Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) kepada pengguna layanan
atau keluarganya, yang berisi :
Persetujuan umum tersebut diminta pada saat pengguna layanan datang pertama kali untuk
rawat jalan dan setiap rawat inap. Tambahan general consent ranap:
Penerimaan pasien meliputi: pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran pasien rawat
inap, dan menahan pasien untuk observasi atau stabilitasi.
Standar 3.1
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien sampai dengan
pemulangan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan mutu pelayanan.
3.1.1 Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan dilaksanakan dengan efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pasien dan keluarga.
Untuk melindungi secara efektif dan mengedepankan hak pasien, Kepala Puskesmas
dan penanggung jawab pelayanan klinis bekerja sama dan berusaha memahami
tanggung jawab mereka dalam hubungannya dengan komunitas yang dilayani.
Standar 3.1
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien sampai dengan
pemulangan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan mutu pelayanan.
3.1.1 Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan dilaksanakan dengan efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pasien dan keluarga.
Keselamatan pasien dan petugas sudah harus diperhatikan sejak pertama pasien
mendaftarkan diri ke puskesmas kontak dengan Puskesmas, terutama dalam hal
identifikasi pasien minimal dengan 2 identitas yang relatif tidak berubah: nama
lengkap, tanggal lahir, atau nomor rekam medis, dan tidak boleh menggunakan nomor
kamar pasien atau lokasi pasien dirawat.
Standar 3.1
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien sampai dengan
pemulangan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan mutu pelayanan.
3.1.1 Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan dilaksanakan dengan efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pasien dan keluarga.
Pendaftaran
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang
diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent
Informed Consent
Standar 3.1
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien sampai dengan
pemulangan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan mutu pelayanan.
3.1.1 Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan dilaksanakan dengan efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pasien dan keluarga.
• Dokter lain
Bila berhalangan? • Tenaga kesehatan lain
Standar 3.1
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien sampai dengan
pemulangan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan mutu pelayanan.
Consent
Refuse
Hak untuk membuat keputusan, alternatif pelayanan dan
potensi hasil dari keputusan pengobatan, yaitu alternatif
tersebut dan tanggung jawab tindakan pelayanan atau
mereka berkenaan dengan pengobatan,
Diagnosis dan tata cara
Tujuan
Alternatif
prognosis
Perkiraan biaya
Standar 3.1
Standar 3.1
EP 4 Pasien/keluarga pasien memperoleh D Bukti pelaksanaan informed consent
informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang
berisiko yang akan dilakukan sebelum
memberikan persetujuan atau
penolakan (informed consent),
termasuk konsekuensi dari keputusan
penolakan tersebut. (D)
Standar 3.1
Kajian Pasien
Informasi
anamnesis (data Subjektif = S), pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (data Objektif = O).
Analisis Informasi
menghasilkan masalah, kondisi, dan diagnosis
untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien
Rencana Asuhan
solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan
pasien.
Standar 3.2
3.2.1. Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara paripurna dan mencakup berbagai
kebutuhan dan harapan pasien / keluarga dan mencegah penularan infeksi. Asuhan pasien dilaksanakan
berdasarkan rencana asuhan medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan memperhatikan
kebutuhan pasien, dan berpedoman pada panduan praktik klinis.
Pada saat pasien pertama kali diterima dilakukan kajian awal, untuk selanjutnya dilakukan
kajian ulang secara berkesinambungan baik pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat
inap sesuai dengan perkembangan kondisi kesehatannya
Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain
meliputi: status fisis/neurologis/mental, psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan,
riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi
tubuh), asesmen risiko gizi, , kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan.
Pelaksanaan Koordinasi
PENDAFTARAN Proses Kajian asuhan
CPPT
Hak &
Isi
Kewajiban Kajian Regulasi
Pasien
1.2.2
Cara & Bahasa
dipahami D R
Kebutuhan:
Privasi
Partisipasi Kompeten Rencana pemulangan
Asuhan nyeri
Standar 3.2
3.2.1 Elemen Penilaian:
1. Dilakukan penapisan (skrining) dan pengkajian awal secara paripurna oleh tenaga
yang kompeten untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan sesuai panduan praktik
klinis, termasuk penanganan nyeri dan dicatat dalam rekam medis. (R,D,O,W)
2. Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga medis, dapat dilakukan pelimpahan
wewenang tertulis kepada perawat dan/ atau bidan yang telah mengikuti pelatihan,
untuk melakukan kajian awal medis dan pemberian asuhan medis sesuai kewenangan
delegatif yang diberikan. (R,D)
3. Rencana asuhan dibuat berdasarkan hasil pengkajian awal, dilaksanakan dan di
monitor, serta direvisi berdasarkan hasil kajian lanjut sesuai dengan perubahan
kebutuhan pasien (D,W
4. Dilakukan asuhan pasien termasuk jika diperlukan asuhan secara kolaboratif sesuai
rencana asuhan dan panduan praktik klinis dan/atau prosedur-prosedur asuhan klinis,
agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan tercatat di rekam medis. (D, W)
5. Dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan evaluasi serta tindaklanjut bagi
pasien dan keluarga dengan metode yang dapat dipahami oleh pasien dan keluarga.
(D,O)
D
D
Standar 3.2
EP 1 Dilakukan penapisan (skrining) dan pengkajian R Regulasi tentang pelayanan UKP, di dalamnya
awal secara paripurna oleh tenaga yang kompeten termasuk yang mengatur tentang skrining oleh
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan tenaga yang kompeten untuk mengidentifikasi
sesuai panduan praktik klinis, termasuk penangan kebutuhan pelayanan, dan penanganan nyeri.
nyeri dan dicatat dalam rekam medik (R, D, O, W) Ketersediaan panduan praktik klinis
3.2.1 Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara paripurna dan mencakup berbagai kebutuhan
dan harapan pasien/keluarga dan mencegah penularan infeksi. Asuhan pasien dilaksanakan berdasarkan rencana
asuhan medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan memperhatikan kebutuhan pasien, dan
berpedoman pada panduan praktik klinis.
MANDAT &
DOKTER DELEGATIF
BIDAN
DOKTER MANDAT & PERAWAT
DELEGATIF
Pelimpahan wewenang secara MANDAT diberikan oleh
DOKTER kepada Bidan sesuai kompetensinya.
Pelimpahan wewenang secara MANDAT diberikan oleh
TENAGA MEDIS kepada Perawat untuk melakukan sesuatu Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang secara
tindakan medis di bawah pengawasan tenaga medis yang MANDAT harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara
melimpahkan wewenang. berkala
Pelimpahan wewenang secara DELEGATIF yang diberikan oleh
Pelimpahan wewenang secara DELEGATIF untuk melakukan Pemerintah Pusat atau PEMERINTAH DAERAH dalam rangka:
sesuatu tindakan medis diberikan oleh TENAGA MEDIS kepada a. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu; atau
Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab. b. program pemerintah.
Tugas sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan Pelirnpahan wewenang secara delegatif disertai pelimpahan
wewenang dilaksanakan berdasarkan: tanggung jawab.
1. pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis Pelimpahan wewenang secara delegatif pada saat tidak adanya
dari dokter dan evaluasi pelaksanaannya; atau tenaga medis dan nakes lain di tempat bidan bertugas dan
2. dalam rangka pelaksanaan program pemerintah. ditetapkan pemerintah pusat atau pemerintah daerah
Standar 3.2
Surat pelimpahan wewenang
2. Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga medis, dapat dilakukan
pelimpahan wewenang tertulis kepada perawat dan/ atau bidan yang telah
mengikuti pelatihan, untuk melakukan kajian awal medis dan pemberian
asuhan medis sesuai kewenangan delegatif yang diberikan. (R,D)
3. Rencana asuhan dibuat berdasarkan hasil pengkajian awal, dilaksanakan dan
di monitor, serta direvisi berdasarkan hasil kajian lanjut sesuai dengan
perubahan kebutuhan pasien (D,W
4. Dilakukan asuhan pasien termasuk jika diperlukan asuhan secara kolaboratif
sesuai rencana asuhan dan panduan praktik klinis dan/atau prosedur-
prosedur asuhan klinis, agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan
tercatat di rekam medis. (D, W)
5. Dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan evaluasi serta tindaklanjut
bagi pasien dan keluarga dengan metode yang dapat dipahami oleh pasien
dan keluarga. (D,O)
D
D
Standar 3.2
EP 3 Rencana asuhan dibuat berdasarkan D Bukti pelaksanaan kajian awal, bukti
hasil pengkajian awal, dilaksanakan adanya rencana asuhan (SOAP), bukti
dan di monitor, serta direvisi pelaksanaan monitoring dan
berdasarkan hasil kajian lanjut sesuai perkembangan pasien, dan tindak
dengan perubahan kebutuhan pasien lanjutnya baik pasien rawat inap
(D,W). maupun rawat jalan (CPPT)
Form pemberian
edukasi D
Standar 3.2
EP 5 Dilakukan penyuluhan/pendidikan D Bukti pelaksanaan
kesehatan dan evaluasi serta penyuluhan/pendidikan kesehatan dan
tindaklanjut bagi pasien dan keluarga evaluasinya yang dicatat dalam rekam
dengan metode yang dapat dipahami medis
oleh pasien dan keluarga. (D,O)
O Proses pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga
STANDAR 3.3
3.3.1 Pasien gawat darurat diberikan prioritas untuk asesmen dan pelayanan sesegera
mungkin sebagai bentuk pelaksanaan triase.
Prosedur penanganan pasien gawat darurat disusun berdasar panduan praktik klinis
untuk penanganan pasien gawat darurat dengan referensi yang dapat
dipertanggungjawabkan
• Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada pedoman tata laksana
triase sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan penentuan atau penyeleksian
pasien yang harus didahulukan untuk mendapatkan penanganan
• Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, termasuk
melakukan deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit menular misalnya infeksi melalui
udara/airborne.
Standar 3.3
EP 2 Pasien gawat darurat yang perlu dirujuk R (Regulasi tentang pelayanan UKP,
ke FKRTL, diperiksa dan dilakukan didalamnya memuat pengaturan
stabilisasi terlebih dahulu sesuai tentang rujukan ke FKRTL)
kemampuan Puskesmas dan dipastikan
dapat diterima di FKRTL sesuai dengan
kebijakan, pedoman dan prosedur yang
ditetapkan. (D,O)
D Bukti dalam rekam media bahwa pasien
yang akan dirujuk diperiksa, dilakukan
stabilisasi, dan ada komunikasi dengan
FKRTL untuk memastikan pasien
diterima di fasyanken rujukan
O Proses rujukan pasien
STANDAR 3.4
EP 1 Pelayanan anestesi lokal dilakukan oleh R (regulasi tentang pelayanan UKP, didalamnya
tenaga kesehatan yang kompeten sesuai memuat pengaturan tentang pelayanan
dengan kebijakan dan prosedur . (D, O, W) anestesi lokal)
D Bukti catatan laporan anestesi yang
ditandatangani oleh petugas yang melakukan
anestesi dalam rekam medis
O Proses pelaksanaan anestesi lokal
PPK SPO
FOR
MULA RME
RIUM
STANDAR 3.5
Terapi Gizi dilakukan sesuai
kebutuhan pasien
dan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Kriteria 3.5.1
• Perlu diperhatikan :
– Labelisasi : identitas px dan jenis diet
– Re-identifikasi pasien
– Re-identifikasi jenis diet
Susun Petugas Gizi
SIKLUS Petugas GIZI pesan
menu makanan Px
Penyajian
Bahan Makanan
Memasak sesuai
Mentah masak
pesanan
Penyimpanan Penyimpanan
Pendistribusia
Bahan makanan
n makanan px
Mentah masak
Monitoring :
Evaluasi - Jadwal
- makanan
Susun Petugas Gizi
SIKLUS Petugas GIZI pesan
menu makanan Px
KOLABORASI
Penyajian
Bahan Makanan KP
Memasak sesuai
Mentah masak
pesanan
KONTAMINASI :
Penyimpanan Material fisik Penyimpanan
Pendistribusia
Bahan makanan
Material kimia n makanan px
Mentah masak
Material biologis
Evaluasi Monitoring
Nutrisient memonitor pihak ketiga
Susun Petugas Gizi
SIKLUS Petugas GIZI pesan
menu makanan Px
Penyajian
Bahan Makanan
Memasak sesuai
Mentah masak
pesanan
Penyimpanan Penyimpanan
Pendistribusia
Bahan makanan
n makanan px
Mentah masak
Monitoring
Evaluasi
INTENSIF
hal yg perlu diperhatikan
FKTP tidak
memberi
makan px
Makanan px
di pihak
ketigakan
Kebijakan
penyediaan
makan oleh
keluarga
Standar 3.6
Pemulangan pasien
Kriteria 3.6.1
Alternatif
layanan Informasi Obat dan
HAI’s PIO
Informasi
tanggung
jawab OK ? Px pulang
Keputus Persiapan
an kelg Ru px & kelg Ptgs
Sta juk? Petugas pulang
bil? ambulans
Ttd perse Informasi Resume
tujuan hak & Pengantar RM
kewajiban monitor
Mun Informasi
gkin ? risiko & IC& Kontak Alternatif
Pa tanggung FKTRL layanan
ham? jawab
Informasi Ttd
Pa
kondisi px ke Ru peno
ham
keluarga juk?
? lakan
EP Kriteria 3.7.2
Dr Dr
Dr membuat Lanjut
menyususn melakukan
surat rujukan tx ?
rencana yan analisis
Dr
Px ke
menuliskan
FKTRL
R/
1. SEMBUH 1. Keterbatasan
2. MATI kompetensi
3. DIRUJUK 2. Keterbatasan
4. PERMINTAAN sarana
SENDIRI 3. Sesuai kriteria
5. LAYAK RAJAL PPK
Closing joke
• Layanan UKP-P itu layanan yang paling tua di
Puskesmas
• Bahkan sebelum Puskesmas lahir – UKP-P
sudah ada → Balai Pengobatan + BKIA
• Dalam pengalaman akreditasi Puskesmas →
ternyata ada satu kata bijak yang nyata ada
• “Menjadi tua itu pasti – tetapi menjadi
dewasa itu hanya sebuah pilihan”
Partnership forever
Lipa Mitra Nusa - Pasurajati
& Partners
STANDAR 3.8
REKAM MEDIS
dr. Dwi Herlinda Lusi Harini
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang
(UKPP)
3.6 Pemulangan
3.2 Pengkajian, 3.4 Pelayanan 3.8 3.10 Penyelenggaraan
dan tindak
Rencana anastesi Penyelengga Pelayanan
lanjut pasien
Asuhan, dan lokal dan raan Rekam kefarmasian
dilakukan
Pemberian tindakan di Medis dilaksanakan sesuai
sesuai
Asuhan Puskesmas dengan ketentuan
dengan
dilaksanakan dilaksanakan peraturan
prosedur
secara sesuai perundang-
yang
paripurna. standar. undangan.
ditetapkan
3.1 3.3 3.5 3.6 3.8 3.10
• Identitas pasien
• Tanggal dan waktu
• Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
• Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
• Diagnosis
• Rencana penatalaksanaan
• Pengobatan dan/ atau tindakan
• Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
ISI REKAM MEDIS RAWAT JALAN
• Identitas pasien
• Tanggal dan waktu
• Hasil anamnesis, mencakup sekurang-
kurangnya keluhan dan Riwayat penyakit.
• Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
• Diagnosis
• Rencana penatalaksanaan
• Pengobatan dan/ atau tindakan
• Persetujuan tindakan jika diperlukan
• Catatan observasi klinis dan hasil
pengobatan
ISI REKAM MEDIS RAWAT INAP
Pengkajian paripurna:
• Agama / kepercayaan
• Riwayat alergi, penyakit,
pengobatan
• Status fisik
• Status neurologis
• Status mental
• Status biologis, sosial, spiritual,
ekonomi, budaya
• Status fungsional/fungsi tubuh
• Status psikologis
• Status nyeri
• Assesment resiko jatuh
• Status nutrisi
RM RAWAT JALAN
Pengkajian paripurna:
• Assesment keperawatan
• Pengkajian dokter
• Melibatkan pasien dalam proses
asuhan
• Rencana pemulangan / discharge
❑
❑
Hasil
Pemeriksaan
Tindakan Medis,
planning
Pengobatan Dan
Resikonya
❑ Komplikasi
Stempel
pemahaman KIE Discharge Planning
Pengkajian Sekunder
Discharge Planning
RM KEDOKTERAN GIGI
CONTOH PENGISIAN RM
GENERAL CONSENT
AUDIT KELENGKAPAN ISI RM
AUDIT KELENGKAPAN ISI RM
AUDIT KELENGKAPAN ISI
KAJIAN AWAL RM
Formulir Peminjaman RM
TRACER BUKU EKSPEDISI
PERSONAL FOLDER APAR
PENGUKUR SUHU DAN KELEMBAPAN RETENSI
BERITA ACARA PEMUSNAHAN RM
TERIMAKASIH
BAB 3.9
PELAYANAN
LABORAORIUM
dr. DWI HERLINDA LUSI HARINI
DASAR KEBIJAKAN
PMK NO 37 TH 2012
TENTANG
PENYELENGGARANAAN
LABORAORIUM DI
PUSKESMAS
3
Kriteria 3.9.1
1. Kepala Puskesmas menetapkan nilai normal, rentang nilai rujukan untuk setiap jenis
pemeriksaan yang disediakan, dan nilai kritis pemeriksaan laboratorium. (R)
2. Reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai dengan jenis pelayanan yang
ditetapkan, pelabelan dan penyimpanannya, termasuk proses untuk menyatakan jika
reagen tidak tersedia. (D, W)
3. Penyelenggaraan pelayanan laboratorium yang meliputi a sampai dengan i,
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. (D, O, W)
4. Dilakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal terhadap
pelayanan laboratorium sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan
dilakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan (D,O,W)
5. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut waktu pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium.
(D,W)
1
Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun sebagai
acuan, yang meliputi kebijakan dan pedoman, serta
prosedur-prosedur pelayanan laboratorium
14
a. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan
b. Waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi
d. Proses permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen,
pengambilan, dan penyimpanan specimen
e. Pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja
f. Proses pemeriksaan laboratorium
g. Kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan
laboratorium
h. Penggunaan alat pelindung diri
i. Pengelolaan reagen
REGULASI PELAYANAN
LABORATORIUM
17
18
2
Ada penetapan jenis-jenis pelayanan laboratorium
yang disediakan
20
Regulasi /
penetapan jenis-
jenis pelayanan
laboratorium yang
disediakan
21
Terdapat
Penanggung
Jawab
Laboratorium
sesuai perundang-
undangan yang
berlaku
22
Puskesmas
menetapkan
rentang nilai normal
untuk setiap jenis
pemeriksaan yang
disediakan
JENIS REAGEN
Contoh Jenis pemeriksaan lab yang
ditetapkan dalam SK
PROSEDUR PENYIMPANAN REAGEN
1. Petugas menerima reagen dari hasil drop atau dari pengadaa
sendiri
2. Petugas memastikan reagen yang di terima dalam kondisi
baik dan siap untuk digunakan.
3. Petugas memisahkan reagen yang harus disimpan pada suhu
2 C – 8 C atau pada suhu ruang .
4. Petugas memberi etiket
5. Petugas menyimpan reagen dengan system FIFO atau FEFO.
26
REAGENSIA
PENANGANAN DAN
28
PENYIMPANAN REAGEN
● Perhatikan tanggal kadaluwarsa, ,suhu penyimpanan.
● Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan
penerimaan).
● Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan
induk.
● Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi
pada sediaan reagen.
● Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
● Lindungi label dari kerusakan.
● Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak
kena cahaya matahari langsung.
● Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
● Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.
29
PEMANTAUAN MUTU
Bukti pelaksanaan Pemantapan
Mutu Internal (PMI) secara berkala
1. Praanalitik
2. Analitik Bukti pelaksanaan Pemantapan
3. Pasca analitik Mutu Eksternal (PME) secara
berkala
32
PROSEDUR PMI
KIMIA KLINIK
● Setiap melakukan pemeriksaan selalu diikutsertakan serum control
● Hasil kontrol di print dan disimpan dalam map khusus untuk arsip
control
● Amati adanya penyimpangan hasil, bila ada maka cari penyebab dan
solusinya
HEMATOLOGI
● Setiap melakukan pemeriksaan dengan alat Analizer selalu
menyertakan bahan control
● Hasil kontrol diprint dan disimpan dalam map khusus untuk arsip
● Amati adanya penyimpangan hasil, bila ada maka cari
35
SERO IMUNOLOGI
● Untuk pemeriksaan tertentu sudah
KALIBRASI
37
PME
● Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang
pemeriksaan diselenggarakan pada berbagai tingkatan,
yaitu :
1. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian
Kesehatan
2. Tingkat Regional : BBLK
3. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
38
Rujukan specimen :
1. Spesimen stabil.
2. Tidak terkena sinar matahari
3. Suhu pengiriman disesuaikan.
4. Kemasan di beri Label
5. Media transport ( unruk
mikrobiologi )
6. Disertai formulir pengiriman
DATA FORMULIR PENGIRIMAN
SPESIMEN
● Nomor spesimen ● Jenis spesimen dan asal
● Nama penderita bahan
● Umur ● Gejala penyakit, lamanya
● Jenis kelamin penyakit dan pengobatan
● Alamat penderita yang diberikan sebelumnya
● Tanggal dan jam ● Permintaan pemeriksaan
pengambilan specimen ● Tanggal pengiriman
● Nama serta alamat pengirim
44
CONTOH
FORMULIR
45
EP REGULASI DOKU
MEN
1. Kepala 1. SK Pelayanan Laboratorium yang mengatur : Form
Puskesmas • Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan sesuai dengan hasil
menetapkan kebutuhan masyarakat dan kemampuan puskesmas, pemeriks
nilai normal, • Waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium aan
rentang nilai • Pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi, laboratori
rujukan • Proses permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen, um
untuk setiap pengambilan, dan penyimpanan specimen, mencantu
jenis mkan
• Pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja pada puskesmas rawat
pemeriksaan nilai
inap atau puskesmas yang menyediakan pelayanan di luar jam
yang normal
kerja,
disediakan, dan nilai
dan nilai • Proses pemeriksaan laboratorium kesehatan dan keselamatan rentang
kritis kerja dalam pelayanan laboratorium, rujukan
pemeriksaan • Penggunaan alat pelindung diri,
laboratorium. • Pengelolaan reagen dan terutama menetapkan nilai normal,
(R) rentang nilai rujukan dan nilai kritis
No Kriteri EP Regulasi Dokumen
a
Kata Peringatan
Pernyataan bahaya:
Keterangan tambahan -Klasifikasi B3
- Fisik, kesehatan dan lingkungan
Identitas pemasok
No Hasil Monitoring Hasil Evaluasi Tindak Lanjut Pelaksanaan Hasil Keterangan
1. Terdapat reagen Tidak dilakukan Sosialisasi 10 Mei 2021 Dilakukan Evaluasi hasil
KOH 10% dan kit FIFO ulang sosialisasi oleh monitoring
kolesterol yang pengelolaan PJ Lab terhadap pengelolaan
expired dan seluruh tenaga reagen
penyimpanan teknis lab
reagen
2. Petugas lab tidak
melepaskan sarung
tangan selama satu
hari penuh
3. Petugas masih
melakukan
recapping
Dilakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan
mutu eksternal terhadap pelayanan laboratorium sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilakukan
perbaikan jika terjadi penyimpangan
Indikator Mutu SDM
LABORATORIUM ▪ Prosentase waktu tunggu hasil ▪ ATLM ( Ahli Teknologi Laboratorium Medik D3
PUSKESMAS ▪ Lab.hematologi rutin cito dan kimia darah cito ≤ Analis Kesehatan ( 6 org)memiliki STR dan SIP
60 menit 100%
KECAMATAN TEBET ▪ Indikator Keselamatan Pasien
▪ Tepat Identifikasi Pasien 100%
❖Ruangan Sampling (Pra Analitik) ❖Proses Analitik ❖Pasca Analitik (Validasi)
❖SOP SOP
a) Sop Pelayanan Laboratorium Sop Pemeriksaan laboratorium beresiko
Sarana dan Prasarana ▪ Rotator b) Sop Penerimaan Spesimen
tinggi
Sop Pemantauan waktu penyampaian hasil
▪ Printer ▪ Mixer c) Sop Pengelolaan reagen pemeriksaan laboratorium pasien
▪ Komputer ▪ Mikropipet d) Sop Perbaikan Instrumen urgen/gawaat darurat (Cito)
e) Sop Pelaporan Nilai Kritis Sop Pemantauan pelaksanaan Prosedur
▪ Hematologi Analyzer ▪ Alat gula strip f) Sop Pemantapan Mutu laboratorium
▪ Clinical chemistry ▪ AC g) Sop Pemantauan Alat pelindung diri Sop Pengelolaan Limbah
▪ Mikroskop ▪ Kulkas h) Sop Pelaksanaan, Diklat Prosedur baruSop Penggunaan alat pelindung Diri
i) Sop Bahan, berbahaya, peralatan baruSop Distribusi reagensia
▪ Centrifuge ▪ Alat LED Sop Rujukan laboratorium
TERIMAKASIH
STANDAR 3.10
PELAYANAN KEFARMASIAN
dr. Dwi Herlinda Lusi Harini
DASAR KEBIJAKAN
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan
Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas
• Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
diselenggarakan di ruang Farmasi.
• PJ ruang Farmasi : Apoteker.
• Bila tidak ada apoteker maka Puskesmas dapat
menyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian tetapi
secara terbatas yaitu :
1. Melakukan pengelolaan sediaan farmasi
dan BMHP
2. Melakukan pengkajian dan pelayanan
resep, pelayanan informasi obat, dan
monitoring efek samping obat.
Standar 3.10
Pelayanan kefarmasian
dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
2. Pelayanan Farmasi Klinis.
Standar 3.10
1. PENGELOLAAN SEDIAN FARMASI DAN BMHP terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Standar 3.10
Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus
tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai acuan dalam pemberian pelayanan
pada pasien, mengacu pada formularium nasional dan pemilihan jenis obat melalui
proses kolaboratif antar pemberi asuhan, dengan mempertimbangkan kebutuhan
pasien, keamanan, dan efisiensi.
❖ PERENCANAAN
Tahapan penyusunan formularium
1. Meminta usulan obat dari
penanggungjawab pelayanan
2. Membuat rekapitulasi usulan obat;
3. Membahas usulan bersama Kepala
Puskesmas, dokter, dokter gigi,
perawat dan bidan ;
4. Menyusun daftar obat yang masuk ke
dalam formularium Puskesmas;
5. Penetapan formularium Puskesmas
oleh Kepala Puskesmas;
• Pemilihan Obat mengacu pada FORNAS / 6. Sosialisasi dan edukasi formularium
DOEN kepada seluruh tenaga kesehatan
• Dibuat Setahun 1 kali Pkm;
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP oleh tenaga kefarmasian sesuai
dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
• pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elem Regulasi yang disusun Dokumen yang
en dibutuhkan
Penil
aian
• Tanggung Jawab
apoteker
• Lemari khusus yang
memiliki 2buah kunci
yang berbeda
• Bila ukurang kurang dari
40 x 80 x 100 cm maka
di tanam
• Diletakkan di tempat
yang aman , tidak
mudah terlihat
FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN FORMULIR PELAPORAN PEMAKAIAN
NARKOTIKA PSIKOTROPIKA
PROSEDUR PENYIMPANAN NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIOKA
1. Siapkan lemari narkotika dan psikotropika
2. Cek tanggal kadaluarsa
3. Lengkapi label identitas
4. Buka kedua kunci pintu lemari
5. Simpan obat di lemari narkotika
6. Simpan kedua kunci lemari oleh dua orang yang berbeda.
7. Masukkan data narkotika dan psikotropika pada kartu stok.
8. Kunci kedua pintu dan simpan kedua kunci pintu oleh dua orang
yang berbeda.
9. Lakukan monitoring suhu dan kelembaban udara dalam lemari dan
Catat suhu dan kelembaban udara setiap pagi hari
PENYIMPANAN B3
Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah
terbakar, disimpan di tempat khusus.
Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
PENANDAAN B3
ASPEK KHUSUS
Obat High Alert , terdiri atas:
1. Obat risiko tinggi,
2. Obat dengan nama, kemasan, label,
penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike) dan bunyi ucapan sama
(sound alike) biasa disebut LASA, atau
disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan
Mirip (NORUM).
3. Elektrolit konsentrat
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT
• Penyimpanan dilakukan
terpisah, mudah
dijangkau dan tidak
harus terkunci.
• Penempelan stiker High
Alert pada satuan
terkecil).
HIGH ALERT
LASA ( LOOK ALIKE SOUND ALIKE )
Contoh obat LASA dengan bentuk sediaan • Klinik menetapkan daftar obat
berbeda (syrup dan drop) Look Alike Sound Alike
(LASA)/nama-obat-rupa-
ucapan-mirip (NORUM).
• Penyimpanan obat
LASA/NORUM tidak saling
berdekatan dan diberi label
khusus sehingga petugas dapat
lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM.
Contoh obat LASA dengan kekuatan berbeda
LASA
Contoh obat LASA disimpan tidak berdekatan dan Diberi label “LASA”
❖ PENDISTRIBUSIAN
METODE :
1. Resep Perorangan
2. Sistem Persediaan di Ruang Rawat (Floor Stock )
3. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose
Dispensing/UDD)
❖ PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN
Pemusnahan obat , bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu/rusak.
2. Telah kadaluwarsa.
3. Dicabut izin edarnya.
PROSEDUR :
• Mencatat keluhan yang di sampaikan pasien
• Melakukan asesmen pasien dan identifikasi obat obatan yang di
konsumsi terhadap keluhan sehubungan dengan obat yang
digunakan,
• Membuat laporan efek samping obat menggunakan formulir MESO
• Pimpinan Klinik memeriksa dan menandatangani Laporan
Monitoring Efek Samping Obat
• Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
❖ EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
(EPO)
• Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan
Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif,
aman, dan terjangkau (rasional).
1. Penerimaan,
2. Pemeriksaan ketersediaan,
3. Pengkajian resep,
4. Penyiapan termasuk peracikan obat,
5. Penyerahan disertai pemberian informasi.
• Resep bersifat rahasia.
• Resep harus disimpan di ruang Farmasi paling singkat
selama 5 (lima) tahun seteh itu bisa dimusnahkan.
PENGKAJIAN RESEP MELIPUTI :
PERSYARATAN ADMINISTRASI :
1. Nama, No RM, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB & TB
2. Nama, No.SIP/SIPK dokter , alamat, serta paraf,
kewenangan klinis dokter, serta akses lain.
3. Tanggal resep
4. Ada tidaknya alergi
5. Resep obat yang mengandung narkotika untuk jumlah
harus di tulis dengan ejaan dan diberi tanda tangan
dokter
PERSYARATAN FARMASETIK :
1. Nama obat, bentuk , jumlah dan kekuatan sediaan obat
2. Stabilitas dan OTT
3. Aturan dan cara penggunaan
4. Tidak menuliskan singkatan yang tidak baku
PERSYARATAN KLINIS :
1. Ketepatan indikasi, obat, dosis dan waktu penggunaan obat;
2. Aturan, cara, dan lama penggunaan Obat;
3. Duplikasi pengobatan;
4. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
5. Kontraindikasi dan Interaksi obat.
CONTOH RESEP
Pelayanan Resep
1. Menyiapkan obat sesuai dengan Resep:
– Menghitung kebutuhan jumlah obat
– Mengambil obat
– Lakukan double check
2. Melakukan peracikan obat.
3. Memberikan etiket obat ( berisi informasi tentang
tanggal, nama pasien, dan aturan pakai ).
4. Beri etiket warna biru untuk obat luar dan etiket warna
putih untuk obat dalam.
5. Memberikan keterangan “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi.
6. Memberikan keterangan “habiskan” pada antibiotik.
7. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda
8. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat (kesesuaian penulisan etiket dengan resep).
9. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien dan memeriksa ulang identitas
dan alamat pasien
10. Memastikan 5 (lima) tepat yakni, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
rute, tepat waktu pemberian.
11. Menyerahkan dan memberikan informasi obat (nama, sediaan, dosis, cara
pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi, efek samping, cara penyimpanan,
stabilitas, dan informasi lain yang dibutuhkan) kepada pasien. Jika diperlukan
pasien dapat diberi konseling obat di ruang konseling.
12. Menyimpan dan mengarsip resep sesuai dengan ketentuan.
Setelah penyiapan Obat lakukan :
1. Pemeriksaan kembali mengenai penulisan etiket
dengan resep.
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan obat disertai pemberian
informasi obat terkait aturan pakai dan interval
waktu penggunaannya , manfaat obat, makanan
dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan
obat,
5. Memastikan bahwa yang
menerima obat adalah
pasien atau keluarganya;
6. Membuat salinan resep
sesuai dengan resep asli
dan diparaf oleh apoteker
7. Menyimpan resep pada
tempatnya;
8. Apoteker membuat
catatan pengobatan pasien
3.10.1 Elemen Penilaian:
1. Tersedia daftar formularium obat puskesmas. (D)
2. Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh tenaga
• kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
3. Dilakukan rekonsiliasi obat, dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga kefarmasian
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. (D,O,W)
4. Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan
pemberian obat (D, O, W)
5. Dilakukan edukasi pada setiap pasien tentang indikasi dan cara penggunaan obat.
(D,O,W)
6. Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana diperlukan, dan dapat diakses untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi, dipantau dan diganti tepat waktu
setelah digunakan atau bila kadaluarsa. (O, D, W)
7. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut ketersediaan obat, kesesuaian peresepan
dengan formularium. (D,W)
No Kriteria Elemen Regulasi yang disusun Dokumen yang dibutuhkan
Penilaia
n
Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi yang
tepat adalah sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi penyimpanan obat emergensi di
tempat pelayanan dan obat-obat emergensi yang harus disuplai ke lokasi tersebut.