10
PELAYANAN KEFARMASIAN
dr. Dwi Herlinda Lusi Harini
DASAR KEBIJAKAN
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan
Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
• Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
diselenggarakan di ruang Farmasi.
• PJ ruang Farmasi : Apoteker.
• Bila tidak ada apoteker maka Puskesmas dapat
menyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian tetapi
secara terbatas yaitu :
1. Melakukan pengelolaan sediaan farmasi
dan BMHP
2. Melakukan pengkajian dan pelayanan
resep, pelayanan informasi obat, dan
monitoring efek samping obat.
Standar 3.10
Pelayanan kefarmasian
dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
2. Pelayanan Farmasi Klinis.
Standar 3.10
1. PENGELOLAAN SEDIAN FARMASI DAN BMHP terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Standar 3.10
Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus
tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai acuan dalam pemberian pelayanan
pada pasien, mengacu pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui
proses kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mempertimbangkan kebutuhan
pasien, keamanan, dan efisiensi.
❖ PERENCANAAN
Tahapan penyusunan formularium
1. Meminta usulan obat dari
penanggungjawab pelayanan
2. Membuat rekapitulasi usulan obat;
3. Membahas usulan bersama Kepala
Puskesmas, dokter, dokter gigi,
perawat dan bidan ;
4. Menyusun daftar obat yang masuk ke
dalam formularium Puskesmas;
5. Penetapan formularium Puskesmas
oleh Kepala Puskesmas;
• Pemilihan Obat mengacu pada FORNAS / 6. Sosialisasi dan edukasi formularium
DOEN kepada seluruh tenaga kesehatan
• Dibuat Setahun 1 kali Pkm;
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP oleh tenaga kefarmasian sesuai
dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
• pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elem Regulasi yang disusun Dokumen yang
en dibutuhkan
Penil
aian
• Tanggung Jawab
apoteker
• Lemari khusus yang
memiliki 2buah kunci
yang berbeda
• Bila ukurang kurang dari
40 x 80 x 100 cm maka
di tanam
• Diletakkan di tempat
yang aman , tidak
mudah terlihat
FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN
NARKOTIKA PSIKOTROPIKA
PROSEDUR PENYIMPANAN NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIOKA
1. Siapkan lemari narkotika dan psikotropika
2. Cek tanggal kadaluarsa
3. Lengkapi label identitas
4. Buka kedua kunci pintu lemari
5. Simpan obat di lemari narkotika
6. Simpan kedua kunci lemari oleh dua orang yang berbeda.
7. Masukkan data narkotika dan psikotropika pada kartu stok.
8. Kunci kedua pintu dan simpan kedua kunci pintu oleh dua orang
yang berbeda.
9. Lakukan monitoring suhu dan kelembaban udara dalam lemari dan
Catat suhu dan kelembaban udara setiap pagi hari
PENYIMPANAN B3
Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah
terbakar, disimpan di tempat khusus.
Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
PENANDAAN B3
ASPEK KHUSUS
Obat High Alert , terdiri atas:
1. Obat risiko tinggi,
2. Obat dengan nama, kemasan, label,
penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike) dan bunyi ucapan sama
(sound alike) biasa disebut LASA, atau
disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan
Mirip (NORUM).
3. Elektrolit konsentrat
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT
• Penyimpanan dilakukan
terpisah, mudah
dijangkau dan tidak
harus terkunci.
• Penempelan stiker High
Alert pada satuan
terkecil).
HIGH ALERT
LASA ( LOOK ALIKE SOUND ALIKE )
Contoh obat LASA dengan bentuk sediaan • Klinik menetapkan daftar obat
berbeda (syrup dan drop) Look Alike Sound Alike
(LASA)/nama-obat-rupa-
ucapan-mirip (NORUM).
• Penyimpanan obat
LASA/NORUM tidak saling
berdekatan dan diberi label
khusus sehingga petugas dapat
lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM.
Contoh obat LASA dengan kekuatan berbeda
LASA
Contoh obat LASA disimpan tidak berdekatan dan Diberi label “LASA”
❖ PENDISTRIBUSIAN
METODE :
1. Resep Perorangan
2. Sistem Persediaan di Ruang Rawat (Floor Stock )
3. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose
Dispensing/UDD)
❖ PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN
Pemusnahan obat , bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu/rusak.
2. Telah kadaluwarsa.
3. Dicabut izin edarnya.
PROSEDUR :
• Mencatat keluhan yang di sampaikan pasien
• Melakukan asesmen pasien dan identifikasi obat obatan yang di
konsumsi terhadap keluhan sehubungan dengan obat yang
digunakan,
• Membuat laporan efek samping obat menggunakan formulir MESO
• Pimpinan Klinik memeriksa dan menandatangani Laporan
Monitoring Efek Samping Obat
• Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
❖ EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
(EPO)
• Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan
Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif,
aman, dan terjangkau (rasional).
1. Penerimaan,
2. Pemeriksaan ketersediaan,
3. Pengkajian resep,
4. Penyiapan termasuk peracikan obat,
5. Penyerahan disertai pemberian informasi.
• Resep bersifat rahasia.
• Resep harus disimpan di ruang Farmasi paling singkat
selama 5 (lima) tahun seteh itu bisa dimusnahkan.
PENGKAJIAN RESEP MELIPUTI :
PERSYARATAN ADMINISTRASI :
1. Nama, No RM, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB & TB
2. Nama, No.SIP/SIPK dokter , alamat, serta paraf,
kewenangan klinis dokter, serta akses lain.
3. Tanggal resep
4. Ada tidaknya alergi
5. Resep obat yang mengandung narkotika untuk jumlah
harus di tulis dengan ejaan dan diberi tanda tangan
dokter
PERSYARATAN FARMASETIK :
1. Nama obat, bentuk , jumlah dan kekuatan sediaan obat
2. Stabilitas dan OTT
3. Aturan dan cara penggunaan
4. Tidak menuliskan singkatan yang tidak baku
PERSYARATAN KLINIS :
1. Ketepatan indikasi, obat, dosis dan waktu penggunaan obat;
2. Aturan, cara, dan lama penggunaan Obat;
3. Duplikasi pengobatan;
4. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
5. Kontraindikasi dan Interaksi obat.
CONTOH RESEP
Pelayanan Resep
1. Menyiapkan obat sesuai dengan Resep:
– Menghitung kebutuhan jumlah obat
– Mengambil obat
– Lakukan double check
2. Melakukan peracikan obat.
3. Memberikan etiket obat ( berisi informasi tentang
tanggal, nama pasien, dan aturan pakai ).
4. Beri etiket warna biru untuk obat luar dan etiket warna
putih untuk obat dalam.
5. Memberikan keterangan “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi.
6. Memberikan keterangan “habiskan” pada antibiotik.
7. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda
8. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat (kesesuaian penulisan etiket dengan resep).
9. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien dan memeriksa ulang identitas
dan alamat pasien
10. Memastikan 5 (lima) tepat yakni, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
rute, tepat waktu pemberian.
11. Menyerahkan dan memberikan informasi obat (nama, sediaan, dosis, cara
pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi, efek samping, cara penyimpanan,
stabilitas, dan informasi lain yang dibutuhkan) kepada pasien. Jika diperlukan
pasien dapat diberi konseling obat di ruang konseling.
12. Menyimpan dan mengarsip resep sesuai dengan ketentuan.
Setelah penyiapan Obat lakukan :
1. Pemeriksaan kembali mengenai penulisan etiket
dengan resep.
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan obat disertai pemberian
informasi obat terkait aturan pakai dan interval
waktu penggunaannya , manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan
obat,
5. Memastikan bahwa yang
menerima obat adalah
pasien atau keluarganya;
6. Membuat salinan resep
sesuai dengan resep asli
dan diparaf oleh apoteker
7. Menyimpan resep pada
tempatnya;
8. Apoteker membuat
catatan pengobatan pasien
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
• kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elemen Regulasi yang disusun Dokumen yang dibutuhkan
Penilaia
n
Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi yang
tepat adalah sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi penyimpanan obat emergensi di
tempat pelayanan dan obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.