Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA yaitu mengikuti
minimal 5 kasus pasien setiap harinya. Kasus tersebut dipilihkan oleh Apoteker
Penanggung Jawab (APJP) ruangan berdasarkan menarik atau tidaknya kasus tersebut
untuk dipelajari dalam hal ini yaitu kasus nyata yang dialami oleh pasien dengan
berbagai komplikasi dan tidak terdapat dalam materi perkuliahan. Kasus-kasus tersebut
dikerjakan setiap hari menggunakan metode SOAP sesuai dengan asuhan kefarmasian
dengan cara mengamati rekam medik yang telah ditulis oleh tenaga kesehatan yang
berwenang seperti dokter, perawat, apoteker serta ahli gizi untuk mendapatkan
informasi mengenai diagnosis penyakit, tindakan yang akan/sudah dilakukan, serta
terapi yang diberikan. Selanjutnya dilakukan analisis kerasionalan terapi terhadap
kondisi pasien secara keseluruhan, analisis DRP potensial ataupun aktual, selanjutnya
pemberian rencana atau plan supaya pemberian terapi rasional. Pada penggunaan obat
perlu juga dilakukan monitoring yang berkaitan dengan efektivitas terapi dan efek
samping yang mungkin timbul pada pasien tersebut. Efektivitas terapi bergantung pada
tujuan pemberian terapi, fungsi organ-organ yang berperan dalam perjalanan obat, dan
hal-hal lain yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan obat tersebut. Pemantauan
efektivitas terapi dan efek samping dapat dilakukan dengan cara menginterpretasi data
klinik dan observasi langsung ke pasien. Observasi langsung kepada pasien dapat
dilakukan dengan cara visite bersama PPA lain ataupun visite mandiri untuk
mengetahui keluhan yang dirasakan pasien terutama setelah menggunakan obat.
Setiap kasus yang diikuti oleh mahasiswa di ruangan, mendapat bimbingan dari
seorang APJP ruangan dan pembimbing farmasi klinis. Berdasarkan kasus yang
diterima oleh mahasiswa PKP selanjutnya dilakukan analisa dengan metode SOAP
setiap harinya, yang dilihat dari segi patofisiologi, manajemen terapi, penemuan DRP,
serta rencana monitoring yang harus dilakukan dengan asuhan kefarmasian. Setiap hari
Rabu dan Kamis dilakukan diskusi studi kasus mingguan oleh kelompok secara
bergiliran. Setiap kelompok memiliki anggota 3-4 orang dan dipilih 1 kasus oleh
pembimbing farmasi klinik untuk dipresentasikan. Lima kasus yang dikerjakan dapat
diajukan kepada pembimbing klinis untuk dipilih salah satu kasus terbaik untuk
dipresentasikan. Presentasi dilakukan secara bergantian setiap hari rabu dan kamis
yang seharinya terdapat 2 kelompok yang presentasi dengan waktu 20 menit presentasi
dan 40 menit tanya jawab.
Tugas pertama yaitu pengkajian resep dilakukan dengan mencatat asal ruangan,
nama dokter, status pasien, jumlah lembar dan item resep, nama obat, jenis sediaan,
ketersediaan obat, generic atau branded generik, termasuk obat formularium, respon
time yang dibutuhkan pasien untuk menunggu obat di dispensing hingga diserahkan.
Selanjutnya tugas kedua mengenai angka prescribing error dilakukan untuk mengecek
kelengkapan resep yang dituliskan dokter meliputi (nama dokter, tanggal resep, tanda
R/, nama dan jumlah obat, signa, nama pasien, serta paraf/tanda tangan dokter). Tugas
selanjutnya melihat keseseuaian kebenaran penyiapan/pelabelan antara yang diminta,
disediakan, dan pelabelan. Tugas indikator mutu yang terakhir adalah menyebar
kuesioner yang diisi oleh pasien atau keluarga pasien dengan beberapa parameter dan
diisi dari skala 1 sampai 4 berdasarkan kepuasan terhadap pelayanan farmasi yang
dirasakan oleh pasien atau keluarga pasien. Peran seorang apoteker yang sangat penting
di rumah sakit yaitu meminimalkan terjadinya medication error. Selain itu, apoteker
juga berperan dalam pelayanan kefarmasian secara paripurna baik secara manajerial
maupun farmasi klinik dengan mengutamakan faktor keselamatan pasien sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.