Abstrak: Puding merupakan bahan pangan yang berbentuk konsentrat dan umumnya dimasak
dengan teknik boiling berbahan dasar agar-agar. Puding memiliki fungsi penting sebagai hidangan
penutup yaitu untuk memudahkan tubuh untuk mencerna makanan setelah makan makanan berat.
Nutrisi yang terkandung dalam puding umumnya berupa lemak, mineral, kalsium, dan zat besi. Mineral
dan kalsium memiliki tugas untuk menjaga keseimbangan elektrolit, dan cairan tubuh, dan bermanfaat
dalam memaksimalkan pembentukan sel dan menjaga kesehatan jantung. Puding fermentasi merupakan
salah satu makanan fermentasi yang dapat diolah dengan harapan dapat meningkatkan cita rasa selain
itu juga menambah nutrisi dari puding tersebut sehingga nilai gizinya dapat bertambah. Metode
pelaksanaan kegiatan yaitu melakukan pembuatan puding menggunakan tiga jenis starter di
laboratorium kemudian setelah mendapatkan produk dilakukan kegiatan dengan memberikan edukasi
dan melakukan praktek pembuatan puding dengan mengikuti protokol kesehatan pada kelompok ibu
PKK Desa Punggur. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melakukan pengisian kuisoner sebelum dan
sesudah diberikan kegiatan pelatihan. Berdasarkan hasil analisis pengisian kuisoner diperoleh hasil
bahwa 86% dari 15 peserta yang mengikuti kegiatan memahami materi yang diberikan serta memahami
manfaat dari mengkonsumsi puding fermentasi, serta sebanyak 100 % peserta dapat mempraktekkan
pembuatan puding fermentasi.
Kata Kunci : fermentasi, puding, biakan
Abstract: Pudding is a food ingredient in the form of a concentrate and is generally cooked with a
gelatin-based boiling technique. Pudding has an important function as a dessert, which is to make it
easier for the body to digest food after eating a heavy meal. The nutrients contained in pudding are
generally in the form of fat, minerals, calcium, and iron. Minerals and calcium have a very important
to maintain the balance of electrolytes, and body fluids, and is beneficial in maximizing cell formation
and maintaining heart health. Fermented pudding is one of the fermented foods that can be processed
in the hope of increasing the taste and adding nutrients from the pudding so that its nutritional value
can increase. The method of carrying out activities is to manufacture of pudding using three types of
starter in the laboratory, then after getting the product, activities are carried out by providing education
and practicing pudding making by following the Health protocol in the Punggur Village PKK mother
group. Evaluation of activities is carried out by filling out questionnaires before the workshop activities
are given and after the workshop activities are carried out. Based on the analysis of filling out the
questionnaire, it was found that 86% of the 15 participants who took part in the activity understood the
material provided and understood the benefits of consuming fermented pudding, and as many as 100%
of participants could practice making fermented pudding.
35
Pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian masyarakat menjadi lesu, oleh
karenanya perlu diciptakan peluang usaha baru untuk masyarakat sehingga dilakukannya
kegiatan pelatihan terhadap ibu-ibu PKK Punggur Besar. Tim PKK Desa Pungur Besar
Kecamatan Sungai Kakap sebagai mitra kegiatan, memiliki program kerja yang selaras dengan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang akan diselenggarakan dimana program kerja dari
ibu PKK antara lain ada tata laksana rumah tangga, pelatihan keterampilan kewirausahaan serta
pembinaan kepada kelompok remaja dan lansia. Kelompok ibu-ibu PKK usia produktif di Desa
Punggur Besar Kecamatan Sungai Kakap di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat perlu
dibekali dengan keterampilan dalam membuat produk makanan puding hasil fermentasi kaya
nutrisi yang mudah untuk dibuat sehingga dapat menjadi alternatif dalam memperoleh sumber
pendapatan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
II. Metodologi
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyakarat ini dimulai dengan melakukan
eksperimen di laboratorium Biologi Farmasi dan laboratorium Kimia Farmasi Fakultas
Kedokteran dengan preparasi kultur starter dari jenis mikroorganisme yaitu Lactobacilus
plantarum, Lactobacillus casei dan Lactobacillus brevis melakukan pembuatan puding di
laboratorium, setelah dihasilkan puding fermentasi yang optimal dilakukan penerapannya
dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Metode pengabdian kepada masyarakat
dilakukan dengan cara kunjungan dari rumah ke rumah kelompok ibu PKK melaui media
booklet dan penyajian video pembuatan puding. Kegiatan ini dilakukan dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan terbatas dan peserta sehat tanpa gejala penyakit. Evaluasi
kegiatan dilakukan dengan menganalisis kuisoner.
Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Produk Puding Fermentasi
a. Preparasi Kultur Starter
Koloni tunggal Lactobacilus plantarum, Lactobacillus casei dan Lactobacillus brevis
diambil masing-masing sebanyak satu ose dari kultur stok bakteri dengan kawat ose yang sudah
diflambir, lalu digoreskan di petri yang sudah terdapat media MRSA dan diinkubasi suhu 32ºC
selama 48 jam.
36
dalam wadah puding dan tunggu uap panasnya hilang pada suhu kamar kemudian dimasukkan
ke dalam kulkas.
Tabel 1.Kuisoner edukasi konsumsi puding fermentasi pada kelompok ibu PKK
37
4. Apakah informasi pada booklet yang Tidak bermanfaat Sangat bermanfaat
disampaikan bermanfaat?
5. Apakah informasi pada booklet puding Tidak menarik Sangat menarik
fermentasi menarik?
6. Apakah bahan yang digunakan sudah diketahui Belum mengetahui Sangat mengetahui
sebelum mengikuti pelatihan?
7. Apakah penyampaian pelatihan melalui video Susah dipahami Mudah dipahami dan
mudah diikuti dan dipraktekkan? dan dipraktekkan dipraktekkan
8. Apakah kesempatan diskusi tanya jawab yang Tidak cukup Sangat cukup
disediakan cukup?
9. Apakah selama kegiatan pelatihan ada waktu Tidak ada Sangat banyak
diskusi/Tanya jawab dengan peserta pelatihan?
10. Apakah jawaban dari narasumber memuaskan? Tidak memuaskan Sangat memuaskan
11. Apakah durasi video pelatihan pembuatan Sangat singkat Lama
minuman puding fermentasi terlalu singkat?
38
Gambar 4. Hasil Pengisian Kuisoner Setelah Pelaksanaan Kegiatan
B. Pembahasan
1. Pembuatan Produk Puding Fermentasi
Pembuatan puding diawali dengan menumbuhkan bakteri fermentasi yaitu bakteri asam
laktat yaitu jenis kultur Lactobacillus plantarum dilakukan di laboratorium Biologi Farmasi
dengan metode streaking (penggoresan). Metode penggoresan digunakan untuk mendapatkan
bentuk koloni tunggal yang terpisah sehingga akan memudahkan dalam pengamatan koloni
secara makroskopis. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada media yaitu
nutrisi, pH, tekanan osmotik dan kelembaban, sehingga pertumbuhan koloni tidak merata
(Pratiwi & Sylvia, 2008). Hasil pertumbuhan dapat dilihat secara makroskopik yaitu koloni
tunggal Lactobacillus plantarum yang berbentuk bulat, berwarna putih, dan padat. Bentuk
koloni tunggal tersebut sesuai dengan ciri ciri koloni Lactobacillus plantarum menurut Gililand
(1986) yaitu berbentuk bulat, licin, padat, serta berwarna putih atau kekuningan. Adapun
pertumbuhan koloni yang sudah optimal dapat dilihat pada Gambar 1. Bakteri yang sudah
dalam keaadaan optimal akan digunakan sebagai starter dalam pembuatan puding.
Bakteri yang telah ditumbuhkan didalam cawan petri yang berisi media MRSA
kemudian ditumbuhkan kembali ke dalam media miring MRSA dengan mengambil 2-3 koloni.
Bakteri Lactobacillus plantarum ditumbuhkan pada kultur kerja media miring MRSA
bertujuan untuk peremajaan bakteri sehingga didapatkan bakteri yang aktif dan siap untuk
39
digunakan dalam pembuatan kultur kerja. Kultur kerja dibuat dengan mengambil 4-5 koloni
dengan kawat ose steril pada media agar miring yang telah ditumbuhkan bakteri kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 7 media cair MRSB. MRS Broth termasuk
media selektif untuk pertumbuhan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus plantarum. Media
MRS Broth digunakan untuk perbanyakan bakteri asam laktat sehingga diperoleh kultur aktif
yaitu perubahan media menjadi keruh. Kultur aktif ini siap digunakan untuk pembuatan kultur
starter.
Pembuatan kultur starter bakteri Lactobacillus plantarum dilakukan dengan cara
menambahkan kultur stok media MRS Broth sebanyak 5% ke dalam susu skim 10% yang telah
ditambahkan gula 10 %. Susu skim 10 % dan gula 10% tersebut digunakan sebagai nutrisi
bagi bakteri Lactobacillus plantarum dan juga sebagai media adaptasi bagi bakteri sebelum
digunakan dalam proses fermentasi. Pembuatan kultur starter bertujuan untuk membantu
proses adaptasi bakteri, sehingga ketika proses fermentasi dimulai fase adaptasi dalam media
fermentasi berlangsung lebih cepat (Kamara et al., 2016). Kultur starter siap digunakan setelah
diinkubasi selama 24 jam dengan penampakan konsistensi yang semakin kental dan
terpisahnya dua fase dimana menandakan adanya aktivitas dari bakteri Lactobacillus
plantarum. Terbentuknya dua fase yang terpisah tersebut terjadi karena didalam susu skim
terkandung banyak karbohidrat sehingga dengan adanya bakteri asam laktat akan merombak
karbohidrat tersebut menjadi asam laktat. Keberadaan asam laktat akan membuat suasana
menjadi asam sehingga akan membuat keseimbangan kasein pada susu terganggu dan
terjadinya koagulasi kasein membentuk gel. Aktivitas dari bakteri asam laktat akan semakin
meningkat selama waktu inkubasi sehingga membuat pembentukan koagulasi kasein semakin
meningkat dan terbentuk dua fase. Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan
puding fermentasi yang telah optimal diaplikasikan dalam ke masyarakat dalam bentuk
produk puding.
40
yang akan disampaikan selama pelatihan berlangsung. Oleh karena itu evaluasi untuk
pelaksanaan kegiatan akan diperoleh pada evaluasi yang disajikan pada Gambar 4 yaitu hasil
pengisian kuesioner setelah pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan dimana peserta akan menjawab
hanya tiga pertanyaan. Adapun pertanyaan pertama pada kuisioner yaitu tingkat pengetahuan
mengenai manfaat puding fermentasi bagi kesehatan diketahui bahwa 14 orang (93%) belum
mengetahui dan 1 orang sudah mengetahui manfaat dari puding fermentasi bagi tubuh yaitu
sebesar (6,67%). Hal ini menjadi selaras dengan kegiatan bahwa diharapkan peserta
mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan ini. Kemudian pertanyaan dilanjutkan pertanyaan
kedua yaitu mengenai tingkat pengetahuan peserta mengenai manfaat puding bagi kesehatan
dimana berdasarkan hasil pengisian kuesioner diketahui 13 orang (86,7%) belum mengetahui
dan 2 orang yaitu sebesar 13,34 % sudah mengetahui bahwa puding fermentasi baik untuk
Kesehatan. Kemudian dilanjutkan pada pertanyaan ketiga yaitu mengenai pengalaman dalam
mengikuti pelatihan yang serupa dimana diketahui bahwa 12 orang peserta (80%) belum
pernah mengikuti kegiatan dan sebanyak 3 orang (20%) sudah pernah mengikuti kegiatan
pelatihan pembuatan minuman puding fermentasi.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan juga dilakukan diaman peserta akan menjawab seluruh
pertanyaan yaitu berjumlah 11 pertanyaan. Berdasarkan evaluasi sesudah dilakukannya
pelatihan dari pertanyaan pertama pada kuisioner jika dibandingkan dengan hasil dari sebelum
dilakukannya pelatihan diketahui adanya peningkatan pengetahuan peserta dari 14 orang
menjawab belum mengetahui manfaat puding dan setelah dilakukan pelatihan 15 orang
peserta telah mengetahui manfaat dari puding fermentasi, artinya 100 % peserta telah dapat
pengetahuan mengenai manfaat puding fermentasi bagi tubuh, sehingga diharapkan terjadi
peningkatan dari konsumsi puding fermentasi khususnya untuk dapat membantu pencernaan
tubuh dikarenakan pada puding fermentasi banyak mengandung bakteri baik yaitu bakteri
probiotik yang dapat membantu sistem pencernaan. Dari pertanyaan kedua jika dibandingkan
dengan hasil dari sebelum dilakukannya pelatihan diketahui adanya peningkatan pengetahuan
peserta dari 13 orang menjawab belum mengetahui dan hanya 2 orang sudah mengetahui
bahwa puding fermentasi baik untuk kesehatan, setelah dilakukannya pelatihan 15 orang
peserta menjawab telah mengetahui bahwa puding fermentasi baik untuk Kesehatan, artinya
100 % peserta juga telah memahami bahwa mengkonsumsi puding fermentasi baik untuk
kesehatan. Untuk pertanyaan ketiga jika dibandingkan dengan hasil dari sebelum
dilakukannya pelatihan diketahui bahwa 12 orang peserta menjawab belum pernah dan 3
orang sudah pernah mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan minuman puding fermentasi,
setelah dilakukannya pelatihan adanya peningkatan pengalaman dari peserta yang mengikuti
pelatihan yaitu diketahui bahwa 7 orang peserta belum pernah dan 8 orang sudah pernah
mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan minuman puding fermentasi artinya terjadi
peningkatan menjadi 100 % dikarenakan seluruh peserta yaitu berjumlah 15 orang telah
mengikuti pelatihan. Untuk jawaban pertanyaan keempat diketahui 15 orang merasakan
informasi pada booklet yang disampaikan bermanfaat, Sedangkan pertanyaan kelima
diketahui 15 orang (100%) telah mendapatkan informasi yang menarik disampaikan pada
booklet puding fermentasi, Dari pertanyaan keenam diketahui 3 orang (20%) peserta belum
mengetahui atau belum mengenal bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan
puding, sedangkan sebanyak 12 orang (80%) sudah mengetahui bahan yang digunakan
sebelum dilakukannya pelatihan. Hal ini sangat membantu dalam pemahaman selama
kegiatan. Dari pertanyaan ketujuh yaitu apakah video pembuatan puding mudah dipraktekkan,
diketahui 15 orang yaitu sebesar 100 % peserta merasakan penyampaian pelatihan melalui
video mudah diikuti dan dipraktekkan, kemudian dilanjutkan pada pertanyaan kedelapan
41
mengenai kesempatan diskusi yang diberikan selama kegiatan. Berdasarkan data diketahui
15 orang (100%) peserta diberikan kesempatan diskusi dan tanya jawab yang disediakan
dengan waktu yang cukup. Dari pertanyaan kesembilan mengenai waktu yang disiapkan untuk
diskusi atau tanya jawab , diketahui 15 orang (100%) merasakan selama kegiatan pelatihan
ada waktu diskusi/tanya jawab dengan peserta pelatihan. Dari pertanyaan kesepuluh diketahui
15 orang (100%) merasakan jawaban dari narasumber memuaskan, dan dari pertanyaan
kesebelas yaitu mengenai durasi video pembuatan puding diketahui 15 orang (100%)
merasakan bahwa video pelatihan pembuatan minuman puding fermentasi yang ditampilkan
memiliki durasi yang tidak terlalu singkat sehingga peserta dapat memahami dan mengikuti
tahapan dalam pembuatan puding.
IV. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pengisian kuisoner diperoleh hasil bahwa sebanyak 15
peserta yang mengikuti kegiatan sebanyak 86 % peserta memahami materi yang diberikan serta
memahami manfaat dari mengkonsumsi puding fermentasi, serta sebanyak 100 % peserta dapat
mempraktekkan pembuatan puding fermentasi.
Daftar Pustaka
Apridamayanti, P., Sari, R., & Pratiwi, L. (2020). Edukasi Masyarakat Desa Punggur Besar
Melalui Pembuatan Minuman Yogurt Fermentasi.
Kamara, D. S., Rachman, S. D., Widya Pasisca, R., Djajasoepena, S., Suprijana, O., Idar, I., &
Safri Ishmayana, dan. (2016). Idar Idar, dan Safri Ishmayana Pembuatan dan Aktivitas
Antibakteri Yogurt Hasil Fermentasi Tiga Bakteri (Lactobacillus bulgaricus. Al-Kimia,
4(2), 22–32.
Pratiwi, & Sylvia, T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.
Prissilia, N. (2019). Optimasi Waktu Produksi Bakteriosin Dari Lactobacillus plantarum
Terhadap Bakteri Patogen Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Sari, N. P., Sari, R., & Untari, E. K. (2018). Antibacterial Activity Test of Bacteriocin from
Lactobacillus brevis, Lactobacillus casei and Lactobacillus plantarum Against Gram
Positive Pathogenic Bacteria. Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology, 3(3),
85–91. https://doi.org/10.22146/jtbb.38138
Sari, R., Deslianri, L., & Apridamayanti, P. (2016). Skrining Aktivitas Antibakteri
Bakteriosin dari Minuman Ce Hun Tiau. Pharm Sci Ress, 3(2), 88–96.
42