Anda di halaman 1dari 16

FARMASI PEMERINTAHAN

PERAN APOTEKER DI
PUSKESMAS
( kelompok 3)
Kelompok 3

Hesti Nofandriana : 172211101035


Angelia Theodora : 172211101056
Lucky Yuristika Prahes Kumala : 172211101062
Eunike A prilianio : 172211101064
Muh. Agus Mauludin : 172211101067
Nindi Dipamela Yuniar : 172211101068
Aini Zuhriyah : 172211101071
Intan Nur Saadah : 172211101076
Fara Nur Savira : 172211101085
PENDAHULUAN
STUDI KASUS

PERAN APOTEKER DI
PUSKESMAS
Undang-undang Republik Indonesia nomor
36 tahun 2009

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri


dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (Pasal 1).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 51 tahun 2009
Fasilitas
Pelayanan
Kefarmasian

Instalasi
farmasi
Praktek Kefarmasian antara lain rumah sakit

disebutkan bahwa tenaga kefarmasian


Puskesmas
adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
apoteker dan tenaga teknis Klinik

kefarmasian.
Toko obat

Praktik
bersama
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74
tahun 2016

Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, peran


apoteker dalam perencanaan sediaan farmasi bertujuan
untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan
farmasi yang dibutuhkan.
PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2014, standar


pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 kegiatan yang meliputi

kegiatan yang bersifat


manajerial berupa pengelolaan
obat dan bahan medis habis
pakai

kegiatan Farmasi Klinik


31 Perencanaan kebutuhan Obat dan BMHP Pengelolaan Obat dan
2
Bahan Medis Habis
Permintaan obat dan BMHP
Pakai
3 Penerimaan Obat dan BMHP
3
4
Penyimpanan Obat dan BMHP

5 Pendistribusian Obat dan BMHP


3
6 Pengendalian dan BMHP

7 Pencatatan, pelaporan, pengarsipan dan BMHP


3
8 Pemantauan dan evaluasi pengelolaan dan BMHP
Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari


Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan Farmasi
31 Pengkajian resep, penyerahan Obat dan pemberian
Informasi Obat
Klinik
2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

3 Konseling
3
4
Ronde / Visite Pasien ( rawat inap)

5 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat


3
6 Pemantauan terapi obat

7 Evaluasi Penggunaan Obat


3
Kasus 1

Seorang pasien bernama Ketut Yasa (58), Warga Kelurahan Penarukan, Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Singaraja memprotes pelayanan dokter di Puskesmas Buleleng Tiga.
Yasa menjadi korban yang diduga akibat tidak cermatnya dokter yang memberikan obat.
Pasien menerima obat tetes telinga yang seharusnya diberikan adalah obat tetes mata, dan
diduga dokter memberikan obat yang salah hingga dua kali. Hal tersebut menyebabkan
penyakit mata yang diderita pasien semakin parah. Ketut Yasa menuturkan kejadian tersebut
berawal ketika matanya merasa perih dan diduga iritasi sehingga diperiksakan ke Puskemas
Buleleng Tiga. Setelah diperiksa, dia mendapat resep dan mengambil obat yang di
rekomendasi dokter puskemas. Mata pasien terasa semakin perih saat menggunakan obat
tersebut namun ia tahan dengan anggapan bahwa itu efek dari penggunaan obat, namun rasa
perih yang dirasakan tak kunjung hilang Pasien akhirnya memerikasakan matanya ke tempat
praktik dokter spesialis karena khawatir kondisi matanya semakin parah dan beliau juga
menanyakan obat yang diberikan dokter Puskesmas yang ternyata obat tetes telinga.
https://youtu.be/_Dllkp9oCBI
Solusi
Dalam menangani kasus tersebut supaya tidak terjadi kesalahan
pemberian obat terhadap pasien, sebaiknya pada setiap puskesmas perlu
dipekerjakan seorang apoteker untuk mendukung adanya patient safety. Hal
tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 Tahun 2009 dan UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa pelayanan
kefarmasian di Puskemas, klinik, rumash sakit dan apotek wajib dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker. Hal tersebut dibuat karena obat merupakan
produk khusus yang memiliki sifat khusus sehingga pengaturan pemberian obat
yang dilakukan wajib dilakukan oleh seseorang yang memiliki keahlian dibidang
tersebut yaitu apoteker atau asisten apoteker. Dengan demikian, membuktikan
bahwa Puskesmas Buleleng Tiga tidak mengindahkan peraturan yang ada.
Kasus 2

Dikutip dari Rimanews.com (31/08/16), Dinkes


Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Ahmad Sobirin menyampaikan bahwa terhitung mulai
tahun 2011 hingga tahun 2015 ditemukan ribuan obat
kadaluarsa senilai Rp1,4 miliar yang pengadaannya berasal
dana APBD dan APBN. Obat-obatan kadaluarsa ini ditemukan
di sembilan puskemas. Kebanyakan yang ditemukan oleh
dinkes adalah obat cair seperti sirup. Ia mengatakan salah satu
indikasi penyebab kedaluwarsa ini, karena perencanaan
pengadaan obat oleh dokter tidak tetap di puskesmas yang
tidak tertib.
SOLUSI

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang


standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, peran apoteker dalam
perencanaan sediaan farmasi bertujuan untuk mendapatkan perkiraan jenis dan
jumlah sediaan farmasi yang dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan sediaan
farmasi dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit dan pola konsumsi
periode sebelumnya oleh apoteker dengan melibatkan tenaga kesehatan yang
lain seperti dokter atau tenaga medis lainnya supaya tidak terjadi adanya
penumpukan obat yang menyebabkan terjadinya kerugian keuangan akibat
adanya banyaknya obat yang kadaluarsa karena jarang digunakan.
Kesimpulan

Apoteker sangat dibutuhkan sebagai tenaga ahli kesehatan yang memiliki kewenangan dalam
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional.

Apoteker juga bertugas melakukan pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk memberi
pengetahuan serta tanggung jawab terhadap pasien berkaitan dengan obat agar mencapai hasil
yang tepat untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Terima Kasih
?

Anda mungkin juga menyukai