Anda di halaman 1dari 99

STANDAR 3.

10
PELAYANAN KEFARMASIAN
dr. Dwi Herlinda Lusi Harini
DASAR KEBIJAKAN
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan
Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
• Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
diselenggarakan di ruang Farmasi.
• PJ ruang Farmasi : Apoteker.
• Bila tidak ada apoteker maka Puskesmas dapat
menyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian tetapi
secara terbatas yaitu :
1. Melakukan pengelolaan sediaan farmasi
dan BMHP
2. Melakukan pengkajian dan pelayanan
resep, pelayanan informasi obat, dan
monitoring efek samping obat.
Standar 3.10

Penyelenggaraan Pelayanan kefarmasian


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pelayanan kefarmasian
dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
2. Pelayanan Farmasi Klinis.
Standar 3.10
1. PENGELOLAAN SEDIAN FARMASI DAN BMHP terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Standar 3.10

2. PELAYANAN FARMASI KLINIS , di Puskesmas terdiri dari:


a. Pengkajian resep dan penyerahan obat
b. Pemberian informasi obat (PIO)
c. Konseling
d. Visite pasien (khusus Puskesmas rawat
inap)
e. Rekonsiliasi obat
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
g. MESO
h. Evaluasi penggunaan obat
Standar 3.10
Obat kadaluarsa/rusak/out of date /substitusi,
ditarik dari peredaran dikelola sesuai kebijakan
dan prosedur

Formularium obat yang merupakan daftar obat


terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di
Puskesmas perlu disusun sebagai acuan dalam
pemberian pelayanan pada pasien, mengacu pada
formularium nasional dan pemilihan jenis obat
melalui proses kolaboratif antar pemberi asuhan,
dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien,
keamanan, dan efisiensi.
Standar 3.10

Perlu diatur suatu proses untuk


mengingatkan para dokter/dokter gigi
tentang kekurangan obat tersebut dan
saran untuk penggantinya.
Obat yang disediakan harus dapat
dijamin keaslian dan keamanan, oleh
karena itu perlu dilakukan pengelolaan
rantai pengadaan obat.
Standar 3.10
• Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam pelayanan resep petugas farmasi wajib
melakukan pengkajian/telaah resep yang meliputi pemenuhan persyaratan administratif,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis sesuai peraturan perundang-undangan,
antara lain:
a) ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum/makan obat, dan
waktu pemberian;
b) duplikasi pengobatan;
c) potensi alergi atau sensitivitas;
d) interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan;
e) variasi kriteria penggunaan;
f) berat badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya; dan
g) kontra indikasi.
Standar 3.10
Dalam pemberian obat harus juga
dilakukan 5 kajian benar, meliputi:
1. ketepatan identitas pasien,
2. ketepatan obat,
3. ketepatan dosis,
4. ketepatan cara pemberian,
5. ketepatan waktu pemberian.
• Untuk Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh
pasien/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke
Puskesmas atau yang diresepkan atau dipesan di
Puskesmas, diketahui dan dicatat dalam rekam medis
( Rekonsiliasi obat ).
• Harus dilaksanakan pengawasan penggunaan obat,
terutama obat-obat psikotropika sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
HIGH ALERT
• Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang
:
meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan
kerugian besar pada pasien.
• Obat yang perlu diwaspadai (high alert) terdiri atas :
– obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error)
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin,
heparin, atau kemoterapeutik;
– obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik kelihatan
sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax
dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau disebut juga
nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);
Kebersihan dan keamanan obat

• Agar obat layak dikonsumsi oleh pasien, maka


kebersihan dan keamanan terhadap obat yang
tersedia harus dilakukan mulai dari proses
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
penyampaian obat kepada pasien serta
penatalaksanaan obat kedaluwarsa dan/atau
rusak/out of date/substitusi.
• Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
penyampaian obat kepada pasien agar pasien memahami
indikasi, dosis, cara penggunaan obat, dan efek samping
yang mungkin terjadi.
• Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan yang
lain bekerja bersama untuk memantau pasien yang
mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah untuk
mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala pasien
atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien
terhadap kejadian efek samping obat.
• Berdasarkan pemantauan, dosis atau jenis obat bila perlu
dapat disesuaikan dengan memperhatikan pemberian
obat secara rasional. Pemantauan dimaksudkan untuk
mengidentifikasi respons terapetik yang diantisipasi
maupun reaksi alergik, interaksi obat yang tidak
diantisipasi, untuk mencegah risiko bagi pasien.
Memantau efek obat termasuk mengobservasi dan
mendokumentasikan setiap kejadian salah obat
(medication error).
• Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi
yang tepat adalah sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi penyimpanan
obat emergensi di tempat pelayanan dan obat-obat emergensi yang harus
disuplai ke lokasi tersebut.
• Untuk memastikan akses ke obat emergensi bilamana diperlukan, perlu
tersedia prosedur untuk mencegah penyalahgunaan, pencurian atau
kehilangan terhadap obat dimaksud. Prosedur ini memastikan bahwa
obat diganti bilamana digunakan, rusak atau kedaluarsa. Keseimbangan
antara akses, kesiapan, dan keamanan dari tempat penyimpanan obat
emergensi perlu dipenuhi.
3.10.1 Elemen Penilaian
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
• pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat
waktu setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
NO KRITERIA EP REGULASI YANG DISUSUN DOKUMEN
YANG
DIBUTUHKAN
3.10.1 1 SK, Pedoman dan SOP Pelayanan kefarmasian yang Formularium
minimal mengatur pengelolaan sediaan farmasi dan Puskesmas
BMHP, pelayanan farmasi, peresepan obat termasuk
psikotropika dan narkotika, obat kadaluarsa,
formularium obat, obat yang perlu diwaspadai, obat
emergensi

Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus
tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai acuan dalam pemberian pelayanan
pada pasien, mengacu pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui
proses kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mempertimbangkan kebutuhan
pasien, keamanan, dan efisiensi.
❖ PERENCANAAN
Tahapan penyusunan formularium
1. Meminta usulan obat dari
penanggungjawab pelayanan
2. Membuat rekapitulasi usulan obat;
3. Membahas usulan bersama Kepala
Puskesmas, dokter, dokter gigi,
perawat dan bidan ;
4. Menyusun daftar obat yang masuk ke
dalam formularium Puskesmas;
5. Penetapan formularium Puskesmas
oleh Kepala Puskesmas;
• Pemilihan Obat mengacu pada FORNAS / 6. Sosialisasi dan edukasi formularium
DOEN kepada seluruh tenaga kesehatan
• Dibuat Setahun 1 kali Pkm;
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP oleh tenaga kefarmasian sesuai
dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
• pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elem Regulasi yang disusun Dokumen yang
en dibutuhkan
Penil
aian

2 LPLPO serta bukti


pengawasan pengelolaan
dan penggunaan obat
oleh Dinas Kesehatan,
kartu stok, bukti
penanganan obat
kadaluarsa,
PENGELOLAAN SEDIAAN
FARMASI , ALAT KESEHATAN
DAN BMHP
❖ PERMINTAAN OBAT
❖ PENERIMAAN OBAT
PEMERIKSAAN SEDIAAN FARMASI
• Kondisi kemasan (segel, label/penandaan dalam keadaan
baik).
• Kesesuaian nama, Periksa kesesuaian jenis, bentuk,
kekuatan Sediaan Farmasi, isi kemasan antara arsip surat
pesanan dengan Obat yang diterima.
• Kesesuaian antara bentuk fisik Sediaan Farmasi dengan
Faktur pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB)
yang meliputi:
– Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama dan
kekuatan Sediaan Farmasi, jumlah, bentuk, isi kemasan,
Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
• Dicatat jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya dalam
buku penerimaan dan kartu stok obat.
KARTU STOK
• nama, bentuk sediaan dan
kekuatan Sediaan Farmasi,
jumlah persediaan;
• tanggal, nomor dokumen dan
sumber penerimaan, jumlah
yang diterima;
• tanggal, nomor dokumen dan
tujuan penyerahan, jumlah
yang diserahkan;
• nomor bets dan kedaluwarsa
setiap penerimaan atau
penyerahan; dan
• paraf atau identitas petugas
yang ditunjuk.
❖ PENYIMPANAN
ASPEK UMUM :
• Sediaan Farmasi
disimpan dalam kondisi
yang sesuai.
• Rak/lemari untuk
menyimpan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan,
dan BMHP.
• Lokasi bebas banjir
• Jarak antara barang yang
diletakkan di posisi
tertinggi dengan langit-
langit minimal 50 cm.
• Langit-langit tidak
berpori dan tidak bocor.
• Ruangan bebas dari
serangga dan binatang
pengganggu.
• Tersedia sistem pendingin yang
dapat menjaga suhu ruangan
di bawah 25°C.
• Tempat penyimpanan Obat
(ruangan dan lemari
pendingin) dipantau suhunya
menggunakan thermometer ,
& di catat dalam kartu
pencatatan suhu.
• Pengeluaran Obat
menggunakan sistem First In
First Out (FIFO), First Expired
First Out (FEFO).
• Lemari pendingin
dengan thermometer
ekaternal ( kiri )
• Lemari pendingin
dengan thermometer
internal ( kanan )
X V
• Sistem penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
• Kerapian dan kebersihan ruang penyimpanan.
• Sediaan Farmasi harus disimpan dalam wadah
asli dari pabrik. Bila di lepas dari wadah asli
maka Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama Sediaan Farmasi, nomor batch, dan
tanggal kedaluwarsa
• Sediaan Farmasi yang
mendekati kedaluwarsa (3-6
bulan sebelum tanggal
kedaluwarsa) diberikan
penandaan khusus dan
disimpan terpisah.
• Vaksin harus disimpan pada
tempat dengan kendali
suhu tertentu dan hanya
diperuntukkan khusus
menyimpan vaksin saja.
• Manajemen pengamanan obat
bila terjadi pemadaman listrik.
• Suhu ruang penyimpanan harus
dapat menjamin kestabilan obat.
• Sediaan farmasi disimpan diatas • Aspek umum
pallet.
• Penyimpanan sesuai alfabet atau
kelas terapi dengan sistem, First
Expired First Out (FEFO), high
alert dan life saving (obat
emergency).
LEMARI PENYIMPANAN
Obat Narkotika,Psikotropika dan Prekursor

• Tanggung Jawab
apoteker
• Lemari khusus yang
memiliki 2buah kunci
yang berbeda
• Bila ukurang kurang dari
40 x 80 x 100 cm maka
di tanam
• Diletakkan di tempat
yang aman , tidak
mudah terlihat
FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN
NARKOTIKA PSIKOTROPIKA
PROSEDUR PENYIMPANAN NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIOKA
1. Siapkan lemari narkotika dan psikotropika
2. Cek tanggal kadaluarsa
3. Lengkapi label identitas
4. Buka kedua kunci pintu lemari
5. Simpan obat di lemari narkotika
6. Simpan kedua kunci lemari oleh dua orang yang berbeda.
7. Masukkan data narkotika dan psikotropika pada kartu stok.
8. Kunci kedua pintu dan simpan kedua kunci pintu oleh dua orang
yang berbeda.
9. Lakukan monitoring suhu dan kelembaban udara dalam lemari dan
Catat suhu dan kelembaban udara setiap pagi hari
PENYIMPANAN B3
Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah
terbakar, disimpan di tempat khusus.
Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
PENANDAAN B3
ASPEK KHUSUS
Obat High Alert , terdiri atas:
1. Obat risiko tinggi,
2. Obat dengan nama, kemasan, label,
penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike) dan bunyi ucapan sama
(sound alike) biasa disebut LASA, atau
disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan
Mirip (NORUM).
3. Elektrolit konsentrat
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT

• Penyimpanan dilakukan
terpisah, mudah
dijangkau dan tidak
harus terkunci.
• Penempelan stiker High
Alert pada satuan
terkecil).
HIGH ALERT
LASA ( LOOK ALIKE SOUND ALIKE )

Contoh obat LASA dengan bentuk sediaan • Klinik menetapkan daftar obat
berbeda (syrup dan drop) Look Alike Sound Alike
(LASA)/nama-obat-rupa-
ucapan-mirip (NORUM).
• Penyimpanan obat
LASA/NORUM tidak saling
berdekatan dan diberi label
khusus sehingga petugas dapat
lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM.
Contoh obat LASA dengan kekuatan berbeda
LASA
Contoh obat LASA disimpan tidak berdekatan dan Diberi label “LASA”
❖ PENDISTRIBUSIAN
METODE :
1. Resep Perorangan
2. Sistem Persediaan di Ruang Rawat (Floor Stock )
3. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose
Dispensing/UDD)
❖ PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN
Pemusnahan obat , bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu/rusak.
2. Telah kadaluwarsa.
3. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan terdiri dari:


1. Membuat daftar obat yang akan dimusnahkan.
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
3. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait
4. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
PROSEDUR PENANGANAN OBAT
KADALUARSA

• Petugas mengidentifikasi obat rusak / kadaluarsa


• Obat yang rusak / kadaluarsa diletakkan dalam
wadah yang ditandai dan dipisah dengan obat yang
lain.
• Petugas membuat laporan berita acara untuk
pemusnahan yang memuat nama obat, jumlah,
alasan dimusnahkan dan ditandatangain petugas
kekepala Puskemas.
BERITA ACARA PEMUSNAHAN
OBAT & RESEP
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
• pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria EP Regulasi yang disusun Dokumen
yang
dibutuhkan
3 Form rekonsiliasi obat,
bukti asuhan farmasi
dalam rekam medis

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi


pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien.
Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu pengumpulan data, komparasi,
konfirmasi dan komunikasi
PELAYANAN FARAMASI
KLINIK
❖ PENELUSURAN RIWAYAT
PENGGUNAAN OBAT
1. Bandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data RM
2. Verifikasi riwayat penggunaan Obat
3. Dokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
4. Identifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
5. Lakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan
Obat; rasionalitas Obat yang diresepkan; penilaian terhadap
pemahaman pasien terhadap Obat yang digunakan; penilaian adanya
bukti penyalah gunaan Obat; penilaian terhadap cara penggunaan
Obat;
6. Periksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu
7. Kepatuhan minum Obat (concordance aids);
8. Dokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter;
9. Identifikasi terapi lain
❖ KONSELING
KRITERIA PASIEN :
1. Pasien kondisi khusus -
2. Pasien dengan terapi jangka
panjang/penyakit kronis
3. Pasien yang menggunakan obat dengan
instruksi khusus..
4. Pasien yang menggunakan obat dengan
indeks terapi sempit
5. Pasien dengan polifarmasi
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah.
PROSEDUR
1. Apoteker membuka komunikasi dengan pasien .
2. Untuk pasien rawat jalan dengan menanyakan 3 pertanyaan kunci (Three Prime question )
menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pelanggan :
a. Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini?
b. Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian?
c. Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan ini?
3. Untuk pasien rawat inap dengan melakukan identifikasi dan membantu penyelesaian
masalah terkait terapi obat
4. Memperagakan dan menjelaskan informasi mengenai cara penggunaan Obat
5. Meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi penjelasan terkait penggunaan obat
yang telah disampaikan.
6. Mengecek / memverivikasi ulang pemahaman pasien
7. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan
❖ PEMANTAUAN
TERAPI OBAT
KRITERIA PASIEN:
• Pasien pediatrk, Geriatrik
• Pasien bumil dan busui.
• Pasien Polifarmasi dan
multidiagnosis
• Pasien dengan gangguan fungsi
ginjal , hati dan kronis.
• Pasien menerima Obat dengan
indeks terapi sempit dan
menyebabkan reaksi obat.
❖ MESO

PROSEDUR :
• Mencatat keluhan yang di sampaikan pasien
• Melakukan asesmen pasien dan identifikasi obat obatan yang di
konsumsi terhadap keluhan sehubungan dengan obat yang
digunakan,
• Membuat laporan efek samping obat menggunakan formulir MESO
• Pimpinan Klinik memeriksa dan menandatangani Laporan
Monitoring Efek Samping Obat
• Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
❖ EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
(EPO)
• Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan
Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif,
aman, dan terjangkau (rasional).

• Dilaksanakan minimal sekali dalam


setahun.
FORMULIR EPO
❖ HOME PHARMACY CARE
• Pendampingan pengelolaan Obat di
rumah,
• Penilaian masalah yang
berhubungan dengan pengobatan.
• Identifikasi kepatuhan pasien.
• Konsultasi masalah Obat atau
kesehatan secara umum.
• Monitoring pelaksanaan,
efektifitas, dan keamanan
penggunaan Obat berdasarkan
catatan pengobatan pasien.
• Dokumentasi pelaksanaan
Pelayanan Kefarmasian di rumah.
MEDICATION
ERROR
Segala bentuk kejadian
yang dapat dihindari, yang
dapat menyebabkan atau
memicu penggunaan obat
yang tidak tepat maupun
membahayakan
keselamatan pasien selama
pengobatan masih dalam
pengawasan tenaga
kesehatan maupun pasien.
PROSEDUR
1. Bila ada insiden medical error segera dicegah dan ditangani
2. Lakukan analisa dan identifikasi medication error .
3. Dokumentasikan medication error dan segera melaporkan ke kepala Farmasi.
4. Kepala Farmasi memeriksa laporan dan melakukan grading risiko.
5. Bila grading biru dan hijau dilakukan investigasi sederhana, bila kuning atau
merah dilakukan RCA.
6. Kepala Farmasi melaporkan ke TKP Klinik
7. TKP Klinik mengevaluasi dan menganalisis lagi hasil investigasi dan laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA)
dengan melakukan regrading.
8. Setelah melakukan RCA, TKP Klinik akan membuat laporan dan rekomendasi
untuk perbaikan dan dilaporkan ke pimpinan Klinik.
9. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit pelayanan.
Rekonsiliasi obat

• Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan


dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan pelayanan obat (medication error) seperti
obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
• Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
– Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien.
– Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter.
– Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
• Tahapan rekonsiliasi obat:
– Pengumpulan data: mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan
akan digunakan pasien
– KomparasiL membandingkan obat yang pernah, sedang, dan akan digunakan
– Konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidak sesuaiak
– Komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap
informasi obat yang diberikan
❖ PROSEDUR REKONSILIASI
1. Menanyakan riwayat pengobatan .
2. Mengisi formulir rekonsiliasi
3. Mengkonsultasikan obat yang dibawa
oleh pasien atau keluarga pasien yang
memiliki kelas terapi yang sama dengan
yang diresepkan ke dokter.
4. Memberikan informasi obat mana yang
boleh dan tidak boleh diminum pasien.
5. Petugas memberikan informasi tentang
aturan pakai obat yang sama jika ada
peningkatan dosis atau penurunan
dosis sesuai resep terbaru.
6. Mendokumentasikan kegiatan.
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elemen Regulasi yang disusun Dokumen yang dibutuhkan
Penilaia
n

3.10.1 4 Bukti kajian/telaah resep

5 Bukti pelaksaaan PIO


❖ PENGKAJIAN DAN PELAYANAN
RESEP

1. Penerimaan,
2. Pemeriksaan ketersediaan,
3. Pengkajian resep,
4. Penyiapan termasuk peracikan obat,
5. Penyerahan disertai pemberian informasi.
• Resep bersifat rahasia.
• Resep harus disimpan di ruang Farmasi paling singkat
selama 5 (lima) tahun seteh itu bisa dimusnahkan.
PENGKAJIAN RESEP MELIPUTI :

PERSYARATAN ADMINISTRASI :
1. Nama, No RM, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB & TB
2. Nama, No.SIP/SIPK dokter , alamat, serta paraf,
kewenangan klinis dokter, serta akses lain.
3. Tanggal resep
4. Ada tidaknya alergi
5. Resep obat yang mengandung narkotika untuk jumlah
harus di tulis dengan ejaan dan diberi tanda tangan
dokter
PERSYARATAN FARMASETIK :
1. Nama obat, bentuk , jumlah dan kekuatan sediaan obat
2. Stabilitas dan OTT
3. Aturan dan cara penggunaan
4. Tidak menuliskan singkatan yang tidak baku

PERSYARATAN KLINIS :
1. Ketepatan indikasi, obat, dosis dan waktu penggunaan obat;
2. Aturan, cara, dan lama penggunaan Obat;
3. Duplikasi pengobatan;
4. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
5. Kontraindikasi dan Interaksi obat.
CONTOH RESEP
Pelayanan Resep
1. Menyiapkan obat sesuai dengan Resep:
– Menghitung kebutuhan jumlah obat
– Mengambil obat
– Lakukan double check
2. Melakukan peracikan obat.
3. Memberikan etiket obat ( berisi informasi tentang
tanggal, nama pasien, dan aturan pakai ).
4. Beri etiket warna biru untuk obat luar dan etiket warna
putih untuk obat dalam.
5. Memberikan keterangan “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi.
6. Memberikan keterangan “habiskan” pada antibiotik.
7. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda
8. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat (kesesuaian penulisan etiket dengan resep).
9. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien dan memeriksa ulang identitas
dan alamat pasien
10. Memastikan 5 (lima) tepat yakni, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
rute, tepat waktu pemberian.
11. Menyerahkan dan memberikan informasi obat (nama, sediaan, dosis, cara
pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi, efek samping, cara penyimpanan,
stabilitas, dan informasi lain yang dibutuhkan) kepada pasien. Jika diperlukan
pasien dapat diberi konseling obat di ruang konseling.
12. Menyimpan dan mengarsip resep sesuai dengan ketentuan.
Setelah penyiapan Obat lakukan :
1. Pemeriksaan kembali mengenai penulisan etiket
dengan resep.
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan obat disertai pemberian
informasi obat terkait aturan pakai dan interval
waktu penggunaannya , manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan
obat,
5. Memastikan bahwa yang
menerima obat adalah
pasien atau keluarganya;
6. Membuat salinan resep
sesuai dengan resep asli
dan diparaf oleh apoteker
7. Menyimpan resep pada
tempatnya;
8. Apoteker membuat
catatan pengobatan pasien
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
• kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elemen Regulasi yang disusun Dokumen yang dibutuhkan
Penilaia
n

5 Bukti pelaksaaan PIO


❖ PELAYANAN
INFORMASI OBAT
1. Apoteker menerima dan mencatat
pertanyaan
2. Mengidentifikasi penanya
3. Mengidentifikasi pertanyaan apakah
diterima, ditolak atau dirujuk ke unit kerja
terkait.
4. Menanyakan secara rinci informasi terkait
pertanyaan.
5. Menanyakan tujuan permintaan informasi
(perawatan pasien, pendidikan, penelitian,
umum).
6. Menetapkan urgensi pertanyaan.
7. Memformulasikan jawaban.
8. Menyampaikan jawaban kepada penanya
secara verbal atau tertulis.
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
• kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
• pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria EP Regulasi yang disusun Dokumen yang dibutuhkan

6 Bukti penyediaan obat emergensi


serta monitoringnya

Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi yang
tepat adalah sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi penyimpanan obat emergensi di
tempat pelayanan dan obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.

Untuk memastikan akses ke obat emergensi bilamana diperlukan, perlu tersedia


prosedur
untuk mencegah penyalahgunaan, pencurian atau kehilangan terhadap obat
dimaksud. Prosedur ini memastikan bahwa obat diganti bilamana digunakan,
rusak atau kedaluarsa. Keseimbangan antara akses, kesiapan, dan keamanan
dari tempat penyimpanan obat emergensi perlu dipenuhi.
PENYIMPANAN OBAT
EMERGENCY

• Mudah di jangkau dan terlihat .


• Penetapan jumlah jenis obat
termasuk antidot harus disepakati
bersama antara apoteker/tenaga
farmasi, dokter dan perawat.
• Dan penyimpanan sesuai dengan
ketetapan.
• Digunakan hanya pada saat
emergensi
• Ditempatkan di ruang pemeriksaan,
kamar suntik, poli gigi, ruang
imunisasi, ruang bersalin dan di
Instalasi Gawat Darurat/IGD.
• Dilakukan monitoring rutin.
V X
Trolly Emergency
MONITORING OBAT EMERGENCY
PROSEDUR :
• Petugas farmasi menyiapkan obat yang dibutuhkan
dan dimasukkan dalam emergency kit.
• Petugas farmasi memeriksa persediaan obat
emergency dan memeriksa kartu stok obat
pelayanan gawat darurat setiap hari
• Bila ada obat ED, obat segera di ganti.
• Bila segel terbuka maka obat yang terpakai di ganti
dengan yang baru .
• Lemari / emergency kit di kunci disposable kembali.
• Petugas farmasi mencatat obat yang terpakai
tersebut kedalam kartu stok dan buku monitoring
obat emergency..
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria EP Regulasi yang disusun Dokumen yang dibutuhkan

7 Hasil evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan


obat terhadap formularium
Hasil evaluasi dan tindak lanjut kesesuaian
resep dengan formularium
Contoh form monitoring kesesuaian obat dengan formularium
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai