Anda di halaman 1dari 17

VERONICA M.DAMPUNG,S.Si,M.

Kes, Apt
 Instalasi farmasi merupakan salah satu revenue
center utama di rumah sakit
 lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah
sakit menggunakan perbekalan kesehatan (obat-
obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat
kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik)
 40 - 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit
berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi.
 manajemen perbekalan farmasi merupakan salah
satu aspek penting di rumah sakit.
 Menurut Quick (1997), dalam manajemen
perbekalan di instalasi farmasi rumah sakit, yang
harus diperhatikan secara khusus adalah
ketersediaan perbekalan farmasi dengan tepat
waktu, tepat jumlah dan tepat jenis agar bila
dibutuhkan langsung ada (tidak terjadi stock out)
dan agar obat yang tersimpan tidak berlebihan
(tidak terjadi stagnasi).
 Stok atau persediaan perbekalan farmasi harus
selalu mampu memenuhi permintaan dari pihak-
pihak pengguna dengan memenuhi aspek tepat
mutu, tepat jumlah dan tepat sasaran
 IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit ) adalah suatu
departemen atau unit atau bagian di suatu Rumah Sakit di
bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh
beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan
perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat
jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di Rumah Sakit;
pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup
pelayanaan langsung pada penderita dan pelayanan klinik
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan
(Siregar, 2004).
 Turut berpartisipasi aktif dalam penyembuhan penderita
dan memupuk tanggung jawab dalam profesi dengan
landasan filosofi dan etika.
 Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi
pendidikan dan penelitian.
 Mengembangkan kemampuan administrasi dan
manajemen, penyediaan obat dan alat kesehatan di rumah
sakit.
 Meningkatkan keterampilan tenaga farmasi yang bekerja
di instalasi farmasi rumah sakit.
 Memperhatikan kesejahteraan staf dan pegawai yang
bekerja di lingkungan instalasi farmasirumah sakit.
 Mengembangkan pengetahuan tentang farmasi rumah
sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan.
 Dalam bidang manajemen, pengelolaan farmasi
rumah sakit menyangkut 5 (lima) komponen
yaitu : (Masjur,2001)
1)Sumber daya manusia yang memadai untuk
melaksanakan fungsi pada berbagai tingkat
pekerjaan.
2)Anggaran yang cukup untuk kelancaran operasional
pelayanan.
3)Ketersediaan obat dan barang farmasi
4)Fasilitas pendukung kegiatan.
5)Sistem yang ditetapkan sebagai panduan pengelolaan
 Fungsi farmasi rumah sakit adalah
memberikan pelayanan yang bermutu
dengan ruang lingkup yang
berorientasi pada kepentingan
masyarakat meliputi dua fungsi yaitu:
◦ Pelayanan farmasi yang berorientasi
pada produk.
◦ Pelayanan farmasi yang berorientasi
pada pasien/farmasi klinik.
 Pelayanan farmasi yang berorientasi pada
produk yaitu :
◦ mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan
efisien mulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, produksi,
pendistribusian dan evaluasi penggunaan
perbekalan farmasi.
 Pelayanan farmasi yang berorientasi pada
pasien/farmasi klinik, meliputi:
◦ Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat
rasional termasuk pencegahan dan rehabilitasinya.
◦ Mengidentifikasikan permasalahan yang berhubungan
dengan obat melalui kerja sama dengan pasien dan
tenaga kesehatan lain.
◦ Memonitor penggunaan obat dan melakukan pengkajian
terhadap penggunaan obat yang diberikan kepada
pasien.
◦ Memberi informasi mengenai hal yang berhubungan
dengan obat.
◦ Melakukan konseling kepada pasien/keluarga pasien
maupun kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan
terapi yang rasional.
◦ Melakukan pelayanan TPN (Total Parenteral Nutrition), IV
admixture dan pelayanan pencampuran obat sitostatik
(Cytostatic Handling).
◦ Berperan serta dalam kepanitiaan seperti Panitia Farmasi
dan terapi (PFT).
 Menurut Hassan dalam Yusmainita (2005), IFRS
harus mempunyai organisasi yang jelas dan
memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker
yang mampu dan profesional karena IFRS
mempunyai organisasi yang jelas dan memadai,
serta terdiri dari :
◦ Pimpinan dan bagian administrasi
◦ Bagian penelitian
◦ Bagian pelayanan penderita rawat inap
◦ Bagian penderita rawat jalan
◦ Bagian informasi obat
◦ Bagian pengadaan perbekalan kesehatan
◦ Bagian pusat pelayanan perbekalan
 Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan
pembuatan obat, baik non steril maupun steril.
 Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip yang baik
 Kepustakaan yang memadai pelayanan informasi obat dan
ruang konseling.
 Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika.
 Lemari pendinginan dan AC untuk obat termolabil.
 Ruangan-ruangan yang cukup untuk seluruh kegiatan
farmasi RS, baik gudang, ruang peracikan, produksi,
distribusi, administrasi, informasi obat, maupun arsip.
 Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan
limbah yang baik.
 Ruang penyimpanan obat/bahan obat mudah terbakar dan
berbahaya.
 Pelayanan obat non resep
 Pelayanan komunikasi-informasi edukasi (KIE)
 Pelayanan obat resep
 Pengelolaan obat
 Pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan
pengobatan sendiri, dikenal dengan
swamedikasi.
 Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat
yang dapat digunakan tanpa resep yang
meliputi obat wajib apotik (OWA), obat bebas
terbatas (OBT) dan obat bebas (OB).
 Obat wajib apotik terdiri dari kelas terapi oral
kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut
serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat
yang mempengaruhi system neuromuskuler,
anti parasit dan obat kulit topikal.
 Apoteker hendaknya mampu menggalang
komunikasi dengan tenaga kesehatan lain,
termasuk kepada dokter.
 Termasuk memberi informasi tentang obat
baru atau obat yang sudah ditarik.
 Aktif mencari masukan tentang keluhan
pasien terhadap obat-obatan yang
dikonsumsi.
 Apoteker mencatat reaksi atau keluhan
pasien untuk dilaporkan ke dokter, pelaporan
MESO.
 Sepenuhnya tanggung jawab apoteker
pengelola apotik.
 Apoteker tidak diizinkan mengganti obat
yang ditulis dalam resep dengan obat lain.
 Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat
yang ditulis dalam resep, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan
obat yang lebih terjangkau.
 Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker
dalam bidang pengelolaan obat meliputi kemampuan
merancang, membuat, melakukan
pengelolaan obat yang efektif dan
efisien.
 Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan
melakukan seleksi, perencanaan, penganggaran,
pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan
persediaan, perancangan dan melakukan
dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam
rangkapelayanan kepada pasien yang terintegrasi
dalam asuhan kefarmasian dan jaminan mutu.
 MERANCANG BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
IFRS
 MENJELASKAN FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB
MASING-MASING BAGIAN
 JELASKAN KETERKAITAN / HUBUNGAN ANTAR
BAGIAN

Anda mungkin juga menyukai