Disusun oleh :
Kelompok 7
PP 51/2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian
2. Tujuan Swamedikasi
Menurut PMK Nomor 919 Menkes/Per/X/1993, pelayanan swamedikasi
memiliki tujuan, yaitu :
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana
yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional.
b. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat
dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri yang sekaligus menjamin penggunaan obat secara
tepat, aman dan rasional.
A) Patient Assessment
Patient assessment merupakan suatu penilaian terhadap keadaan
pasien yang penting dilakukan untuk pertimbangan apoteker dalam
penentuan identifikasi penyakit pasien sebelum membuat sebuah
rekomendasi (Chua et al, 2006). Apoteker harus memiliki kemapuan untuk
mengajukan pertanyaan dalam usaha untuk mengumpulkan informasi
tentang gejala pasien. Metode yang dapat digunakan oleh apoteker dalam
mengumpulkan informasi tentang gejala pasien adalah :
1. Metode WWHAM
W : Who is the patient? (Siapa pasiennya?)
W : What are the symptoms? (Apa gejalanya?)
H : How long have the symptoms? (Berapa lama timbunya gejala?)
A : Action taken? (Tindakan yang sudah dilakukan?)
M : Medication being taken? (Obat yang sedang digunakan?)
2. Metode ASMETHOD
A : Age / appearance (usia pasien)
S : Self or someone else (dirinya sendiri atau orang lain yang sakit)
M : Medication (pengobatan yang sudah dilakukan untuk mengatasi
gejala sakit)
E : Extra medication (regularly taken on preskription or OTC)
(pengobatan yang sedang digunakan baik dengan resep maupun
dengan non resep)
T : Time symptoms (lama gejala)
H : History (riwayat pasien)
O : Other symptoms (gejala yang dialami pasien)
D : Danger symptoms (gejala yang berbahaya)
B) Rekomendasi
Rekomendasi merupakan saran menganjurkan yang diberikan petugas
apotek kepada pasien swamedikasi yaitu dapat berupa rujukan ke dokter
ataupun rekomendasi obat (Blenkinsopp dan Paxton, 2002). Swamedikasi
yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti
keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat
yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Obat-obat
yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas merupakan
golongan obat yang relatif aman digunakan untuk swamedikasi. Apoteker
memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada
pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila
dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi (Menkes RI, 2006).
C) Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat (Menkes RI, 2014).
Pemberian informasi obat ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi
dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Rantucci,
2007). Informasi tentang obat dan penggunaannya yang perlu diberikan
kepada pasien swamedikasi lebih ditekankan pada informasi
farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Adapun
informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker pada masyarakat dalam
penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain:
1. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat
obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau
gangguan kesehatan yang dialami pasien.
2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra
indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika
memiliki kontra indikasi dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu
diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta
apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
4. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas
kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan,
dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
5. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat
menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen
(sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat
menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan
dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan
atau saat akan tidur.
7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan
kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara
berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah
memerlukan pertolongan dokter
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam
waktu bersamaan.
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat.
10. Cara penyimpanan obat yang baik.
11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak (Menkes RI,
2006).
Selain informasi terkait obat atau terapi, Apoteker dapat
menambahkan informasi non farmakologis. Informasi non farmakologi
merupakan informasi yang diberikan sebagai terapi tambahan tanpa
menggunakan obat guna meningkatkan keberhasilan suatu efek terapi.
Informasi non farmakologi yang diberikan kepada pasien disesuaikan
dengan penyakit atau keluhan yang dirasakan oleh pasien.
▪ Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan contohnya guaifenesin, bromhexin, aminofilin.
P No. 1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya, contohnya adalah
tablet CTM antihistamin.
P No. 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan, contohnya
Listerin obat kumur, Betadine Gargle obat kumur.
P No. 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan, contohnya
adalah Salep Sulfonamidum antibakteri lokal.
P No. 4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar, contohnya adalah rokok
asthma obat asma.
P No. 5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan, contohnya adalah Lysol
antiseptik, Bufacetin untuk infeksi kulit yang disebabkan bakteri gram
positif dan negatif khususnya yang sensitif terhadap kloramfenikol.
P No. 6 Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan, contohnya adalah
Ambeven untuk pengobatan wasir interna dan eksterna.