Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PKPA DI BANGSAL G1 (INSTALASI BEDAH SENTRAL)

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN LAUT dr. RAMELAN SURABAYA


PERIODE FEBRUARI-MARET 2023
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Disusun oleh:

Humaira Ramzi I4C022006


Ardila Putri Yuwanti I4C022019
Dewi Ardiningrum I4C022031
Indah Jaya Cahyani I4C022032
Annisa Auliya Rahmah I4C022044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
A. Peran apoteker dalam Pelayanan di Bangsal Bedah (G1)
Peran apoteker dalam Pelayanan pasien di bangsal bedah adalah untuk meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat (Kemenkes,
2016). Pelayanan yang diberikan meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
riwayat obat, rekonsiliasi obat, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping
Obat (MESO), konseling, dan visite.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Salah satu peranan Apoteker dalam aspek farmasi klinik adalah melakukan
pengkajian resep. Tujuannya untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran
(efficacy) dari obat dalam resep ketika digunakan pasien serta mengoptimalkan tujuan
terapi. Sebelum resep dikerjakan perlu adanya pengkajian (skrining) resep terlebih
dahulu. Skrining resep meliputi pengkajian administrasi, farmasetik, dan klinis.
Kemudian jika resep yang dilakukan pengkajian sudah sesuai, Apoteker dan petugas
farmasi lain dapat segera melakukan penyiapan obat sesuai dengan permintaan dokter.
Obat-obat yang sudah siap baik obat racikan, non racikan maupun obat topikal,
diberikan etiket sesuai yang tertera pada resep. Petugas farmasi wajib melakukan
pengecekan ulang antara kesesuaian resep dengan obat, dan etiket yang diberikan.
Selanjutnya obat dapat diberikan pada pasien serta dilakukan KIE.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat yaitu melakukan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/ sediaan farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan, riwayat pengobatan diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/ pencatatan penggunaan obat pasien dalam SIMRS.
c. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi obat dilakukan untuk membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat. Kesalahan obat rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah
sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari
rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukan
rekonsiliasi obat adalah untuk memastikan informasi yang akurat tentang obat yang
digunakan pasien, mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
dan tidak terbacanya instruksi dokter.
d. Konseling
Konseling merupakan suatu kegiatan pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Tujuan dari
konseling antara lain mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko obat yang
tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien. Sebelum kegiatan konseling
dilakukan, Apoteker meminta kesediaan pasien terlebih dahulu untuk mengikuti
konseling. Selanjutnya Apoteker memperkenalkan diri kepada pasien serta
menyampaikan tujuan dari dilakukannya konseling obat. Tahap awal yang dilakukan
saat konseling adalah melakukan three prime question yaitu:
1. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai pengobatan kepada pasien?
2. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai cara penggunaan obat?
3. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai efek dan harapan setelah menjalani
pengobatan tersebut?
Tahapan selanjutnya Apoteker melakukan penggalian informasi terkait
pengobatan pasien dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan
keluhannya atau permasalahan terutama yang berkaitan dengan terapi obat. Kemudian
mendiskusikan bersama penyelesaian masalah terapi obat dengan jelas sehingga
pasien dapat memahami. Kegiatan konseling pada pasien rawat inap dilakukan, saat
pasien akan pulang yang mendapatkan obat untuk pemeliharaan sebagai terapi
lanjutan sebelum melakukan kontrol selanjutnya.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan ROTD, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi
obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Sebelum melakukan
kegiatan visite, periksa rekam medis pasien yang akan di visite terlebih dahulu.
Adapun data-data yang harus diketahui adalah identitas pasien, diagnosa, tanda-tanda
vital, terapi serta kondisi klinik pasien dari hari pertama di rawat inap. Kemudian
visite dibuka dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada pasien dan keluarga
agar timbul kepercayaan mereka terhadap profesi Apoteker sehingga mereka dapat
bersikap terbuka dan kooperatif. Kemudian berkomunikasi secara efektif untuk
menggali permasalahan pasien terkait penggunaan obat. Respon dapat berupa keluhan
yang disampaikan oleh pasien, misalnya rasa nyeri menetap/bertambah, sulit buang
air besar, atau adanya keluhan baru yang muncul. Selanjutnya Apoteker dapat
menetapkan status masalah (aktual dan potensial) serta mengidentifikasi adanya
masalah baru. Pada visite mandiri yang dilakukan Apoteker, rekomendasi lebih
ditujukan kepada pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan
obat dalam hal aturan pakai, cara pakai, dan hal-hal yang harus diperhatikan selama
menggunakan obat. Rekomendasi kepada pasien yang dilakukan Apoteker dapat
berupa konseling, edukasi dan pendampingan cara penggunaan
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
Tujuan pemantauan terapi obat adalah untuk meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan resiko obat yang tidak dikehendaki. Pemantauan terapi obat dilakukan
dari awal pasien MRS sampai KRS oleh Apoteker Hasil monitoring dari kegiatan
visite yang dilakukan, dicatat setiap hari pada lembar PTO.
1. Menilai kondisi klinis pasien (subyektif), tanda-tanda vital, dan pemeriksaan
laboratorium (obyektif)
2. Pemantauan terapi obat yang diberikan pada pasien meliputi pengkajian pemilihan
pemilihan obat, reaksi obat yang tidak dikehendaki, efektivitas, dan efek samping
obat
3. Monitoring keberhasilan terapi dan efek samping obat sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, dan frekuensinya jarang untuk mencegah terjadinya
reaksi obat yang tidak dikehendaki
4. Analisis adanya permasalahan terhadap pengobatan atau Drug Related Problems
kemudian mendiskusikan permasalahan tersebut kepada apoteker penanggung
jawab di bangsal terkait
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Pengawalan dan
pemantauan aspek keamanan obat dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan
keamanan penggunaan obat pada kondisi kehidupan nyata atau praktek klinik yang
sebenarnya. Tujuan dilakukan MESO yaitu:
1. Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan baru saja
ditemukan
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO
4. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
5. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
(Permenkes, 2016).
Pelaporan kejadian efek samping obat dapat dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan. Pelaporan kejadian ESO menggunakan formulir berwarna kuning yang
berisi informasi mengenai pasien (nama, usia, suku, jenis kelamin, berat badan,
penyakit utama, penyakit penyerta), informasi kejadian ESO (bentuk/ manifestasi
ESO, mulai terjadi ESO, riwayat ESO), informasi obat, dan informasi pelapor.
Selanjutnya, dilakukan analisis Naranjo.

B. Pelayanan Farmasi Klinis Di Bangsal G1 (Bedah)


Pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek
samping karena obat yang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety) sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien (quality of life). Pelayanan farmasi klinis di Rumah
Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya di bangsal G1 (Bedah) menerapkan
kegiatan review resep pasien dan melakukan penyerahan obat ke pasien yang disertai KIE
sederhana. Alur pelayanan farmasi klinis di bangsal G1 (bedah) antara lain sebagai berikut :
Terjadi Kegawatdaruratan pada
IGD/Ruang Rawat Inap di Poli

Konfirmasi pasien yang akan masuk


ke ruang ranap G1

Dokter menentukan kapan pasien


akan dilakukan tindakan operasi

Jika Keadaan CITO/Segera maka dilakukan Jika Keadaan yang tidak CITO, maka
penyiapan atau pengambilan Sediaan perawat akan menginput resep yang telah
Farmasi atau Bahan Medis Habis Pakai oleh diresepkan oleh dokter
petugas kefarmasian di bagian Pelayanan
Kefarmasian G1 dengan segera Petugas kefarmasian di bagian Pelayanan
Kefarmasian bangsal G1 akan meyiapkan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang telah disiapkan oleh dan dibawa Pakai sesuai resep dengan terlebih dahulu
oleh perawat melakukan screening resep

Dokter akan menginput resep di SIM RSAL Menghubungi apoteker on call apabila
dr.Ramelan terdapat obat yang perlu persetujuan
apoteker saat pengeluaran
Resep akan di proses dan dikirimkan ke Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
bagian administrasi untuk di klaim ansurasi Pakai yang telah disiapkan dibawa oleh
atau pembayaran umum perawat atau petugas pengantara

Jika pasien post-operative, Petugas kefarmasian di bagian Pelayanan


Kefarmasian bangsal G1 akan meyiapkan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai resep dengan terlebih dahulu melakukan screening resep

Menghubungi apoteker on call


apabila terdapat obat yang perlu
persetujuan apoteker saat
pengeluaran
Sediaan Farmasi yang telah disiapkan dan
dibawa oleh petugas kefarmasian UDD

Serahkan obat kepada pasien/keluarga


pasien disertai KIE sederhana

Apoteker melakukan visit kepada pasien untuk memantau terkait


terapi obat apakah ada efek samping obat yang di alami pasien

Gambar 1. Alur Pelayanan Farmasi Klinis Bangsal G1 (Bedah)


C. Alur Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu: seleksi pasien,
pengumpulan data pasien, identifikasi masalah obat, rekomendasi terapi, rencana
pemantauan, dan tindak lanjut.
1. Seleksi Pasien
Seleksi pasien dilakukan jika kekurangan personel karena keterbatasan jumlah
apoteker maka dapat dilakukan seleksi pasien dalam menentukan pemantauan terapi obat.
Di departemen bedah, khususnya ruangan G1 RSPAL dr. Ramelan, tidak dilakukan
seleksi pasien, jadi seluruh pasien di pantau terapi obatnya, namun jika dibutuhkan seleksi
pasien, maka dapat didasarkan berbagai faktor, meliputi:
a) Kondisi Pasien
Seleksi pasien prioritas yang akan menerima pemantauan terapi obat dengan melihat
kondisi pasien didasarkan pada:
 Pasien masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima polifarmasi
 Pasien kanker yang menerima sitostastika
 Pasien dengan gangguan fungsi organ (misal ginjal dan hati)
 Pasien pediatri serta geriatri
 Pasien hamil dan menyusui
b) Obat
Berdasarkan jenis obat, pasien yang meneima obat denga resiko tinggi
diprioritaskan, seperti: obat dengan indeks terapi sempit, obat bersifat nefrotoksik dan
hepatoksik, sitostastika, antikoagulan, obat yang sering menimbulkan ROTD, serta
obat kardiovaskular.
Berdasarkan kompleksitas regimen obat, prioritas pasien yang menerima
pemantauan terapi obat adalah pasien yang menerima polifarmasi, memiliki obat
dengan berbagai variasi rute pemberian, diberikan obat dengan variasi aturan pakai,
serta memakai obat dengan cara pemakaian khusus.
2. Pengumpulan Data Pasien
Pengumpulan data pasien sangat penting untuk kegiatan pemantauan terapi obat.
Data pasien dapat diperoleh dari berbagai macam cara, misalnya: rekam medik, profil
pengobatan pasien/pencatatan penggunaan obat, serta wawancara dengan pasien/anggota
keluarga, serta tenaga kesehaatan lain. Data pasien yang dikumpulkan meliputi data
demografi pasienm keluhan utama, riwayat pengobatan, riwayat penyakit, riwayat alergi,
rekonsiliasi obat, riwayat keluargam pemeriksaan labolatorium, diagnosis dan terapi
3. Identifikasi Masalah Terkait Obat
Identifikasi maslah terkait obat atau identifikasi DRP dilakukan jika data
pengobatan pasien telah diperoleh. Masalah terkait obat dikategorikan menjadi berbagai
aspek, seperti : ada indikasi terapi tidak titerapi dimana pasien yang telah didiagnosis dan
membutuhkan terapi namun tidak diberi pengobatan, pemberian obat tanpa indikasi
dimana pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan, pemilihan obat tidak tepat
dimana pasien mendapat obat bukan pilihan terbaik untuk kondisinya, dosis terlalu tinggi,
dosis terlalu rendah, reaksi obat tidak dikehendaki, interaksi obat, serta pasien tidak
menggunakan obat karena suatu sebab seperti maslah ekonomi, kelalaian petugas, dan
ketidakpatuhan pasien.
4. Rekomendasi Terapi,
Tujuan dari pemberian terapi obat adalah peningkatan kualitas hidup pasien
seperti, menyembuhkan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala klinis,
menghambat progtivitas penyakit (ginjal), serta mencegah kondisi yang tidak diinginkan.
Pilihan terapi dapat didasarkan pada efikasi, keamanan, biaya, regimen mudah dipatuhi.
5. Rencana Pemantauan
Tujuan dilakukan rencana pemantauan adlah untuk memastikan pencapaian efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Langkah-langkah rencana
pemantauan adalah sebagai berikut:
 Menetapkan parameter Farmakologi
Parameter farmakologi yang dipertimbangkan, meliputi: karakteristik obat, efikasi
terapi dan efek merugikan dari regimen, perubahan fisiologis pasien, serta efisiensi
pemeriksaan laboratorium
 Menetapkan Sarana Terapi
 Menetapkan Frekuensi Pemantauan
6. Tindak Lanjut
Dilakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan terkait mengenai identifikasi
masalah terkait obat dan rekomendasi terapi. Setelah itu diberikan komunikasi, informasi,
dan edukasi kepada pasien agar memberikan informasi kepada pasien dan meningkatkan
kepatuhan minum obat untuk mencegah medication error. Edukasi yang diberikan kepada
pasien seharusnya tidak bertentangan atau berbeda dari informasi yang diberikan oleh
tenaga medis lain, tidak menimbulkan pasien ragu mengonsumsi obat, dapat
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat (Depkes RI, 2009).
Indentifikasi Masalah
Seleksi Pasien Pengumpulan Data Pasien
Mengenai Obat

Konsisi Pasien Rekam Medis

Obat Catatan pengobatan Pasien

Visite

Tindak Lanjut Rencana Pemantauan Rekomendasi Terapi

Parameter Farmakologi

Sarana Terapi

Frekuensi Pemantauan

Gambar 2. Alur Pemantauan Terapi Obat

D. Alur Konseling Resep Pulang


Alur konseling untuk pasien yang akan pulang yaitu setelah mendapatkan resep
pasien yang akan keluar melalui SIM RS, kemudian menyiapkan obat, setelah obat disiapkan
dengan etiket yang telah ditempel pada masing masing obat, apoteker juga menyiapkan
lembar konseling sebanyak dua rangkap. Rangkap pertama akan diberikan kepada
pasien/keluarga pasien, sedangkan rangkap kedua akan disimpan oleh apoteker.
Pemberian konseling dengan memberi informasi terkait obat yang digunakan, aturan
pemakaian, frekuensi pemakaian, cara penyimpanan dan keterang lainnya seperti antibiotik
yang harus dihabiskan atau obat dikunyah. setelah penjelasan dari apoteker, pasien/ keluarga
pasien diminta untuk mengulang kembali terkait penjelasan atau menyakan pemahaman
pasien terkait pengobata. Jika pasien sudah mengerti maka apoteker dan pasien akan
menandatangani lembar konseling, dan lembar konseling akan diberikan kepada pasien.
E. Kegiatan yang Dilakukan di Bangsal G1
 Visite pasien
Visite dilakukan bersama dengan preseptor/dokter dan visite mandiri. Hal-hal yang
ditanyakan saat visite diantaranya keluhan pasien saat ini, riwayat penyakit yang pernah
diderita, riwayat penggunaan obat, obat yang dibawa dari rumah/poli sebelum rawat inap,
dan alergi.
 Pemantauan Terapi Obat
Dilakukan pemantauan obat yang diberikan kepada pasien saat rawat inap. Selanjutnya
dilakukan pengkajian apakah obat yang diberikan sudah sesuai dengan problem medik
pasien baik dilihat dari efektivitas, cara pemberian, dosis, dan frekuensi pemberian obat.
Hasil pemantauan obat selanjutnya dituliskan dalam metode SOAP.
 Konseling pasien
Konseling dilakukan saat pemberian obat kepada pasien sebelum keluar rumah sakit.
Informasi yang diberikan dapat berupa cara penggunaan obat, dosis dan frekuensi
penggunaan obat, serta penandaan tertentu seperti diminum sesudah/sebelum makan,
harus dihabiskan untuk antibiotic, dan hanya digunakan jika sakit tidak perlu dihabiskan
untuk analgesik. Konseling diberikan secara lisan dan tulisan yang ditandatangani oleh
wali pasien dan apoteker yang bertugas memberikan konseling.
 Rawat luka pasien
Mahasiswa mengamati saat perawat membersihkan luka pasca operasi untuk mengetahui
apakah luka tertutup dengan benar, ada atau tidaknya pus dan infeksi untuk memastikan
terapi yang akan diberikan sesuai dengan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Permenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai