PELAYANAN KEFARMASIAN
https://pendidikan-kita-semua.blogspot.co.id/
adalah mengoptimalkan bentuk penggunaan obat dengan harus tetap menjamin
ketersediaan, keamanan, dan keefektifan penggunaan obat. Obat adalah bentuk riil
dari jasa pelayanan RS, oleh karena itu untuk lebih meningkatkan kualitas dari
pengadaan bahan baku obat, RS perlu meningkatkan internal kontrol atas persediaan
obat.
Persediaan obat-obatan pada suatu RS sangat besar dalam material jumlah. Apabila
dalam penanganan pemberian obat-obatan pada pasien (pasien rawat jalan dan rawat
inap) tidak mempunyai pengendalian, maka sudah pasti RS tersebut akan mengalami
kerugian yang besar apabila tidak memiliki pengendalian yang memadai.
Pentingnya manajemen pengadaan dan pengendalian obat di RS merupakan salah satu
faktor untuk mengamankan persediaan obat pada suatu RS, oleh karena itu penulis
akan membahas kedua aspek tersebut.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien
yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
BAB II
MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI DI APOTEK
https://pendidikan-kita-semua.blogspot.co.id/
BAB III
STANDAR PENAMPILAN DIRI
2.Kepribadian (personality)
adalah sifat/kebiasaan yang melekat pada diri seseorang.
•Sikap (kepribadian) yang harus dimiliki oleh pemberi layanan kepada pelanggan:
a. selalu gembira
b. lurus hati dan disiplin
c. bijaksana
d. sopan santun
e. periang
f. mudah bergaul
g. penuh inisiatif
h. tidak mudah putus asa
i. ketajaman daya ingatan
j. penuh perhatian
3. Etiket
Etiket ialah sekumpulan norma dan sikap dalam pergaulan antar manusia yang dapat
diterjemahkan sebagai tata krama atau sopan santun.
Tujuan seseorang mengetahui etiket:
a. Menghargai orang lain
b. Membuat lawan bicara lebih simpatik
c. Membuat pembicaraan menjadi lebih menyenangkan dan menarik
1.Cara berjalan
Ada 3 jenis tipe pejalan:
a. Pejalan cepat
b. Pejalan sedang
c. Pejalan lambat
Dalam konteks pelayan prima maka berjalan yang baik adalah yang sesuai dengan
situasi
dan kondisi budaya pelanggan yang dihadapi.
2. Cara Duduk
Cara duduk yang baik:
a. Jangan duduk di kursi sambil mengangkat kaki
b. jangan duduk sambil menggoyang-goyang kursi saat berbicara dengan orang lain
c. Jangan duduk di atas meja
d. Jangan duduk sambil tiduran
3. Cara Berbicara (Komunikasi)
a. Melakukan kontak mata
Kontak mata dengan pelanggan dapat membangun hubungan yang positif dalam
komunikasi. Pandanglah lawan bicara tidak lebih dari 3 detik. Jangan memandang ke
atas lawan bicara akan berkesan ketidaksiapan berkomunikasi. Atau jangan
memandang kearah lain dari tubuh pelanggan.
b.Ekspresi Wajah
c.Mengatur nada suara
Nada, volume, dan kecepatan suara memberikan cita rasa pada wajah dan gerak
tubuh sehingga irama komunikasi menjadi menarik dan menyenangkan.
d.Mengatur gerak tubuh, mengatur gerak lengan dan tangan yang alami.
BAB IV
PERENCANAAN PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI
https://pendidikan-kita-semua.blogspot.co.id/
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep
kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan,
menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga
perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
perencanaan obat, yaitu :
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai
tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk
dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
Ada 2 cara yang digunakan dalam menetapkan kebutuhan yaitu berdasarkan :
a. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai kasus
penderita dengan dasar formularium Rumah Sakit, kebutuhan disusun menurut data
tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi atau
akuntansi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan
kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis obat yang akan digunakan atau
dibeli.
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan
koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat
tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, yaitu :
Metode ini menggunakan data pada insiden penyakit, konsumsi penggunaan obat.
Sistem perencanaan pengadaan didapat dengan mengekstrapolasi nilai konsumsi dan
penggunaan untuk mencapai target sistem suplai berdasarkan pada cakupan populasi
atau tingkat pelayanan yang disediakan.
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit
dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal
melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat
diperlukan.
Merupakan pembelian setiap saat di mana pada saat obat mengalami kekurangan.
Sistem pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama ketersediaan obat
dan biaya total kesehatan. Manajemen pembelian yang baik membutuhkan tenaga
medis. Proses pengadaan efektif seharusnya :
Yakin bahwa seluruh obat yang dibeli standar kualitas diketahui
Mengatur pengiriman obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu),
menghindari kelebihan persediaan maupun kekurangan persediaan
Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius dan kualitas
Atur jadwal pembelian obat dan tingkat penyimpanan yang aman untuk mencapai
total lebih rendah.
Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari pemerintah,
organisasi non pemerintahan dan organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan
keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelakasanaan Barang dan
Jasa Instansi Pemerintah, metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap tingkatan
pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan barang dan jasa,
yaitu :
1. Pembelian
d. Swakelola
2. Produksi
b. Obat tidak terdapat dipasaran atau formula khusus Rumah Sakit
4. Sumbangan
5. Lain-lain
Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk Rumah Sakit, adalah :
1. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi dan
penjualan (telah terdaftar).
2. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000.
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok produk obat.
II.10 Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik
dan merupakan standar universal mencakup aspek :
c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas akan menurunkan
harga
Pada tender terbatas, hanya suplier yang telah melewati prakualifikasi yang
diizinkan mengikuti.
Suplier harus menjamin pasokan obat yang kontraknya telah ditandatangani
f. Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan kebutuhan nyata
Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan masa kros cek dengan
pola penyakit dan jumlah kunjungan
Lakukan penyesuaian terhadap stok over, stok out, obat expired
Kembangkan dan ikuti prosedur tertulis seperti pada Kepres nomor 18 tahun 2000
Beberapa fungsi akan melibatkan beberapa tim, unit individu dalam aspek
perencanaan kebutuhan, pemilihan jenis obat, pemilihan suplier dan pelelangan
Jaminan Mutu Produk Termasuk : Sertifikasi, test lab, mekanisme laporan
terhadap obat yang diduga tidak memenuhi syarat
Buat laporan untuk indikator kinerja dibandingkan dengan target setidaknya
setahun sekali
Gunakan indikator kunci seperti : rasio harga terhadap harga di pasar (market),
rencana pengadaan dan realisasi
BAB V
PENGADAAN OBAT DAN PERBEKALAN FARMASI
3. Obat Tradisional dan bahan obat tradisional (obat asli Indonesia) dan (bahan obat
asli Indonesia)
4. Alat-alat kesehatan
5. Kosmetika
PENGADAAN
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur
resmi. Pengadaan barang dapat melalui 2 cara yaitu pembelian dan konsinyasi.
Pembelian barang di apotek sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
setempat. Prosedur pembelian meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1. Persiapan
Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan dipesan berdasarkan
buku defecta (buku barang habis) baik dari bagian penerimaan resep, obat bebas
maupun dari gudang.
2. Pemesanan
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) untuk
setiap supplier. Surat pemesanan di Apotek ada tiga macam yaitu surat pesanan
narkotika, surat pesanan psikotropika, dan surat pesanan untuk obat selain narkotika
dan psikotropika. SP minimal dibuat 2 rangkap (untuk supplier dan arsip apotek) dan
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SP serta cap apotek.
SP pembelian Narkotik dibuat 5 rangkap, 1 lembar merupakan arsip untuk administrasi
apotek dan 4 lembar dikirim ke PBF Kimia Farma, selanjutnya PBF Kimia Farma
menyalurkan kepada kepala Dinas kesehatan Kota/Kabupaten, BPOM dan
penanggungjawab Narkotika di Depot Kimia Farma Pusat. Satu lembar surat pesanan
untuk memesan satu jenis narkotika. SP untuk psikotropika, format telah ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan, dibuat rangkap 3, satu lembar (asli) untuk PBF dan dua lembar
(tembusan) untuk arsip apotek dan pengecekan barang datang. Dalam satu SP dapat
memuat lebih dari satu item obat, pemesanan bisa dilakukan selain PT. Kimia Farma.
3. Barang yang datang dicocokkan dengan faktur dan SP (Surat Pesanan).
Faktur tersebut rangkap 4-5 lembar, dimana untuk apotek diberikan 1 lembar
sebagai arsip, sedangkan yang lainnya termasuk yang asli dikembalikan ke PBF yang
akan digunakan untuk penagihan dan arsip PBF. Faktur tersebut berisikan nama obat,
jumlah obat, harga obat, bonus atau potongan harga, tanggal kadaluarsa, dan tanggal
jatuh tempo. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak kreditur mengenai
transaksi penjualan (Hartini dan Sulasmono, 2007).
SP digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan dengan barang yang
dikirim. Selain itu dicek apakah barang dalam keadaan utuh, jumlah sama dengan
permintaan dan sesuai pada faktur tanggal kadaluarsa sesuai dengan faktur atau
tidak. Setelah sesuai dengan pesanan, APA atau AA yang menerima dan
menandatangani faktur, memberi cap dan nama terang serta nomor SIPA apoteker
sebagai bukti penerimaan barang. Barang yang telah diterima kemudian dimasukkan
ke gudang dan dicatat dalam kartu stok (Hartini dan Sulasmono, 2007.)
Untuk obat-obat yang memiliki waktu kadaluarsa, dalam pembeliannya
diperlukan perjanjian mengenai batas waktu pengembalian ke PBF bersangkutan jika
sudah mendekati waktu kadaluarsa obat. Jika tidak cocok atau tidak sesuai maka
barang akan dikembalikan melalui petugas pengantar barang.
Kebijaksanaan pengelolaan Apotek terutama dalam hal pembelian barang
sangat menentukan keberhasilan usaha. Beberapa cara pembelian barang yaitu:
1) Pembelian dalam jumlah terbatas (Hand to mouth buying)\
Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang
pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF
berada tidak jauh dari Apotek, misalnya berada dalam satu kota dan selalu siap
melayani kebutuhan obat sehingga obat dapat dikirim (Anief, 2008).
2) Pembelian secara spekulasi
Cara pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan,
dengan harapan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya
diskon atau bonus. Meskipun pembelian secara spekulasi memungkinkan mendapatkan
keuntungan yang besar tetapi cara ini mengandung resiko yang besar untuk obat-
obatan dengan waktu kadaluwarsa yang relatif dan yang bersifat slow moving (Anief,
2008).
3) Pembelian terencana
Cara pembelian ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang.
Pengawasan stok obat/barang sangat penting untuk mengetahui obat/barang mana
yang laku keras dan mana yang kurang laku. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai
dengan kebutuhan per item (Anief, 2008)
Selain itu ada juga pembelian Cash on delivery (COD) yaitu untuk barang-
barang narkotika dari PBF Kimia Farma. Ketika barang datang, pembayaran tunai
langsung dilakukan. Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan pada satu
distributor, yaitu pada PBF Kimia Farma.
BAB VI
PENYIMPANAN OBAT DAN PERBEKALAN FARMASI
Berdasarkan kriteria antara barang regular dan askes. Barang regular dan barang askes
penempatannya dipisah untuk memudahkan dalam pengambilan obat sehingga tidak
terjadi kesalahan pengambilan antara barang regular dan askes.
Berdasarkan golongan obat. Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan di etalase
bagian depan, karena dengan golongan obat tersebut dijual secara bebas
kepadapasien. Sedangkan untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan
pada lemari khusus dan terkunci sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)
FIFO (First In First Out) yaitu obat-obat yang pertama masuk berarti yang pertama
keluar.
FEFO (First Expired First Out) yaitu obat-obat yang kadaluarsanya lebih cepat, maka
yang pertama keluar.
Sediaan Padat. Untuk obat disimpan di etalase toko bagian depan. Untuk obat keras di
simpan di rak-rak tertentu.Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari
khusus dan terkunci. Dari semua golongan obat disusun secara alfabetis dan
menggunakan metode FIFO dan FEFO
Sediaan Tetes.Disimpan pada rak khusus sediaan tetes (tetes mata, hidung, dan
telinga) disusun secara alfabetis
Sediaan Salep. Disimpan pada rak khusus sediaan salep dan disusun berdasarkan
alfabetis
BAB VII
DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI
Keuntungan:
- Perbekalan farmasi yang siap pakai untuk pasien
- Pengurangan jumlah transkrip resep
- Pengurangan jumlah SDM farmasis
Kerugian:
- Resiko kesalahan pemberian obat bertambahn karena farmasis tidak melakukan
pengecekan ulang resep obat
- Fasilitas ruang terbatas
- Memerlukan fasilitas tempat penyimpanan obat yang memadai di tiap ruang rawat
inap
- Meningkatkan resiko terjadinya kerusakan obat
Sistem Distribusi Kombinasi Resep Individu dan Persediaan di Ruangan
RS menggunakan sistem resep individu sebagai sarana utama untuk pelayanan obat,
tetapi juga memanfaatkan floor stock (persediaan di ruangan) secara terbatas
Keuntungan:
- Semua resep dapat diperiksa oleh Farmasis
- Beberapa obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien
- Beban kerja IFRS berkurang
Kerugian:
- Kemungkinan keterlambatan obat sampai ke pasien
- Kesalahan pemberian obat masih dapaat terjadi terutama dari persediaan ruangan
Sistem Distribusi Obat Dosis Unit
Obat dosis unit merupakan obat yang dipesan oleh dokter untuk pasien, terdiri atas
satu atau beberapa jenis obat, masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Tujuan utama:
- Mengurangi resiko terjadinya kesalahan obat
- Mengurangi keterlibatan perawat dalam penyiapan obat
Keuntungan:
- Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam dan hanya membayar obat yang
dikonsumsi saja
- Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan
- Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat secara
menyeluruh
- Dapat meningkatkan sistem komunikasi Dokter, Perawat dan Farmasis
- Mengurangi resiko kesalahan obat karena ada pemeriksaan ganda oleh Farmasis
ketika membaca resep Dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat, dan
pemeriksaan oleh perawat pada saat membaca instruksi obat sebelum diberikan
kepada pasien
- Semua dosis yang diperlukan telah disiapkan oleh IFRS, jadi perawat lebih punya
banyak waktu untuk perawatan pasien
- Menghemat ruangan perawatan dengan meniadakan obat-obatan di ruangan
Kerugian:
- Biaya awal yang besar
- Peningkatan jumlah SDM IFRS
BAB VIII
PELAPORAN DAN PENCATATAN ATAU ADMINISTRASI DIAPOTEK
Pencatatan dan pelaporan data obat di Apotek dan Toko Obat merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan dan Perbenkes secara tertib baik
obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit
pelayanan kesehatan lainnya.
2. Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan obat ini telah diuraikan pada
masing-masing aspek pengelolaan obat.
Keuangan merupakan factor penentu, perlu adanya system control dan pembagian
tugas. Bendahara mengontrol dan menerima setoran dari kasir di bagian muka apotek
mengenai hasil penjualan tunai dan dari administrasi piutang hasil tagihan piutang.
a. Pembayaran hutang dagang, dilakukan oleh administrasi pembelian dan control oleh
administrasi gudang.
b. Pebayaran biaya disertai oleh pembuktian yang syah dan control serta fiat oleh
pimpinan.
Pembayaran selain dapat berupa uang kontan dapat pua melalui bank dengan
mengeluarkan cheque. Sebaiknya bendahara tidak terlalu banyak menyimpan uang di
brankas, tetapi lebih baik disimpan di bank.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan dan pelaporan dan manajemen
keuangan.
Resep harus disimpan setiap sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Resep yang
mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lain. Untuk pelaporan resep harus
dituliskan jumlah resep yang masuk dengan mencantumkan harga dari masing-masing
resep. Resep yang telah disimpian melebihi jangka waktu penyimpanan dapat
dimusnahkan dan dibuat berita acaranya. Semua hal ini tidak berlaku pada Toko Obat,
karena seperti yang kita tahu bahwasannya Toko Obat hanya menjual Obat bebas dan
Obat bebas terbatas saja.
a. Format Laporan Narkotika
Yaitu laporan yang dibuat oleh Apotek guna mencatat pengedaran dan pemakaian
obat narkotika yang berasal dan resep dokter dalam satu bulannya.
Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan tembusan:
3) Arsip.
Adalah suatu laporan yang dibuat Apotek untuk mencatat pengeluaran obat
Psikotropika berdasarkan pelayanan resep dokter setiap bulannya ditujukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan tembusan:
3) Arsip.
Yaitu suatu laporan yang dibuat oleh pihak Apotek yang mencatat nama dan alamat
dokter. Jumlah resep dan nama obat berasal dan dokter setiap bulannya. Laporan
obat generik ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu dengan
tembusan:
c) Arsip.