai dengan STOK
baru, maka ada perubahan perubahan dalam indikator kinerja yang secara
langsung akan berpengaruh pada indikator yang telah terlaksana di
daerah, tetapi pada dasarnya Program yang akan dilaksanakan bertujuan
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak serta meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.

II. ANALISIS SITUASI

Mortalitas hasil SUPAS tahun 2015 terbagi menjadi angka kematian bayi,
angka kematian anak, angka kematian balita, angka kematian dewasa
serta angka kematian ibu. Karena asumsi completeness yang tidak
terpenuhi maka penghitungan angka kematian menggunakan metode
tidak langsung untuk mengatasi kekurangan tersebut. Angka kematian
bayi menurut hasil SUPAS 2015 adalah sebesar 22 bayi per 1000 KH,
angka tersebut mengalami penurunan dari hasil penduduk yang
dilaksanakan sebelumnya. Hasil SUPAS 2015 juga menunjukan angka
kematian anak sebesar 4 anak per 1000 KH, sedangkan angka kematian
balita yang mencakup kematian bayi dan kematian anak hasil SUPAS 2015
adalah 26 per 1000 KH. Angka kematian dewasa laki-laki hasil SUPAS
2015 adalah 171 per 1000 penduduk, sedangkan angka kematian dewasa
perempuan adalah 122 per 1000 penduduk. Angka kematian ibu yang
merupakan salah satu indikator SDGs yang juga dihitung dari SUPAS 2015
menghasilkan angka 305 kematian ibu per 100.000 KH.

Sedangkan RPJMN tahun 2019 sebesar 306/100.000 kelahiran, hal ini


berdasarakan Base Line data SDKI 2012 AKI sebesar 359/100.000 KH,
masih jauh untuk dapat dicapai, Angka ini kalau dibandingkan dengan
hasil SUPAS 2015 sudah mencapai target RPJMN 2019, Namun kita masih
tetap waspada. Untuk Angka Kematian Neonatal (AKN) mengalami
stagnansi sejak tahun 2012 dan terakhir berdasarkan SDKI 2015 Angka
Kematian Neonatal masih 19 per 1.000 Kelahiran hidup. Kesehatan
neonatal sangat terkait dengan Kesehatan Keluarga. Saat ini akses
terhadap kesehatan ibu dan neonatal untuk kunjungan antenatal K1
mencapai 95,4%, kunjungan K4 70,4%, persalinan nakes 86,9% dan
kunjungan neonatal pertama (KN1) 71,3% (data Riskesdas tahun 2013).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017


yang diperoleh dari Kabupaten/Kota data Kunjungan K1 97,14%,
Kunjungan K4 93,2%, PN 87,2%,PF 88%, PK 59,3%, CPR 72,8%, KN1
95,3 Neonatal Komplikasi 48,3%, Kematian Ibu 107 kasus, Kematian
Neonatal 520 kasus. Dari data tersebut terlihat bahwa cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan neonatal sudah cukup baik, meningkat dari tahun
sebelumnya, serta jumlah kasus Kematian Ibu dan Neonatal juga sudah
menurun jika dibandingkan dengan Tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu dan neonatal yang
diberikan sudah mengalami peningkatan. Namun bila dibandingkan
dengan target kinerja masih butuh kerja keras dan upaya upaya perbaikan
untuk meningkatkan capaian indikator dan menurunkan lagi kasus
kematian maternal neonatal.

Seperti kita ketahui bersama bahwa kematian ibu dan kematian neonatal
disebabkan oleh multifaktor yang merupakan hasil interaksi berbagai
aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun
faktor – faktor non kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan
klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan tersebut secara
optimal. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesamaan persepsi
dari semua pihak mengenai pentingnya peran berbagai aspek tersebut
dalam penanganan masalah kematian ibu sehingga strategi yang akan
digunakan untuk mengatasinya harus merupakan integrasi menyeluruh
dari berbagai aspek tersebut.

Berikut indikator kinerja program kesehatan keluarga Dinas Kesehatan


Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut :
1. Indikator Kinerja Program Kesga Berdasarkan RPJMD Provinsi
Sumatera Selatan
INDIKATOR KINERJA KESGA 2013-2016
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENCAPAIAN TARGET

NO INDIKATOR

2013 2014 2015 2016 2015 2016 2017

1 K4 93,21 93,53 93,86 87,42 96 98 99

2 PN 92,94 91,27 92,82 87,15 95 98 99

3 KF 89,66 88,71 84,08 86,55 96 98 99

4 PK 66,79 65,95 55,94 59,30 80 80 80

5 CPR 62,19 74,67 67,00 73,18 62 65 67

6 KN1 94,13 94,55 94, 03 93,05 93 94 95

7 NK 53,29 53,26 52,78 48,33 60 65 70

2. Indikator Prioritas Nasional Program Kesehatan Keluarga Kementerian


Kesehatan RI.

INDIKATOR PRIORITAS NASIONAL 2017


KESEHATAN KELUARGA
No Indikator 2017 2018 2019
.
Prioritas
1 Jumlah buku saku tentang kesehatan reproduksi 23000
yang dicetak dan didistribusikan ke KUA buku
2 Persentase bayi baru lahir yang mendapatkan
81% 87% 92%
pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1)
3 Persentase ibu bersalin di fasilitas pelayanan
81% 87% 92%
kesehatan (PF)
4 Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
85% 86% 87%
antenatal ke minimal empat kali (K4)
5 Persentase sekolah yang mendapatkan pelayanan
penjaringan kesehatan bagi peserta didik kelas 1, 7, 50% 55% 60%
dan 10

Non Prioritas
1 Persentase usia lanjut (Usila) yang dilayani 15% 20% 25%
2 Buku KIA 5 juta 5,4 juta 5,832 juta
buku buku buku

1. Penurunan Kematian Ibu


Jumlah Kematian Ibu Maternal di Provinsi Sumatera Selatan sampai
dengan bulan Desember 2017 mencapai 107 Kasus. Jumlah Kematian
Ibu Maternal tertinggi terjadi di Kab. Banyuasin (18 kasus), Kab. OKU
Timur (11 kasus), dan Kab. OKU (10 kasus), kemudian diikuti Kab. Musi
Banyuasin (9 kasus). Sedangkan jumlah kematian ibu maternal terendah
terjadi di Kab OKI, PALI dan Kota Lubuk Linggau masing-masing (2
kasus), diikuti Kota Pagar Alam (1 kasus) dan Kab. OKU Selatan (1 kasus).
Jumlah kasus kematian ibu sesumatera selatan dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :
KEMATIAN IBU
120 107
100
80
60
40
18
20 5 5 6 6 6 7 8 8 9 10 11
1 1 2 2 2
0

OKU Timur
Palembang
Prabumulih
Pagar Alam

MURATRA

Banyuasin
Ogan Ilir

Provinsi
Empat
Lahat
Lubuk

Muara
OKU

OKU
OKI

Musi
Musi
PALI

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun ke


tahun cenderung menurun, Kematian Ibu Tahun 2015 sebanyak 165
kasus, turun ditahun 2016 sebanyak 142 kasus dan ditahun 2017 menjadi
107 kasus kematian, namun masih perlu perhatian kita karena target
tahun 2019 Angka Kematian Ibu 304/100.000 KH.
Bila kita lihat dari hasil rekapan laporan PWS KIA kasus kematian antara
kab/kota dari tahun ke tahun terjadi perubahan, baik itu jumlah maupun
penyebab kematian yang berbeda beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari
beberapa kabupaten/kota yang cenderung menurun dan bahkan ada yang
meningkat dengan penyabab utamanya adalah perdarahan dan disusul
dengan hypertensi dalam kehamilan.

Permasalahan yang sama juga disebabkan karena deteksi dini faktor


resiko oleh tenaga kesehatan yang kurang cermat, penanganan persalinan
yang kurang adekuat/tidak sesuai prosedur (tidak ditolong oleh tenaga
yang kompoten) serta sistem rujukan yang tidak sesuai dengan prosedur
jejaring manual rujukan. Selain penangan yang tidak adekuat, jumlah
kasus kematian meningkat disebabkan juga karena manajemen program
yang sudah terlaksana sesuai sistem manajemen yang baik, diantaranya :
Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal yang melibatkan TIM Teknis dan
Tim Manjemen, sehingga seluruh kematian ibu maternal dapat terlacak
serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah bejalan dengan baik.
2. Persentase ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)
Presentase ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan sesuai
standar oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Indikator ini merupakan indikator kinerja utama dalam sasaran pokok
dan arah kebijakan pembangunan kesehatan.
Sebaran ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan kabupaten/kota
provinsi sumatera selatan dapat dilihat pada grafik berikut :

PF Target PF
(82 %)
120
96 99 100 100
100 93 94 95 95 95
86 87 88
79
80 72 72 75

57
60 49

40

20

0
OKU

OKI
Muara Enim

PALI

Prabumulih
Lahat

Pagar Alam

OKU Timur

Ogan Ilir
MURATARA

Provinsi

Palembang
OKU Selatan

Banyuasin
Lubuk Linggau
Empat Lawang

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Capaian persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan Provinsi


Sumatera Selatan sampai dengan desember 2017 adalah 88 %,
sedangkan cakupan tertinggi adalah kota prabumuliha dan kota
palembang (100%) diikuti kab. Banyuasin (99%), Kab OKI (96%), Kab
PALI, Ogan Ilir dan OKU Timur masing-masing (95%). Sedangkan
capaian terendah ada pada kabupaten OKU Selatan (49%) dan diikuti
oleh Kab. Muratara (57%) dan Lahat serta Kab. Empat Lawang (72%).

3. Persentase K4
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke
minimal empat kali (K4) adalah : Presentase ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar 10 T, paling sedikit
empat
105,0kali dengan distribusi waktu 1K4
kali pada trimester ke-1, 1Target
kali
2017
(99%)
pada 100,0
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 98,9
97,3
Indikator ini menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan
96,5 96,8
95,7
94,5 94,7 94,9 94,2
95,0 93,2
antenatal cakupan K4 kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang
92,7
91,2 91,3 91,5

90,0 88,8 89,1


mempunyai kompetensi
86,3
sesuai standar.
Saat 85,0
ini 83,0angka cakupan pelayanan antenatal sudah meningkat
dibandingkan
80,0 tahun-tahun sebelumnya, walaupun demikian masih

75,0
Empat Lawang

Lubuk Linggau
Musi Banyuasin

OKU Selatan

Prabumulih
Muara Enim

Pagar Alam

Palembang
OKU Timur
MURATRA

Musi Rawas

Banyuasin

Provinsi

Ogan Ilir
Lahat
OKU

PALI

OKI
terdapat disparitas antar daerah kabupaten/kota yang variasinya
cukup besar, selain adanya kesenjangan juga ditemukan ibu hamil
yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada
saat kontak dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).

105,0 K4 Target
2017
(99%)

100,0 98,9
96,8 97,3
96,5
95,7
94,5 94,7 94,9
95,0 94,2
92,7 93,2
91,2 91,3 91,5

90,0 88,8 89,1

86,3

85,0
83,0

80,0

75,0
Empat Lawang

Lubuk Linggau
Musi Banyuasin

OKU Selatan

Prabumulih
Muara Enim

Pagar Alam

Palembang
OKU Timur
MURATRA

Musi Rawas

Banyuasin

Provinsi

Ogan Ilir
Lahat
OKU

PALI

OKI

Sedangkan untuk Cakupan K4 sampai dengan bulan Desember 2017 di


Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Pada gambar di atas. K4
sampai dengan desember 2017 mencapai 93,2%, sementara target
(98%), bila dibandingkan dengan capaian 2016 (87,25%) mengalami
peningkatan (5,6%). Cakupan tertinggi dicapai oleh Kota Palembang
(98,9 %) diikuti Kab. Ogan Ilir (97,3%) dan Kota Lubuk Linggau (96,8%),
kemudian diikuti oleh Kota Prabumulih (96,5%) dan Kota Pagar Alam
(95,7%). Sedangkan cakupan terendah ada di kabupaten Musi Banyuasin
(83,0%), kemudian diikuti kabupaten Empat Lawang (86,3%), Kab. OKU
(88,8%) dan kab. Muratara (89,1%).

Kunjungan 4 x (K4) selama kehamilan ditargetkan 99% pada tahun 2017,


namun pencapaian K4 pada 2017 93,2 % dikarenakan sasaran Bumil
pada tahun yang sama memang belum mendapatkan pelayanan sebanyak
4 x dan akan di akumulasikan pada tahun berikutnya (pada dasarnya
kesenjangan 5,8 % hanya validasi data belum aktual.

4. Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)


Persentase bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan kunjungan
neonatal pertama (KN1) adalah : Persentase bayi baru lahir umur 6 - 48
jam yang mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial dengan
menggunakan pendekatan MTBM.
Indikator ini dapat diukur melalui akses / jangkauan pelayanan kesehatan
Neonatal.
Cakupan Neonatal pertama (KN1) di Provinsi Sumatera selatan sampai
dengan bulan desember tahun 2017 adalah 95,1%, bila dibandingkan
dengan tahun 2016 cakupan KN1 (93,1%) sedikit mengalami kenaikan
yaitu sebesar 0,2% dan bila dibandingkan dengan target 2017 maka
cakupan pelayanan KN1 sudah mencapai target.

Berikut terlihat Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Thn 2017.

KN 1 Target : 95%
105,0

99,6 99,8 100 100 100 100 100


100,0 98,6 98,7
97,2
96,0
95,1 95,4
95,0 93,5
91,1
90,2
90,0
86,1 86,2
85,0

80,0

75,0
Pada gambar diatas terlihat capaian pelayanan pertama Neonatus (KN1)
tertinggi terdapat di Kota Pagar Alam, Ogan Ilir, OKU Selatan, OKU Timur,
dan Kab. OKU (@ masing-masing 100%), diikuti oleh Kota Lubuk Linggau
99,8%, Kab. Musi Rawas 99,6%, Kota Prabumulih 98,7%, Kab. OKI
98,6%, kemudian Kab. Muara Enim 97,2%. Sedangkan capaian terendah
terdapat di Kabupaten PALI (86,1), Kab. Banyuasin (86,2) dan Kota
Palembang (90,2%).

5. Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Kelas Ibu


Hamil
Indikator ini merupakan kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah
peserta maksimal 10 orang, dikelas ini ibu-ibu hamil akan belajar
bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak
(KIA ) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara
terjadwal dan berkesinambungan.
Definisi Operasionalnya adalah Presentase Puskesmas yang melaksanakan
kelas ibu hamil minimal 4 kali di wilayah kerjanya dalam satu tahun.
Berikut dapat dilihat gambaran puskesmas yang melaksanakan kelas ibu
hamil di provinsi sumatera selatan :

PKM MELAKSANAKAN KELAS BUMIL


120 Target : 84%

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 95 95 96 97
93
89

80

60

40

20

0
0

Saat ini capaian puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil sampai dengan
desember tahun 2017 adalah 96% sudah melebihi target (84%), bahkan
16 Kabupaten/Kota juga sudah memenuhi target, yang belum
melaksanakan kelas ibu hamil adalah Kab. Musi Rawas Utara (0%) hal ini
disebabkan karena tenaga kesehatan di puskesmas belum sama sekali di
latih sebagai fasilitator kelas ibu hamil dan ibu balita.

6. Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Orientasi P4K


Orientasi P4K adalah Pertemuan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
dengan mengundang kader dan /atau bidan desa dari seluruh desa
yang ada di wilayahnya dalam rangka pembekalan untuk
meningkatkan peran aktif suami, keluarga ibu hamil, serta masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Definisi Operasionalnya adalah Persentase Puskesmas yang
melaksanakan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)”
Sampai bulan desember 2017 capaian puskesmas melaksanakan
program P4K sebesar : 100% baik Provinsi maupun Kab./Kota
PKM MELAKSANAKAN ORIENTASI P4K
120

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100

80

60

40

20

7. Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Penjaringan Kls 1


Persentase sekolah yang mendapatkan pelayanan penjaringan
kesehatan bagi peserta didik kelas 1, 7, dan 10 adalah : Persentase
sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan SLB ) yang dilakukan
penjaringan kesehatan kepada Peserta Didik kelas I, VII dan X dalam
wilayah kerja puskesmas tersebut.
Saat ini capaian puskesmas melaksanakan penjaringan kelas 1 untuk
sumatera selatan sampai dengan desember 2017 adalah 94% terget
2017 60 %, Kalau dilihat pada grafik berikut bahwa gambaran
puskesmas melaksanakan penjaringan di sekolah sesuai
kabupaten/kota semuanya sudah mencapai target, walaupun sudah
mencapai target namun kita masih perlu untuk melakukan pembinaan
dan pemantauan secara berkesinambungan.

PKM MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN UTK


Target : 60%
PESERTA DIDIK KLS 1
120

100 100 100 100 100 100 100 100 100


100 94 94 94
89 90 91

80
71
67
60
60

40

20

8. Persentase Puskesmas Yang Melaksanakan Penjaringan Kelas


7 dan 10
Persentase sekolah yang mendapatkan pelayanan penjaringan
kesehatan bagi peserta didik kelas 1, 7, dan 10 adalah : Persentase
sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan SLB ) yang dilakukan
penjaringan kesehatan kepada Peserta Didik kelas I, VII dan X dalam
wilayah kerja puskesmas tersebut.
Capaian puskesmas melaksanakan penjaringan kelas 7 dan 10 sampai
dengan desember 2017 adalah 88,6% sementara target 2017 adalah
50%, capaian paling tinggi untuk penjaringan adalah Kota Pagar Alam,
Palembang, Ogan Ilir, OKU Timur, Musi Banyuasin, Musi Rawas dan
Kab. OKI (masing-masing 100%), kemudian diikuti oleh Kab. OKU
Selatan 90,9%, Muara Enim 90,5%, Banyuasin 90,3%, Kota Lubuk
Linggau dan Kab OKU 88,9% sedangkan yang paling rendah adalah
Kab. Lahat 45,5%.
Dibawah ini dapat dilihat pada grafik sebaran puskesmas
melaksanakan penjaringan kelas 7 dan 10 di 17 Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 :
PKM MELAKSANAKAN PENJARINGAN KESEHATAN
UTK PESERTA DIDIK KLS 7 DAN 10 Target : 50%
120,0
100
100 100 100 100 100 100 100
100,0
88,6 88,9 88,9 90,3 90,5 90,9

80,0
66,7
60,0 62,5
60,0
45,5

40,0

20,0

0,0

9. Puskesmas Yang Melaksanakan PKPR


Definisi Operasional : Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan
kesehatan remaja memenuhi kriteria:
- Memiliki tenaga kesehatan terorientasi/terlatih pelayanan
kesehatan peduli remaja
- Memiliki pedoman kesehatan remaja
- Melakukan pelayanan konseling pada remaja

Sampai dengan bulan desember 2017 capaian puskesmas


melaksanakan PKPR adalah 62% dengan target 35%, bila dilihat per
kabupaten/kota terdapat variasi yang sangat signifikan yakni ada
kabupaten kota yang capaianya tinggi, sedang, cukup dan ada juga
yang rendah. Kabupaten dengan capaian tertinggi adalah Kab.OKI,
Empat lawang, Muratara, Kota Prabumulih dan Kota Lubuk Linggau
yaitu sebesar 100%, sedangkan yang capaianya sedang antara 94 –
71% adalah Kab. OKU, Kota Palembang, Kab. Musi Rawas dan Kab.
PALI, diikuti oleh Capaian yg cukup antara 67-57% adalah Kab. Muara
Enim, Banyuasin dan Kota Pagar Alam dan yang paling rendah bahkan
dibawah target adalah 32-19% adalah Kab. Musi Banyuasin, Ogan Ilir,
Lahat, OKU Timur dan OKU Selatan.
PKM MENYELENGGARAKAN KEG KESEHATAN REMAJA Target : 35 %

120

100 100 100 100 100


100 94
90

80 74 71
67 65 62
57
60

40 32 32
19
21 21
20

10. Jumlah Kematian Bayi


Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan
bulan Desember 2017 mencapai 637 kasus, menurun jika
dibandingkan tahun 2016 sebanyak 643 kasus.
Kasus kematian bayi tertinggi ada di Kabupaten Musi Rawas
dengan kematian sebanyak 70 kasus, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Banyuasin (68 kasus) dan Kabupaten M.Enim (65
kasus). Sedangkan kasus kematian neonatal terendah terjadi di
Kab. Pali (8 kasus), kemudian diikuti oleh Kota Pagar Alam (10
Kasus) kematian Bayi dan laht (11 Kasus), untuk Kabupaten/Kota
lainnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :

KEMATIAN BAYI
PALI 8
PAGARALAM 10
LAHAT 11
PRABUMULIH 13
LUBUK LINGGAU 16
PALEMBANG 29
OGAN ILIR 31
OKI 33
EMPAT LAWANG 35
OKU SELATAN 39
OKU TIMUR 47
MURA TARA 48
MUSI BANYUASIN 51
OKU 63
MUARA ENIM 65
BANYUASIN 68
MUSI RAWAS 70
PROVINSI 637

0 100 200 300 400 500 600 700


Penyebab kematian neonatal dan post neonatal sesuai analisa data
disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung yang
kesemuanya membutuhkan intervensi efektif untuk meningkatkan
kelangsungan hidup dan kesehatan neonatal yang meliputi
pelayanan kesehatan reproduksi, maternal dan neonatal. Penyebab
lain adalah tenaga kesehatan yang belum kompoten dalam
penanganan kasus kegawatdaruratan pada neonatal, akses
pelayanan yang sulit untuk penanganan neonatal dengan kasus
BBLR, sarana dan prasaran penunjang yang belum lengkap di
fasilitas rujukan baik puskesmas maupun RSUD kab./kota.
Penyebab tingginya jumlah kasus kematian ini juga disebabkan
manajemen program yang sudah terlaksana sesuai sistem
manajemen yang baik, diantaranya : Pelaksanaan Audit Maternal
Perinatal, sehingga seluruh kematian maternal dan neonatal dapat
terlacak serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah bejalan
dengan baik.

III.TUJUAN

A. Tujuan Umum
Mempercepat upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB).

B. Tujuan Khusus :
 Meningkatkan Persentase Kunjungan Ibu Hamil ke 4 Kali (K4)
 Meningkatkan Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
 Meningkatkan Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)
 Meingkatkan Persentase PKM melaksanakan Kelas Bumil
 Meningkatkan Persentase PKM melaksanakan orientasi P4K
 Meningkatkan Persentase PKM melaksanakan penjaringan kes utk
peserta didik kls 1
 Meningkatkan Persentase PKM melaksanakan penjaringan kes utk
peserta didik kls 7 dan 10
 Meningkatkan Persentase PKM yg menyelenggarakan keg kes remaja
 Penguatan manajemen program kesehatan ibu dan reproduksi
termasuk KB
IV. SASARAN

Dalam rangka pencapaian target indikator kinerja tahun 2019 , pemerintah


melalui Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat melakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang salah satunya bertujuan
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Untuk mendukung pemerintah pusat, maka Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan melalui Dana Dekonsentrasi akan melakukan kegiatan –
kegiatan yang berdaya ungkit untuk pencapaian indikator tersebut dengan
mengacu pada sasaran program, IKU dan IKK.
Sasaran program Kesehatan Keluarga adalah : Meningkatkan Status
Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Masyarakat

V. RENCANA KEGIATAN
A. Ruang Lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah merupakan kegiatan Prioritas Nasional
dan Proyek Prioritas, dimana kegiatan prioritas nasional bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi sedangkan proyek prioritas tujuannya : Penurunan kematian
ibu di fasyankes, Penurunan kematian bayi, Peningkatan pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi serta Imunisasi dasar
lengkap.
Berikut Kegiatan Prioritas Nasioanl yang akan dilaksanakan dengan
menggunakan dana Dekonsentrasi :
a. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu
1. Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal bagi
Kab dengan Kematian Maternal Neonatal Tinggi Tk. Provinsi
2. Orientasi Manajemen Kesehatan Keluarga
3. Penguatan Audit Maternal Perintal (AMP) Terintegrasi SKI
4. Koordinasi LP/LS Kesehatan Keluarga
5. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Program Kesehatan
Keluarga
b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bayi
1. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah
Terintegrasi
2. Paket Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
c. Pembinaan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
1. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban KTP/A dan TPPO
d. Pembinaan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
1. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja
e. Pembinaan Pencegahan Stunting
1. Orientasi Tata Kelola Klinis Pelayanan Kesehatan Keluarga
2. Sosialisasi dan Advokasi Program dan NSPK Kesehatan Keluarga
f. Pembinaan Penguatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
1. Pelatihan Kesehatan Lansia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas

B. Tempat Kegiatan
Tempat pelaksanaan kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga akan
dilaksanakan baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten / Kota
yang ditunjuk sesuai dengan alokasi kegiatan yang didasarkan pada
capain program dan kinerja.

C. Tahapannya
Tahapan dalam ruang lingkup kegiatan program kesehatan keluarga
secara garis besar di uraikan sebagai berikut :
 Rapat persiapan
 Penentuan sasaran program
 Penentuan lokasi kegiatan
 Penentuan waktu pelaksanaa/membuat jadwal pelaksanaan
 Penyusunan dan membuat SK penyelenggaraan
 Mempersipkan bahan /materi dan alat pendukung lainnya
 Menyelenggarakan surat menyurat, dll
 Pelaksanaan kegiatan (ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek)
 Penyusunan laporan pelaksanaan.

D. Waktu Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan keluarga akan
dilaksanakan pada TR.I, II, III dan IV bulan berjalan ditahun 2019.

VI. INDIKATOR KEBERHASILAN

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan keluarga


out put yang akan dihasilkan adalah :
1. Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu
2. Kab./Kota Yang mendapat Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bayi
3. Kab./Kota Yang Mendapat Pembinaan Pelayanan KB dan Kesehatan
Reproduksi
4. Kab./Kota Yang Mendapat Pembinaan Upaya Kesehatan Sekolah
(UKS)
5. Kab./Kota yang Mendapat Pembinaan Pencegahan Stunting
6. Kab./Kota yang Mendapat Pembinaan Penguatan Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia

VII. BIAYA PENYELENGGARAAN


Biaya penyelenggaraan kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga
dibebankan pada Dana Dekonsentrasi (APBN) DIPA Satker 03 Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019.

VIII. PELAKSANA
Pelaksana kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga adalah pengelola
progam kesehatan maternal neonatal, balita dan anak pra sekolah, anak
usia sekolah dan remaja, Kesehatan reproduksi, KB dan kependudukan,
lansia dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Seksi Kesehatan Keluarga dan
Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

IX. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Anda mungkin juga menyukai