Pendahuluan
B. Pangan Fungsional
Menurut Badan POM, pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun
telah diproses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah
dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan.
Untuk dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional, maka pangan tersebut haruslah bisa
dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman dengan karakteristik sensori
seperti penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen serta
tidak memberikan kontraindikasi maupun efek samping terhadap metabolism zat gizi lainnya
pada jumlah penggunaan yang dianjurkan.
Walaupun mempunyai manfaat bagi kesehatan, pangan fungsional bukanlah obat ataupun
suplemen makanan sehingga bukan merupakan kapsul, tablet, atau bubuk yang berasal dari
senyawa alami. Pangan fungsional dapat dikonsumsi bebas seperti makanan dan minuman
pada umumnya, tanpa adanya batasan dosis tertentu. Bila obat digunakan untuk mengobati
suatu penyakit, maka pangan fungsional lebih ditujukan untuk penurunan risiko, perlambatan
atau pencegahan penyakit tertentu. Yang paling utama adalah mencegah penyakit degeneratif
dan meningkatkan daya tahan tubuh khususnya pada proses pemulihan pasca sakit.
Pangan fungsional bisa mengandung serat makanan, asam lemak, vitamin atau mineral
tertentu, produk pangan yang ditambahkan dengan komponen bioaktif seperti komponen
fitokimia atau komponen antioksidan lainnya atau mengandung probiotik. Dilihat dari ada
tidaknya proses pengolahan, maka pangan fungsional bisa dalam bentuk segar atau dalam
bentuk pangan olahan. Pada pangan olahan, karakteristik sebagai pangan fngsional bisa
muncul karena adanya komponen aktif di dalam bahan baku, terbentuknya komponen aktif
karena proses pengolahan dan atau adanya penambahan komponen aktif ke dalam produk.
Buah dan sayur yang dikonsumsi segar merupakan bentuk sederhana dari suatu pangan
fungsional. Selain itu, rempah-rempah juga merupakan gudang senyawa bioaktif dengan
berbagai manfaat bagi kesehatan. Sehingga, produk-produk olahan berbasis bahan-bahan ini
bias dikelompokkan sebagai pangan fungsional, sepanjang proses pengolahannya tidak
merusak komponen aktif tersebut.
Produk pangan fungsional olahan yang cukup populer bagi konsumen misalnya susu
probiotik (yoghurt, yakult, kefir, coumiss); makanan sarapan, roti dan produk bakery lainnya
yang diperkaya serat pangan, mie dan produk pasta yang diperkaya dengan berbagai vitamin
dan mineral dan/atau serat makanan; minuman yang mengandung serat; serta susu kaya
rendah lemak dan kaya kalsium.
karedok, gado-gado dan acar seperti daun kemang, kangkung, paria, daun singkong, labu
siam, leunca, bayam, daun katuk, terong, kacang panjang, daun kedondong, kecipir, daun
selasih dan lain sebagainya.
Umbi-umbian banyak digunakan dalam resep-resep produk jajanan tradisional. Selain
mengenyangkan, umbi-umbian kaya akan serat dan beberapa juga kaya oligosakarida,
sehingga dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk serat dan/atau prebiotik.
Disamping itu, ketiadaan gluten dalam umbi-umbian membuat produk olahannya dapat
dikonsumsi oleh orang-orang yang sensitive terhadap gluten.
Dari segi bumbu, penggunaan rempah-rempah dalam jenis dan jumlah yang banyak
adalah ciri khas dari pangan tradisional Indonesia. Selain memberi nilai labih pada aspek
sensorik, tanaman rempah sudah sejak lama dikenal mengandung komponen fitokimia yang
berperan penting untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit.
Sehingga,
penggunaannya di dalam produk tradisional tanpa disadari ikut memberi andil dalam
mempertahankan kesehatan.
Beberapa produk olahan pangan tradisional juga dapat dikategorikan sebagai pangan
fungsional.
Produk-produk tersebut bisa berasal dari bahan nabati atau hewani, dalam
bentuk makanan ataupun minuman. Dari kelompok makanan, contohnya adalah tempe, tape,
dangke (keju lunak dari daerah Enrekang, Sulawesi), cincau, brem, peyeum, tauco,
tempoyak dan acar. Dalam bentuk minuman kita mengenal minuman beras kencur,
temulawak, kunyit asam, bir pletok (minuman rempah dari darah Sunda), sekoteng dan
bandrek, dadih (susu kerbau fermentasi dari Sumatera Barat) dan lainnya. Produk-produk ini
dapat memberikan efek menyehatkan bagi tubuh bila dikonsumsi.
BAB II
ISI
Pangan tradisional dapat diproses menjadi pangan fungsional modern. Adanya bukti
ilmiah yang menunjukkan keberadaan komponen bioaktif di dalam suatu produk tradisional,
menjadi pintu pembuka untuk lebih serius mengembangkan produk pangan fungsional
berbasis pangan fungsional. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat
mengembangkan produk pangan fungsional tersebut.
Konsep yang harus selalu diingat adalah bahwa pangan fungsional merupakan produk
pangan, sehingga harus bisa dikonsumsi secara bebas, seperti halnya pangan sehari-hari.
Oleh karena itu, produk yang dikembangkan dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet dan bubuk
dengan batasan dosis pemakaian tidak bias dikatakan sebagai pangan fungsional.
Produk tradisional yang dikembangkan sebagai pangan fungsional sebaiknya dimulai dari
produk pangan tradisional populer yang telah sejak lama dikonsumsi secara turun-temurun
dan
secara
epidemiologis
maupun
penelitian
telah
terbukti
bermanfaat
bagi
yang
praktis
dan
mudah
dalam
pengemasannya
serta
mudah
dalam
mengkonsumsinya, sehingga cocok untuk makanan ringan bagi masyarakat dengan mobilitas
tinggi.
Memperhatikan
arus
perkembangan
jaman,
masyarakat
jaman
sekarang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pangan tradisional bisa dijadikan sebagai pangan fungsional, yaitu pangan yang secara
alamiah maupun telah diproses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-
kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi
kesehatan. Pengembangan produk bandrek dari minuman tradisional menjadi permen bandrek
didasarkan pada pertimbangan produk permen telah dikenal luas oleh masyarakat terutama anakanak, produk permen mempunyai bentuk yang praktis dan mudah dalam pengemasannya serta
mudah dalam mengkonsumsinya, sehingga cocok untuk makanan ringan bagi masyarakat dengan
mobilitas yang tinggi.
Dengan adanya bandrek dalam bentuk permen diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
akan bandrek selain melalui produk bandrek dalam bentuk minuman tradisional dan membuat
konsumsi bandrek menjadi lebih mudah serta mengangkat kembali nama produk tradisional yang
saat ini telah banyak ditinggalkan karena banyaknya produk modern yang perkembangannya
lebih pesat.
DAFTAR PUSTAKA