Anda di halaman 1dari 12

FARMASI KLINIK

MATA KULIAH
Pengantar Farmasi Klinik
DOSEN PENANGGUNG JAWAB
Yusnita Usman, S.Si., M.Si., Apt.
BOBOT (JUMLAH SKS)
2 SKS
Perkembangan Farmasi Klinik
• Farmasi Klinis merupakan praktek kefarmasian yg
berorientasi kepada pasien lebih dari orientasi
kepada produk.
• Istilah farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960-
an di Amerika, yaitu suatu disiplin ilmu farmasi yang
menekankan fungsi farmasis untuk memberikan
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) kepada
pasien, bertujuan untuk meningkatkan outcome
pengobatan
• Tujuan farmasi klinis adalah memaksimalkan efek
terapeutik, meminimalkan risiko, dan meminimalkan
biaya serta menghormati pilihan pasien
Tanggung Jawab Farmasi Klinis
Pekerjaan utama seorang Farmasi Klinis adalah :
1. Berinteraksi dgn profesi kesehatan lain (misalnya dokter dan
perawat),
2. Mewawancara dan menilai kesesuaian kondisi kesehatan
pasien terhadap pengobatannya,
3. Membuat rekomendasi terapeutik yg spesifik,
4. Memantau tanggapan pasien terhadap terapi obat,
5. Menjaga kesejahteraan pasien (khususnya dlm kaitannya dgn
efek obat yg tdk dikehendaki),
6. Mengkonsultasi pasien, dan memberi informasi obat.
Pelayanan farmasi klinik hadir bukan untuk menggantikan
dokter atau tenaga kesehatan lain tetapi untuk memenuhi
kebutuhan dalam sistem pelayanan kesehatan
Manfaat Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis dapat bermanfaat untuk :


• Mengidentifikasi masalah penting yang terkait dengan
obat
• Menyempurnakan pendidikan dan kepatuhan pasien
• Menyempurnakan peresepan
• Meyempurnakan efektifitas klinis
• Meyempurnakan efektifitas biaya
• Mempersingkat masa tinggal di rumah sakit.
Ruang Lingkup Farmasi Klinis

• Pemantauan terapi obat


• Kesiapan untuk membantu setelah lepas jam
kerja ‘siap dipanggil’ (on-call)
• Konsultasi keliling (mengunjungi pasien)
• Berpartisipasi dalam Komite Farmasi dan
Terapi
Dasar Hukum Pelayanan Farmasi Klinik
Ada pun yang menjadi dasar hukum dlm penyelenggaraan pelayanan
farmasi klinis di rumah sakit di Indonesia, yaitu:
SK MenKes No. 436.MenKes/SK/VI/1993 tentang: Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis.

Jangkauan pelayanan farmasi klinis yang dapat dilakukan sesuai SK


MenKes No. 436 MenKes/SK/VI/1993, meliputi:

1. Melayani konseling
2. Monitoring efek samping obat
3. Pencampuran obat suntik secara aseptis
4. Menganalisis efektivitas biaya
5. Penentukan kadar obat dalam darah
6. Penanganan obat sitostatika
7. Penyiapan total parenteral nutrisi
8. Pemantauan penggunaan obat
9. Pengkajian penggunaan obat
Prinsip Praktik Pelayanan Kefarmasian
• Salah satu prinsip praktik pelayanan kefarmasian yakni
melakukan penyusunan database pasien.
• Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi subyektif maupun obyektif tentang pasien. Jenis
informasi yang dikumpulkan meliputi data demografi
pasien, riwayat penyakit, riwayat obat dan alergi, riwayat
sosial, dan situasi ekonomi.
• Data subyektif adalah data yang bersumber dari pasien
atau keluarganya atau orang lain yang tidak dapat
dikofirmasi secara independen
• Data Obyektif adalah data yang bersumber dari hasil
observasi, pengukuran yang dilakukan oleh profesi tenaga
kesehatan lain, contohya tekanan darah, hasil
laboratorium, hasil pemeriksaan USG.
Contoh Penyusunan Database Pasien
• Ny. SF 43 tahun dengan diagnosis DM menunjukkan
hasil pemeriksaan kadar gula puasa 195 mg/dL.
• Dari kasus di atas tidak ada data subyektif, namun
sebagai data obyektif menunjukkan diagnosa DM,
kadar gula puasa 195mg/dL, umur 43 tahun dan
jenis kelamin perempuan.
• Informasi dapat ditelusuri dengan penelusuran
rekam medik, interview dengan pasien maupun
keluarganya dan komunikasi dengan anggota
profesi tenaga kesehatan lainnya.
  Pelayanan  farmasi klinis di
Apotek/Rumah Sakit

Kegiatan farmasi klinik yang dapat


mempengaruhi penggunaan yang benar
obat-obatan pada tiga tingkatan yg berbeda:
a. sebelum,
b. selama dan
c. sesudah resep ditulis
Farmasis klinik berperan dalam mengidentifikasi adanya  Drug Related
Problems (DRPs).  
Drug Related Problems (DRPs) adalah suatu kejadian atau situasi yang
menyangkut terapi obat, yang mempengaruhi secara potensial atau aktual
hasil akhir pasien.

Menurut Koda-Kimble (2005), DRPs diklasifikasikan, sebagai berikut :

1. Kebutuhan akan obat (drug needed)


- Obat diindikasikan tetapi tdk diresepkan
- Problem medis sudah jelas tetapi tdk diterapi
- Obat yg diresepkan benar, ttpi tdk digunakan (non compliance)
2. Ketidaktepatan obat (wrong/inappropriate drug)
- Tidak ada problem medis yg jelas utk penggunaan suatu obat
- Obat tdk sesuai dgn problem medis yg ada
- Problem medis dpt sembuh sendiri tanpa diberi obat
- Duplikasi terapi
- Obat mahal, tetapi ada alternatif yang lebih murah
- Obat tidak ada diformularium
- Pemberian tidak memperhitungkan kondisi pasien
3. Ketidaktepatan dosis (wrong / inappropriate dose)
- Dosis terlalu tinggi
- Penggunaan yg berlebihan oleh pasien (over compliance)
- Dosis terlalu rendah
- Penggunaan yang kurang oleh pasien (under compliance)
- Ketidaktepatan interval dosis

4. Efek buruk obat (adverse drug reaction)


- Efek samping
- Alergi
- Obat memicu kerusakan tubuh
- Obat memicu perubahan nilai pemeriksaan laboratorium

5. Interaksi obat (drug interaction)


- Interaksi antara obat dengan obat/herbal
- Interaksi obat dengan makanan
- Interaksi obat dengan pengujian laboratorium
Keterampilan dalam melakukan praktek farmasi klinik memerlukan
pemahaman keilmuan, seperti

1. Konsep-konsep penyakit (anatomi dan fisiologi manusia,


patofisiologi penyakit, patogenesis penyakit)

2. Penatalaksanaan Penyakit (farmakologi, farmakoterapi dan product


knowledge)

3. Teknik komunikasi dan konseling pasien

4. Pemahaman Evidence Based Medicine (EBM)  dan kemampuan melakukan


penelusurannya

5. Keilmuan farmasi praktis lainnya (farmakokinetik klinik, farmakologi,


mekanisme kerja obat, farmasetika

Anda mungkin juga menyukai