Anda di halaman 1dari 39

Farmasi Klinik

Pengantar

Tahoma Siregar, Msi., Apt.


Rara Merinda Puspitasari, M. Farm., Apt
Putu Rika Veryanti, M. Farm-Klin, Apt
Ainun Wulandari, M. Sc., apt
FARMASI KLINIK
DEFINISI
 Farmasi klinik adalah suatu keahlian khas ilmu kesehatan,
bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan sesuai pada pasien, melalui penerapan
pengetahuan dan berbagai fungsi terspesialisasi dalam
perawatan pasien yang memerlukan pendidikan khusus
(spesialisasi) dan atau pelatihan terstruktur tertentu.
(Charles 2004, ROY MD 1998)

 Farmasi klinis menurut Clinical Resource and Audit Group


(1996) didefinisikan sebagai ” A dicipline concerned with
the application of pharmaceutical expertise to help
maximise drug efficacy and minimise in individual patients
FARMASI KLINIK
DEFINISI

 Pelayanan farmasi dalam pengertian tradisional,


berkaitan dengan meracik dan distribusi sediaan
obat untuk digunakan langsung oleh pasien, tetapi
pelayanan professional diperluas dengan
menambahkan pengaruh pada penulisan dan
penggunaan obat-obatan.
FARMASI KLINIK
 Praktek farmasi klinik mempunyai filososfi
pharmaceutical care (Asuhan Kefarmasian)
 Praktek kefarmasian yang berorientasi kepada
pasien lebih dari orientasi kepada produk, meliputi
berorientasi penyakit, berorientasi obat dan dalam
praktek berorientasi antar disiplin.
Definisi dan Dasar Hukum
 Heppler dan Strand (1990) mendefinisikan
Pharmaceutical Care sebagai ” The responsible provision
of drug therapy for the purpose of achieving definite
outcomes that improve a patients quality of life ”.
Layanan / kepedulian kefarmasian sebagai ketentuan
mengenai tanggung jawab terapi obat yang bertujuan
untuk mencapai hasil akhir secara jelas yang
memperbaiki kualitas hidup pasien.
 Cipolle, Strand dan Morley (1998) menyempurnakan
definisi ini menjadi ” A practice in which the practitioner
takes responsibility for a patients drugs therapy needs,
and is held accontable for this commitment ”.
Definisi dan Dasar Hukum
 Pharmaceutical care adalah penyediaan pelayanan
langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan
dengan obat dengan maksud pencapaian hasil yang
pasti dan meningkatkan mutu kehidupan pasien.

 Dasar hukum dalam penyelenggaraan pelayanan


farmasi klinis di Rumah Sakit di Indonesia adalah
Permenkes No. 58 th 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
PERMENKES 58 TH 2014
 Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan
langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien
dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping
karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin.
Tujuan Farmasi Klinik

 Memaksimalkan efek terapi


obat
 Meminimalkan resiko,
toksisitas obat dan efek yg
tidak diinginkan
 Meminimalkan biaya
 Menghormati pilihan pasien

PATIENT ORIENTED
KONTRIBUSI FARMASI
 Kontribusi dalam proses peresepan:
› Sebelum ; misal, ikut serta dalam kebijakan
formularium
› Selama ; mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan
prioritas dalam penulisan resep
› Sesudah ; terlibat dalam koreksi dan evaluasi
peresepan.
Keterampilan farmasi klinik yang diperlukan
meliputi kemampuan ;
 Pengetahuan terapeutik
 Pemilihan obat pada keadaan sakit pasien
 Menggunakan catatan kasus pasien
 Interpretasi data laboratorium
 Pendekatan pemecahan masalah yang sistematik
 Identifikasi kontra indikasi obat
 Mengenal efek obat tidak diinginkan (ADR) potensial /
yang mungkin terjadi
 Keputusan formulasi dan stabilitas obat
Keterampilan farmasi klinik yang diperlukan
meliputi kemampuan ;
 Kajian literatur medis dan obat
 Rekomendasi dosis dan aturan pakai
 Komunikasi efektif dengan pasien dan tenaga
kesehatan lain (misal dokter, perawat, ahli gizi)
 Menanggapi pertanyaan lisan
 Membuat instruksi yang jelas
 Argumentasi dan pemberian pendapat
 Menyajikan laporan kasus
CLINICAL
PHARMACY PENGETAH
UAN
REQUIREMENTS PHYSICAL
TERAPI
OBAT PENGETAHU
ASSESMENT AN
SKILL PENYAKIT

PENGETAHUA KEMAMPUAN
N RENCANA INTREPRETA
TERAPI SI DATA LAB
PATIEN
T CARE

PENGETAHUA
KEAHLIAN
N TERAPI NON-
BERKOMUNIKASI
OBAT

KEMAMPUA KEMAMPUA
N N
INFORMASI MONITORIN
OBAT G PASIEN
Kompetensi
Dokter vs Apoteker

DOKTER APOTEKER

• Konsep penyakit
(anatomi, Pilihan terapi
fisiologi,patofisiologi,
Penegakan patogenesis)
• Interpretasi data klinis
Diagnosis • Komunikasi • Farmakologi
• EBM • Farmakoterapi
• Product
knowledge
AKTIVITAS FARMASI KLINIS

 Pemantauan dan pemeriksaan peresepan


 Penyiapan dan penyimpanan obat
 Ketepatan penggunaan obat
 Kesesuaian bentuk sediaan obat
 Memberikan informasi obat
 Membuat penilaian terapeutik
 Identifikasi pasien dan faktor risiko medis
 Formulasi dan menetapkan kebijakan peresepan
AKTIVITAS FARMASI KLINIS
 Kesesuaian obat dan ketepatan dosis
 Memantau terapi obat
 Riwayat pemakaian obat pasien masuk rumah sakit
 Konsultasi pasien
 Mengelola rekam medik
 Menerapkan kebijakan dan pedoman peresepan
 Terlibat dalam penelitian dan uji coba
PELAYANAN Farmasi Klinis
Pendahuluan
 Pelayanan farmasi klinik diperlukan oleh pasien untuk
memberikan jaminan pengobatan rasional (efektif, aman,
tersedia dan biaya terjangkau) dan penghormatan pilihan
pasien.
 Untuk dapat memulai farmasi klinik diperlukan
persiapan, sosialisasi konsep kepada pimpinan rumah
sakit, dokter, perawat dan farmasis tentang filosofi,
tujuan, sasaran, manfaat dan pelaksanaan kegiatan
pelayanan farmasi klinis. Hal penting lain adalah
komunikasi saling mempercayai antar tenaga kesehatan,
dukungan pimpinan rumah sakit dan tenaga kesehatan.
Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis
 Penyelenggaraan farmasi klinik memerlukan upaya
sosialisasi dan dukungan bagi penerapannya oleh
pemerintah, organisasi rumah sakit, perguruan tinggi,
organisasi profesi maupun LSM di bidang kesehatan
perlu lebih ditingkatkan.
 Dalam memulai pelayanan farmasi klinik, jalinan
komunikasi yang intensif dan saling mempercayai
antara tenaga kesehatan yang terlibat diperlukan.
Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis
 Diperlukan adanya kebijakan dari pimpinan rumah
sakit untuk mendukung pelaksanaan dan praktek yang
berbasis pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
dukungan informasi dari Pusat Informasi Obat.
 Pelayanan farmasi klinis dimulai kegiatan setempat dan
kegiatan sederhana.
 Pelatihan farmasis untuk menerapkan farmasi klinis
adalah proses panjang.
Jangkauan pelayanan farmasi klinik

 Peran lain yang juga penting dalam menunjang


keberhasilan pengobatan yang rasional yaitu
keikutsertaan farmasis dalam penyusunan dan
pengelolaan formularium, penyediaan informasi obat
dan saran, serta promosi kesehatan yang dapat berhasil
lebih baik dengan dukungan PIO.
FILOSOFI
 Terapi obat ditujukan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien, namun adakalanya tidak sesuai yang
diinginkan yaitu terjadi drug related problem (DRP).
 Ketidakberhasilan pengobatan dapat disebabkan oleh :

1. Penulisan resep yang tidak tepat


2. Penyerahan obat yang tidak tepat
3. Perilaku pasien yang tidak mendukung
4. Idiosinkrasi
5. Pemantauan / Monitoring terapi yang tidak tepat
FILOSOFI
 Dengan melakukan monitoring kemungkinan dapat
ditemukan DRP yang dapat dikategorikan:
1. Pasien tidak memperoleh obat sesuai indikasi
2. Obat tidak tepat
3. Dosis terlalu tinggi
4. Dosis subterapi
5. Gagal menerima obat
6. Timbul reaksi obat tidak diinginkan
7. Terjadi interaksi obat
8. Memperoleh obat yang tidak sesuai
PELAYANAN FARMASI KLINIK
PERMENKES 58 TH 2014

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:


 1. pengkajian dan pelayanan Resep;
 2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
 3. rekonsiliasi Obat;
 4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
 5. konseling;
 6. visite;
 7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
 8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
 9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
 10. dispensing sediaan steril; dan
 11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan Resep dimulai dari


 penerimaan,
 pemeriksaan ketersediaan,
 pengkajian Resep,
 penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai termasuk  peracikan Obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
› Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication
error).
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian Resep
 Persyaratan administrasi,
› nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
› nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
› tanggal Resep; dan
› Ruangan/unit/asal resep (ranap)
 Persyaratan farmasetik,
› nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
› dosis dan Jumlah Obat;
› stabilitas; dan
› aturan dan cara penggunaan.
 Persyaratan klinis
› ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
› duplikasi pengobatan;
› alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
› kontraindikasi; dan
› interaksi Obat.
2.Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain


yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien
Kegiatan:
 Penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya; dan
 Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.

Informasi yang harus didapatkan:


 nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
 reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan kepatuhan
terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang tersisa).
3. Rekonsiliasi Obat
 Merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien.
 Tujuan: Untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat
(medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi,
kesalahan dosis atau interaksi Obat.
› memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien;
› mengidentifikasi ketidaksesuaian krn tdk terdokumentasinya
instruksi dokter
› mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
 Medication error terjadi pada
› pemindahan pasien dari satu RS ke RS lain, antar ruang perawatan,
› pada pasien yang keluar dari RS ke layanan kes primer dan
sebaliknya.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
 Merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi
Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit

PIO bertujuan untuk:


 menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan RS dan pihak lain di luar RS;
 menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP, terutama bagi Tim
Farmasi dan Terapi;
 Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO meliputi:
 menjawab pertanyaan;
 menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
 menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi
sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;
 bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan rawat inap;
 melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya; dan
 melakukan penelitian.
5. Konseling
 Adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau
saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor)
kepada pasien dan/atau keluarganya.
 Pemberian konseling Obat bertujuan untuk
› mengoptimalkan hasil terapi,
› meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak
dikehendaki (ROTD), dan
› meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi
pasien (patient safety).
5. KONSELING
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
 meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
 menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
 membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
 membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
Obat dengan penyakitnya;
 meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
 mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
 meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya
dalam hal terapi;
 mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
 membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan
mutu pengobatan pasien.
6. VISITE
 Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau
terapi Obat dan ROTD, meningkatkan terapi Obat yang
rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya.

 Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar RS


baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program
RS  Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy
Care).
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan : Meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
 pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat,
respons terapi, (ROTD);
 pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait
Obat; dan
 pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
8. Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
 Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
MESO bertujuan:
 Menemukan ESO sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
frekuensinya jarang;
 Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan;
 mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
 meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki;
dan
 mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
 mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola
penggunaan Obat;
 membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu
tertentu;
 memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat;
dan
 menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
10. Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian Obat.

TUJUAN:
 menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan;
 menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
 melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
 menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi :


1. Pencampuran Obat Suntik
2. Penyiapan Nutrisi Parenteral
3. Penanganan Sediaan Sitostatik
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD)
merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker
kepada dokter.

TUJUAN:
 a. mengetahui Kadar Obat dalam Darah; dan
 b. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.

Kegiatan PKOD meliputi:


 melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar Obat
dalam Darah (PKOD);
 mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan Kadar Obat
dalam Darah (PKOD); dan
 menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan memberikan
rekomendasi.
Dampak Pelayanan Farmasi Klinik
 Penurunan angka kematian
 Penurunan angka morbiditas
 Pencegahan ADR
 Memperbaiki efikasi dan menurunkan ngka ADR
 Penurunan biaya medis
Hambatan implementasi
Farmasi Klinik
 Minimnya pengetahuan
 Minimnya Pengalaman klinis
 Kurang percaya diri
 Kurang dukungan rumah sakit
 Ketidaktahuan profesi kesehatan akan peran
farmasis klinik
 Pekerjaan non-klinik yang banyak
 Di batas/ZONA nyaman

Anda mungkin juga menyukai