Anda di halaman 1dari 18

apt. Shabran Hadiq, M.Farm.

 IFRS dipimpin oleh Apoteker.


 Apoteker pengelola minimal punya
pengalaman 2 tahun di bagian Farmasi RS.
 Apoteker telah terdaftar di Depkes, ada SIPA,
terdaftar di Asosiasi Profesi, SK Penempatan.
 Pelaksanaan pelayanan dibantu tenaga ahli
madya Farmasi (D3) dan Tenaga menengah
Farmasi (AA).
 Pekerjaan kefarmasian oleh Apoteker,
Sarjana Farmasi dan Asisten Apoteker.
 Pekerjaan Administrasi oleh tenaga
administrasi dan operator komputer/teknisi.
 Ada ruanagn untuk peralatan dan fasilitas
pendukung administrasi, profesionalisme dan
fungsi teknik farmasi.
 Ruang penyimpanan
 Fasilitas produksi dan distribusi
 Penyimpanan arsip resep
 Ruang informasi dan edukasi
 Ruang kantor: pimpinan, staf, administrasi
dan pertemuan
 Ruang produksi: sediaan steril dan non steril
 Ruang penyimpanan: barang umum (obat
jadi, obat produksi, bahan baku, alkes) dan
barang khusus (obat termolabil, alkes suhu
rendah, mudah terbakar, bahan berbahaya,
barang karantina).
 Ruang distribusi: Rawat jalan dan rawat inap.
 Ruang konsultasi: Rawat jalan dan rawat
inap.
 Ruang informasi obat
 Ruang arsip dokumen
 Peralatan penyimpanan, peracikan dan
pembuatan obat baik nonsteril maupun aseptik.
 Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
 Kepustakaan yang memadahi untuk pelayanan
Informasi Obat.
 Lemari penyimpanan Narkotika.
 Lemari pendingin dan AC utk obat termolabil.
 Penerangan, Sarana Air, Ventilasi dan sistem
pembuangan limbah.
 Alarm dan Alat pemadam kebakaran.
 Pengelolaan sdiaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
 Farmasi Klinis
Tujuan:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif
dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam
pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan
tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen
berdaya guna dan tepat guna.
e. Melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.
 Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung
yang diberikan kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena obat.

 Pelayanan farmasi klinik meliputi:


1. Pengkajian Pelayanan dan Resep
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. Konseling
5. Visite
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
8. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
9. Dispensing Sediaan Khusus (Sediaan Steril)
 Pelayanan resep: penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan
perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Dilakukan upaya pencegahan
medication error)

 Tujuan: untuk menganalisa adanya masalah


terkait obat, bila ditemukan masalah terkait
obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep.
 Proses
untuk mendapatkan informasi
mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat
pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan obat pasien.
 Kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi obat yang independen, akurat,
tidak bias, terkini dan komprehensif yang
diberikan kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar rumah sakit.

 Kegiatan PIO meliputi:


1. Menjawab pertanyaan
2. Buletin, leaflet, poster, newsletter
3. Penyedia Info untuk KFT/SubKFT
4. Penyusunan formularium RS
5. Penyuluhan
6. Diklat dan Litbang
 Suatu proses diskusi antara apoteker dengan
pasien/keluarga pasien secara sistematis
 Untuk memberikan kesempatan kepada
pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan
diri
 Membantu meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan kesadaran sehingga
pasien/keluarga pasien memperoleh
keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk
swamedikasi.
 Tujuan umum: meningkatkan keberhasilan
terapi, memaksimalkan efek terapi,
meminimalkan risiko efek samping,
meningkatkan cost effectiveness dan
menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.
 Kegiatankunjungan ke pasien rawat inap
yang dilakukan apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung, dan mengkaji masalah terkait
obat, memantau terapi obat dan reaksi obat
yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi
obat yang rasional, dan menyajikan informasi
obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
 Visitejuga dapat dilakukan pada pasien yang
sudah keluar rumah sakit atas permintaan
pasien yang biasa disebut dengan pelayanan
kefarmasian di rumah (home pharmacy care).

 Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker


harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi
pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam
medis atau sumber lain.
 PTO, memastikan terapi obat yang aman,
efektif, dan rasional bagi pasien dengan tujuan
meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko ROTD.
 MESO, pemantauan setiap respons terhadap obat
yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada
dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek
samping obat merupakan reaksi obat yang tidak
dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
 EPO, mengevaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif.
 Dilakukandengan tekhnik aseptik untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk,
melindungi petugas dari paparan zat
berbahaya, dan menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat.

Anda mungkin juga menyukai