0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
73 tayangan5 halaman
Dokumen ini menjelaskan prosedur pelaporan kesalahan pemberian obat di RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I. Prosedur ini meliputi identifikasi insiden, pelaporan ke atasan, penilaian risiko, investigasi sesuai tingkat risiko, analisis kesalahan dan jenis kesalahan, dokumentasi, pelaporan ke TKRS, evaluasi dan rekomendasi perbaikan untuk mencegah terulangnya kesalahan serupa. Prosedur ini bertujuan meningkatkan keselamatan
Dokumen ini menjelaskan prosedur pelaporan kesalahan pemberian obat di RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I. Prosedur ini meliputi identifikasi insiden, pelaporan ke atasan, penilaian risiko, investigasi sesuai tingkat risiko, analisis kesalahan dan jenis kesalahan, dokumentasi, pelaporan ke TKRS, evaluasi dan rekomendasi perbaikan untuk mencegah terulangnya kesalahan serupa. Prosedur ini bertujuan meningkatkan keselamatan
Dokumen ini menjelaskan prosedur pelaporan kesalahan pemberian obat di RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I. Prosedur ini meliputi identifikasi insiden, pelaporan ke atasan, penilaian risiko, investigasi sesuai tingkat risiko, analisis kesalahan dan jenis kesalahan, dokumentasi, pelaporan ke TKRS, evaluasi dan rekomendasi perbaikan untuk mencegah terulangnya kesalahan serupa. Prosedur ini bertujuan meningkatkan keselamatan
SULTAN PKPO/SPO/ MUHAMMAD /RSUD-SMJ1/V/20 JAMALUDDIN 19 STANDAR Tanggal tertib Ditetapkan oleh : OPERASIONAL Kepala RSUD Sultan Muhammad PROSEDUR Jamaludin I Kabupaten Kayong Utara
Dr. Maria Fransisca A.Sch. MARS
NIP.19840402 201001 2 013 1. Pengertian Merupakan kegiatan pelaporan dan pemantauan setiap kejadian kesalahan pemberian obat. 2. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah pelaporan kesalahan pemberian obat. 3. Kebijakan SK Kepala RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I 4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit 5. Prosedur 1. Petugas pelapor / petugas penerima laporan : a. Mengidentifikasi tipe insiden yang terjadi 1) KNC/ kejadian nyaris cidera : diselesaikan terlebih dahulu sesegera mungkin dengan Instalasi Farmasi sebelum melaporkan kepada atasan langsung untuk mencegah dan mengurangi dampak / cidera yang tidak diharapkan. 2) KTD / kejadian tidak diharapkan dan KTC / kejadian tidak cidera segera dilaporkan kepada atasan langsung maksimal 30 menit setelah ditemukannya insiden. b. Setelah ditindaklanjuti segera membuat laporan insiden dengan mengisi formulir Laporan Insiden kepada tim Keselamatan Rumah Sakit (TKRS) dan menandatanganinya c. Menyerahkan laporan insiden kepada atasan langsung petugas pelapor maksimal pada akhir shiftnya 2. Atasan langsung petugas pelapor / Kepala Instalasi/Kepala Bangsal/ Kepala Ruang memeriksa laporan dan melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), apabila insiden tersebut menyangkut pasien secara langsung. 3. Atasan langsung/ Kepala unit/bangsal/Instalasi melakukan asesmen / grading risiko insiden. Atasan langsung petugas pelapor / Kepala Instalasi/Kepala Bangsal/ Kepala Ruang melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), apabila insiden tsb menyangkut pasien secara langsung.
4. Grading risiko menentukan bentuk investigasi dan analisis
yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Grade Biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung
maksimal Grade hijau: investigasi sederhana oleh atasan langsung maksimal waktu adalah 2 minggu setelah insiden ditemukan b. Grade kuning: investigasi komprehensif /akar masalah (RCA) oleh TKP-RS (Waktu maksimal 45 Hari). c. Grade orange: investigasi komprehensif /akar masalah (RCA) oleh TKP-RS (Waktu maksimal 45 Hari). d. Grade merah : investigasi komprehensif /akar masalah (RCA) oleh TKP-RS (Waktu maksimal 45 Hari).
5. Apabila grading risiko kuning, orange dan merah maka atasan
langsung petugas segera melaporkan insiden kepada TKP-RS maksimal 1 minggu dan melaporkan laporan insiden yang telah ditandatangani.
7. Apabila grading biru dan grading hijau maksimal 2 minggu
Setelah selesai melakukan investigasi sederhana segera melaporkan laporan insiden dan hasil investigasi sederhana kepada TKRS 8. Petugas Instalasi Farmasi melakukan analisa dan identifikasi kejadian medication error; analisa eror /kesalahan pada fase: a. Tahapan purcesing dan ordering (perencanaan dan pengadaan) b. Tahapan prescribing (peresepan) c. Tahapan transcribing (pembacaan resep) d. Tahapan dispensing (penyiapan obat) e. Tahapan delivering (pengiriman obat) f. Tahapan administering (pemberian obat) g. Tahapan storing (penyimpanan) h. Tahapan monitoring (pemantauan terapi) 9. Petugas Instalasi Farmasi melakukan analisa dan identifikasi tipe medication error yang terjadi: a. E1= Resep tidak terbaca b. E2=Salah Pasien c. E3=Salah Obat d. E4=Salah dosis / Kekuatan /Frekuensi e. E5=Salah Peracikan /Bentuk Sediaan f. E6=Salah Rute / Cara Pemberian g. E7=Salah Waktu Pemberian E8= Salah Kuantitas
i. E9=Salah Label /Instruksi
j. E10=Kontraindikasi k. E11= Salah Penyimpanan l. E12= Tidak mendapat obat /Kepatuhan m. E13= Obat kadaluarsa / Rusak /Stabilitas n. E14=Reaksi Efek Samping Obat o. E15= Interaksi Obat / Inkompatibilitas p. E16=Duplikasi q. E17=Tidak ada Indikasi r. E18= Tidak sesuai kebijakan s. E19= Lainnya
medication error dan segera melaporkan (1x 8 jam atau dalam shift kerjanya) kepada apoteker / kepala Instalasi Farmasi. 11. TKRS segera mengevaluasi dan menganalisis kembali laporan insiden dan laporan hasil investigasi untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading. 12. Untuk grade kuning dan merah, TKRS akan melakukan investigasi komprehensif / akar masalah (RCA). 13. Setelah melakukan RCA, TKRS akan membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa: Petunjuk / “Safety Alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali. 14. Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan. 15. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan secara berkala (maksimal tiga bulan) kepada Direktur 16. Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait. 17. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh TKRS. 6. Bagan Alur 7. Unit Terkait a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan b. Perawat, c. unit pelayanan lain / unit perawatan d. TKPRS