Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber Daya Manusia adalah kunci keberhasilan suatu organisasi karena
kualitas produk organisasi dipengaruhi oleh kualitas kualitas dan produktivitas
SDM-nya (Siagian, 1996) dan hal yang kini harus semakin disadari adalah SDM
merupakan asset yang paling tinggi pengaruhnya, karena tingkat manfaat dari
sumberdaya-sumberdaya lainnya baik financial maupun non financial sangat
bergantung pada tingkat efektifitas pemanfaatan SDM (Azwar, 1996)
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 -
2025, dinyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama sama dengan
pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar
utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia. Dalam RPJPN, dinyatakan pula pembangunan nasional di
bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan didasarkan kepada perikemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak,
manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK,
serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan
kerjasama lintas sektoral.
Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan
antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 1


hidup, faktor genetik, dan pelayanan kesehatan. Dalam sistem kesehatan itu
sendiri, menurut Peraturan Presiden No 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional terdapat tujuh subsistem yang turut menentukan kinerja
sistem kesehatan nasional yaitu upaya kesehatan; penelitian dan
pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia
kesehatan; sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat.
Subsistem sumber daya manusia (SDM) kesehatan bertujuan agar
tersedianya SDM kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan, terdistribusi
secara adail dan merata serta didayagunakan secara optimal dalam
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan sebagai unsur
utama mendukung subsistem-subsistem lainnya.
Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan (termasuk
tenaga kesehatan strategis) dan tenaga pendukung/penunjang kesehatan
yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan. Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah
semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan,
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan.
Kondisi SDM di UPTD Puskesmas Bantarujeg masih menghadapi
berbagai masalah terutama masalah jumlah, jenis dan mutu SDM. Di
Puskesmas Bantarujeg jumlah tenaga dokter 2 (dua) orang, dokter gigi tidak
ada, bidan Puskesmas 6 (enam) orang termasuk bidan PTT Provinsi, bidan
desa dari 13 (tida belas) desa baru terisi 8 (delapan) orang, perawat 16 (enam
belas) orang dengan pembagian 1 (satu) orang sebagai penangungjawab
Puskesmas Pembantu Cinambo, 3 (tiga) orang mengerjakan administrasi
keuangan, 1 orang sebagai koordinator imunisasi, 1 orang sebagai koordinator
promosi kesehatan, 1 (satu) orang penanggungjawab UGD, 3 (tiga) orang di
bagian rawat jalan dan 4 (empat) orang di bagian rawat inap sehingga dalam

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 2


pelaksanannya di bantu oleh tenaga perawat magang sebanyak 10 (sepuluh)
orang, nutrisionis tidak ada, sanitarian 1 (satu) orang, epidemiolog 1 (satu)
orang, asisten apoteker 1 (satu) orang, analis kesehatan 1 (satu) orang, tenaga
penyuluh kesehatan tidak ada, tenaga adminitrasi kesehatan 3 (tiga) orang
yang akan memasuki masa pensiun pada Tahun 2018 dan supir 1 (satu) orang.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa jumlah tenaga kesehatan pada UPTD
Puskesmas Bantarujeg masih sangat kurang.

2.1 Gambaran Umum


Puskesmas DTP Bantarujeg merupakan puskesmas dengan tempat
perawatan dan mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) serta menjadi fokus akselerasi penurunan AKI dan AKB di
Kabupaten Majalengka. Puskesmas yang menjadi Puskesmas rawat inap
merupakan Puskesmas yang letaknya strategis terhadap Puskesmas non
rawat inap dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama disekitarnya,
yang dapat dikembangkan menjadi pusat rujukan antara atau pusat rujukan.
Harus dilengkapi dengan sumber daya untuk mendukung pelayanan rawat
inap, sesuai dengan ketentuan.

Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu


menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi
tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

Wilayah kerja Puskesmas Bantarujeg berkisar antara 475 s/d 600 m dari
permukaan laut (dpl) dengan luas sekitar 49,69 KM 2 kemiringan daerah kerja
sekitar 300 ke arah utara dengan suhu udara berkisar anatara 26 s/d 30 o

celcius. Curah hujan di Wilayah kerja Puskesmas Bantarujeg sekitar 2000 –


3000 Mililiter. Jarak tempuh dari Puskesmas Bantarujeg ke Dinas Kesehatan
sekitar 35 km dan wilayah kerja Puskesmas Bantarujeg berbatasan dengan :
- Barat : Kecamatan Lemahsugih
- Timur : Kecamatan Talaga

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 3


- Selatan : Kecamatan Malausma
- Utara : Kecamatan Maja

Kepemilikan jaminan kesehatan Penduduk di wilayah kerja Puskesmas


Bantarujeg yaitu 23.459 peserta JKN dari 47.105 (49,8 %) penduduk dengan
jumlah KK 15.780 orang. Kepemilikan jaminan di dominasi oleh pemegang
kartu Jamkesmas yaitu 19.946 orang yang tersebar di 13 desa. Pada Tahun
2016 terjadi Penambahan jumlah peserta JKN mencapai 10.000, yang fuktuatif
setiap bulannya.
Pada Tahun 2013 wilayah kerja Puskesmas Bantarujeg menyumbang 2
kasus kematian ibu ke tingkat Kabupaten sehingga menempatkan Puskesmas
DTP Bantarujeg sebagai Puskesmas fokus akselerasi kematian ibu dan bayi di
Kabupaten Majalengka
Menurut periode kematian dari 2 kasus kematian ibu yang terjadi selama
Tahun 2013-2015 terjadi pada saat persalinan. Hal ini bisa dicegah dengan
meningkatkan kualitas ANC pada ibu hamil dan manajemen persalinan sesuai
standar.
Jumlah kelahiran Tahun 2015 adalah 784 orang, dengan bayi baru lahir
hidup 776 orang, bayi lahir hidup dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah 24 orang dan lahir mati 8 orang.
Pencapaian indikator pelayanan kesehatan tahun 2015 berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 741/MENKES/Per/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota dapat dilihat
pada tabel berikut.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 4


Tabel 2.23 Pencapaian Indikator Pelayanan Kesehatan menurut Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Tahun 2015
No Indikator %Target Realisasi
2015 2014 2015

1 Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) 90 85.79 97,4


2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 83,43 104
3 Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) 90 79,82 97,69
4 Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan 95 84,78 97,9
(KF3)
5 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang 100 47,46 54,20
ditangani
6 Cakupan kunjungan bayi 100 80,51 98,8
7 Cakupan Desa UCI 100 69,2
8 Cakupan pelayanan anak Balita 90 77,72 74,97
9 Cakupan Balita Gizi Buruk Perawatan 100 0
10 Cakupan MP-ASI nak 6-24 bulan pada keluarga 100 4
miskin
11 Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat 100 100 95,06
12 Cakupan peserta KB aktif 70 83,55 86,13
13 Cakupan Penanganan dan Penemuan Penyakit:
a. Penyakit AFP Rate per 100.000
penduduk < 15 tahun 100 3 100
b. Pneumonia Balita
c. Penyakit TB BTA positif 80 24 44
d. Penyakit DBD yang ditangani 100 78,3 100
e. Penyakit Diare 100 48 31,90

14 Cakupan Desa Siaga Aktif 80 76,92 76,92

Rendahnya cakupan Pn bisa disebabkan belum semua desa mempunyai


tenaga bidan, belum optimalnya program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi melalui kelas ibu hamil di desa siaga dan masih
tingginya paraji.
Cakupan desa UCI rendah menunjukkan jangkauan pelayanan bayi serta
kemampuan program dalam menggerakan masyarakat dan kemampuan
Puskesmas dalam manajemen program belum optimal, hal ini bisa disebabkan
karena belum semua desa mempunyai tenaga bidan, belum optimalnya peran
promosi kesehatan.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 5


Cakupan pelayanan anak balita menunjukkan jangkauan pelayanan balita
serta kemampuan program dalam menggerakan masyarakat dan kemampuan
Puskesmas dalam manajemen program belum optimal, hal ini bisa disebabkan
karena belum semua desa mempunyai tenaga bidan, belum optimalnya
sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kepentingan belum optimalnya
kelas ibu balita, serta pencatatan dan pelaporan yang belum optimal.
Penemuan penderita pneumonia balita adalah persentase penumonia
balita yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana
kesehatan di satu wilayah dalam satu tahun rendahnya cakupan program salah
satunya disebabkan karena belum optimalnya tatalaksana MTBS di desa.
Belum tercapainya cakupan desa siaga aktif salah satunya disebabkan
karena belum semua desa mempunyai tenaga bidan juga karena pergantian
kepemimpinan di desa.

1.3 Dasar Hukum


a. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (lembaran
Negara Republik Indonesia 5063)
b. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
c. Undang-Undang No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
d. Peraturan Peraturan Presiden No 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
Pemanfaatan Dana Kapitasi
g. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019
h. RPJMD Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka 2014-2018
i. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 6


1.4 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan
terutama di Puskesmas Bantarujeg dan jaringannya serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1. Tersedianya profil tenaga kesehatan terutama di Puskesmas
berdasarkan wilayah geografis dan sosial ekonomi;
2. Tersusunnya rekomendasi kebijakan jumlah, mutu dan penyebaran
ketenagaan kesehatan di Puskemas dan jaringannya sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 7


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehata masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerja.
Rawat inap di Puskesmas hanya diperuntukkan untuk kasus-kasus yang
lama rawatnya paling lama 5 hari. Pasien yang memerlukan perawatan lebih
dari 5 (lima) hari harus dirujuk ke rumah sakit, secara terencana.
Tabel 2.1 Standar Ketenagaan Menurut Permenkes No 75 Tahun 2014
No Jenis Tenaga Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Kawasan Kawasan Kawasan
Perkotaan Pedesaan terpencil dan
sangat terpencil
Non Rawa Non Rawat Non Rawat
Rawat t Inap Rawat Inap Rawat Inap
Inap Inap Inap
1 Dokter Umum 1 2 1 2 1 2
2 Dokter Gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga Kesehatan 2 2 1 1 1 1
Masyarakat
6 Tenaga Kesehatan 1 1 1 1 1 1
Lingkungan
7 Ahli teknologi 1 1 1 1 1 1
laboratorium medik
8 Tenaga Gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga Kefarmasian 1 2 1 2 1 2
10 Tenaga administrasi 3 3 2 2 2 2
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Standar ketenagaan tesebut merupakan kondisi minimal yang diharapkan
agar Puskesmas dapat terselenggara dengan baik, belum termsuk tenaga di
Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 8


Puskesmas di kawasan perdesaan menurut permenkes no 75 tahun
2014 dapat menyelenggarakan pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat
tidur paling banyak 10 (sepuluh) tempat tidur. Dalam kondisi tertentu
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas, jumlah tempat tidur di Puskesmas di kawasan perdesaan,
terpencil dan sangat terpencil dapat ditambah, dengan tetap
mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang ada.
Penyiapan tenaga yang berperan dalam PONED di Puskesmas terdiri
dari tim inti atau pelaksana dan tim pendukung. Tenaga kesehatan yang
berfubgsi sebagai tim inti PONED harus sudah terlatih dan bersertifikat. Tim
inti pelaksana minimal terdiri dari 1 (satu) orang dokter umum, 1(satu) orang
bidan dan 1 (satu) orang perawat. Sementara itu tim pendukung tetap
bertugas di posisinya masing-masing, sedangkan penugasannya dalam PONED
diatur terjadwal. Tim pendukung penyelenggaraan puskesmas mampu PONED
terdiri dari dokter umum minimal 1-2 orang, perawat D3 minimal 5 orang, bidan
D3 minimal 5 orang, analis laboratorium 1 orang, petugas administrasi minimal
1 orang.
Menurut Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED
(kementrian Kesehatan, 2013) dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas
perawatan, sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan
PONED di Puskesmas. Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa petugas
dapur, laundry, penjaga malam, cleaning service dan pengemudi ambulans 1
orang yang bertugas bergantian dengan pengemudi puskesmas keliling.
Penyelenggaraan subsistem sumber daya manusia kesehatan pada
Puskesmas terdiri perencanaan sumber daya manusia kesehatan; pengadaan
sumber daya manusia kesehatan; pendayagunaan sumber daya manusia
kesehatan; dan pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya manusia
kesehatan.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 9


1) Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia kesehatan
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan
yang diutamakan, baik dalam upaya kesehatan primer maupun upaya
kesehatan sekunder serta tersier.
Perencanaan sumber daya manusia kesehatan yang meliputi jenis, jumlah,
dan kualifikasinya dilakukan dengan meningkatkan dan memantapkan
keterkaitannya dengan unsur lainnya dalam manajemen pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan dengan memperhatikan
tujuan pembangunan kesehatan dan kecenderungan permasalahan kesehatan
di masa depan.
Perencanaan sumber daya manusia kesehatan dilakukan dengan
mendasarkan pada fakta (berbasis bukti) melalui peningkatan sistem
informasi sumber daya manusia kesehatan.

2) Pengadaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Standar pendidikan tenaga kesehatan mengacu kepada standar
kompetensi dan standar pelayanan serta perlu didukung oleh etika profesi.
Standar pelatihan sumber daya manusia kesehatan mengacu kepada standar
kompetensi dan standar pelayanan serta perlu didukung oleh etika profesi.
Pemerintah dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat
menetapkan standar kompetensi dan standar pendidikan yang berlaku secara
nasional.
Salah satu contoh adalah dalam menentukan kebutuhan tenaga
keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja
perawat, diantaranya seperti berikut :
 Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
 Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata hari perawatan klien
 Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 10


 Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
 Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
 Pemberian cuti

1. Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan


Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999)
membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
 kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 makanan dan minum dilakukan sendiri
 ambulasi dengan pengawasan
 observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
 pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
 perawatan luka sederhana.

b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4


jam/hari
 kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
 ambulasi dibantu
 pengobatan dengan injeksi
 klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
 klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.

c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari


 semua kebutuhan klien dibantu
 perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
 observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 11


 makan dan minum melalui selang lambung
 pengobatan intravena “perdrip”
 dilakukan suction
 gelisah / disorientasi
 perawatan luka kompleks.

2. Metode Penugasan
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi
staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang
berkembang saat ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya
merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
 Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
 Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
 Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman.
Kelemahan :
 Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
 Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
 Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 12


b. Metode Perawatan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan
konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992)
Tujuan Metode Tim :
 Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
 Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
 Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
 Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik
 kepemimpinan.
 Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
 Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
 Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik jika didukung oleh kepala ruang.

Kelebihan :
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
 Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
 Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
 Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung
untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 13


 Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim
kabur

c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
 Ada tanggungjawab dan tanggung gugat
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihannya :
 Model praktek profesional
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
 Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
 Biaya lebih besar

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 14


d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani
seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
 Perawat lebih memahami kasus per kasus
 Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
 Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama Perawat Primer Pasien / Klien
Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim
Secara umum, masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1) Tanggung Jawab Karu :
 Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
 Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
 Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinandan managemen
 Mengorientasikan tenaga baru
 Menjadi narasumber bagi tim
 Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
 Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
 Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 15


 Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan
(renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
>Kepala Ruang>Ketua Tim Ketua>Pasien
 Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi
yang konsisten
 Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan
keperawatan melalui konfrens
 Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh
anggota tim
 Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :


 Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
 Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
 Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak
ada di tempat
 Berkontribusi thd perawatan
1. → observasi terus menerus
2. → ikut ronde keperawatan
3. → berinterkasi dgn pasien & keluarga
4. → berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah
4. Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan
a. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar
per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Contoh :

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 16


Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan
ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6
orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Partial total Jumlah
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang
b. Metode Sistem Akuitas
 Kelas I : 2 jam/hari
 Kelas II : 3 jam/hari
 Kelas III : 4,5 jam/hari
 Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
 kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam
 kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
 kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam
 kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam : 60 jam
- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang) 8 jam
- Malam = 60 jam x 30% 2.25 orang (2 orang ) 8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.

c. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu
unit perawatan adalah sebagai berikut :

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 17


- Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
- Yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
- Jumlah hari/tahun - hari libur x jumlah jam kerja
- Masing masing tiap perawat
- Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
- = jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
- = jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
 waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1
jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total
(total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) =
2 x 4 jam = 8 jam.
 Waktu keperawatan tidak langsung  menurut RS Detroit (Gillies, 1994) =
38 menit/klien/hari menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60
menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
 Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
 Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
 Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
 Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan ,

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 18


begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8
hari).
 Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam per hari)
 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
 Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Contoh :
- Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
- Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8
orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total)
- Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi
jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
- Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
- Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
- 17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam Sehingga Jumlah total
jam keperawatan /klien/hari : 63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari =

17 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 19


(365 – 73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang
/hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =
55% : 45 % = 10 : 8 orang
d. Metode Swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
 total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang
dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
 Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1
minggu) = 84 shift/minggujumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 =
14 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja
perminggu dan 7 jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari → pagi :
siang : malam = 47 % : 36 % : 17 % Sehingga jika jumlah total staf keperawatan
/hari = 13 orang
- Pagi : 47% x 13 = 6,11 = 6 orang
- Sore : 36% x 13 = 4,68 = 5 orang
- Malam : 17% x 13 = 2,21 = 2 orang

2) Pengadaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Standar pendidikan tenaga kesehatan mengacu kepada standar
kompetensi dan standar pelayanan serta perlu didukung oleh etika profesi.
Standar pelatihan sumber daya manusia kesehatan mengacu kepada standar
kompetensi dan standar pelayanan serta perlu didukung oleh etika profesi.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 20


Pemerintah dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat
menetapkan standar kompetensi dan standar pendidikan yang berlaku secara
nasional.
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
a. Pemerintah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan upaya
penempatan tenaga kesehatan yang ditujukan untuk mencapai
pemerataan yang berkeadilan dalam pembangunan kesehatan.
b. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta melakukan rekrutmen dan
penempatan tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan dan/atau
menjalankan tugas serta fungsi institusinyaR. Perpres SKN 9 Januari
Pemerintah/Pemerintah Daerah bersama unit pelaksana teknisnya (UPT)
dan masyarakat melakukan rekrutmen dan penempatan tenaga
penunjang (tenaga masyarakat) yang diperlukan untuk mendukung Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan.
c. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta mengembangkan dan
menerapkan pola karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara
transparan, terbuka, dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural
dan jabatan fungsional.
d. Pemerintah/Pemerintah Daerah, bersama organisasi profesi dan swasta
mengupayakan penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan dalam rangka
peningkatan karir dan profesionalisme tenagakesehatan.
Dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan yang
sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan, perlu dilakukan peningkatan
kualitas sumber daya manusia kesehatan secara terus menerus (pra-
jabatan/”pre-service” dan “in-service”), diantaranya melalui pelatihan yang
terakreditasi dan dilaksanakan oleh institusi penyelenggara pelatihan yang
terakreditasi.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 21


Dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan yang
memiliki kompetensi sesuai standar kompetensi yang telah disahkan oleh
Pemerintah, perlu dikembangkan dan melaksanakan program pendayagunaan
sumber daya manusia kesehatan yang dibiayai oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau swasta.

3) Pembinaan dan Pengawasan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan


Pembinaan, penyelenggaraan, pengembangan, dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan diberbagai tingkatan dan/atau organisasi
memerlukan komitmen yang kuat dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah
serta dukungan peraturan perundang-undangan mengenai pengembangan
dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan tersebut.

Pembinaan dan pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan


dilakukan melalui uji kompetensi, sertifikasi, registrasi, dan pemberian izin
praktik/izin kerja bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 22


BAB III

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA

3.1 Kebutuhan Tenaga


Kondisi ketenagaan pada UPTD Puskesmas Bantarujeg jika dibandingkan
dengan standar ketenagaan di Puskesmas rawat Inap dan mampu PONED
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kondisi Ketenagaan Pada UPTD Puskesmas DTP Bantarujeg
Berdasarkan Standar Ketenagaan Puskesmas Rawat Inap
No Nama Jabatan Kebutuhan Keadaan Kekurangan
saat ini
1 Dokter Umum 3 2 1
2 Dokter Gigi 1 0 1
3 Perawat 24 17 7
4 Perawat Gigi 2 2 0
5 Bidan 7 6 1
6 Tenaga Kesehatan Masyarakat
- Epidemiolog 1 1 0
- Penyuluh 1 0 1
7 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 1 0
8 Ahli teknologi laboratorium medik 1 1 0
9 Tenaga Gizi 2 0 2
10 Tenaga Kefarmasian 2 1 1
Tenaga Keteknisan lainnya
 Pengadministrasian umum 4 3 1* 2
 Tenaga akuntansi 2 0 2
 Pengemudi 2 1 1
 Jurumasak 1 0 1
 Laundry 1 0 1
 Petugas kebersihan 2 0 2
 Jaga malam 1 0 1
11 Bidan di Desa 13 8 6
JUMLAH 71 25

3.1.1 Tenaga Medis


Menurut Permenkes No 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat salah
satu standar ketenagaan di Puskesmas dengan rawat inap adalah ketersediaan
tenaga dokter gigi. Puskesmas Bantarujeg dilengkapi dengan sarana dental
unit tetapi saat ini tidak memiliki tenaga dokter gigi.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 23


3.1.2 Tenaga Keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan. Salah satu faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai
sumber daya manusia. Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan
sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan
kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan
perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan
tenaga keperawatan dan perencanaan yang baik dengan mempertimbangkan
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian
asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
perhitungan jumlah tenaga keperawatan.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus
memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat,
diantaranya seperti berikut :
 Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
 Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata hari perawatan klien
 Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
 Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
 Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
 Pemberian cuti

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 24


Tabel 3.2 Data Tenaga Keperawatan

No Nama Pekerjaan Tugas Tugas Rencana Ket


Mulai Berak Pokok Tambahan Tahun
hir (unit) 2017
1 Hj. Cakrawati, SKep., Ners 1987 2025 Rajal Bdhr Ranap
Penerima
SP3
2 Rahmat Setyadi, SKep.,Ners 1981 2018 Ranap - Ranap
3 H. Casra, Skp.,Ners 1989 2025 Rajal Perkesmas *
HIV
4 H. Nabhan Ma’Ruf, 1988 2022 Rajal ISPA Rajal STR
SKep.,Ners Zoonosis Gizi -
dan malaria ISPA
5 Hj. Nani Suryani, SKep.,Ners 1993 2030 Rajal Bdhr TB *
Pengeluaran Malaria
dan
Zoonosis
6 Ace Husnan, SKep.,Ners 2008 2035 Ranap - UGD
7 Kiki Kurnia, SKep.,Ners 2005 2040 Rajal Promkes Rajal
Batra Promkes
Batra
8 Sari Ariyani, AMd.,Kep 2009 2042 Ranap Bdhr JKN Ranap
9 Yenny Amir,AMd.Kep 2010 2039 Ranap Lansia UGD
Lansia
10 Arif Munandar, SKep.,Ners 2010 2044 Rajal Korim Rajal
KORIM
11 Irma Dewi, AMd.Kep 2011 2041 Ranap - Ranap
12 Arie Indrawan, AMd.Kep 2011 2043 Ranap - Ranap
13 Wawan Suwandi, AMd.Kep 2007 2030 Ranap Kesja Ranap STR
-
14 Ita Heryani, Amd.Kep 2008 2035 Rajal - Rajal
Kusta
15 Verawati, SKep 2007 2040 Rajal PAL Rajal
Jiwa PAL
Jiwa
16 Cucu Dian Permata, SKep 2008 2039 Pustu Pustu *
17 Alex Berlian Rajal Indera UGD
Kusta Indera

Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg dengan beberapa perhitungan maka


dibuat perhitungan sederhana yaitu kapasitas tempat tidur adalah 14
tempat tidur dan 10 klien rata rata perhari .
a. Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
maka total jam perawat /hari : 14 x 5 jam = 70 jam
Jumlah perawat yang dibutuhkan : 70 / 7 = 10 ( 10 orang) perawat/hari
b. Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 10 x 7 (1
minggu) = 70 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 70/6

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 25


= 12 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja
perminggu dan 8 jam/shift
Dengan beberapa perhitungan tersebut untuk ketersediaan tenaga di unit
rawat inap adalah 12 orang. Berikut adalah jumlah dan pembagian tugas
tenaga perawat pada UPTD Puskesmas Bantarujeg.
Pada tahun 2017 tenaga paramedis tidak akan dibebani dengan tugas
administrasi umum maupun keuangan sehingga formasi untuk pembagian
kerja perawat adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Rencana Pengembangan Tenaga Perawat

No Rawat Jalan UGD Rawat Inap


1 H. Casra, Skp.,Ners Ace Husnan, SKep.,Ners Rahmat Setyadi,
SKep.,Ners
2 H. Nabhan Ma’Ruf, SKep.,Ners Yenny Amir,AMd.Kep Hj. Cakrawati, SKep.,
Ners
3 Hj. Nani Suryani, SKep.,Ners Alex Berlian, AMd.Kep Sari Ariyani, AMd.,Kep
4 Kiki Kurnia, SKep.,Ners 1 orang Irma Dewi, AMd.Kep
5 Arif Munandar, SKep.,Ners Arie Indrawan,
AMd.Kep
6 Ita Heryani, Amd.Kep Wawan Suwandi,
AMd.Kep
7 Verawati, SKep 6 org

Berdasarkan pembagian unit kerja kebutuhan tenaga untuk rawat jalan


sudah cukup, UGD kurang 1 (satu) orang dan rawat inap 6 (enam) orang.
Berdasarkan kualifikasi pendidikan hampir semua perawat sudah
mempunyai pendidikan sarjana dan profesi (Ners) tetapi sampai Tahun
2016 Klinik Keperawatan Masyarakat belum berjalan sementara ruangan
sudah disiapkan. sampai tahun 2016 masih ada tenaga perawat yang belum
mempunyai STR.

3.1.3 Bidan Puskesmas


Bidan koordinator sebagai penanggungjawab program KIA untuk
administrasi dan klinis profesi bidan bertanggungjawab kepada dokter atau

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 26


langsung kepada Kepala Puskesmas serta dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh bidan pengelola kesehatan ibu dan bayi baru lahir, bidan
pengelola kesehatan anak usia balita dan pra sekolah, bidan pengelola
pelayanan KB dan bidan pengelola PONED (khusus untuk Puskesmas
Berfungsi PONED).

Menurut Permenkes No 75 Tentang Pusat Kesehatan masyarakat


jumlah tenaga bidan di puskesmas untuk puskesmas dengan tempat
perawatan adalah 7 orang, sehingga masih kekurangan 1 (satu) orang bidan.
Tetapi di UPTD Puskesmas Bantarujeg semua bidan melaksanakan tugas jaga,
sehingga tidak ada penambahan untuk bidan Puskesmas tetapi rencana
penempatan bidan untuk desa Gununglarang menjadi 2 (dua) orang).

3.1.4 Bidan Desa


Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta
bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi 1 atau 2 desa.
Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Puskesmas dan bekerjasama dengan perangkat desa (Depkes, 1995).
Tugas Pokok dan Fungsi Bidan di Desa adalah sebagai berikut:
Tugas Pokok:
a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas di wilayah kerjanya berdasarkan
urutan prioritas masalah kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki dan yang diberikan.
b. Menggerakan dan membina masyarakat desa diwilayah kerjanya, agar
tumbuh kesadaran untuk dapat berperilaku sehat.
Fungsi:
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah
(khususnya ibu hamil, ibu nifas dan neonatal), menangani persalinan (di
Poskesdes dan fasilitas kesehatan lainnya), pemberian kontrasepsi dan
pengayoman medis keluarga berencana

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 27


b. Menggerakan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan di wilayah kerjanya, misalnya melalui kegiatan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
pembentukan kelas ibu hamil dan ibu balita, dst
c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader dan dukun
paraji misalnya melalui kegiatan kemitraan bidan dan dukun paraji
d. Membina kerjasama dengan lintas program, lintas sektoral dan
lembaga swadaya masyarakat
e. Melalakukan rujukan medis atau rujukan kesehatan ke Puskesmas
bilamana dalam keadaan darurat dapat langsung merujuk ke Rumah
Sakit
f. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi
pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain serta
berusaha mengatasi sesuai kemampuannya (Depkes RI, 1995)
Berdasarkan tabel 3, dari 13 desa di wilayah kerja Puskesmas DTP
Bantarujeg baru 8 (enam desa) yang mempunyai tenaga bidan, jadi masih
membutuhkan 6 (enam) orang tenaga bidan desa.

Tabel 3.4 Ketersedian Tenaga Bidan di Desa


No Desa Jarak ke PKM Luas Tenaga bidan
(km) Wilayah Saat ini Kurang
1 Bantarujeg 100 m 2,92 1 (BPM) 0
2 BabakanSari 0,5 7,4 1 0
3 Cikidang 1,5 5,98 1 0
4 Cimanggu 12 4,30 1 0
5 Cinambo 7 1,97 1 (BPM) 0
6 Gununglarang 10 11,12 1 (BPM) 1
7 Haurgeulis 9 5,15 1 (BPM) 0
8 Salawangi 8 4,56 0 1
9 Siliwangi 9 3,78 1 0
10 Sukamenak 12 6,91 1 0
11 Wadowetan 3 6,05 1 0
12 Cipeundeuy 7 2,73 1 0
13 Sindanghurip 6 2,96 1 0

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 28


3.2 Tenaga Kefarmasian
Menurut Permenkes No 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat salah
satu standar ketenagaan di Puskesmas dengan rawat inap adalah
ketersdiaan 2 (dua) orang tenaga kefarmasian, sehingga Puskesmas
Bantarujeg masih kekurangan 1 (satu) orang tenaga kefarmasian.

3.3 Nutrisionis
Menurut Permenkes No 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat salah
satu standar ketenagaan di Puskesmas dengan rawat inap adalah
ketersdiaan 2 (dua) orang tenaga nutrisionis, 1 orang terlibat dalam
program gizi masyarakat dan 1 orang terlibat di UKP seperti konseling,
pengaturan menu di rawat inap dan melaksanakan asuhan gizi klinis,
tetapi sampai saat ini Puskesmas Bantarujeg belum memiliki nutrisionis.
3.4 Tenaga Penyuluh Kesehatan
Menurut Permenkes No 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat salah
satu standar ketenagaan di Puskesmas dengan rawat inap adalah
ketersediaan 1 (satu) orang tenaga penyuluh kesehatan. Puskesmas
Bantarujeg dengan wilayah yg luas dg kepesertaan BPJS mencapai 33.000
–an peserta sangat membutuhkan tenaga penyuluh kesehatan.

3.5 Tenaga Penunjang Pelayananan


Menurut Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED
(kementrian Kesehatan, 2013) dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas
perawatan, sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan
PONED di Puskesmas. Tenaga penunjang dimaksud antara lain berupa petugas
dapur 1 (satu) orang, penjaga malam 1 (satu) orang, cleaning service 2 (dua)
orang dan 1 (satu) orang pengemudi

3.6 Tenaga Administrasi Umum dan Tenaga Akuntan

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 29


Sampai Tahun 2016 UPTD Puskesmas Bantarujeg mempunyai tenaga
adminitrasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Data Tenaga Administrasi
No Nama Status Pekerjaan Tugas Pokok Rencana Tahun
Kepegaw Mulai Berak 2017
aian hir
1 Uun Sri Henia PNS 1993 2018 Arsiparis, Kepegawaian,
Kepegawaian persiapan
purnabakti
2 Kudin Saripudin PNS 1991 2021 pengemudi Pengemudi
3 Nana Karyana PNS 2007 2029 Pendaftaran, P Care Bendahara
Barang, P care
4 Herlina PNS 2009 2030 Bendahara BOK, Bendahara
bendahara barang
5 Aam Aminah, SKM magang 2010 Surat menyurat, Surat menyurat,
(Adminkes) arsiparis arsiparis
6 Nia Hariyanti Upah 2012 Pendaftaran, karcis Administrasi
(SMK jurusan harian keuangan
akuntansi)

Berdasarkan tabel 3.5 rencana kebutuhan tenaga administrasi umum


untuk pendaftaran 1 (satu) orang, surat menyurat dan arsiparis 1 (satu) orang
dan administrasi keuangan 2 (dua) orang.

3.2 Rencana Pengembangan


Selain keterbatasan jumlah tenaga di Puskesmas Bantarujeg, juga ada
beberapa tenaga kesehatan yang masih belum mengikuti pelatihan teknis,
misalnya masih ada tenaga dokter dan bidan yang belum mengikuti pelatihan
PONED, bidan yang belum mengikuti APN, jabatan fungsional bidan dan
tenaga perawat yang masih belum mengikuti pelatihan BTLS atau BTCLS.
Berikut adalah data pegawai menurut jenis pelatihan yang diikuti:

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 30


Tabel 3.6 Data Tenaga Bidan Menurut Jenis Pelatihan
No Nama Status Jenis Pelatihan Yang diikuti
CTU APN PONED PPGDON KIP lainya
K
1 Elis Sriyanti PNS V V V V V
2 Henra Supimi PNS V V V
3 Atit Hendrayati PNS V V V V
4 Ida Maryantin PNS V V
5 Rita Agustina PNS V V V V
6 Lilis Solihah PNS V V V
7 Nia Ikhlasiyah PTT V V
8 Ade Rosita PTT V
9 Leni Novianty PTT V V
10 Ernawati PTT V
11 Anik Suryantiri PTT V
12 Laela Latifatul Afifah PTT V
13 Tien Kartini PTT V
14 Yeti Latifah PNS V

Tabel 3.7 Data Tenaga Perawat Menurut Jenis Pelatihan Yang Diikuti

No Nama Status Jenis Pelatihan Yang diikuti


PPGD BTLS PPGDON BCLS Program/lainnya
1 Cakrawati,S.Kep Ners PNS V v
2 Rahmat PNS
Setiyadi,S.Kep Ners
3 H.Casra,S.Kep Ners PNS luka
Bakar
4 Nabhan Mar’rup PNS
5 Hj.Nani Suryani,S.Kep PNS TB
Ners Paru
6 Ace Husnah,S.Kep PNS v
Ners
7 Kiki Kurnia, S.kep Ners PNS Promk Batra
8 Sari Ariyani,Amd.Kep PNS
9 Yenny Amir,Amd.Kep PNS
10 Arif Munandar,S.kep PNS
Ners
11 Irma Dewi,Amd.Kep PNS V
12 Arie PNS
Indrawan,Amd.Kep
13 Verawati,Amd.Kep PNS PONED PAL,M
TBS
14 Ita Heriyani,Amd.Kep PNS Kusta
15 Cucu Dian PNS Kusta
Permata,S.Kep

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 31


16 Alex Berlian,Amd.Kep PNS V
17 Wawan S,Amd.Kep PNS V
Menurut tabel 3.7 dapat diketahui bahwa belum semua perawat mengikuti
pelatihan teknis maupun program, dan sebagian sudah mengikuti pelatihan
teknis tetapi sudah kadaluwarsa.

Tabel 3.8 Data Tenaga Perawat Menurut Jenis Pelatihan Yang Diikuti

No Nama Status Jenis Pelatihan Yang diikuti


APN PON USG PAL CTU Lainny
ED a
1 dr. Indah Komala Sakti PNS v v v v v IVA
test
2 dr. Chaerul Anwar PNS - v - - v PTM
JKn

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 32


BAB III

PRIORITAS MASALAH

Perumusan masalah yang dilakukan berdasarkan analisa masalah


kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bantarujeg seperti telah dipaparkan
pada bab sebelumnya kemudian dilaksanakan kegiatan Focus Grup Discussion
yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus Tahun 2016 dengan metode
penilaianyang sederhana yaitu menggunakan metode USG.
Urgency, seriousness dan growth adalah salah satu alat ukur untuk
menyusun prioritas isue atau masalah yang harus diselesaikan. Caranya
dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan masalah
dengan menentukan skala nilai 1 – 5. Metode USG merupakan merupakan
salah satu cara dalam menetapkan prioritas masalah dengan sistem skoring.
Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Urgensi dilihat dari waktu mendesak atau tidak masalah tersebut untuk
diselesaikan
2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah yakni dengan melihat
dampak tersebut bagi keberhasilan program, membahayakan sistem
atau tidak
3. Growth atau tingkat perkembangan masalah adalah apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit diatasi
Berikut adalah hasil skoring penetapan prioritas masalah yang
dilaksanakan pada kegiatan Lokakarya Mini bulanan, sebagai dasar menyusun
alternatif pemecahan masalah untuk ditindaklanjuti pada Tahun Anggaran
2016.

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 33


Matrik 3.1 Penetapan Prioritas Masalah Ketenagaan Pada UPTD Puskesmas
Bantarujeg
Kriteria Masalah Tingkat Tingkat
Tingkat Priori
Keseriu Perkemb UXSXG
Urgensi tas
san angan
             
1 Terbatasnya jumlah perawat
5 5 5 125 IV
2 Belum adanya tenaga dokter gigi
5 5 4 100 VI
3 Masih ada 5 (lima) desa yang belum
5 5 5 125 III
mempunyai tenaga bidan
4 Belum adanya tenaga nutrisionis
3 3 3 27 X
5 Tenaga kefarmasian masih kurang 1
3 2 2 12 XI
(satu) orang
6 Belum adanya tenaga penyuluh
4 4 4 64 IX
kesehatan
7 Terbatasnya tenaga administrasi
5 5 5 125 II
umum
8 Tidak adanya tenaga akuntan
5 5 5 125 I
9 Terbatasnya tenaga penunjang
5 5 4 100 V
pelayanan
10 Terbatasnya petugas yang sudah
5 5 4 100 VII
mengikuti pelatihan teknis
11 Tenaga Ners banyak tetapi
5 5 4 100 VIII
Perkesmas belum berjalan
12 2 (dua) orang tenaga perawat
2 2 2 8 XII
belum mempunyai STR

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 34


BAB IV

RENCANA TINDAK LANJUT

Dengan mempedomani Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012


Tentang Sistem Kesehatan Nasional, UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA dan
Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas maka
ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu:
1. Melakukan usulan rekrutmen tenaga kesehatan untuk memenuhi
kekurangan tenaga di Puskesmas Bantarujeg dengan rincian sebagai
berikut:
No Kategori Kebutuhan Kualifikasi Pembiayaan
pendidikan
1 Tenaga 2 orang SKM Adminkes JKN Kapitasi
administrasi SMA + terampil
umum komputer
2 Tenaga 2 orang D 3 Akutansi JKN Kapitasi
administrasi SMK Akuntansi
keuangan
3 Tenaga 1 orang sopir SD s/d SMA BOP
Penunjang 1 orang juru masak sederajat
Pelayanan 1 orang jaga malam
2 orang petugas
kebersihan
4 Dokter gigi 1 orang Profesi Dokter JKN Kapitasi
Gigi
5 Bidan 6 orang untuk di desa D3 Jaspel
Kapitasi
6 Perawat 7 orang D3 Jaspel
Kapitasi
7 Penyuluh 1 orang D3/SKM Jaspel
Kesehatan Kapitasi
8 Nutrisionis 1 orang D3 Jaspel
Kapitasi
9 Tenaga Farmasi 1 orang SAA/D3 Jaspel
Kapitasi

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 35


besar harapan kami tenaga upah harian dan tenaga magang yang sudah
mengabdi di Puskesmas Bantarujeg dapat diangkat menjadi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg
2. Melakukan Usulan kegiatan pelatihan/ bimbingan teknis ke Dinas
Kesehatan
3. Memfasilitasi pelatihan teknis dari DPA JKN Kapitasi
4. Melakukan Penyeliaan Fasilitatif
5. Mempersiapkan akreditasi Puskesmas

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 36


BAB V
PENUTUP

Demikian Kajian Kebutuhan Tenaga ini disusun, semoga dapat


dijadikan dasar pertimbangan rekrutmen dan pengembangan Sumber Daya
manusia Pada UPTD Puskesams Bantarujeg.

Bantarujeg, 5 Oktober 2016

Kepala UPTD Puskesmas DTP Bantarujeg

dr. Iis Kusmawati, MKes


NIP 19720701200212 2 002

Kajian Kebutuhan Tenaga Pada UPTD Puskesmas Bantarujeg Page 37

Anda mungkin juga menyukai