Oleh:
Kelompok 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan makan pada anak dialami sekitar 25% usia anak dan jumlah
tersebut akan meningkat pada anak yang lahir prematur atau menderita penyakit
kronik. Salah satu penyebab yang menimbulkan kesulitan makan yaitu
kurangnya nafsu makan. Pada usia anak sangat aktif bergerak, sehingga
aktivitas fisik yang dilakukan sangat besar, maka kebutuhan energi yang
diperlukan harus mencukupi. Berdasarkan hal ini, apabila kebutuhan energi dan
nutrisi tidak terpenuhi akan terjadi perlambatan pertumbuhan fisik dan
psikologis. Menurut Riskesdas tahun 2017, prevalensi anak sangat kurus dan
kurus di Jawa Timur yaitu sebanyak 1,9% dan 6%.
Upaya untuk meningkatkan nafsu makan anak dan telah dilakukan sejak
nenek moyang kita yaitu melalui jamu atau sering disebut dengan jamu cekok.
Jamu tradisional hingga saat ini masih terjaga eksistensinya karena khasiatnya
yang telah terbukti, bahan-bahan yang digunakan semua dari bahan alam, secara
umum mudah didapat disekitar rumah, dapat dibuat sendiri, dan harganya relatif
terjangkau (Marni, 2015). Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan
yaitu rimpang kunyit. Rimpang kunyit memiliki kandungan zat aktif yaitu
kurkuminoid dan minyak atsiri. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) bahwa kandungan kurkumin rimpang
kunyit rata rata 10,92%. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit salah satunya
yaitu digunakan sebagai penambah nafsu makan. Kurkumin yang terkandung di
dalam kunyit memiliki khasiat yang dapat mempengaruhi nafsu makan karena
dapat mempercepat pengosongan isi lambung sehingga nafsu makan meningkat
dan memperlancar pengeluaran empedu sehingga meningkatkan aktivitas
saluran pencernaan (Purwanti, 2008).
1
2
B. Tujuan
1. Mensosialisasikan obat herbal/tradisional kepada masyarakat desa
kedungbenda khususnya dan pembaca pada umumnya.
2. Mensosialisasikan kunyit sebagai penambah nafsu makan anak
3. Mensosialisasikan puding kunyit sebagai alternatif untuk anak dapat
mengkonsumsi obat herbal/jamu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Nafsu makan adalah keinginan untuk mendapatkan berbagai jenis
makanan tertentu untuk dimakan untuk menghilangkan rasa lapar. Nafsu makan
juga bisa menjadi pendorong bagi seseorang untuk mendapatkan makanan yang
diinginkan selain untuk mengatasi rasa lapar. Sejak zaman dahulu nafsu makan
menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak masyarakat.
Fenomena kesulitan makan ini dapat terjadi pada usia anak-anak bahkan pada
lansia. Pada anak-anak terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu
anak menjadi sulit makan, baik itu faktor internal maupun faktor internal. Faktor
internal yang dapat memicu anak menjadi sulit makan yaitu adanya gangguan
pada pencernaan anak, gangguan psikologis seperti orang tua sering
memaksakan kehendak terhadap anak dan aturan makan yang terlalu ketat bagi
anak. Untuk faktor eksternal seperti anak sering beralasan masih kenyang, anak
sering jajan, atau anak bosan dengan makanan yang disajikan (Rifani dan Ansar,
2021).
Masyarakat secara turun-temurun sudah mempercayai tanaman herbal
atau jamu untuk mengobati berbagai penyakit. Namun, masyarakat juga percaya
jamu dapat digunakan untuk memelihara dan memulihkan kesehatan termasuk
untuk meningkatkan nafsu makan. Masyarakat memanfatkan jamu dengan
memberikan “cekokan” kepada anak. Istilah cekok adalah mengacu pada tata
cara atau metode pemberian jamu yaitu dengan memasukkan atau dicekokkan
ke dalam mulut anak. Ramuan jamu dihaluskan dan diberi sedikit air dan
dicekokkan ke dalam mulut anak. Biasanya anak akan bereaksi menolak dan
menangis atau memuntahkan jamu karena rasa dan aroma yang pahit dan tidak
enak. Salah satu ramuannya yaitu kunyit (Handajani & Widhiastuti, 2019).
3
4
A. Gambaran Kegiatan
Kegiatan sosialisasi dan demo praktik pembuatan pudding kunyit
mengusung tema “Kunci (Kuning Kecil) Peningkat Nafsu Makan” dimana yang
dimaksud sebagai ‘kuning kecil’ disini adalah kunyit. Sosialisasi dilakukan
untuk memberikan gambaran kepada audien bahwa kunyit yang biasanya
digunakan sebagai bumbu dapur dapat digunakan sebagai penambah nafsu
makan anak karena didalamnya terkandung kurkumin yang telah diketahui
dapat meningkatkan nafsu makan.
Kegiatan dilakukan di desa Kedungbenda, Kecamatan Nusawungu,
Cilacap pada hari Sabtu, tanggal 24 September 2022 dan dihadiri oleh 20 audien
yang berasal dari kader posyandu desa serta ibu-ibu anggota PKK yang masih
memiliki anak balita. Kegiatan yang dilakukan yaitu dimulai dari pretest untuk
menilai pengetahuan dasar audien, pemaparan materi, demo pembuatan
pudding kunyit dibandu oleh audien, posttest, sesi tanya jawab, dan pembagian
souvenir untuk audien.
B. Materi Sosialisasi
Pada kegiatan sosialisasi dilakukan pemberian materi mengenai nafsu
makan anak. Nafsu makan adalah keinginan untuk mendapatkan berbagai jenis
makanan tertentu untuk dimakan untuk menghilangkan rasa lapar. Nafsu makan
juga bisa menjadi pendorong bagi seseorang untuk mendapatkan makanan yang
diinginkan selain untuk mengatasi rasa lapar. Sejak zaman dahulu nafsu makan
menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak masyarakat.
Kesulitan makan merupakan suatu keadaan jika anak tidak mau atau menolak
untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman
dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu
mulai dari membuka mulut tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai
terserap dipercernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin
dan obat tertentu (Judarwanto, 2006).
6
7
Kurangnya nafsu makan anak sering dianggap sebagai hal yang sepele dan
dapat berlangsung lama. Karena kurangnya nafsu makan yang terus-menerus
dapat menyebabkan gangguan pada tubuh yang dapat menyebabkan komplikasi
pada fungsi tubuh yang lain.
Menurut Judarwanto, 2006, beberapa gejala yang menunjukkan
kurangnya nafsu makan anak diantaranya
• Kesulitan menguyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa
makan makanan lunak atau cair.
• Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah
masuk di mulut anak.
• Makan berlama-lama dan memainkan makanan.
• Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau
menutup mulut rapat.
• Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis suapan.
• Tidak banyak menyukai variasi makanan.
• Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
(Judarwanto, 2006).
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kesulitan
makan pada anak yaitu terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berupa gangguan pencernaan dan gangguan psikologis. Faktor
eksternal penyebab anak kesulitan makan diantaranya faktor kesukaan
makanan, faktor kebiasaan makan, dan faktor lingkungan.
a. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan dapat berupa gangguan pada saliuran pencernaan
seperti gangguan pada gigi dan mulut berupa sariawan, gigi berlubang, atau
tonsilitis.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis yang dapat menyebabkan anak kesulitan makan
dapat berupa ketatnya aturan makan yang diterapkan oleh orang tua pada
anak, orang tua yang terlalu memaksakan kehendak pada anak, hubungan
anggota keluarga yang tidak harmonis, dan anak mengalami alregi pada
makanan.
8
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia berdasarkan data empiris dan
tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis. Akan tetapi,
tetapi harus memenuhi kriteria keamanan sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan, khasiatnya telah terbukti berdasarkan data empiris serta
harus memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (BPOM, 2014). Contoh
jamu yaitu jamu kunir asem, jamu nyonya mener, jamu gendong, dan lain-
laian.
b. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang telah
dibuktikan khasiat dan keamanannya secara pra-klinis (terhadap hewan
percobaan) dan lolos uji toksisitas akut maupun kronis. OHT dibuat dari
bahan yang terstandar seperti ekstrak yang memenuhi parameter mutu serta
dibuat dengan cara higienis. Contoh obat herbal terstandar diantaranya tolak
angin, diapet, dan lelap.
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya
melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia)
serta terbukti keamanannya melalui uji toksisitas. Uji praklinik sendiri
me;liputi beberapa uji, yaitu: uji khasiat dan toksisitas, uji teknologi farmasi
untuk menentukan identitas atau bahan baku yang terstandarisasi.
Fitofarmaka diproduksi secara higienis, bermutu sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Contoh dari fitofarmaka adalah stimuno, tensigard, dan
Nodiar
(Rahayuda, 2006).
Jamu cekokan merupakan salah satu jenis jamu yang banyak digunakan
oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk mengatasi kesulitan makan pada
anak. Jamu cekokan mengacu pada tata cara atau metode pemberian jamu yaitu
dengan memasukkan atau dicekokkan ke dalam mulut anak. Tujuan utama
pemberian jamu cekokan pada anak adalah untuk meningkatkan nafsu makan
anak. Salah satu yang biasa digunakan pada jamu cekokan adalah cekokan
kunyit dan cekokan temulawak. Penggunaan jamu cekokan pada anak memiliki
10
kekurangan yaitu reaksi anak yang sering menolak dan menangis, atau bahkan
memuntahkan jamu dikarenakan rasa dan aromanya yang pahit dan tidak enak.
Oleh karena itu perlu inovasi yang perlu dilakukan oleh orang tua guna
meningkatkan minat anak terhadap jamu cekokan diantaranya adalah dibuat
menu yang variatif dan disukai anak kecil.
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang memiliki banyak
manfaat dan banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Senyawa kimia utama
yang terkandung dalam kunyit adalah kurkuminoid atau zat warna, yakni
sebanyak 2,5 – 6%. Pigmen kurkumin inilah yang memberi warna kuning
orange pada rimpang. Salah satu fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah
kurkumin. Kunyit memiliki efek farmakologis seperti, melancarkan darah dan
vital energi, menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiradang (anti–
inflamasi), mempermudah persalinan, antibakteri, memperlancar pengeluaran
empedu (kolagogum), peluruh kentut (carminative)dan pelembab (astringent).
Kunyit mempunyai khasiat sebagai jamu dan obat tradisional untuk berbagai
jenis penyakit, senyawa yang terkandung dalam kunyit (kurkumin dan minyak
atsiri) mempunyai peranan sebagai antioksidan, antitumor dan antikanker,
antipikun, menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah dan hati,
antimikroba, antiseptic, antiinflamasi dan penambah nafsu makan (Hartati &
Balittro, 2013).
11
C. Pembuatan Puding
Pada kegiatan sosialisasi dilakukan pembuatan puding dengan
menggunakan kunyit sebagai bahan utama. Pada saat kegiatan dilakukan
presentasi pembuatan puding, peserta juga diberikan leaflet yang berisi cara
untuk membuat puding tersebut. Leaflet dapat di lihat pada gambar di bawah.
8. Disiapkan 2 bungkus susu kental manis dan 2 bungkus susu bubuk dalam
mangkok yang akan digunakan untuk cetakan, dicampur rata
9. Masukkan agar kunyit kedalam cetakan dan aduk sampai susu tercampur
merata
10. Tunggu hingga dingin dan bisa dimasukkan kedalam kulkas
11. Jika puding sudah set bida dipotong dah siap dinikmati
12. Puding dingin lebih nikmat
Pada akhir kegiatan diberikan puding kunyit sebagai tester kepada
peserta sehingga peserta dapat merasakan puding tersebut untuk dijadikan
pembanding pada saat di buat sendiri di rumah.
D. Jumlah Audien
Pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan dengan memberikan undangan
sejumlah 30 orang yang dibantu dikoordinasikan melalui Bu Mawar selaku
sekertaris desa dengan memberikan surat undangan offline dan di bantu
dibagikan melalui grup WhatsApp Kader PKK desa Kedung Benda. Namun
untuk yang dapat berpartisipasi hadir dalam acara sosialisasi kurang lebih 20
orang dan terdapat beberapa orang yang datang sedikit terlambat dari jam
undangan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena undangan diberikan
terlalu mendekati waktu pelaksanaan yaitu kurang dari 3 hari dan di laksanakan
di hari Sabtu (hari libur) yang kemungkinan digunakan untuk istirahat. Kegiatan
sosialisasi tersebut juga bukan acara wajib dari pihak desa, hal tersebut menjadi
alasan untuk orang-orang yang berhalangan hadir. Sebaiknya untuk mencegah
hal tersebut dipastikan undangan sudah diberikan minimal 5 hari sebelum
pelaksanaan, di hubungi satu persatu dan dilakukan follow up untuk memastikan
kehadiran serta memberikan informasi apa manfaat mengikuti kegiatan
sosialisasi kepada warga meskipun bukan acara wajib desa agar warga lebih
antusias untuk mengikuti kegiatan sosialisasi.
13
1 5 2 40%
2 5 1 20%
3 5 1 20%
4 5 2 40%
5 5 3 60%
6 5 1 20%
7 5 1 20%
8 5 2 40%
9 5 1 20%
10 5 1 20%
11 5 1 20%
12 5 3 60%
13 5 2 40%
14 5 2 40%
15 5 3 60%
16 5 1 20%
17 5 1 20%
18 5 1 20%
19 5 2 40%
20 5 1 20%
Rata-rata 32%
15
1 5 5 100%
2 5 4 80%
3 5 5 100%
4 5 5 100%
5 5 5 100%
6 5 5 100%
7 5 4 80%
8 5 4 80%
9 5 5 100%
10 5 5 100%
11 5 5 100%
12 5 5 100%
13 5 5 100%
14 5 5 100%
15 5 4 80%
16 5 5 100%
17 5 5 100%
18 5 5 100%
19 5 4 80%
20 5 5 100%
Rata-rata 95%
16
F. Laporan Keuangan
SISA 0
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada acara sosialisasi Kunci Penambah Nafsu Makan pada anak, jika
dilihat dari audiennya walaupun tidak memenuhi target namun cukup aktif
dalam hal diskusi. Seperti ada beberapa audien yang bertanya dan memberikan
saran, kemudian ada juga beberapa audien yang bercerita terkait pengalaman
untuk meningkatkan nafsu makan pada anak/balita. Pada saat diminta volunteer
untuk mempraktikkan pembuatan pudding juga tidak sulit untuk mencarinya.
Kemudian terkait pemahaman penyampaian materi, ini sudah berhasil. Hal ini
dilihat dari nilai pre dan posttest yang dilakukan pada audien, hasilnya
meningkat dan menjadi lebih baik setelah penyampaian materi.
B. Saran
1. Audien yang datang pada saat sosialisasi tidak sesuai dengan target,
dikarenakan kegiatan dilaksanakan pada weekend dan terpisah dengan
jadwal rutin kegiatan dari Desa, sehingga ada beberapa audien yang
berhalangan hadir. Oleh karena itu disarankan untuk menentukan waktu
yang tepat, misalnya dirangkap dengan kegiatan rutin desa agar audien yang
datang lebih banyak, dan materi dapat tersampaikan lebih luas.
2. Menurut audien terkait pudding kunyit yang disosialisasikan sudah baik dan
rasanya juga enak, namun jika tujuannya diberikan untuk anak-anak rasanya
masih terlalu kuat. Sehingga bisa dimodifikasi lagi dengan penambahan
daun pandan pada saat memasak pudding agar meminimalisir bau kunyit
atau susunya dapat diperbanyak lagi ketika pembuatan pudding.
17
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2014). Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan
Alam Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Handajani, S. R. & Widhiastuti, KH, E. (2019). Budaya Pemberian Jamu Cekok
Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita di Wilayah Kota
Surakarta. Jurnal Ilmiah Bidan. Vol. IV(1) : 1-8.
Hartati, S.Y., Balittro. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19: 5-9.
Judarwanto. (2006). Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status
Gizi dan Fungsi Kongnitif Anak Sekolah Dasar. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah.
Kholid, K., Mudarris, M., & Masdar, M. (2020). Olahan Kunyit Asam Menjadi
Minuman Herbal Sinom Untuk Meningkatkan Perekonomian Desa
Kajuanak Galis Bangkalan. Dharma: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1),
61-72.
Kiso, Y., Suzuki, Y., Watanabe, N., Oshima, Y., & Hikino, H. (1983).
Antihepatotoxic Principles of Curcuma longa Rhizomes. Planta medica,
49(11), 185-187.
Marni dan Ambarwati, R. (2015). Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan Beart
Badan pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol11(1): 102-111.
Masuda, T., Isobe, J., Jitoe, A., & Nakatani, N. (1992). Antioxidative Curcuminoids
from Rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. Phytochemistry, 31(10): 3645-
3647.
Mulyani, S., Harsojuwono, B. A., & Puspawati, G. A. K. D. (2014). Potensi
Minuman Kunyit Asam (Curcuma domestica Val.-Tamarindus indica L.)
sebagai Minuman Kaya Antioksidan. Agritech, 34(1), 65-71.
18
19
Nur, M., Estiasih, T., Nurcholis, M., & Maligan, J. (2010). Aneka Produk Olahan
Kunyit Asam. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.
Purwanti. (2008). Kajian Efektifitas Pemberian Kunyit, Bawang Putih dan Mineral
Zink terhadap Performa, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan
Broiler. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rahman, A. A., Aji, N., & Herdiana, I. (2019). Upaya Peningkatan Kemandirian
Ekonomi Keluarga Melalui Pembuatan Syrup Kunyit Asam Serta Perijinan
Usahanya. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3(3), 439-444.
Rifani, R., & Ansar, W. 2021. Faktor Penyebab Perilaku Makan pada Anak.
Seminar Nasional Hasil Penelitian 2021: Penguatan Riset, Inovasi, dan
Kreativitas Peneliti di Era Pandemi COVID-19: 1988-1993.
Riskesdas. (2017). Hasil Utama Riskesdas 2017. Kementerian Kesehatan.
Septiana, A.T. (2004). Kadar dan Aktivitas Minuman Kunyit dan Asam yang
Manis. Agritech 24(2): 92-95.
Winarti, C. dan N. Nurdjanah. (2005). Peluang Tanaman Rempah dan Obat sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 24(2): 47-55
LAMPIRAN
20
21
22