Anda di halaman 1dari 4

Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Saiful Anwar merupakan rumah sakit yang


mengutamakan keselamatan pasien (patient safety) dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan. Patient safety diraih dengan banyak cara, diantaranya mencegah kejadian
efek samping obat yang tidak diinginkan dengan cara melakukan skrining resep
(skrining administrasi dan skrining farmasetis) sebelum obat dilayani; memperhatikan
obat yang high alert dengan melakukan penyimpanan terpisah dan pelabelan khusus
seperti stiker warna hijau bertuliskan LASA untuk obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (look alike, sound alike medication names), stiker kuning
bertuliskan elektrolit konsentrat untuk elektorlit pekat, stiker ungu bertuliskan
sitostatika untuk obat-obat kemoterapi; memastikan obat diserahkan kepada pasien
atau keluarga pasien, serta membangun komunikasi efektif (misalnya konseling kepada
pasien atau keluarga pasien) sehingga tujuan antara profesi pemberi asuhan (PPA)
dengan pasien dapat tercapai. RSUD dr. Saiful Anwar sudah menjalankan kegiatan
patient safety dengan baik. Saat ini pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang dulu
mengacu drug oriented, sekarang ini mulai bergeser ke arah patient oriented yang pada
pelaksanaannya pasien yang menjadi titik pusat pelayanan dengan memperhatikan
semua aspek yang terkait. Selama pemberian pelayanan kefarmasian kepada pasien,
diharapkan farmasis dapat bekerja sama dengan PPA lain seperti dokter, perawat, dan
ahli gizi sebagai satu tim kesehatan.

Farmasi klinik (clinical pharmacy) atau farmasi bangsal (ward pharmacy)


adalah praktek farmasi klinik yang dilakukan terhadap pasien yang dirawat di
ruang/bangsal perawatan (pasien rawat inap) yang dilakukan oleh apoteker di rumah
sakit dengan cara meninjau langsung keadaan pasien yang dirawat di ruang rawat inap.
Menurut PMK Nomor 72 tahun 2016, te rdapat 11 aspek pelayanan farmasi klinis
meliputi, pengkajian dan pelayanan resep; penelusuran riwayat penggunaan obat;
rekonsiliasi obat; Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang didalamnya terdapat Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS); konseling; visite; Pemantauan Terapi Obat (PTO);
Monitoring Efek Samping Obat (MESO); Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); produksi
sediaan steril; dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). Semua pelayanan
farmasi klinis tersebut sudah dilakukan di RSUD dr. Saiful Anwar, akan tetapi untuk
PKOD hanya terbatas pada obat tacrolimus pada pasien transplantasi ginjal.

Farmasi bangsal adalah bagian dari Pharmaceutical Care yang berupa


pelayanan apoteker/farmasis sebagai pengabdiannya terhadap profesi. Perwujudan
asuhan kefarmasian di rumah sakit dapat berupa visitasi farmasis di bangsal.
Keterampilan farmasi klinik yang diperlukan meliputi kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan terapeutik, mengkorelasikan keadaan sakit dengan
pemilihan obat, menggunakan catatan kasus pasien, menginterpretasikan data
laboratorium, mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis,
mengidentifikasi kontraindikasi, mengenal kemungkinan munculnya efek samping
obat yang tidak dikehendaki, membuat keputusan yang terkait dengan formulasi dan
stabilitas, mengkaji literatur medis dan obat-obatan, merekomendasikan pengaturan
dosis dan berkomunikasi efektif secara verbal dengan pasien dan profesi kesehatan
lainnya.

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA yaitu mengikuti
minimal 5 kasus pasien setiap harinya. Kasus tersebut dipilihkan oleh Apoteker
Penanggung Jawab (APJP) ruangan berdasarkan menarik atau tidaknya kasus tersebut
untuk dipelajari dalam hal ini yaitu kasus nyata yang dialami oleh pasien dengan
berbagai komplikasi dan tidak terdapat dalam materi perkuliahan. Kasus-kasus tersebut
dikerjakan setiap hari menggunakan metode SOAP sesuai dengan asuhan kefarmasian
dengan cara mengamati rekam medik yang telah ditulis oleh tenaga kesehatan yang
berwenang seperti dokter, perawat, apoteker serta ahli gizi untuk mendapatkan
informasi mengenai diagnosis penyakit, tindakan yang akan/sudah dilakukan, serta
terapi yang diberikan. Selanjutnya dilakukan analisis kerasionalan terapi terhadap
kondisi pasien secara keseluruhan, analisis DRP potensial ataupun aktual, selanjutnya
pemberian rencana atau plan supaya pemberian terapi rasional. Pada penggunaan obat
perlu juga dilakukan monitoring yang berkaitan dengan efektivitas terapi dan efek
samping yang mungkin timbul pada pasien tersebut. Efektivitas terapi bergantung pada
tujuan pemberian terapi, fungsi organ-organ yang berperan dalam perjalanan obat, dan
hal-hal lain yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan obat tersebut. Pemantauan
efektivitas terapi dan efek samping dapat dilakukan dengan cara menginterpretasi data
klinik dan observasi langsung ke pasien. Observasi langsung kepada pasien dapat
dilakukan dengan cara visite bersama PPA lain ataupun visite mandiri untuk
mengetahui keluhan yang dirasakan pasien terutama setelah menggunakan obat.

Setiap kasus yang diikuti oleh mahasiswa di ruangan, mendapat bimbingan dari
seorang APJP ruangan dan pembimbing farmasi klinis. Berdasarkan kasus yang
diterima oleh mahasiswa PKP selanjutnya dilakukan analisa dengan metode SOAP
setiap harinya, yang dilihat dari segi patofisiologi, manajemen terapi, penemuan DRP,
serta rencana monitoring yang harus dilakukan dengan asuhan kefarmasian. Setiap hari
Rabu dan Kamis dilakukan diskusi studi kasus mingguan oleh kelompok secara
bergiliran. Setiap kelompok memiliki anggota 3-4 orang dan dipilih 1 kasus oleh
pembimbing farmasi klinik untuk dipresentasikan. Lima kasus yang dikerjakan dapat
diajukan kepada pembimbing klinis untuk dipilih salah satu kasus terbaik untuk
dipresentasikan. Presentasi dilakukan secara bergantian setiap hari rabu dan kamis
yang seharinya terdapat 2 kelompok yang presentasi dengan waktu 20 menit presentasi
dan 40 menit tanya jawab.

Peran seorang apoteker dalam pelayanan merupakan aspek sangat penting di


rumah sakit yaitu meminimalkan terjadinya medication error. Selain itu, apoteker juga
berperan dalam pelayanan kefarmasian secara paripurna baik secara manajerial
maupun farmasi klinik dengan mengutamakan faktor keselamatan pasien sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Secara keseluruhan peran apoteker di rumah
sakit sangat besar baik yang bertanggung jawab terhadap UPF maupun apoteker yang
bertanggung jawab di ruangan. Terkait dengan mutu pelayanan, mahasiswa PKPA
mendapatkan 4 tugas, yaitu pengkajian resep, angka prescribing error pada
kelengkapan resep obat pada pasien rawat inap dan rawat jalan, angka kebenaran
penyiapan dan pelabelan obat pasien rawat inap dan rawat jalan, serta kuisioner
penyusun indeks kepuasan pasien.

Tugas pertama yaitu pengkajian resep dilakukan dengan mencatat asal ruangan,
nama dokter, status pasien, jumlah lembar dan item resep, nama obat, jenis sediaan,
ketersediaan obat, generic atau branded generik, termasuk obat formularium, respon
time yang dibutuhkan pasien untuk menunggu obat di dispensing hingga diserahkan.
Selanjutnya tugas kedua mengenai angka prescribing error dilakukan untuk mengecek
kelengkapan resep yang dituliskan dokter meliputi (nama dokter, tanggal resep, tanda
R/, nama dan jumlah obat, signa, nama pasien, serta paraf/tanda tangan dokter). Tugas
selanjutnya melihat keseseuaian kebenaran penyiapan/pelabelan antara yang diminta,
disediakan, dan pelabelan. Tugas indikator mutu yang terakhir adalah menyebar
kuesioner yang diisi oleh pasien atau keluarga pasien dengan beberapa parameter dan
diisi dari skala 1 sampai 4 berdasarkan kepuasan terhadap pelayanan farmasi yang
dirasakan oleh pasien atau keluarga pasien. Peran seorang apoteker yang sangat penting
di rumah sakit yaitu meminimalkan terjadinya medication error. Selain itu, apoteker
juga berperan dalam pelayanan kefarmasian secara paripurna baik secara manajerial
maupun farmasi klinik dengan mengutamakan faktor keselamatan pasien sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai