Produk tersebut harus berupa produk pangan (bukan kapsul, tablet atau powder) yang
berasal dari bahan yang terdapat secara alami pada bahan pangan.
Produk tersebut dapat dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari.
Produk tersebut mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna serta memberikan
peranan tertentu dalam proses metabolisme di dalam tubuh, antara lain memperkuat
mekanisme pertahanan tubuh atau meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit,
mencegah timbulnya penyakit tertentu (contoh : penyakit jantung, kanker,
osteoporosis, dll), membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit, menjaga
kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan.
Syarat di Jepang
Di Jepang, Kementerian Kesehatan, Pekerjaan, dan Kesejahteraan menyatakan bahwa suatu
pangan bisa disebut sebagai makanan fungsional jika memiliki kriteria sebagai berikut :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Tujuan Dan Fungsi Akuntansi
Manajemen Menurut Para Ahli
1. Pangan tersebut harus dapat meningkatkan fungsi diet dan kesehatan.
2. Nilai positif gizi dan kesehatan harus terbukti kuat dengan hasil penelitian secara
empiris.
3. Anjuran konsumsi dari pangan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari ahli gizi
dan kesehatan.
4. Pangan dan komponen ingredien yang terkandung di dalamnya harus aman sesuai
dengan diet seimbang.
5. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus terkarakterisasi secara jelas dalam
hal sifat fisik dan kimia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (metode yang
digunakan untuk menganalisa dari sifat tersebut harus disertakan dengan jelas)
6. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya tidak boleh menurunkan nilai gizi dari
pangan tersebut.
7. Pangan tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan asupan dan cara yang normal.
8. Pangan tersebut tidak boleh dalam bentuk tablet, kapsul, atau serbuk.
9. Ingredien pangan yang terdapat didalamnya harus berasal dari komponen alami.
Mensubtitusi bahan penyebab masalah kesehatan (misal: minyak yang diganti dengan
minyak yang tidak tercerna yaitu olestra), mencampur bahan awal dengan bahan yang
lebih menyehatkan.
Mengurangi komponen yang membahayakan misal: penggunaan garam, bahan
tambahan makanan maupun lemak.
Memperkaya dengan komponen gizi yang diperlukan oleh tubuh tapi terdapat dalam
jumlah minimal dalam produk tersebut.