Disusun oleh:
2023
A. Peran apoteker dalam Pelayanan di Bangsal Bedah (G1)
Peran apoteker dalam Pelayanan pasien di bangsal bedah adalah untuk meningkatkan
outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat (Kemenkes,
2016). Pelayanan yang diberikan meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
riwayat obat, rekonsiliasi obat, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping
Obat (MESO), konseling, dan visite.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Salah satu peranan Apoteker dalam aspek farmasi klinik adalah melakukan
pengkajian resep. Tujuannya untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran
(efficacy) dari obat dalam resep ketika digunakan pasien serta mengoptimalkan tujuan
terapi. Sebelum resep dikerjakan perlu adanya pengkajian (skrining) resep terlebih
dahulu. Skrining resep meliputi pengkajian administrasi, farmasetik, dan klinis.
Kemudian jika resep yang dilakukan pengkajian sudah sesuai, Apoteker dan petugas
farmasi lain dapat segera melakukan penyiapan obat sesuai dengan permintaan dokter.
Obat-obat yang sudah siap baik obat racikan, non racikan maupun obat topikal,
diberikan etiket sesuai yang tertera pada resep. Petugas farmasi wajib melakukan
pengecekan ulang antara kesesuaian resep dengan obat, dan etiket yang diberikan.
Selanjutnya obat dapat diberikan pada pasien serta dilakukan KIE.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat yaitu melakukan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/ sediaan farmasi lain yang pernah dan
sedang digunakan, riwayat pengobatan diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/ pencatatan penggunaan obat pasien dalam SIMRS.
c. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi obat dilakukan untuk membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat. Kesalahan obat rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah
sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari
rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukan
rekonsiliasi obat adalah untuk memastikan informasi yang akurat tentang obat yang
digunakan pasien, mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
dan tidak terbacanya instruksi dokter.
d. Konseling
Konseling merupakan suatu kegiatan pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Tujuan dari
konseling antara lain mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko obat yang
tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien. Sebelum kegiatan konseling
dilakukan, Apoteker meminta kesediaan pasien terlebih dahulu untuk mengikuti
konseling. Selanjutnya Apoteker memperkenalkan diri kepada pasien serta
menyampaikan tujuan dari dilakukannya konseling obat. Tahap awal yang dilakukan
saat konseling adalah melakukan three prime question yaitu:
1. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai pengobatan kepada pasien?
2. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai cara penggunaan obat?
3. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai efek dan harapan setelah menjalani
pengobatan tersebut?
Tahapan selanjutnya Apoteker melakukan penggalian informasi terkait
pengobatan pasien dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan
keluhannya atau permasalahan terutama yang berkaitan dengan terapi obat. Kemudian
mendiskusikan bersama penyelesaian masalah terapi obat dengan jelas sehingga
pasien dapat memahami. Kegiatan konseling pada pasien rawat inap dilakukan, saat
pasien akan pulang yang mendapatkan obat untuk pemeliharaan sebagai terapi
lanjutan sebelum melakukan kontrol selanjutnya.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan ROTD, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi
obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Sebelum melakukan
kegiatan visite, periksa rekam medis pasien yang akan di visite terlebih dahulu.
Adapun data-data yang harus diketahui adalah identitas pasien, diagnosa, tanda-tanda
vital, terapi serta kondisi klinik pasien dari hari pertama di rawat inap. Kemudian
visite dibuka dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada pasien dan keluarga
agar timbul kepercayaan mereka terhadap profesi Apoteker sehingga mereka dapat
bersikap terbuka dan kooperatif. Kemudian berkomunikasi secara efektif untuk
menggali permasalahan pasien terkait penggunaan obat. Respon dapat berupa keluhan
yang disampaikan oleh pasien, misalnya rasa nyeri menetap/bertambah, sulit buang
air besar, atau adanya keluhan baru yang muncul. Selanjutnya Apoteker dapat
menetapkan status masalah (aktual dan potensial) serta mengidentifikasi adanya
masalah baru. Pada visite mandiri yang dilakukan Apoteker, rekomendasi lebih
ditujukan kepada pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan
obat dalam hal aturan pakai, cara pakai, dan hal-hal yang harus diperhatikan selama
menggunakan obat. Rekomendasi kepada pasien yang dilakukan Apoteker dapat
berupa konseling, edukasi dan pendampingan cara penggunaan
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
Tujuan pemantauan terapi obat adalah untuk meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan resiko obat yang tidak dikehendaki. Pemantauan terapi obat dilakukan
dari awal pasien MRS sampai KRS oleh Apoteker Hasil monitoring dari kegiatan
visite yang dilakukan, dicatat setiap hari pada lembar PTO.
1. Menilai kondisi klinis pasien (subyektif), tanda-tanda vital, dan pemeriksaan
laboratorium (obyektif)
2. Pemantauan terapi obat yang diberikan pada pasien meliputi pengkajian pemilihan
pemilihan obat, reaksi obat yang tidak dikehendaki, efektivitas, dan efek samping
obat
3. Monitoring keberhasilan terapi dan efek samping obat sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, dan frekuensinya jarang untuk mencegah terjadinya
reaksi obat yang tidak dikehendaki
4. Analisis adanya permasalahan terhadap pengobatan atau Drug Related Problems
kemudian mendiskusikan permasalahan tersebut kepada apoteker penanggung
jawab di bangsal terkait
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Pengawalan dan
pemantauan aspek keamanan obat dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan
keamanan penggunaan obat pada kondisi kehidupan nyata atau praktek klinik yang
sebenarnya. Tujuan dilakukan MESO yaitu:
1. Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan baru saja
ditemukan
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO
4. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
5. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
(Permenkes, 2016).
Pelaporan kejadian efek samping obat dapat dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan. Pelaporan kejadian ESO menggunakan formulir berwarna kuning yang
berisi informasi mengenai pasien (nama, usia, suku, jenis kelamin, berat badan,
penyakit utama, penyakit penyerta), informasi kejadian ESO (bentuk/ manifestasi
ESO, mulai terjadi ESO, riwayat ESO), informasi obat, dan informasi pelapor.
Selanjutnya, dilakukan analisis Naranjo.
Jika Keadaan CITO/Segera maka dilakukan Jika Keadaan yang tidak CITO, maka
penyiapan atau pengambilan Sediaan perawat akan menginput resep yang telah
Farmasi atau Bahan Medis Habis Pakai oleh diresepkan oleh dokter
petugas kefarmasian di bagian Pelayanan
Kefarmasian G1 dengan segera Petugas kefarmasian di bagian Pelayanan
Kefarmasian bangsal G1 akan meyiapkan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang telah disiapkan oleh dan dibawa Pakai sesuai resep dengan terlebih dahulu
oleh perawat melakukan screening resep
Dokter akan menginput resep di SIM RSAL Menghubungi apoteker on call apabila
dr.Ramelan terdapat obat yang perlu persetujuan
apoteker saat pengeluaran
Resep akan di proses dan dikirimkan ke Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
bagian administrasi untuk di klaim ansurasi Pakai yang telah disiapkan dibawa oleh
atau pembayaran umum perawat atau petugas pengantara
Visite
Parameter Farmakologi
Sarana Terapi
Frekuensi Pemantauan
Depkes. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Permenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.