adalah mengoptimalkan bentuk penggunaan obat dengan harus tetap menjamin ketersediaan,
keamanan, dan keefektifan penggunaan obat. Obat adalah bentuk riil dari jasa pelayanan RS, oleh
karena itu untuk lebih meningkatkan kualitas dari pengadaan bahan baku obat, RS perlu meningkatkan
internal kontrol atas persediaan obat.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu
kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
· Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring
penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication
error) dalam proses pelayanan.
Oleh sebab itu apoteker dalam menjalankan praktek harus sesuai standar. Apoteker harus mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
penggunaan obat yang rasional. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan
kefarmasian dengan baik, Ditjen Yanfar dan Alkes, Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini sesuai
dengan standar kompetensi apoteker di apotek untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat.
Tujuan
1. Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan
sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika
4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah,mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
6. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
7. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan
pelayanan kefarmasian di apotek.
8. Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
10. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
11. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.
12. Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan
kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi
kronis lainnya.
RUANG LINGKUP PRAKTEK KEFARMASIAN
Sistem praktek kefarmasian dapat diartikan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang utuh dan terpadu, terdiri dari struktur dan fungsi jaringan pelayanan kefarmasian. Praktek
kefarmasian adalah upaya penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian dalam rangka pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit bagi perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Sistem
pelayanan kefarmasian meliputi struktur sistem pelayanan kefarmasian dan fungsi sistem pelayanan
kefarmasian.
StruktuR sistem pelayanan kefarmasian yang merupakan lingkup kegiatan pelayanan kefarmasian terdiri
dari ;
1. Unsur pembentuk struktur yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat. Bentuk pelayanan
kefarmasian tersebut dapat dilakukan di ;
a. Dirumah sakit
c. Industri
d. Lembaga Riset
2. Penampilan struktur
Penampilan struktur sistem pelayanan kefarmasian dinilai dari kelengkapan satuan organisasi yang
membentuk sistem pelayanan kefarmasian. Secara umum penampilan struktur
sistem pelayanan kefarmasian disebut baik jika memiliki berbagai satuan organisasi secara lengkap.
Fungsi sistem pelayanan kefarmasian terkait dengan kewenangan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
satuan organisai yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian .
Pihak yang mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian adalah farmasis
sesuai dengan ;
Undang undang Obat keras Tahun 1949 tentang penyerahan obat keras.
Undang undang tentang kesehatan no. 23 thn 1992 mengenai pekerjaan kefarmasian
Standar Fungsional Apoteker tahun 1999, mengenai definisi Apoteker dan definisi pekerjaan
kefarmasian.
· Kode Etik.
Ruang lingkup pelayanan kefarmasian yang meliputi lingkup kegiatan , tanggung jawab, kewenangan
dan hak. Seluruh ruang lingkup pelayanan kefarmasian harus dilaksanakan dalam kerangka sistem
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masyarakat.
Menjamin ketersedian dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
Menjamin mutu, keamanan, efektifitas obat yang diberikan dan memperhatikan hak azazi dan keunikan
setiap pribadi.
Menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat atau alat kesehatan, mendapatkan
informasi tentang obat atau alat kesehatan yang digunakan demi tercapainya kepatuhan penggunaan.
Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien dalam menghasilkan
keluaran terapi yang optimal.
· Melakukan penelitian dan pengembangan mengenai obat dan bahan baku obat.
· Menyusun kebijakan tentang sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.
· Memproduksi dan mengendalikan mutu sediaan farmasi , alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan.
· Melayani permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan , baik atas
permintaan dokter, dokter gigi, dokter hewan, maupun langsung dari masyarakat.
· Melaksanakan penelitian dan pengembangan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan.
· Memonitor dan mengevaluasi penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan.
· Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan
kemampuan keuangan dan kondisi konsumen.
· Mengkaji penggunaan obat melalui rekam medik pasien, resep dan atau rekam farmasi lain.
· Membuat keputusan profesional mengenai ada atau tidak nya atau kemungkinan terjadi masalah
dengan obat beserta penyelesaiannya.
· Meracik menjadi sediaan yang sesuai kebutuhan, memberi kan Label , menyerahkan obat diikuti
dengan pemberian informasi yang cukup menjamin pasien menggunakan obat yang benar.
· Mengaman persediaan
· Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga kesehatan lain.
· Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
· Hak untu mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajaran jasa profesi kesehatan.
· Hak untuk bicara dalam rangka menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan farmasi,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.
BAB II
https://pendidikan-kita-semua.blogspot.co.id/
d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan
rencana kerja.
Sedangkan tanggung jawab Apoteker adalah bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
apotek yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal.
· Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep dari pasien sampai
menyerahkan obat yang diperlukan).
· Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembelian), memelihara buku harga
sehingga selalu benar dan rapi.
· Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulung kemudian disimpan.
· Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan rak obat.
b. Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir, penjual obat bebas dan juru resep.
Sedangkan tanggung jawab Asisten apoteker adalah bertanggung jawab kepada apoteker dengan
tugasnya, artinya bertanggung jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada
kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan.
c. Mempersiapkan kelengkapan pembayaran hutang dagang berupa faktur asli, materai, faktur pajak
asli dan faktur penerimaan barang.
f. Memberi informasi perubahan harga dari PBF ke semua bagian, dengan memasukkan data harga
baru ke komputer yang memiliki jaringan on line.
g. Memeriksa kebenaran faktur pembelian meliputi nama, jumlah barang, harga dan potongan harga
sesuai dengan surat pesanan.
Sedangkan wewenang seksi pembelian adalah memilih distributor yang menguntungkan dari segi
kualitas barang, harga dan potongan harga, kecepatan pelayanan dan syarat pembayaran yang ringan
atas sepengetahuan kepala apotek.
b. Menyimpan dan menyusun barang di gudang dan mengatur pengeluaran barang dari gudang
berdasarkan sistem FIFO (First In First Out).
d. Mencatat barang yang masuk dan keluar dari gudang dalam kartu stok gudang.
e. Memberikan informasi mengenai kondisi barang yang rusak atau mendekati kadaluarsa kepada
petugas pembelian untuk ditukar.
b) Merekapitulasi jumlah harga obat dari resep-resep kredit berdasarkan debiturnya masing-masing.
a) Memeriksa kerasionalan obat dan kelengkapan dari suatu resep yang diterima serta memeriksa
kembali resep-resep yang telah disiapkan dan menyerahkannya.
b) Menghitung dosis, menimbang dan menyiapkan obat untuk racikan sesuai dengan permintaan
resep.
b) Memeriksa laporan keuangan berupa kas, buku bank, buku penjualan, buku pembelian, buku pajak
dan buku memorial.
BAB III
· edangkan penampilan pribadi mempunyai pengertian sebagai penampilan (performance) dari diri
seseorang maupun organisasi atau perusahaan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang atau pihak
lain.
· Standar penampilan pribadi merupakan penampilan diri seseorang, organisasi, atau perusahaan
yang sesuai standar yang berlaku baik di lingkungan pribadi (rumah tangga), lingkungan masyarakat
maupun lingkungan kerja (perusahaan).
· Penampilan yang baik akan memberikan image yang positif bagi perusahaan atau organisasi.
Bila faktor tersebut sudah dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan standar penampilan pribadi
dapat berjalan dengan baik pula.
1. Personal Hygiene
Pribadi yang sehat dan bersih berkaitan dengan hal-hal berikut ini:
a. Rambut
b. Muka
c. Badan
d. Tangan
e. Kaki
kesehatan fisik yang baik perlu didukung oleh kesehatan mental yang baik pula.
Kesehatan mental ialah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan
perkembangan sesuai kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri maupun luar dirinya, seperti
menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat atau lingkungan kerja (perusahaan).
•Bersikap sportif
•Berpikir positif
Pengelolaan perusahaan yang baik harus memiliki SOP (Standard Operating Procedure) yang merupakan
acuan kerja yang dapat digunakan sebagai pedoman standar dalam bekerja di suatu perusahaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, tepat, dan efisien.
•Salah satu upaya untuk menjaga standar penampilan pribadi, yaitu dengan memelihara penampilan
pribadi, yang berkaitan dengan penampilan prima, kepribadian, etiket, dan komunikatif dalam berbicara.
1.Penampilan Prima
2.Kepribadian (personality)
•Sikap (kepribadian) yang harus dimiliki oleh pemberi layanan kepada pelanggan:
a. selalu gembira
c. bijaksana
d. sopan santun
e. periang
f. mudah bergaul
g. penuh inisiatif
j. penuh perhatian
3. Etiket
Etiket ialah sekumpulan norma dan sikap dalam pergaulan antar manusia yang dapat diterjemahkan
sebagai tata krama atau sopan santun.
a. Menyapa pelanggan
b. Menyebut nama pelanggan
d. Perhatikan pelanggan
•Memahami materi
•Menjaga penampilan
1.Cara berjalan
a. Pejalan cepat
b. Pejalan sedang
c. Pejalan lambat
Dalam konteks pelayan prima maka berjalan yang baik adalah yang sesuai dengan situasi
2. Cara Duduk
b. jangan duduk sambil menggoyang-goyang kursi saat berbicara dengan orang lain
Kontak mata dengan pelanggan dapat membangun hubungan yang positif dalam komunikasi.
Pandanglah lawan bicara tidak lebih dari 3 detik. Jangan memandang ke atas lawan bicara akan
berkesan ketidaksiapan berkomunikasi. Atau jangan memandang kearah lain dari tubuh pelanggan.
b.Ekspresi Wajah
Nada, volume, dan kecepatan suara memberikan cita rasa pada wajah dan gerak tubuh sehingga irama
komunikasi menjadi menarik dan menyenangkan.
d.Mengatur gerak tubuh, mengatur gerak lengan dan tangan yang alami.
* Semoga Anda merasa puas atas pelayanan yang telah kami berikan
4. Cara Berpakaian
Berpakaian yang baik adalah berpakaian yang sesuai dengan norma-norma agama, hukum, dan etika.
d. Memakai ikat pinggang, kaos kaki dan kelengkapan lain yang menunjang penampilan.
BAB IV
https://pendidikan-kita-semua.blogspot.co.id/
Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat
dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat, yaitu :
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan dan
sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk jenis
obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
a. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai kasus penderita dengan
dasar formularium Rumah Sakit, kebutuhan disusun menurut data tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi atau akuntansi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Data kebutuhan tersebut kemudian dituangkan dalam rencana operasional yang digunakan dalam
anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi.
1. Tahap Persiapan
Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan
jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilakukan
dengan membentuk tim perencanaan pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penggunaan dana obat melalui kerjasama antar instansi yang terkait dengan masalah obat.
2. Tahap Perencanaan
Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan
prinsip dasar menentukan jenis obat yang akan digunakan atau dibeli.
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari
proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan
tepat waktu. Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu :
- Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi obat individual dalam memproyeksikan
kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.
- Metode morbiditas
Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kehadiran pasien, kejadian penyakit yang umum,
dan pola perawatan standar dari penyakit yang ada.
Metode ini menggunakan data pada insiden penyakit, konsumsi penggunaan obat. Sistem perencanaan
pengadaan didapat dengan mengekstrapolasi nilai konsumsi dan penggunaan untuk mencapai target
sistem suplai berdasarkan pada cakupan populasi atau tingkat pelayanan yang disediakan.
Metode ini digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan biaya per
pasien yang diobati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang sama.
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit dan untuk unit
pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur,
distributor, atau pedagang besar farmasi.
Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-keputusan dan tindakan dalam menentukan
jumlah obat yang diperoleh, harga yang harus dibayar, dan kualitas obat-obat yang diterima.
Siklus pengadaan obat mecakup pemilihan kebutuhan, penyesuaian kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, penetapan atau pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak,
pemantauan status pemesanan, penerimaan dan pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan,
pendistribusian dan pengumpulan informasi penggunaan obat.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
Merupakan pembelian dengan selang waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 3 bulan ataupun 6 bulan
Merupakan pembelian setiap saat di mana pada saat obat mengalami kekurangan.
Sistem pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama ketersediaan obat dan biaya total
kesehatan. Manajemen pembelian yang baik membutuhkan tenaga medis. Proses pengadaan efektif
seharusnya :
Mengatur pengiriman obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu), menghindari
kelebihan persediaan maupun kekurangan persediaan
Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius dan kualitas
Atur jadwal pembelian obat dan tingkat penyimpanan yang aman untuk mencapai total lebih rendah.
Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari pemerintah, organisasi non
pemerintahan dan organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan keputusan Presiden No. 18 Tahun
2000 tentang Pedoman Pelakasanaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, metode pengadaan
perbekalan farmasi di setiap tingkatan pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode
pengadaan barang dan jasa, yaitu :
1. Pembelian
a. Pelelangan (tender)
b. Pemilihan langsung
c. Penunjukan langsung
d. Swakelola
2. Produksi
4. Sumbangan
5. Lain-lain
1. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi dan penjualan (telah
terdaftar).
2. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000.
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok produk obat.
II.10 Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik dan merupakan
standar universal mencakup aspek :
b. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar formularium Rumah Sakit
c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas akan menurunkan harga
Pada tender terbatas, hanya suplier yang telah melewati prakualifikasi yang diizinkan mengikuti.
f. Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan kebutuhan nyata
Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan masa kros cek dengan pola penyakit dan
jumlah kunjungan
Lakukan penyesuaian dan perhitungan terhadap kebutuhan program dan perubahan pola penyakit
(utamanya) lansia
Kembangkan dan ikuti prosedur tertulis seperti pada Kepres nomor 18 tahun 2000
i. Pembagian Fungsi
Pastikan ada keharusan melakukan jaminan mutu produk dalam setiap dokumen
Jaminan Mutu Produk Termasuk : Sertifikasi, test lab, mekanisme laporan terhadap obat yang diduga
tidak memenuhi syarat
Untuk menguji kepatuhan terhadap prosedur pengadaan, kepastian pembayaran dan faktor lain
yang berhubungan
Buat laporan untuk indikator kinerja dibandingkan dengan target setidaknya setahun sekali
Gunakan indikator kunci seperti : rasio harga terhadap harga di pasar (market), rencana pengadaan
dan realisasi
BAB V
Yang dimaksud perbekalan farmasi menurut undang-undang kesehatan adalah perbekalan farmasi yang
meliputi :
- Obat Bebas
- Obat Keras
- Obat Narkotika
- Obat Psikotropika
3. Obat Tradisional dan bahan obat tradisional (obat asli Indonesia) dan (bahan obat asli Indonesia)
4. Alat-alat kesehatan
5. Kosmetika
PENGADAAN
1. Persiapan
Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan dipesan berdasarkan buku defecta (buku
barang habis) baik dari bagian penerimaan resep, obat bebas maupun dari gudang.
2. Pemesanan
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) untuk setiap supplier. Surat
pemesanan di Apotek ada tiga macam yaitu surat pesanan narkotika, surat pesanan psikotropika, dan
surat pesanan untuk obat selain narkotika dan psikotropika. SP minimal dibuat 2 rangkap (untuk
supplier dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SP
serta cap apotek. SP pembelian Narkotik dibuat 5 rangkap, 1 lembar merupakan arsip untuk administrasi
apotek dan 4 lembar dikirim ke PBF Kimia Farma, selanjutnya PBF Kimia Farma menyalurkan kepada
kepala Dinas kesehatan Kota/Kabupaten, BPOM dan penanggungjawab Narkotika di Depot Kimia Farma
Pusat. Satu lembar surat pesanan untuk memesan satu jenis narkotika. SP untuk psikotropika, format
telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan, dibuat rangkap 3, satu lembar (asli) untuk PBF dan dua lembar
(tembusan) untuk arsip apotek dan pengecekan barang datang. Dalam satu SP dapat memuat lebih dari
satu item obat, pemesanan bisa dilakukan selain PT. Kimia Farma.
Faktur tersebut rangkap 4-5 lembar, dimana untuk apotek diberikan 1 lembar sebagai arsip, sedangkan
yang lainnya termasuk yang asli dikembalikan ke PBF yang akan digunakan untuk penagihan dan arsip
PBF. Faktur tersebut berisikan nama obat, jumlah obat, harga obat, bonus atau potongan harga, tanggal
kadaluarsa, dan tanggal jatuh tempo. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak kreditur
mengenai transaksi penjualan (Hartini dan Sulasmono, 2007).
SP digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan dengan barang yang dikirim. Selain itu dicek
apakah barang dalam keadaan utuh, jumlah sama dengan permintaan dan sesuai pada faktur tanggal
kadaluarsa sesuai dengan faktur atau tidak. Setelah sesuai dengan pesanan, APA atau AA yang
menerima dan menandatangani faktur, memberi cap dan nama terang serta nomor SIPA apoteker
sebagai bukti penerimaan barang. Barang yang telah diterima kemudian dimasukkan ke gudang dan
dicatat dalam kartu stok (Hartini dan Sulasmono, 2007.)
Untuk obat-obat yang memiliki waktu kadaluarsa, dalam pembeliannya diperlukan perjanjian mengenai
batas waktu pengembalian ke PBF bersangkutan jika sudah mendekati waktu kadaluarsa obat. Jika tidak
cocok atau tidak sesuai maka barang akan dikembalikan melalui petugas pengantar barang.
Kebijaksanaan pengelolaan Apotek terutama dalam hal pembelian barang sangat menentukan
keberhasilan usaha. Beberapa cara pembelian barang yaitu:
Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang pendek, misalnya satu minggu.
Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada tidak jauh dari Apotek, misalnya berada
dalam satu kota dan selalu siap melayani kebutuhan obat sehingga obat dapat dikirim (Anief, 2008).
Cara pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan ada
kenaikan harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya diskon atau bonus. Meskipun pembelian
secara spekulasi memungkinkan mendapatkan keuntungan yang besar tetapi cara ini mengandung
resiko yang besar untuk obat-obatan dengan waktu kadaluwarsa yang relatif dan yang bersifat slow
moving (Anief, 2008).
3) Pembelian terencana
Cara pembelian ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok
obat/barang sangat penting untuk mengetahui obat/barang mana yang laku keras dan mana yang
kurang laku. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kartu stok. Selanjutnya dilakukan
perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per item (Anief, 2008)
Selain itu ada juga pembelian Cash on delivery (COD) yaitu untuk barang-barang narkotika dari PBF
Kimia Farma. Ketika barang datang, pembayaran tunai langsung dilakukan. Pemesanan narkotika hanya
dapat dilakukan pada satu distributor, yaitu pada PBF Kimia Farma.
BAB VI
Memudahkan pengawasan jumlah persediaan, khususnya obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa
Penyimpanan dan penyusunan obat harus diperhatikan dan diatur sebaik-baiknya, hal ini untuk
memudahkan bagian gudang dalam pengontrolan dan pengawasan.
Disusun berdasarkan alphabetis. Obat-obat yang tersedia disusun berdasarkan alphabet dari huruf A
sampai Z.
Berdasarkan kriteria antara barang regular dan askes. Barang regular dan barang askes penempatannya
dipisah untuk memudahkan dalam pengambilan obat sehingga tidak terjadi kesalahan pengambilan
antara barang regular dan askes.
Berdasarkan golongan obat. Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan di etalase bagian depan,
karena dengan golongan obat tersebut dijual secara bebas kepadapasien. Sedangkan untuk obat
golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari khusus dan terkunci sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Berdasarkan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)
FIFO (First In First Out) yaitu obat-obat yang pertama masuk berarti yang pertama keluar.
FEFO (First Expired First Out) yaitu obat-obat yang kadaluarsanya lebih cepat, maka yang pertama
keluar.
Sediaan Padat. Untuk obat disimpan di etalase toko bagian depan. Untuk obat keras di simpan di rak-rak
tertentu.Untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus dan terkunci. Dari semua
golongan obat disusun secara alfabetis dan menggunakan metode FIFO dan FEFO
Sediaan Cair.Disimpan di rak khusus sediaan cair (sirup) dan berdasarkan alfabetis
Sediaan Tetes.Disimpan pada rak khusus sediaan tetes (tetes mata, hidung, dan telinga) disusun secara
alfabetis
Sediaan Salep. Disimpan pada rak khusus sediaan salep dan disusun berdasarkan alfabetis
Sediaan Injeksi. Disimpan di rak khusus sediaan injeksi.
BAB VII
Distribusi perbekalan farmasi di RS dilakukan untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat jalan dan rawat inap serta untuk menunjang perbekalan medis. Sistem Distribusi Perbekalan
Farmasi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh tiap pasien dengan mempertimbangkan:
- Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
Prinsip:
- Informasi kepada pasien tentang obat harus jelas karena pasien sendiri yang akan bertanggung jawab
terhadap penggunaan obat tanpa ada pengawasan dari petugas kesehatan
- Bagian IFRS yang melayani pasien rawat jalan letaknya berdekatan dengan Poliklinik dan Instalasi
Gawat Darurat
3. Sistem Kombinasi
Keuntungan:
- Semua pesanan obat langsung diperiksa oleh petugas farmasi, juga dapat memberikan informasi
kepada perawat berkaitan dengan obat pasien
Kerugian:
- Waktu cukup banyak untuk proses penyiapan obat sampai dengan penyerahan
Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat inap merupakan tanggung jawab
perawat ruangan. Perbekalan farmasi yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol
secara berkala oleh farmasis.
Keuntungan:
- Resiko kesalahan pemberian obat bertambahn karena farmasis tidak melakukan pengecekan ulang
resep obat
- Memerlukan fasilitas tempat penyimpanan obat yang memadai di tiap ruang rawat inap
RS menggunakan sistem resep individu sebagai sarana utama untuk pelayanan obat, tetapi juga
memanfaatkan floor stock (persediaan di ruangan) secara terbatas
Keuntungan:
Kerugian:
- Kesalahan pemberian obat masih dapaat terjadi terutama dari persediaan ruangan
Obat dosis unit merupakan obat yang dipesan oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa
jenis obat, masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk
suatu waktu tertentu.
Tujuan utama:
Keuntungan:
- Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam dan hanya membayar obat yang dikonsumsi saja
- Mengurangi resiko kesalahan obat karena ada pemeriksaan ganda oleh Farmasis ketika membaca
resep Dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat, dan pemeriksaan oleh perawat pada saat
membaca instruksi obat sebelum diberikan kepada pasien
- Semua dosis yang diperlukan telah disiapkan oleh IFRS, jadi perawat lebih punya banyak waktu untuk
perawatan pasien
Kerugian:
BAB VIII
-Administrasi pelayanan pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat
· Buku pembelian dan penerimaan serta buku penjualan dan penerimaan obat
Pencatatan dan pelaporan data obat di Apotek dan Toko Obat merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatausahaan obat-obatan dan Perbenkes secara tertib baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit pelayanan kesehatan lainnya.
1. Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/ penggunaan
dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.
2. Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan obat ini telah diuraikan pada masing-masing aspek
pengelolaan obat.
Keuangan merupakan factor penentu, perlu adanya system control dan pembagian tugas. Bendahara
mengontrol dan menerima setoran dari kasir di bagian muka apotek mengenai hasil penjualan tunai dan
dari administrasi piutang hasil tagihan piutang.
Control pemasukan uang, bendahara dibantu administrasi mengontrol tagihan piutang dan dari
penjualan tunai harian, pengontrolan dapat menggunakan alat kas register. Mengadakan evaluasi hasil
penjualan dan pencatatan dilakukan secara efektif dan efisien tetapi mudah, sederhana dan reliable
terhadap masalah keuangan. Bendahara tidak berhak mengeluarkan uang tanpa ada persetujuan dari
atasan, tugasnya adalah menerima dan mencatat uang yang masuk.
a. Pembayaran hutang dagang, dilakukan oleh administrasi pembelian dan control oleh administrasi
gudang.
b. Pebayaran biaya disertai oleh pembuktian yang syah dan control serta fiat oleh pimpinan.
Pembayaran gaji dilakukan oleh administrasi kepegawaian. Pembayaran biaya yang lain berupa biaya
rutin , seperti telepon, listrik dan lain-lain.
Pembayaran selain dapat berupa uang kontan dapat pua melalui bank dengan mengeluarkan cheque.
Sebaiknya bendahara tidak terlalu banyak menyimpan uang di brankas, tetapi lebih baik disimpan di
bank.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan dan pelaporan dan manajemen keuangan.
Laporan merupakan rangkaian kegiatan dalam pencatatan usaha obat-obatan secara tertib, baik obat
yang diterima, disimpan maupun di distribusikan untuk pelayanan jenis-jenis pelaporan di puskesmas
dan di Apotek.
Untuk memudahkan dalam penulisan laporan yang akan dilaporkan kepada Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan maka untuk obat narkotika diadakan stock opname setiap sebulan sekali pada tanggal satu
dan dibuat laporannya sebanyak tiga rangkap yang ditunjukan ke Dinas Kesehatan Kota, serta tembusan
ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM sediaan lainnya diadakan stock opname setiap setahun
sekali tiap akhir tahun.Apoteker Pengelola Apotek (APA) menyusun resep yang telah dikerjakan menurut
urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep.
Resep harus disimpan setiap sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Resep yang mengandung narkotika
harus dipisahkan dari resep lain. Untuk pelaporan resep harus dituliskan jumlah resep yang masuk
dengan mencantumkan harga dari masing-masing resep. Resep yang telah disimpian melebihi jangka
waktu penyimpanan dapat dimusnahkan dan dibuat berita acaranya. Semua hal ini tidak berlaku pada
Toko Obat, karena seperti yang kita tahu bahwasannya Toko Obat hanya menjual Obat bebas dan Obat
bebas terbatas saja.
Yaitu laporan yang dibuat oleh Apotek guna mencatat pengedaran dan pemakaian obat narkotika yang
berasal dan resep dokter dalam satu bulannya.
Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan tembusan:
3) Arsip.
Adalah suatu laporan yang dibuat Apotek untuk mencatat pengeluaran obat Psikotropika berdasarkan
pelayanan resep dokter setiap bulannya ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
dengan tembusan:
3) Arsip.
Yaitu suatu laporan yang dibuat oleh pihak Apotek yang mencatat nama dan alamat dokter. Jumlah
resep dan nama obat berasal dan dokter setiap bulannya. Laporan obat generik ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu dengan tembusan:
c) Arsip.