Anda di halaman 1dari 8

BAB II

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ISU

A. IDENTIFIKASI ISU
Isu – isu yang ada di Puskesmas Tanjung Batu:
1. Belum optimalnya kegiatan telaah resep di UPT Puskesmas Tanjung Batu.
Kegiatan telaah resep merupakan salah satu Uraian kegiatan tugas Jabatan Fungsional
Apoteker Ahli Pertama di Puskesmas. Kegiatann telaah resep juga merupakan salah satu
kegiatan yang dilakukan sebagai salah satu standart pelayanan kefarmasian menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Telaah resep adalah suatu pengkajian resep yang dilakukan oleh apoteker atau asisten
apoteker yang memiliki kompetensi meliputi persyaratan administratif, persyaratan
farmasi dan pelayanan klinis pada resep untuk mencegah terjadinya kelalaian
pencantuman informasi, duplikasi pengobatan dan interaksi obat. Telaah resep adalah hal
pertama yang akan dilakukan pada saat penerimaan resep. Telaah resep menjadi lapisan
pertama untuk melihat kesalahan penulisan pada resep.
Persyaratan telaah resep
a. Nama pasien
b. Nama obat
c. Frekuensi dan rute pemberian kurang jelas
d. Terdapat duplikasi obat
e. Ada riwayat alergi obat yang diresepkan
f. Terdapat interaksi dari obat – obat dalam resep dan atau obat – obat yang sedang
dikonsumsi oleh pasien (untuk pasienrawat inap)
g. Tidak ada berat badan pasien untuk pasien anak – anak
h. Obat yang diminta tidak ada dalam stok rumah sakit.
Namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini belum dilakukan secara optimal oleh apoteker
karena belum terdokumentasi dengan baik dan masih ditemukannya kesalahan dalam
penulisan resep, ataupun penulisan resep yang tidak lengkap.
Dampak kurang optimalnya telaah resep jika di biarkan dapat menyebabkan kesalahan
interpretasi atau pembacaan sehingga berpeluang mengakibatkan kesalahan
pengambilan dan pemberian obat pada pasien, adanya interaksi antara obat yang
di terima pasien, kurang tepatnya penggunaan obat karena aturan yang pemberian
obat yang kurang jelas.
Gambar 1. Resep
UPT Puskesmas Tanjung Batu

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan telaah resep di UPT
Puskesmas Tanjung Batu, adalah sebagai berikut:
1. pembuatan sop skrining resep
2. pembuatan from skrining resep
a. melakukan riset mengenai form telaah resep yang sesuai dengan standart
pelayanan kefarmasian
b. membuat form skrining resep
c. mencetak form skring resep
3. sosilisasi from skrining resep ke pihak terkait
4. pelaksanaan telaah resep di upt puskesmas tanjung batu
5. monev pelaksanaan kegiatan telaah resep

2. Penyimpanan obat yang belum memenuhi standart penyimpanan obat dimana


penyimpanan obat khusus nya obat-obatan LASA (look alike sound alike) dan high
alert.
Dimana penyimpanan obat harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi, seperti
suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
4. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
5. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
Penyimpanan obat di UPT Puskesmas Tanjung batu tidak memenuhi syarat no.2 dimana
pada penyimpananya tidak di lengkapi dengan penandaan obat LASA dan penandaaan
obat High Alert.
Dampak dari penyimpanan yang tidak sesuai ini dapat menyebabkan terjadinya
Kesalahan pemeberian obat kepada pasien.

contoh obat LASA yang terdapat di Puskesmas Tanjung Batu:


Salbutamol 4 mg Salbutamol 2 mg
Asam Traneksamat Asam Mefenamat

contoh obat High Alert yang terdapat di Puskesmas Tanjung Batu:


No Nama Obat
1. Efineprin Inj

3. Belum dilakukannya monitoring obat-obatan dan BMHP di sub unit sub unit yang
ada di UPT Puskesmas Tanjung Batu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Kepala Ruang Farmasi di
Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik.
Salah satu kegiatan yang di lakukan adalah Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai ke sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang berada sub unit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya harus lah di pantau baik dari penyimpanan maupun
penyalurannya, hal ini dilakukan untuk menghindari pemberian obat kadaluarsa kepada
pasien.

4. Belum optimalnya kegiatan pengadaan obat di UPT Puskesmas Tanjung Batu


Ketersediaan obat pada unit Pelayanan Kesehatan sangat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan. Karena itu perlu adanya pengelolaan obat yang baik yang bertujuan menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif dan
rasional
Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pengadaan, tahap distribusi dan tahap penggunaan. Karena untuk membatasi masalah
penelitian dan tahap yang dianggap berperan sangat besar dalam ketersediaan obat di
suatu pelayanan kesehatan adalah tahap perencanaan dan pengadaan obat maka fokus
penelitian ini lebih kepada masalah tahap perencanaan dan pengadaan obat.5 Tahap
perencanaan merupakan tahap yang penting karena faktor perencanaan obat yang tidak
tepat, belum efektif dan kurang efisien berakibat kepada tidak terpenuhinya kebutuhan
obat – obatan di suatu pelayanan kesehatan. Jika suatu perencanaan di Puskesmas
direncanakan tidak baik maka akan terjadi kekurangan atau kelebihan (pemborosan obat)
di suatu puskesmas.
Berkaitan dengan hal perencanaan, sukses atau gagalnya pengelolaan obat ditentukan
oleh kegiatan di dalam siklus tersebut yang paling lemah, misalnya pada bagian
perencanaan. Jika penentuan kebutuhan suatu item barang dalam satu periode seharusnya
kurang lebih 1.000 unit, tetapi direncanakan sebesar 10.000 unit. Akibatnya akan terjadi
pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan.
Lalu jika terjadi kejadian tidak tersalurkannya obat/barang tersebut sehingga barang bisa
rusak, dan kadaluarsa maka perlu dilakukan kegiatan penghapusan (terutama untuk obat)
yang berarti kerugian. Apabila barang tidak rusak, akan menumpuk di gudang yang
merupakan opportunity cost.
Hal lain yang dianggap perlu diketahui dalam hal pengadaan obat adalah prosedur
pengadaan obat. Karena ketidaksesuian prosedur pengadaan obat dengan aturan yang
berlaku merupakan salah satu masalah yang terjadi dalam hal pengadaan obat. Dan hal ini
akan berdampak kepada ketersediaan obat di suatu unit pelayanan kesehatan.
Perencanaan dan pengadaan obat di UPT Puskesmas Tanjung Batu melibatkan banyak
pihak yaitu Dinas Kesehatan Kab. Karimun, Gudang Farmasi Kab. Karimun dan Pihak ke
3.
Persentase ketersediaan obat di UPT Puskesmas tanjung Batu sesuai RKO ( Rancagan
Kebutuhan Obat) hanya 80% .
Perencanaan dan pengadaaan obat di UPT Puskesmas tanjung Batu dapat di optimalkan
dengan pengelolaan data yang tepat menggunakan teeknologi yang ada.
Perhitungan jumlah kebutuhan obat di unit pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan metode konsumsi dan atau metode epidemiologi/morbiditas.
Metode konsumsi didasarkan kepada analisa data penggunaan obat tahun – tahun
sebelumnya, sedangkan metode epidemiologi didasarkan kepada frekuensi penyakit dan
atau jumlah penduduk yang akan dilayani dan pengobatan yang digunakan. Kedua
metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun kedua-duanya dapat dipakai
bersamaan agar hasilnya dapat dibandingkan dan disesuaikan dengan jumlah alokasi dana
yang tersedia.
5. Belum dilakukannya konseling kepada pasien Klinik VCT oleh Apoteker di UPT
Puskesmas Tanjung Batu.
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Salah satu pelayanan farmasi klik adalah Konseling.
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Klinik VCT merupakan klinik voluntary counselling and testing yang merupakan
Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan bagi
penderita HIV/AIDS.
Permasalahan dalam pengobatan HIV/AIDS pada umumnya sangat kompleks karena
perjalanan penyakit yang cukup panjang dengan sistem imunitas yang semakin menurun
secara progresif dan munculnya beberapa jenis infeksi oportunistik secara bersamaan.
Salah satu permasalahan utamanya adalah kepatuhan pasien yang rendah dalam
mengikuti program pengobatan. Tujuan pengobatan HIV/AIDS adalah untuk menekan
replikasi virus secara optimal dan selama mungkin serta mencegah terjadinya resistensi.
Hal ini memerlukan kepatuhan terhadap antiretroviral therapy (ARV) yang sangat tinggi.
Untuk mendapatkan respon penekanan jumlah virus sebesar 85% diperlukan kepatuhan
terapi hingga 95%. Kenyataannya kepatuhan pasien dalam penggunaan obat ARV
hanya 43%, jauh di bawah standar yang diharapkan. Beberapa penelitian juga
mengkonfirmasi kepatuhan minum obat ARV pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
yang masih rendah atau di bawah standar.
Apoteker sebagai praktisi pharmaceutical care bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan terapi pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal
ini dapat terlaksana bila ada kerjasama yang baik antara Apoteker dengan pasien dan juga
dengan tenaga kesehatan lain. Salah satu kontribusi Apoteker dalam pharmaceutical care
adalah melalui pemberian edukasi dan konseling kepada pasien untuk meningkatkan
pemahaman, pengetahuan dan keterampilan pasien serta memotivasi pasien untuk
mengikuti rejimen terapi serta memonitoring keberhasilan terapi dan pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Jumlah pasien VCT di Puskesmas Tanjung batu sampai hari ini adalah 79 orang. Jumlah
pasien ini cukup banyak dann butuh pemantauan agar semua pasien ini dapat minum obat
dengan patuh.
6. Kurang Optimalnya Pelaksanaann Pelayanan Informasi Obat (PIO) di UPT
Puskesmas Tanjung Batu
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien di Puskesmas. Untuk meningkatkan kepatuhan
pasien dalam penggunaan obat dan penerapan penggunaan obat yang rasional, pemberian
obat harus disertai dengan pemberian informasi yang memadai. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya komunikasi dengan pasien atau keluarganya seringkali menemui
hambatan seperti waktu untuk memberikan informasi yang terbatas, petunjuk yang
diberikan sulit dipahami pasien, hal-hal yang harus dijelaskan terlupa hingga adanya
keyakinan pasien/keluarganya yang sulit diubah. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya
kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat akibat kurangnya pemahaman pasien
terhadap penggunaan obat yang baik dan benar.
kegiatan yang dapat di lakukan untuk mengoptimalkan kegiatan pelayanan Informasi
obat di UPT Puskesmas Tanjung Batu adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan form checklist PIO
2. Pelaksanaan pengisian form checklist PIO dalam Pelayanan Informasi Obat (PIO)
di UPTD Puskesmas Kebun Lada
3. Pembuatan Leaflet DaGuSiBu (Dapatkan, Gunakan, Simpan Buang)
4. Pembuatan Leaflet Bijak Menggunakan Antibiotik
5. Pelaksanaan sosialisasi dan pemberian Brosur DaGuSiBu (Dapatkan, Gunakan,
Simpan, Buang) dan Leaflet (Bijak Menggunakan Antibiotik) dalam Pelayanan
Informasi Obat (PIO)

6. Pembuatan layanan call “informasi obat” via Whatsapp menggunakan no Hp


Apoteker yang dapat diakses oleh masyarakat.

7. Pemberian informasi menganai obat di media sosial Facebook UPT Puskesmas


Tanjung Batu setiap Bulannya.

Membuat Laporan pelaksanaan kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) di UPTD


Puskesmas Kebun Lada

B. ANALISIS ISU
1. Analisis kualitas isu menggunakan metode APKL
Isu-isu yang ada di UPT Puskesmas Tanjung Batu kemudian dianalisa menggunakan
metode APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan). Adapun yang
dimaksud konsep APKL dalam menentukan suatu permasalahan dapat dikatakan isu
yakni :
1. Aktual (A) yaitu Isu yang sedang terjadi atau dalam proses kejadian, sedang hangat
dibicarakan di kalangan masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal terjadi dalam
waktu dekat.
2. Problematik (P) yaitu Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif.
3. Kekhalayakan (K) yaitu Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup orang
banyak, masyarakat pelanggan pada umumnya, dan bukan hanya untuk
kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu saja.
4. Layak (L) yaitu Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan dapat dibahas
sesuai dengan tugas, hak, wewenang, dan tanggungjawab.
Berdasarkan isu-isu yang telah diambil diatas maka analisis isu menggunakan kiteria
APKL, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Kriteria Isu
No. Identifikasi Isu A P K L Keterangan

Belum optimalnya kegiatan telaah resep di UPT Memenuhi


1. √ √ √ √
Puskesmas Tanjung Batu. Kriteria
Penyimpanan obat yang belum memenuhi
standart penyimpanan obat dimana penyimpanan Memenuhi
2. √ √ √ √
obat khusus nya obat-obatan LASA (look alike Kriteria
sound alike) dan high alert.
Belum dilakukannya monitoring obat-obatan dan
Memenuhi
3. BMHP di sub unit sub unit yang ada di UPT √ √ √ √
Kriteria
Puskesmas Tanjung Batu.
Belum optimalnya kegiatan pengadaan obat di Memenuhi
4. UPT Puskesmas Tanjung Batu √ √ √ √
Kriteria
Belum dilakukannya konseling kepada pasien
Memenuhi
5. Klinik VCT oleh Apoteker di UPT Puskesmas √ √ √ √
Kriteria
Tanjung Batu.
Kurang Optimalnya Pelaksanaann Pelayanan
Informasi Obat (PIO) di UPT Puskesmas Tanjung Memenuhi
6. √ √ √ √
Kriteria
Batu

2. Analisis Penetapan Prioritas Isu dengan Menggunakan Metode USG


Teknis analisis ini merupakan salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang
harus diselesaikan. Caranya adalah dengan menentukan tingkat Urgency (urgensi),
Seriousness (keseriusan), dan Growth (perkembangan isu apabila tidak segera
diselesaikan) dengan menentukan skala 1 (satu) sampai 5 (lima). Isu yang memiliki skor
tertinggi adalah Core Issue (Isu Prioritas).
a. Urgency atau urgensi yaitu seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah yaitu seberapa serius suatu isu
harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yaitu seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
NO. IDENTIFIKASI ISU U S G TOTAL PERINGKAT
Belum optimalnya kegiatan telaah resep di
1. 4 4 4 16 I
UPT Puskesmas Tanjung Batu.
Penyimpanan obat yang belum memenuhi
standart penyimpanan obat dimana
2. penyimpanan obat khusus nya obat-obatan 4 4 2 10 IV
LASA (look alike sound alike) dan high
alert.
Belum dilakukannya monitoring obat-
3. obatan dan BMHP di sub unit sub unit yang 2 3 3 8 VI
ada di UPT Puskesmas Tanjung Batu.
Belum optimalnya kegiatan pengadaan obat
4. 3 3 3 9 V
di UPT Puskesmas Tanjung Batu
Belum dilakukannya konseling kepada
5. pasien Klinik VCT oleh Apoteker di UPT 4 4 3 11 III
Puskesmas Tanjung Batu.
Kurang Optimalnya Pelaksanaann
6. Pelayanan Informasi Obat (PIO) di UPT 4 4 4 16 II
Puskesmas Tanjung Batu
Keterangan Skala Likert :
1 = Tidak Urgent/Serius/Berkembang 4 = Urgent/Serius/Berkembang
2 = Kurang Urgent/Serius/Berkembang 5 = Sangat Urgent/Serius/Berkembang
3 = Cukup Urgent/Serius/Berkembang

Berdasarkan tabel di atas, dari 3 isu terdapat 1 isu yang dianggap sangat layak dan perlu dicari
solusinya, yakni Belum optimalnya kegiatan telaah resep di UPT Puskesmas Tanjung Batu. Isu
ini dapat dikatakan aktual dan urgent harus segera diselesaikan permasalahannya karena isu ini

Anda mungkin juga menyukai