TAHUN 2016
1. Masalah
“ Tingginya obat kedaluwarsa pada UPTD Puskesmas DTP Bantarujeg”
3) Penerimaan obat
Obat yang diterima idealnya sesuai dengan permintaan dan
mempunyai masa kedaluwarsa
Sebagai contoh untuk obat program tablet tambah darah diterima
pada bulan Mei Tahun 2015 sebanyak 48.000 tablet dengan masa
kedaluwarsa pada Juli 2015, sehingga pada Juli Tahun 2015 masih
tersisa 46.770 tablet karena masa kedaluwarsanya hanya satu
bulan.
4) Penyimpanan Obat
Memeriksa dengan teliti label sediaan seperti No. Batch dan tanggal
kedaluwarsa dan menyimpan obat secara FIFO (First In First Out)
atau FEFO (First Ekspired First Out). Petugas pengelola obat
menyampaikan infomasi tingkat ketersediaan obat dengan masa
kedaluwarsanya secara tertulis kepada penulis resep dalam hal ini
dokter Puskesmas
5) Pendistribusian obat
Sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain
Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan
Puskesmas seperti rawat inap, PONED dan UGD
Puskesmas pembantu
Puskesmas keliling
Posyandu
Poskesdes
6) Pengendalian obat
Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kekosongan dan kelebihan
obat di unit pelayanan dasar. Pengendalian obat terdiri dari
Pengendalian persediaan
Petugas pengelola obat menyampaikan infomasi tingkat
ketersediaan obat dengan masa kedaluwarsanya secara tertulis
kepada penulis resep dalam hal ini dokter Puskesmas
Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat diantaranya dengan
penggunaan obat rasional yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat
jenis, tepat sediaan dan waktu penggunaan obat . Indikator
yang digunakan adalah pemakaian antibiotik pada penyakit ISPA
dan diare serta pemberian injeksi pada pasien myalgia
Penanganan obat hilang, rusak dan kedaluwarsa
Obat hilang sampai saat ini tidak terjadi di UPTD Puskesmas
Bantarujeg.
Obat Kedaluwarsa sejak tahun 2009 sd Mei Tahun 2016 menurut
No Batch sebanyak 96 item sebagaimana terlampir.
Penyumbang tingginya obat kedaluwarsa diantaranya
disebabkan:
Adanya beberapa jenis obat kegawatdaruratan yang harus
ada tetapi tidak selalu digunakan seperti atropine inj,
diazepam inj, efinefrin inj, kalsium glukonas dan magnesium
sulfas
Adanya beberapa jenis obat program seperti albendazole
tablet, fitomenadion inj, garam oralit, gentamisin inj, OAT,
trihexifenidyl, tingginya kadaluwarsa obat program bisa
disebabkan karena kurang koordinasinya antara pengelola
program dengan penulis resep atau peresepan belum sesuai
standar, pengiriman obat yang berlebihan dari kabupaten
atau pengiriman obat dengan masa kedaluwarsa yang
singkat.
Data cakupan program yang disampaikan ke Dinas Kesehatan
bisa jadi lebih tinggi dari cakupan yang sesungguhnya
Tingkat kecukupan obat tidak diketahui oleh penulis resep
7) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Bukti bahwa pengelolaan obat dan BMHP telah dilakukan
3. Prioritas Masalah
a. Belum optimalnya seleksi obat atau perencanaan obat baik di
Puskesmas maupun Dinas Kesehatan (3)
b. Ada penerimaan obat yang lebih besar dibandingkan permintaan
(2)
c. Ada beberapa obat yang dikirim ke Puskesmas dengan masa
kedaluwarsa yang singkat (1)
d. Belum optimalnya kendali penggunaan obat di Puskesmas (4)
e. Belum optimalnya koordinasi antara pengelola program, pengelola
obat dan penulis resep (5)
f. Tenaga dokter belum dilatih materi penggunaan obat rasional (6)
g. Beberapa obat kegawatdaruratan yang tidak dimanfaatkan (7)
4. Rekomendasi
Prioritas 1 dan 2
a. Menyampaikan keberatan untuk dropping obat dari Dinas
Kesehatan untuk jenis obat yang mempunyai masa kedaluwarsa
yang singkat
b. Menyampaikan keberatan untuk dropping obat dengan jumlah
yang terlalu berlebih jika dibandingkan dengan permintaan dan
pola penyakit pada UPTD Puskesmas DTP Bantarujeg
Prioritas 3
Prioritas 4 dan 5
Adanya leporan ketersediaan obat dari pengelola obat kepada Kepala
Puskesmas untuk dibahas dalam pertemuan bulanan Puskesmas
Prioritas 6
a. Adanya sosialisasi tentang Penggunaan Obat Rasional (POR) di
Puskesmas
b. Mengusulkan pelatihan Penggunaan Obat Rasional (POR) kepada
Dinas Kesehatan
c. Adanya Peer Review atau evaluasi tingkat kepatuhan penulis resep
terhadap standar
d. Adanya pembinaan teknis dan evaluasi secara berkala oleh Dinas
Kesehatan
5. Penutup
Demikian kajian tingginya obat kedaluwarsa pada UPTD Puskesmas
Bantarujeg disusun sebagai bahan rencana tindak lanjut untuk perbaikan
dimasa yang akan datang