Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

UPT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


BESUKI SITUBONDO

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG


PANDUAN KESALAHAN PENGGUNAAN
OBAT (MEDICATION ERROR) DAN
PELAPORAN KESALAHAN OBAT

Jl. Olah Raga No. 55 Telp./ Fax (0338) 891505, 891118

KECAMATAN BESUKI
KABUPATEN SITUBONDO
Email : rsud.besuki@gmail.com
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

DINAS KESEHATAN SITUBONDO

UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI

Jl. Olah Raga No.55 Telp./ Fax (0338) 891505, 891118

Kecamatan Besuki 68356 / email: rsud.besuki@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI

NOMOR 440/ /431.519.1/2019

TENTANG

PANDUAN KESALAHAN PENGGUNAAN OBAT (MEDICATION ERROR)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI

Menimbang :a. Bahwa dalam pelayanan kefarmasian harus diberikan dengan


berpedoman pada peningkatan mutu pelayanan farmasi dan
mengutamanakan keselamatan pasien

b. Bahwa dalam pemberian pelayanan farmasi kepada pasien


harus diberikan secara benar, tepat dan sesuai pasien sehingga
bisa mencegah atau mengurangi terjadinya kesalahan obat
(medication error);

c. Kesalahan obat (medication error) merupakan kejadian yang salah


dalam pemberian obat dan alat kesehatan yang dapat
mencederai pasien atau membahayakan bagi pasien.

Mengingat: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1691 tahun 2011 tentang Keselamata Pasien Rumah
Sakit

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016


tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


11 Tahun 2017 tentang keselamatan Pasien

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEBIJAKAN KESALAHAN OBAT (MEDICATION

ERROR) DAN PELAPORANKESALAHANOBAT

Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Besuki


Nomor .......tentang Kebijakan Kesalahan Obat
(Medication Error) dan Pelaporan Kesalahan Obat

Kedua : Kesalahan Obat (Medication Error) merupakan


kejadian yang salah dalam pemberian obat dan
alat kesehatan yang dapat mencederai pasien
atau membahayakan bagi pasien

Ketiga : Setiap kesalahan obat harus dibuat pelaporannya


dan dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit

Keempat : Jenis jenis/tipe kesalahan obat yang harus dilaporkan


ke komite keselamatan pasien rumah sakit
terlampirKelima : Kebijakan ini berlaku selama
3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1 tahun
sekali

Keenam : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya


perubahan, maka akan dilakukan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Besuki
Tanggal : 2 September 2019
Direktur
UPT RSUD BESUKI

dr. H. Sandy Hendrayono, M.Kes

NIP. 19730508 200501 1 007


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah


manajemen obat yang aman (medication safety). Hal ini diakibatkan
penggunaan obat adalah salah satu faktor penting dalam terapi tetapi malah
menimbulkan kematian.
Penelitian mengenai kejadian medication error telah banyak dilakukan
dan terbukti bahwa medication error dapat terjadi di berbagai tahap dalam
proses penggunaan obat mulai dari peresepan, dispensing oleh farmasi,
pemberian kepada pasien dan penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka
kejadian prescribing error bervariasi dari 1,5% sampai 15%. Potensi prescribing
error yang berbahaya bagi pasien berkisar antara 0,4% - 19,6 %. Angka kejadian
dispensing error juga bervariasi yaitu 2,1% - 15,2%. Kesalahan dalam pemberian
obat kepada pasien oleh perawat (administration error) yang diteliti di 36
fasilitas kesehatan di AS menemukan terjadinya kesalahan sebesar 19% dalam
penyiapan dan pemberian obat. Kesalahan yang paling banyak terjadi adalah
wrong time, ommission dan wrong dose, dan 7% dari kesalahan tersebut potensial
bermakna secara k linis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari
obat pada pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk
mengurangi risiko dan kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat panduan
agar setiap profesi dapat melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya
sehingga mengurangi risiko terjadinya medication error.

B. Pedoman Akreditasi
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan
melaporkan kesalahan obat dan KNC (near miss). Proses termasuk
mendefinisikan suatu kesalahan obat dan KNC, menggunakan format pelaporan
yang distandarisasi dan mengedukasi staf tentang proses dan pentingnya
pelaporan. Definisi dan proses dikembangkan melalui proses kerjasama yang
mengikutsertakan semua yang terlibat di berbagai langkah dalam manajemen
obat. Proses pelaporan adalah bagian dari program mutu dan program
keselamatan pasien rumah sakit. Laporan-laporan diarahkan kepada seorang
petugas atau lebih yang akuntabel untuk mengambil tindakan. Program ini
memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui pemahaman jenis
kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan mengapa terjadi KNC.
Perbaikan dalam proses pengobatan dan pelatihan staf digunakan untuk
mencegah kesalahan di kemudian hari. Unit farmasi mengambil bagian dalam
pelatihan staf yang demikian. Elemen penilaiannya adalah :
1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama

2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku

3. Mereka yang bertanggung jawab mengambil tindakan untuk


pelaporan diidentifikasi Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan
obat dan KNC untuk memperbaiki proses penggunaan obat

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan medication safety dalam setiap tahap pelayanan obat.

2. Tujuan Khusus

a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap


tahap manajemen dan penggunaan obat
b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medicationerror
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi

Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat


menyebabkan penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika
obat berada dalam kontrol petugas kesehatan, pasien atau konsumen.

B. Kategori Medication E r ror

Akibat dari medication error dapat dikelompokkan menjadi sembilan


kategori berdasarkan dampak klinisnya. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Kategori Dampak Medication Error

Kategori Keterangan

Kondisi lingkungan atau kejadian yang


Kategori A berkapasitas menyebabkan kesalahan

Terjadi suatu kesalahan tetapi tidak


Kategori B
mencapai pasien
Terjadi suatu kesalahan yang
mencapai pasien tetapi tidak
Kategori C
menyebabkan bahaya pada pasien

Terjadi kesalahan yang mencapai


pasien dan membutuhkan pengawasan
untuk mengkonfirmasi apakah kesalahan
Kategori D
tersebut berakibat tidak berbahaya pada
pasien dan apakah memerlukan
intervensi untuk menghilangkan bahaya
Kategori E Terjadi kesalahan yang dapat
berkontribusi atau mengakibatkan bahaya
sementara pada pasien dan membutuhkan
intervensi
Terjadi suatu kesalahan yang
dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya pada pasien dan
Kategori F
menyebabkan pasien dirawat inap atau
memperpanjang rawat inap

Terjadi suatu kesalahan yang


dapat berkontribusi atau
Kategori G mengakibatkan bahaya permanen pada
pasien

Terjadi suatu kesalahan yang


Kategori H membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan hidup pasien
Terjadi suatu kesalahan yang
dapat berkontribusi atau
Kategori I
mengakibatkan kematian pasien

C. Jenis-jenis Medication Error

Secara umum, medication error terdiri dari prescribing error, dispensing


error dan administration error. Tipe-tipe medication error dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tipe Medication Error secara umum

Tipe Keterangan

Prescribing error Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi,


(kesalahanperesepan) kontraindikassi, alergi yang telah diketahui, terapi obat
yang sedang berlangsung dan faktor lainnya), dosis,
bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian atau instruksi untuk
penggunaan obat, penulisan resep yang tidak jelas,
dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya
kesalahan pemberian obat kepada pasien.

Omission error Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai


pada jadwal berikutnya
Unauthorized Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter

drug error
Wrong patient

Wrong dosage form Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
error obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh dokter.

Wrong drug preparation Mempersiapkan obat dengan cara yang salah sebelum
error diberikan ke pasien.

Wrong administration- Prosedur atau teknik yang tidak layak atau tidak benar saat
technique error memberikan obat
Monitoring error Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi
problem dari
regimen yang diresepkan atau kegagalan untuk
menggunakan
data klinis atau laboratorium untuk asesmen respon pasien
terhadap terapi obat yang diresepkan.
Compliance error Sikap pasien yang tidak layak berkaitan
dengan ketaatan penggunaan obat yang diresepkan

1. Prescribing Error (Kesalahan Resep)

Berdasarkan konsensus di United Kingdom, suatu prescribing error


(kesalahan peresepan) yang bermakna secara klinis terjadi bila akibat dari
keputusan peresepan atau pada proses penulisan resep terjadi suatu hal
yang signifikan dan tidak dimaksudkan berupa
a) Pengurangan kemungkinan pengobatan berjalan sesuai waktu dan efektif

b) Meningkatkan resiko bahaya bila dibandingkan dengan praktik umum yang


diterima.
Jenis-jenis prescribing error adalah pemilihan obat yang tidak benar
(berdasarkan indikasi, kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat yang
telah berjalan dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute,
konsentrasi, kecepatan pemberian atau kesalahan instruksi dari dokter, peresepan
yang sulit dibaca yang membawa kepada kesalahan yang mencapai tahap obat
diterima pasien. Beberapa situasi yang termasuk dalam prescribing error dapat
dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Situasi-situasi yang Diperhitungkan Sebagai Prescribing Error

1. Kesalahan dalam membuat keputusan

Ketidaklayakan peresepan berkaitan dengan


kondisi pasien

Peresepan obat untuk pasien dengan kondisi klinik yang menyertai


di mana obat tersebut kontraindikasi

Peresepan obat untuk pasien dengan alergi yang signifikan secara


klinis dan telah terdokumentasi

Tidak memperhitungkan interaksi obat yang berpote ns ial signifikan


Peresepan obat dengan dosis yang menurut BNF atau
rekomendasi data sheet, tidak layak untuk pasien dengan
gangguan fungsi ginjal

Peresepan obat dengan dosis lebih rendah daripada yang


direkomendasi untuk kondisi klinis pasien

Peresepan obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis


diprediksi dapat mencapai kadar serum secara signifikan di atas
rentang terapeutik yang diinginkan

Menulis resep untuk obat dengan indeks terapeutik sempit,


dengan dosis diprediksi untuk mencapai kadar serum secara
signifikan di bawah rentang terapeutik yang diinginkan

Tidak mengubah dosis mengikuti hasil pemeriksaan kadar serum


steady state

yang secara signifikan di luar rentang terapeutik

Meneruskan obat dalam keadaan terjadi adverse drug reaction


secara klinis signifikan

Peresepan 2 obat untuk indikasi yang sama ketika hanya 1


obat yang diperlukan

Meresepkan obat yang tidak ada indikasinya pada pasien

Masalah farmasetika

Meresepkan obat untuk diberikan secara infus intravena dalam


pelarut yang inkompatibel dengan obat yang diresepkan

Meresepkan obat untuk diinfuskan melalui intravena perifer,


dalam konsentrasi lebih besar dari yang direkomendasikan untuk
pemberian perifer

2. Kesalahan dalam penulisan peresepan

Gagal untuk mengkomunikasikan informasi yang penting

Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan


Menulis dengan tidak jelas / tidak terbaca

Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur yang


tidak terstandarisasi
Menulis instruksi obat yang ambigu

Meresepkan suatu tablet di mana tersedia lebih dari satu kekuatan


obat tersebut

Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan


dengan lebih dari satu rute

Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermitten,


tanpa menspesifikasi durasi penginfusan

Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep

Kesalahan transkripsi

Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat
yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit

Meneruskan kesalahan peresepan dari dokter praktek umum ketika


menulis obat pasien saat datang ke rumah sakit

Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di


daftar obat pasien.

Menulis mg ketika mcg yang dimaksudkan

Menulis resep untuk dibawa pulang yang tanpa disengaja berbeda


dengan obat yang diresepkan di daftar obat pasien rawat inap

2. Dispensing Error

Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik bergantung pada
metode dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode
distribusi obat floor stock, semi floor stock, unit dose, menggunakan mesin
otomatis, metode distribusi injeksi yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb
mempunyai konsekuensi masing-masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang
dapat terjadi. Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :

- Salah obat

- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai

- Salah bentuk sediaan

- Salah jumlah

- Salah kekuatan/konsentrasi
b. Salah teknik persiapan :
- Meracik

- Mempersiapkan iv admixture

- Rekonstitusi

- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi


c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :

- Keterlambatan dispensing

- Salah etiket/label : salah nama pasien, kam ar, register, aturan pakai, dll

- Kesalahan saat proses transportasi

- Kesalahan penyerahan

3. Administration Error

Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat kepada


pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada
tahap pemberian obat dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jenis-jenis Administration Error
Tipe Deskripsi
Ommission error Gagal memberikan dosis obat kepada pasien
sampai jadwal

berikutnya

Wrong pasien Memberikan obat pada pasien yang salah

Wrong time error Pemberian obat diluar dari interval waktu


yang telah ditentukan

Anauthorized Pemberian obat kepada pasien tanpa instruksi resmi dari


error dokter
Improper dose Memberikan obat kepada pasien dengan dosis lebih
error besar
atau kecil daripada yang diinstruksikan dokter penulis
resep,
 bisa karena salah kekuatan/konsentrasi obat atau aturan
 pakai yang salah
Wrong dosage Pemberian obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
form error tidak
sesuai dengan instruksi penulis resep
Wrong drug Penyiapan obat dengan cara yang salah sebelum obat
 preparation diberikan
error
Wrong Prosedur yang tidak layak atau teknik yang tidak benar
Administrationtechnique error dalam memberikan obat ke pasien termasuk:
- salah kecepatan infus
- salah kecepatan injeksi
- salah metode pemberian obat NGT, dll
- salah rute
 Deteriorated Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau secara
drug error kimia
atau fisika integritasnya telah berkurang
4. Compliance Error

Compliance error adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan


ketaatan pasien.

5. Monitoring Error

Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
BAB III
TATA LAKSANA

A. IKP Medication Er ror

Bila terjadi IKP medication error maka pelaporannya mengikuti alur


pelaporan IKP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan kemudian melakukan
investigasi untuk menentukan proses yang mengalami kegagalan dengan
menggunakan form yang terlampir

B. Prinsip Medication Safety

1. Peran Apoteker Dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien

Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan


kefarmasian. Dalam mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi
masalah yang perlu diperhatikan. Dari data-data yang termuat dalam bab
terdahulu disebutkan, sejumlah pasien mengalami cedera atau mengalami insiden
pada saat memperoleh layanan kesehatan khususnya terkait penggunaan
obat yang dikenal dengan medication error. Di rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika
melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker yang sudah terlatih. Saat ini
di negara-negara maju, sudah ada apoteker dengan spesialisasi khusus
menangani medication safety. Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan
(Medication Safety Pharmacist) meliputi :
1.1 Mengelola laporan medication error

1.1.1. Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk

1.1.2. Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi

1.2 Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin


medication safety

1.2.1. Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error

1.2.2. Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan


1.2.3. Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden
yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis
1.3 Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek
pengobatan yang aman
1.3.1. Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication
safety dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada
1.4 Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety

1.4.1. Komite Keselamatan Pasien RS


1.4.2. Komite terkait lainnya

1.5 Terlibat di dalam pengembangan dan pengkajian


kebijakan penggunaan obat

1.6 Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan


Keselamatan Pasien yang ada

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi


dua aspek yaitu aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi
pemilihan perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian (misalnya memanfaatkan IT).
Sedangkan, aspek klinik meliputi skrining permintaan obat (resep atau bebas),
penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi obat,
konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan
terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi.
Keterlibatan apoteker dalam tim pelayanan kesehatan perlu didukung
mengingat keberadaannya melalui kegiatan farmasi klinik terbukti memiliki
konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan.
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :

a. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat
diturunkan dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-
obat sesuai formularium.
b. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif
dan sesuai peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari
distributor resmi. Melakukan evaluasi terhadap distributor mengenai
transportasi yang aman, ketepatan waktu, dan ketersediaan obat.
c. Penyimpanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk


menurunkan kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
- Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-
alike,sound-alike medication names) secara terpisah.
- Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs)
yang dapat menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan
pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya:
 menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj,
heparin, warfarin, insulin, narkotik opiat, neuromuscular
blocking agents, thrombolitik, dan agonis adrenergik.
 kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur
dengan obat lain secara alfabetis, tetapi tempatkan secara
terpisah
- Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
 Menyimpan obat menurut abjad dan bentuk sediaan

 Disesuaikan dengan suhu, kelembaban, dan pengaruh


cahaya
- Obat narkotika, psikotropika, prekursor disimpan dalam lemari
khusus terkunci
- Melakukan pemeriksaan berkala untuk penyimpanan obat yang
benar dan kadaluarsa
d. Skrining Resep

Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication


error melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.

- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama


dan nomor rekam medik/ nomor resep,
- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan
interpretasi resep dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau
ketidakjelasan resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.
- Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting
dalam pengambilan keputusan pemberian obat, seperti:
 Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data
klinis (alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya,
Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien
yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit
untuk keperluan perhitungan dosis.
 Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil
laboratorium, tanda-tanda vital dan parameter lainnya).
Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium
yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi
ginjal).
- Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
- Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat
dilakukan dengan penggunaan otomatisasi (automatic stop order),
sistem komputerisasi (e- prescribing) dan pencatatan pengobatan
pasien seperti sudah disebutkan diatas.
- Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk
memastikan obat yang diminta benar, dengan mengaja nama
obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting
harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis
dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.
e. Dispensing

- Penyiapan yang aman

 Menjamin proses peracikan yang aman

 Menyediakan lingkungan yang mendukung penyiapan yang


aman

 Menyediakan informasi obat mengenai cara penyiapan yang


aman

 Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan yang aman

 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.


- Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu
pada saat pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari
wadah, pada saat mengembalikan obat ke rak.
- Dispensing yang aman

 Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat yang


benar dengan menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan
dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
 Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket,
aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat,
kesesuaian resep terhadap isi etiket. Mengedukasi petugas
agar dapat memberikan informasi obat kepada petugas bangsa

f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal


yang penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus
diinformasikan dan didiskusikan pada pasien adalah :
- Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,
lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
- Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan

- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat
lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi
mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
- Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang
sudah rusak atau kadaluarsa.

- Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan


untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses
sebelumnya.
g. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat
inap di rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama
dengan petugas kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah
- Tepat pasien

- Tepat indikasi

- Tepat waktu pemberian

- Tepat obat

- Tepat dosis

- Tepat label obat (aturan pakai)

- Tepat rute pemberian

h. Monitoring dan Evaluasi

Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui


efek terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil
monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal
yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam program
keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus secara terus menerus
mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
Apoteker juga dapat berpartisipasi dalam proses-proses:

- Peresepan yang aman

 Membuat aturan penulisan resep yang lengkap dan jelas

 Melakukan penilaian kualitas peresepan berdasarkan indikator


peresepan

 Menyebarkan informasi mengenai masalah keamanan dan


efektivitas suatu obat
 Melakukan pembahasan kasus medication error berkaitan
dengan prescription error

- Pemberian obat yang aman

 Persiapan obat di bangsal :


a) Memberi masukan untuk proses persiapan yang akurat dan
dengan teknik yang tepat di bangsal.
b) Memberi masukan untuk proses persiapan yang aseptis di
bangsal
c) Mengedukasi petugas untuk penyiapan obat di bangsal
d) Menyediakan informasi obat yang mudah diakses
mengenai persiapan obat

Pemberian obat :

a) Mengedukasi kepada petugas mengenai pemberian obat ,


proses verifikasi dan double cek
b) Mengedukasi untuk pemberian obat dengan cara yang benar
c) Menjamin pemberian obat high alert medicine dengan
aman misalnya dengan membuat standar konsentrasi dan
pelarutan, protokol pemberian, SPO double check
d) Menjamin pelaksanaan medication reconciliation untuk obat
pulang dengan aman

Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain :


a) Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi)
b) Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan sumber
utama terjadinya kesalahan. Institusi pelayanan kesehatan
harus menghilangkan hambatan komunikasi antar petugas
kesehatan dan membuat SOP bagaimana resep/permintaan
obat dan informasi obat lainnya dikomunikasikan.
Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan petugas
kesehatan lainnya perlu dilakukan dengan jelas untuk
menghindari penafsiran ganda atau ketidaklengkapan informasi.
Perlu dibuat daftar singkatan dan penulisan dosis yang berisiko
menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.
c) Kondisi lingkungan
d) Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan, area dispensing harus didesain dengan tepat dan
sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan kelelahan
dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang
nyaman. Selain itu, area kerja harus bersih dan teratur
untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap
pasien perlu disiapkan dalam nampan terpisah.
e) Gangguan/interupsi pada saat bekerja
f) Gangguan/interupsi harus seminimum mungkin dengan
mengurangi interupsi baik langsung maupun melalui telepon.
g) Beban kerja
h) Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk
mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat
menurunkan kesalahan.
i) Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak
cukup kuat dalam menurunkan insiden/kesalahan, tetapi
mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam
sistem menurunkan insiden/kesalahan.

7 Langkah Keselamatan Pasien dalan Medication Safety

Apoteker di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya


dapat menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada
Pelayanan Kefarmasian yang mengacu pada buku Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) (diterbitkan oleh Depkes tahun
2006) :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

- Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil


- Adanya kebijakan Instalasi Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan
lainnya tentang Keselamatan Pasien yang meliputi kejadian yang tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian Sentinel dan
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga farmasi,
pasien dan keluarga jika terjadi insiden.
- Buat, sosialisasikan penerapan SPO sebagai tindak lanjut setiap kebijakan
- Buat buku catatan tentang KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
kemudian laporkan ke atasan langsung
b. Pimpin dan Dukung Staf Anda

- Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien di tempat pelayanan (instalasi farmasi/apotek)
- Adanya suatu tim di Instalasi Farmasi/Apotek yang bertanggung
jawab terhadap keselamatan pasien (sesuai dengan kondisi)
- Tunjuk staf Instalasi Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak
dan mampu mensosialisasikan program (leader)
- Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh seluruh
staf dan tempatkan staf sesuai kompetensi
- Staf farmasi harus mendapat edukasi tentang kebijakan dan SPO
yang berkaitan dengan proses dispensing yang akurat, mengenai nama
dan bentuk obat-obat yang membingungkan, obat-obat
formularium/non formularium, obat-obat yang ditanggung asuransi/non-
asuransi, obat-obat baru dan obat-obat yang memerlukan perhatian
khusus. Disamping itu, petugas farmasi harus mewaspadai dan
mencegah medication error yang dapat terjadi.
- Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan (no blaming culture) agar staf
berani melaporkan setiap insiden yang terjadi.
c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko

- Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan


identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah
- Buat kajian setiap adanya laporan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
- Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak berulang dengan
mengevaluasi SOP yang sudah ada atau mengembangkan SOP bila
diperlukan

d. Kembangkan Sistem Pelaporan


- Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat
melaporkan insiden kepada atasan langsung tanpa rasa takut
- Beri penghargaan pada staf yang melaporkan

e. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien


- Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
- Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi yang
jelas dan tepat
- Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan
apoteker tentang obat yang diterima
- Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta
berikan solusi tentang insiden yang dilaporkan

f. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien


- Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah
- Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk
menghindari berulangnya insiden

g. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :


- Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta
analisis untuk menentukan solusi
- Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design
system), penyesuaian SOP yang menjamin keselamatan pasien
- Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi/Apotek
BAB IV

DOKUMENTASI

A. Kebijakan Rumah Sakit Tentang Medication Safety

1. Medication Error/kesalahan obat adalah setiap kejadian


yang sebenarnya dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau
membawa kepada penggunaan obat yang tidak layak atau
membahayakan pasien, ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh
petugas yang menemukan atau terlibat langsung dengan
kejadian tersebut atau kepala unit/kepala ruang.
3. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur
dan format Laporan Insiden Keselamatan Pasien yang
sudah ditetapkan oleh Panitia Keselamatan Pasien.
4. Kerangka waktu pelaporan, risk grading, tindak lanjut dan
pencegahan medication error mengikuti aturan pelaporan
insiden keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Panitia
Keselamatan Pasien.
5. Tipe kesalahan obat (medication error) yang harus
dilaporkan adalah Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak
Cedera (KTC), Kejadian Tidak Di- harapkan KTD) / Adverse Event
dan Sentinel Event.
6. Indeks medication error untuk kategorisasi error (berdasarkan
dampak) no error, error no harm, error harm.
7. Tipe kesalahan obat (medication error) berdasarkanalur
proses pengobatan adalah unauthorized drug, improper
dose/quantity, wrong dose preparation method, wrong dosage
form, wrong patient, omission error, extra dose, prescribing error,
extra dose, prescribing error, wrong administration technique, wrong
time.

B. SPO Pelaporan Medication Error

SPO pelaporan medication error mengikuti pelaporan IKP yang berlaku di


Rumah Sakit Umum Daerah Besuki.
BAB V
PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan


layanan pasien yang aman, khususnya dalam rangka mencegah medication
error. Panduan ini masih jauh dari sempurna sehingga panduan akan ditinjau
kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar
akreditasi.
DAFTAR PUSTAKA

American Society of Hospital Pharmacists ASHP


Guidelines on Preventing Medication Errors in Hospitals.
Am J Hosp Pharm. 1993; 50:305–14.
Aspden, P., Wolcott, J., Bootman, J.L, Cronenwett, L.R.,” Preventing
Medication Errors: Quality Chasm Series”, The National
Academies Press, Washington, DC, 2007
B Dean, M Schachter, C Vincent, N Barber, “
Prescribing errors in hospitalinpatients: their incidence and clinical
significance”, Qual Saf Health Care 2002;11:340–344
National Coordinating Council for Medication Error Reporting
and Prevention (NCC MERP), “NCC MERP
Taxonomy of Medication
Errors” 1998 National Coordinating Council for
Medication Error Reporting and
Prevention (NCC MERP), “NCC MERP Index for
Categorizing Medication Errors”, 2001
Tanggung jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2008

Anda mungkin juga menyukai