0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
64 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas tentang pemantauan terapi obat untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi pasien. Pemantauan dilakukan oleh petugas farmasi dengan mengidentifikasi pasien berisiko tinggi, melakukan pengkajian dengan kerangka SOAP, dan mengkomunikasikan hasil analisis masalah terkait obat kepada tenaga kesehatan terkait.
Dokumen ini membahas tentang pemantauan terapi obat untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi pasien. Pemantauan dilakukan oleh petugas farmasi dengan mengidentifikasi pasien berisiko tinggi, melakukan pengkajian dengan kerangka SOAP, dan mengkomunikasikan hasil analisis masalah terkait obat kepada tenaga kesehatan terkait.
Dokumen ini membahas tentang pemantauan terapi obat untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi pasien. Pemantauan dilakukan oleh petugas farmasi dengan mengidentifikasi pasien berisiko tinggi, melakukan pengkajian dengan kerangka SOAP, dan mengkomunikasikan hasil analisis masalah terkait obat kepada tenaga kesehatan terkait.
14/PKPO-SPO/2019 00 1/2 RSUD SULTAN MUHAMMAD JAMALUDIN I Tanggal terbit Ditetapkan oleh : STANDAR Kepala RSUD 2 Mei 2019 PROSEDUR Sultan Muhammad Jamaludin I OPERASIONAL
dr. Maria Fransisca A.Sch. MARS
NIP.19840402 201001 2 013 1. Pengertian Upaya untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan ini mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, resepon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (DRP) 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien 3. Kebijakan SK Kepala Rumah Sakit Nomor Tahun 2019 Tentang Pemantauan Terapi Obat di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Muhammad Jamaludin I. 4. Prosedur 1. Petugas farmasi mengidentifikasi pasien yang perlu dilakukan pemantauan terapi obat antara lain: a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima polifarmasi b. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal c. Pasien geriatri dan pediatri d. Pasien hamil dan menyusui e. Pasien dengan perawatan intensif f. Pasien yang menerima regimen yang kompleks: polifarmasi, variasi rute pemberian, variasi aturan pakai, cara pemberian khusus (contoh inhalasi, drip intravena), dsb. g. Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi seperti: 1) Obat dengan indeks terapi yang sempit (contoh: digoxin, fenitoin) 2) Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik (Contoh: OAT) 3) Obat antikoagulan (contoh: warfarin, heparin) 4) Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metokloprami, AINS) 5) Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin) 2. Petugas farmasi melaksanaan pemantauan terapi obat dengan menggunakan kerangka SOAP sebagai berikut: S = Subjective (gejala yang dikeluhkan pasien) O = Objective (gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan) A = Assesment (Analisa berdasarkan data S dan O) P = Plans (rencana untuk menyelesaikan masalah) 3. Petugas farmasi melakukan analisa berdasarkan data yang telah terkumpul untuk mengidentifikasi adanya masalah terkait obat, antara lain: a. Ada indikasi tetapi tidak diterapi b. Pemberian obat tanpa indikasi c. Pemilihan obat yang tidak tepat d. Dosis terlalu tinggi e. Dosis terlalu rendah f. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) g. Interaksi obat 4. Petugas farmasi mengkomunikasikan hasil identifikasi masalah terkait obat kepada tenaga kesehatan terkait.
5. Bagan Alur (jika
diperlukan) 6. Unit Terkait Petugas Instalasi Farmasi